Anda di halaman 1dari 3

Awal Mula Islam Masuk Ke-Nusantara

Beberapa teori tentang proses awal mula masuknya Islam ke Nusantara. Diantara teori-
teori tersebut adalah Teori Mekah oleh Prof. DR. Buya Hamka, Teori Persia Oleh Prof. DR. Abu
Bakar Aceh, Teori Cina oleh Prof. Slamet Muljana, Teori Maritim oleh NA. Baloch, dan Teori
Gujarat oleh Orientalis Belanda Snouck Hurgronje. Terkait mana yang lebih mendekati kebenaran,
kiranya pendapat Prof. Dr. Buya Hamka yang mendasarkan pada berita cina dari Dinasti T’ang
adalah fakta sejarah yang paling valid (rajih).
Prof. DR. Buya Hamka Menuliskan,” Ahli sejarah yang ada yang berkata bahwa di zaman
pemerintahan Yazid bin Muwiyah, Khalifah Bani Umayyah yang kedua, telah terdapat
sekelompok keluarga orang Arab di Pesisir Barat pulau Sumatera. Artinya sebelum Habis Seratus
tahun setelah Nabi Muhammad SAW. Tetapi di kurun-kurun ketiga dank e empat Hijriyah, di
zaman keemasan Daulah Bani Abbas di Bagdad sudah banyak pelajar dan pengembara bangsa
arab itu menyebut-nyebut pulau Sumatera, ketika mereka membicarakan suatu kerajaan Buddha
yang dikenal dalam kitab-kitab mereka dengan nama “Syarbazah” atau kerajaan Sriwijoyo yang
terletak di Palembang, Ibu Negeri Sumatera Selatan sekarang ini.
Pendapat Prof. Dr. Buya Hamka ini juga dikuatkan oleh pendapat beberapa sejrawan.
Diantaranya adalah Prof. Ahmad Mansur Suryanegara yang berkesimpulan bahwa Islam masuk
ke Nusantara langsung dari Mekahsejak Abad ke-7 melaui Aceh.
Islam pertama kali masuk ke Sumaterasejak abad 7 juga disebutkan oleh W.P. Groeneveldt
yang menjelaskan bahwa berdasarkan berita Cina zaman Tang. Pada abad 7 Masyarakat muslim
telah ada, baik di Kanfu (Kanton) maupun di daerah Sumatera sendiri. Oleh karena Islam sendiri
masuk ke Cina Tiongkok pada abad ke-7, ketika Khalifah ke-3, Utsman bin Affan (577-656 M)
mengirim utusannya yang pertama menghadap Kaisar Yong Hui dari Dinasti Tang pada 2
Muharram 31 H/25 Agustus 651 M.
Ini terjadi oleh karena saat Kerajaan Sriwijoyo di Sumatera mengembangkan
Kekuasaannya pada sekitar abad 7 dan 8 M sebagaimana dalam prasasti Ligor 775, berita Cina
dan Arab, selat Malaka sudah mulai dilalui oleh pedagang-pedagang muslim dalam pelayarnnya
ke negeri-negeri di Asia Timur dan Asia Tenggara.
Perkembangan Islam melaui pelayaran dan perdagangan secara Internasional antara
negeri-negeri di Asia bagian Barat dipengarui oleh kuatnya dominasi kekuasaan Islam Bani
Umayyah. Sedangkan perkembangan Isalm di Asia bagian tenggara maupun Timur dipengaruhi
oleh kuatnya dominasi Islam di kerajaan Cina Masa Dinasti T’ang.
Sayyid Naguib Al Attas Juga menjelaskan tentang Masuknya Islam ke Nusantara sejak
Abad 7. Pada abad ke-7 ini, oramg-orang Islam telah memiliki perkampungan di Kanton,
menunjukkan kegembiraannya menyaksikan derajat keagamaan yang tinggi dan otonomi
pemerintahan; dimana mereka akan memelihara kelangsungn perkampungan serta organisasi di
Kedah dan di Palembang.
Bukti lainnya adalah sebuah literature kuna Arab yang berjudul ‘Aja’ib Al-Hind yang
ditulis oleh Buzurg bin Shahriyar Al-Ramhurmuzi pada tahun 1000 M, memberikan gambaran
bahwa ada perkampungan-perkampungan muslim yang terbangun di wilayah kerajaan Sriwijoyo.
Hubungan Sriwijoyo dengan Kekhalifaan Islam di Timur tengah terus berlanjut hingga di masa
Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Ibnu AbdurRabbih dalam karyanya Al-Iqud Al-Farid
menyebutkan Bahwa ada proses korespondensi yang berlangsung antara raja Sriwijoyo kala itu,
Sri Indravarman dengan Khalifah yang terkenal Adil tersebut. Sedangkan telah diketahui bahwa
Khalifah Umar bin Abdul Aziz menjabat khalifah dari Bani Umayyah selama 3 tahun 717-720 M.
Dari bukti-bukti tersebut, sangat jelas bahwa teori awal mula masuknya Islam ke
Nusantara, seperti Teori Cina, Teori Persia, Teori Maritim, apalagi teori Gujarat semuanya telah
tertolak. Teori Mekah yang menyatakan bahwa Islam Masuk pertama kali ke Nusantara melaui
Aceh dari Mekah pada Abad ke 7 adalah teori yang kuat dari semua teori yang ada. (Rachmad
Abdullah, WALISONGO, Hlm. 28-33)
Akan tetapi, periode ini Islam belum berkembang secara menyeluruh dan hanya beberapa
wilayah yang sudah memeluk Islam, misalnya sebagian sumatera dan sebagian pantai utara Jawa.
Adapun perkembangan selanjutnya Islam berkembang secara lebih besar pada abad ke-12
yang dibawa oleh para Muballigh Islam, yang disamping menyebarkan Islam, mereka juga
saudagar . adapun pada periode ini, Islam dikembangkan oleh saudagar Arab dan mungkin
saudagar dari Gujarat serta penduduk pribumi sendiri.
Sejak Islam dikenal di Indonesia itulah, Islam terus berkembang dengan pesat. Menurut
para sejarawan, Islam masuk ke Indonesia yang waktu itu kuat mengikuti paham lama, yaitu
menganut agama Hindu, Budha, bahkan Animisme dan Dinamisme.
Jalur-jalur yang dilakukan oleh para penyebar Islam yang mula-muladi Indonesia adalah
sebagai berikut:
1. Melalui Jalur perdagangan

Pada taraf permulaan, saluran Islamisasi adalah perdagangan, Kesibukan lalu lintas
perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 M membuat para pedagang Muslim (Arab,
Persia, dan Hindia) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian barat,
tenggara, dan timur benua Asia. Islamisasi melalui perdagangan ini sangat menguntungkan
Karena Raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan. Mereka yang
melakukan dakwah Islam, sekaligus juga sebagai pedagang yang menjajakan dagangannya
kepada penduduk Pribumi.
2. Melaui jalur perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status social yang lebih baik daripada
kebanyakan pribumi sehingga penduduk pribumi, terutama putri-putri bangsawan, tertarik
untuk menjadi istri saudagar-saudagar itu. Sebelummenikah mereka diIslamkan terlebih
dahulu. Setelah mereka memiliki keturunan, lingkungan mereka semakin luas. Akhirnya
timbul kampong-kampung, daerah-daerah, kerajaan-kerajaan muslim.
3. Melalui jalur Taswwuf
Para penyebar Islam juga dikenal sebagai pengajar-pengajar Tasawwuf. Mereka
mngajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh
masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam hal magis dan memiliki kekuatan-kekuatan
menyembuhkan. Di antara merekan ada juga yang mengawini putri-putri bangsawan
setempat , “bentu” Islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan
dengan alam pemikiran mereka yang sebelumnya mengikuti agama Hindu, sehingga
agama baru itu mudah dimengerti dan mudah diterima. Kehidupan Mistik bagi masyarakat
Indonesia sudah menjadi bagian dari kepercayaan mereka. Oleh karena itu penyebaran
Islam kepada masyarakat Indonesia melaui jalur tasawwuf atau mistis ini mudah diterima
karena sesuai dengan alam pikiran masyarakat Indonesia. Misalnya menggunakan Ilmi-
ilmu Riyadlah dan kesaktian dalam proses penyebaran Islam kepeda penduduk setempat.
4. Melalui jalur pendidikan
Dalam Islamisasi di Indonesia ini, juga dilakukan melaui jalur pendidikan seperti
pesantren, surau, masjid dan lain-lain yang dilakukan oleh guru –guru Agama, Kiai dan
‘Ulama. Jalur pendidikan digunakan oleh para Wali khususnya di Jawa dengan membuka
lembaga pendidikan pesantren sebagai tempat kaderisasi muballigh-muballigh Islam
dikemudian Hari. Setelah keluar dari pesantren atau pondok, mereka pulang ke rumah
masing-masing atau berda’wah ke tempat tertentu mengajarkan Islam. Misalnya pesantren
yang didirikan Raden Rahmat di Ampel Denta Surabaya, dan pesantern Giri yang
didirikanolehSunan Giri di Gresik. Keluaran pesantren ini banyak yang diundang ke
Maluku untuk melakukan dakwah Islam di sana.
5. Melalui Jalur kesenian
Para penyebar Islam juga menggunakan kesenian dalam rangka penyebaran Islam, antara
lain dengan wayang, sastra, dan berbagai kesenian Lainnya. Pendekatan jalur kesenian
dilakukan oleh para penyebar Islam seperti Wali songo untuk menarik perhatian dikalangan
mereka, sehingga dengan tanpa terasa mereka telah tertarik kepada ajaran-ajaran
Islamsekalipun pada awalnya tertarik dikarenakan media tersebut.
6. Melalui Jalur Politik
Para penyebar Islam juga menggunakan pendekatan politik dalam penyebaran Islam.
Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di Indonesia. Sebagaimana
diketahui, melaui jalur politik para walisongo melakukan strategi dakwah mereka di
kalangan para pembesar kerajaan seperti majapahit, Padjajaran, bahkan para walisongo
mendirikan kerajaan Demak, Sunan Ginungjati juga mendirikan kerajaan Cirebon dan
kerajaan Banten.Kesemuanya dilakukan untuk melaukan pendekatan dalam rangka
penyebaran Islam. ( Samsul Munir Amin,Sejarah Peradaban Islam, Hlm. 306-308)

Anda mungkin juga menyukai