INSTRUKTUR:
DISUSUN OLEH :
(PO7233319 705)
2A SANITASI
T.A 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telahh melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu
tugas pada mata kuliah Pengelolaan sampah dengan judul “ Makalah Tentang Pengelolaan
Sampah Dengan Insenerator”
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas matakuliah Pengelolaan Sampah
yang diberikan oleh instruktur.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari
cara penulisan, penyusunan, penguraian, maupun isinya. Oleh sebab itu, kami mengharapkan
kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.
Ucapan terimakasih kepada semua anggota kelompok yang telah memberikan masukkan
dan kerjasamanya dalam proses penulisan makalah ini. Akhirnya, kami mengharapkan makalah
inii dapat berguna bagi semua pihak, baik pembaca maupun kami sendiri.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah sampah pasti sudah tidak asing lagi ditelinga. Jika mendengar istilah
sampah, pasti yang terlintas dalam benak adalah setumpuk limbah yang menimbulkan aroma
bau busuk yang sangat menyengat. Sampah diartikan sebagai material sisa yang tidak
diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. S a m p a h a d a l a h z a t k i m i a , energi atau
makhluk hidup yang tidak mempunyai nilai guna dan cenderung merusak. Sampah
merupakan konsep buatan manusia, dalam proses-proses alami t i d a k a d a sampah,
yang ada hanya produk-produk yang tak bergerak.
Dalam beberapa laporan terungkap, jumlah sampah padat di kota-kota dunia akan terus
naik sebesar 70% tahun ini hingga tahun 2025, dari 1,3 miliar ton per tahun menjadi 2,2 miliar
ton per tahun. Mayoritas kenaikan terjadi di kota-kota di negara berkembang.
Di Indonesia, data Bank Dunia menyebutkan, produksi sampah padat secara nasional
mencapai 151.921 ton per hari. Hal ini berarti, setiap penduduk Indonesia membuang sampah
padat rata-rata 0,85 kg per hari. Data yang sama juga menyebutkan, dari total sampah yang
dihasilkan secara nasional, hanya 80% yang berhasil dikumpulkan. Sisanya terbuang mencemari
lingkungan.Sampah selalu menjadi masalah bagi pemerintah, bahkan diperkirakan sampah
setiap harinya di Indonesia ini mencapai 200 ribu ton. Sayangnya tingginya volume sampah itu
belum tertangani secara baik oleh pemerintah karena berbagai keterbatasan.
B.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Insenerator?
2. Apa saja jenis insenerator ?
3. Bagaimana pengolahan limbah medis dengan insenerator ?
C.Tujuan
1. Menjelaskan defenisi insenerator.
2. Menjelaskan jenis-jenis insenerator.
3. Menjelaskan pengolahan limbah medis dengan insenerator.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Insenerator
Insenerator merupakan teknologi penanganan sampah berupa pembakaran
sampah menjadi sejumlah panas yang kemudian dapat dikonversi atau dikonversi
kembali menjadi energi. Insenerasi dan semua metode penanganan sampah
berbasis panas dikenal juga dengan istilah “thermal treatment”. Metode insenerasi
mengubah sampah menjadi bottom ash (abu), gas buangan, particulat, dan panas,
yang kemudian bisa digunakan untuk mebangkitkan tenaga listrik. Gas buangan
yang dihasilkan dibersihkan terebih dahulu sebelum kemudian di buang ke
atmosfir.
Metode insenerasi dengan konservasi energi merupakan salah satu jenis Waste-to-
energy (WtE) technology. Jenis-jenis teknologi lainnya yang termasuk WtE adalah
gasifikasi, plasma arc gasifikasi, pirolisis, dan anaerobic digestion. Insenerasi di
lain pihak juga bisa digunakan tanpa melibatkan proses konservasi energi dan
material. Di beberapa kota, masih terdapat beberapa ahli/komunitas lokal yang
mempertanyakan dampak lingkungan yang ditimbulkan akibat insenerator.
Di beberapa negara lainnya, insenerator telah dibuat beberapa dekade silam yang
pada prosesnya tidak melibatkan proses pemisahan sampah yang akan di insenerasi
dari sampah-sampah berbahaya, material yang mampu di daur ulang, dan material
yang slit untuk dibakar. Insenerasi semacam ini telah memberikan ancaman serius
bagi kesehatan pekerja dan lingkungan di sekitar insenerator terutama akibat tidak
terkontrolnya kualitas gas buangan. Insenerator seperti ini, biasanya tidak
merecovery energi panas yang telah dihasilkan.
Salah satu model yang sering digunakan untuk menangani sampah kota adalah moving grate insenerator.
Moving grate (panggangan yang bergerak) memungkinkan umpan sampah yang dimasukkan bergerak
sepanjang bilik pembakaran (combustion chamber) untuk mengoptimalkan pembakaran. Satu buah unit
panggangan bergerak mampu menangani 39 ton sampah setiap jamnya dan bisa beroperasi selama 8000
jam tanpa henti dengan hanya satu kali pemeliharaan berkala selama satu bulan. Moving grate insenerator
sering pula dikenal sebagai Municipial Solid Waste Insenerator (MSWIs).
Umpan sampah dimasukkan ke dalam alat insenerator melalui derek sampah dan kemudian diletakkan di
ujung panggangan yang bergerak. Kemudian, panggangan akan bergerak ke bawah hingga ke tempat
pembuangan abu. Di sini kemudian abu yang terbentuk dibuang melalui pencampuran dengan air.
Pada panggangan terdapat lubang yang menyuplai udara primer untuk pembakaran. Udara primer ini
disupai dari bagian bawah panggangan. Udara ini juga memiliki fungsi lain, yaitu sebagai sarana
pendingin panggangan itu sendiri. Pendinginan sangat penting untuk ketahanan mekanik panggangan.
Banyak panggangan lainnya yang juga didinginkan dengan air secara khusus di dalam alat insenerator.
Udara sekunder dialirkan ke dalam panggangan melalui alat penyemprot dalam kecepatan tinggi di atas
panggangan. Alat penyemprot ini mendukung terjadinya pembakaran yang sempurna dengan cara
penyemprotan udara turbulen sehingga membantu pengadukan dan menjamin keterediaan oksigen.
Berdasarkan European Waste Incineration Directive, insenerator haruslah dirancang sedemikian rupa
sehingga gas buangan mencapai suhu 850 oC dalam waktu 2 detik untuk memastikan semua zat-zat
beracun organik hancur atau terurai. Untuk memenuhi suhu ini setiap saat, maka dibutuhkan pemasangan
alat pembakar cadangan (yang biasanya berbahan bakar minyak), yang akan ditembakkan ke dalam
penggangan jika heating value dari sampah yang dibakar terlalu rendah untuk mencapai temperatur
keluaran gas.
Gas keluaran yang telah mencapai suhu tinggi tersebut kemudian didinginkan dalam superheater. Pada
superheater ini panas dari gas buangan dipindahkan untuk membangkitkan steam yang bersuhu sekitar
400oC pada tekanan 40 bar sebagai penggerak turbin. Pada proses ini, gas buangan akan bersuhu sekitar
200oC dan setelah melewati sistem pembersihan, maka gas dapat dibuang ke atmosfir.
Insenerator yang lebih tua adalah insenerator tipe panggangan tetap (fixed grate incinerator). Insenerator
ini terdiri dari sebuah panggangan besi yang berada di atas lubang buangan abu. Insenerator ini memiliki
lubang akses sampah yang terdapat di atas ata disamping dan sebuah lubang lain untuk mengeluarkan
sampah yang tidak dapat dibakar. Insenrator model ini banyak dibuat dalam ukuran kecil dan dipakai
dalam rumah tangga. Namun sekarang, penggunaannya telah diganti oleh MSWIs berskala besar,
sehingga skala rumah tangga sdah jarang ditemukan. Sampah yang diolah pada insinerator jenis ini adalah
sampah padat perkotaan.
3. Rotary Klin
Rotary klin incinerator sering digunakan untuk kebutuhan pengolahan sampah di masyarakat dan untuk
penanganan sampah pabrik industri skala besar. Insenerator ini dirancang memiliki dua bilik, yaitu bilik
primer dan bilik sekunder. Bilik pertama dalam rotary klin incinerator terdiri dari sebuah tabung silinder
yang dipasang menanjak. Pergerakan dari silinder ini membantu pergerakan umpan sampah. Pada bilik
pertama, sampah padat diubah menjadi gas melalui volatilisasi, distilasi destruktif, dan reaksi pembakaran
parsial. Pada bilik kedua, proses yang dilangsungkan adalah penyempurnaan pembakaran menjadi gas.
Hasil pembakaran berupa padatan (clinkers) keluar pada akhir silinder. Abu (bottom ash) yang dihasilkan
dari pembakaran, jatuh melewati penggangan, tapi banyak juga partikel-partikel yang kemudian terbawa
oleh gas. Partikel-partikel yang terbawa oleh gas dibakar lagi pada unit afterburner sehingga gas yang
akan dibuang ke atmosfir diharapkan telah bebas partikel-partikel sisa pembakaran.
• Memutar limbah di dalam ke dalam kontainer silinder melalui pencampuran dengan udara
• Temperatur operasi antara 1500-3000 F
• Tahan pada temperature tinggi
• Mampu mengolah sampah cair, lumpur, padatan, atau gas dalam jumlah besar
• Beroperasi secara batch, sehingga lebih fleksibel dibandingkan kontinu
• Mudah dipindahkan untuk melakukan pengolahan di tempat
• Sampah yang akan diolah tidak perlu dipisahkan
Limbah yang dapat diolah adalah cairan organik, gas, dan padatan. Penghancuran limbah terjadi pada
rentang temperatur operasi 1400-2000o F, dan dapat dilakukan pada kondisi isotermal. Pada insinerator
jenis ini, penghancuran limbah terjadi di mana bahan dalam kondisi terfluidakan. PAda tungku terdapat
media padat yang berfungsi sebagai penyimpan panas, seperti pasir.
Salah satu kelebihan insinerator tipe fluidized bed adalah dimungkinkannya penggunaan limestone dalam
unggun yang berguna sebagai penangkap zat halogen dan senyawa lain sehingga dapat mengurangi
kandungan asam dalam gas buang. Akan tetapi, limbah yang akan diproses dalam FBI harus dipisahkan
dari bahan yang dapat melelh seperti kaca dan logam bertitik lelh rendah. Karena lelehan (slag) dapat
mengganggu fluidisasi.
5. Multihearth Furnace
Terdiri dari sebuah rak baja, tungku berbentuk lingkaran yang disusun seri satu di atas yang lainnya dan
biasanya berjumlah 5-8 buah, sharft rabble arms dengan rabble teethnya dengan kecepatan putar ¾-2 rpm.
Temperatur operasi 1400-1800oC
Limbah yang diproses memiliki kandungan padatan minimum antara 14-50% berat. Hal ini diakibatan
oleh limbah yang memiliki kandungan padatan di bawah 15% berat akan mengalir dalam tungku dan
rablle menjadi tidak efektif. Jika kandungan padatan di atas 50%, maka lumpur bersifat padatan dan akan
menutup rabble teeth
Mutihearth furnace memiliki tiga zona yaitu:
• Zona Pengeringan
Terletak di bagian atas furnace dan berguna untuk memanaskan dan manguapkan air yang dikandung oleh
umpan sekaligus mendinginkan gas panas yang akan keluar dari furnace.
• Zona Pembakaran
Terletak di bagian tengah furnace dan berguna untuk membakar lumpur. Jika lumpur terlalu kering atau
kandungan minyak dalam limbah terlalu tinggi maka sebuah afterburnerperlu ditambahkan. Afterburner
berguna untuk menjaga kalau ada senyawa volatilyang tidak terbakar yang menyebabkan asap dan bau
emisi. Afterburner akan efektif jika ditempatkan pada aliran keluaran gas insinerator
• Zona Pendinginan
Terletak pada bagian bawah furnace berguna untuk mendinginkan abu sisa pembakaran dengan cara
memindahkan panas sensibel udara pembakar yang diumpankan bagian bawah furnace.
Sisa abu yang keluar dari multihearth furnace tidak beracun dan inert. Sehingga abu ini dapat digunakan
sebagai bahan baku dari produk seperti batu bata.
Insinerator jenis ini terdiri dari sebuah nozel yang akan mengatomisasi limbah yang akan dibakar, dan
alat penunjang lainnya. Limbah yang dapat diolah dengan sistem ini adalah limbah cair dan lumpur yang
dapat dipompa. Temperatur pembakaran antara 1300-3000oF. Limbah yang akan dibakr diatomisasi
dengan ukuran partikel antara 40-100 µm dan disemburkan ke dalam ruang bakar. Efisiensi destruksi
ditentukan oleh banyaknya pengembunan dan uap yang bereaksi. Turbulensi sangat diinginkan untuk
mendapatkan destruksi limbah organik setinggi mungkin. Penempatan dan peletakan alat pembakar (fuel
burner) serta nozel penginjeksi akan bergantung pada lairan cairan yang akan diinsinerasi.
Dengan berbagai jenis insenerator tersebut maka jenis insinerator yang paling baik digunakan untuk
pengolahan sampah kering: Rotary-kiln, fixed bed incinerator. Jenis incinerator yang digunakan untuk
menginsinerasi sampah tanpa perlu dipisahkan: Fluidized bed incinerator. Sedangkan jenis incinerator
yang digunakan untuk pengolahan sampah dengan pemisahan: Aqueous waste injection, mutihearth
furnace.
Setiap pengolahan limbah mempunyai perilaku yang berbeda-beda dan tergantung dari mana
asalnya. Secara umum berdasarkan sifat fisiknya yaitu : bentuk padat , cair dan gas. Untuk
mengolah limbah tentunya kita harus tahu sifat dan perilaku matrial yang akan kita olah, antara
lain :
Pada kasus “pengolahan limbah medis” ternyata ke tiga sifat fisik : padat,cair dan gas ada semua
yang mana berdampak pada pencemaran lingkungan. Ada beberapa sampah medis antara lain :
3) Bekas kemasan obat : alumunium foil , plastik , kertas ,gelas (botol kaca)
Karena mesin yg dipakai adalah Incenerator ( pembakar limbah ) maka di sini akan diuraikan
data properties dari kajian panas (thermal) :
• Obat padat : kalium,kalsium,matrial2 organik yg akan berubah di bawah 600’C menjadi abu.
• Obat cair : base material air akan berubah fase jadi gas di temperatur 100’C berikut bahan
terlarutnya akan habis di bawah temperatur 300’C
• Plastik : fase leleh di kisaran 150’C dan di kisaran 250- 300’C fasenya berubah jadi gas.. ini
kemasan yang berbasis PP,PE,HD,HDPE .
• Alumunium foil akan leleh di kisaran 680 – 720 ‘C dan akan berubah fasenya menjadi uap di
temperatur 2519’C
• Gelas : base material gelas/kaca adalah silica,CaO, Ca CO3 Secara umum kaca akan leleh di
temperatur kisaran 900’C, begitu juga CaO dan CaCO3 akan berubah fase jadi abu di temperatur
640’C ( kalsium silicate) tapi karena kandungan yg dominan adalah silica maka kaca akan
menguap di temperatur 2200’C.
• Jarum suntik : terdiri dari Fe (besi), Nikel, yg umum di sebut Stainless steel, besi titik lelehnya
1538’C, dan titik didihnya 2862’C sedangkan Nikel titik leleh 1455’C dan titik didih 2913’C.
Mesin Incenerator pada umumnya mempunyai sumber panas yang berbasis: solar , minyak tanah
atau gas LPG artinya sumber panasnya adalah dari efek api yg ditimbulkan karena pembakaran
bahan bakar. Sedangkan panas maksimal yang bisa ditimbulkan oleh bahan bakar tersebut di atas
adalah maksimal 1250’C kecuali ada tambahan gas Oksigen murni atau Hidrogen , atau mixing
dari beberapa gas, kondisi mixing akan bisa mendapatkan temperatur 1800’C – 2200’C. Keadaan
yang lain adalah bahan tungku (bata api),, secara umum bahan bakunya adalah alumunium
oksida, yg akan terbakar dan meleleh di temperatur 1640’C.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Insenerator merupakan teknologi penanganan sampah berupa pembakaran sampah
menjadi sejumlah panas yang kemudian dapat dikonversi atau dikonversi kembali
menjadi energi. Insenerasi dan semua metode penanganan sampah berbasis panas
dikenal juga dengan istilah “thermal treatment”. Metode insenerasi mengubah
sampah menjadi bottom ash (abu), gas buangan, particulat, dan panas, yang
kemudian bisa digunakan untuk mebangkitkan tenaga listrik. Gas buangan yang
dihasilkan dibersihkan terebih dahulu sebelum kemudian di buang ke atmosfir.
Metode insenerasi dengan konservasi energi merupakan salah satu jenis Waste-to-
energy (WtE) technology. Jenis-jenis teknologi lainnya yang termasuk WtE adalah
gasifikasi, plasma arc gasifikasi, pirolisis, dan anaerobic digestion. Insenerasi di
lain pihak juga bisa digunakan tanpa melibatkan proses konservasi energi dan
material. Di beberapa kota, masih terdapat beberapa ahli/komunitas lokal yang
mempertanyakan dampak lingkungan yang ditimbulkan akibat insenerator.
Setiap pengolahan limbah mempunyai perilaku yang berbeda-beda dan tergantung dari mana
asalnya. Secara umum berdasarkan sifat fisiknya yaitu : bentuk padat , cair dan gas. Untuk
mengolah limbah tentunya kita harus tahu sifat dan perilaku matrial yang akan kita olah, antara
lain :
• Dampak perubahan karena proses ( dibakar,diuapkan,dicampur,diaduk dll)
https://www.academia.edu/10679198/INCINERATOR_SEBAGAI_PEMBAKAR_SAMPAH_MEDIS
https://www.academia.edu/11239469/teknologi_pemusnah_sampah?auto=download