Anda di halaman 1dari 10

Nama : Rasvina Mastari Matondang

Nim : 7202441006

Mata Kuliah : Kepemimpinan

Prodi : Pendidikan Ekonomi

Kelas : B

SOAL :

1. Jelaskan konsep kepemimpinan dan menegement.


2. Kemukakan perbedaan pemimpin dan menager.
3. Kemukakan perkembangan model dan teori kepemimpinan
4. Uraikanlah gaya-gaya kepemimpinan.
5. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang kepemimpinan operasional.
JAWABAN :

1. Konsep Kepemimpinan dan manajemen yaitu :


 Manajemen dalam melakukan pengambilan keputusan akan melibatkan kegiatan
perencanaan, pengendalian dan pengorganisasian dan memberikan pekerjaan
kepada orang yang dinilai mampu untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut atau
memberikan motivasi kepada mereka dalam menyelesaikan pekerjaannya. Fungsi-
fungsi ini tidak akan dapat dilakukan oleh manajemen jika manajemen tidak
memiliki kemampuan untuk memimpin orang lain dan mengetahui orang-orang
yang memiliki kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut.
 Kepemimpian adalah suatu proses yang dinamis sehingga mempengaruhi orang
lain.
2. Perbedaan pemimpin dan manajer yaitu :
 Pemimpin Bisa Mempengaruhi, Manajer Justru Meniru
Kuatnya kharisma yang dimiliki oleh seorang pemimpin perusahaan biasanya
berhasil mempengaruhi karyawan untuk melakukan hal yang diinginkan oleh
pemimpin. Bahkan karyawan yang sudah sangat terpengaruh oleh pemimpinnya
akan bersikap atau berpenampilan seperti pimpinannya.
Di sisi lain, manajer justru akan meniru dan menjadikan orang lain sebagai role
model dalam menjalankan aktivitas perusahaan. Manajer akan memperhatikan
oranglain yang dianggap hebat, kemudian seorang manajer akan meniru bagaimana
strategi yang diterapkan orang tersebut dalam mengatur perusahaan.
 Pemimpin Akan Memotivasi, Manajer Hanya Memerintah
Jika membagikan sebuah tugas seorang pemimpin akan memotivasi karyawannya
untuk mengerjakan pekerjaan tersebut dengan sepenuh hati dan diiringi dengan
performa yang sebaik-baiknya. Sedangkan manajer hanya memerintah tugas apa
saja yang harus dikerjakan tanpa memberi motivasi kepada staffnya.
 Pemimpin Memberikan Ide, Manajer Mewujudkan Ide
Ide yang bertebaran dalam imajinasi pemimpin akan diberikan kepada karyawan
agar ide tersebut bisa segera diwujudkan secara nyata. Meski ide yang diberikan
terkadang bisa di luar nalar manusia dan mustahil untuk diwujudkan, namun hal
tersebut tak menghalangi keinginan pemimpin untuk mewujudkannya. Justru hal
tersebut bisa mengasah dan menambah kemampuan karyawannya untuk berpikir
kreatif.
Sementara itu, manajer akan berusaha keras untuk mewujudkan ide yang telah
diberikan oleh pimpinan. Manajer akan membuat daftar kerja dan membagikannya
kepada setiap staff untuk dijalankan. Manajer pun akan terus mengawasi setiap staff
untuk mengerjakan tugasnya dengan baik dan benar. Semua komponen dalam
perusahaan pun saling bekerjasama satu sama lain untuk mewujudkan impian
perusahaan
 Pemimpin Senang Mengambil Resiko, Manajer Justru Mengatur Resiko
Resiko yang besar tidak menghalangi pemimpin untuk mencapai suatu tujuan.
Bukankah dalam prinsip bisnis ada yang namanya high risk high return? Jadi,
semakin besar resiko yang akan ditanggung peusahaan maka semakin besar pula
hasil yang akan didapatkan oleh perusahaan.
Berbeda halnya dengan manajer yang justru takut menanggung resiko yang besar.
Sehinga ia membuat analisis dan strategi dengan sebaik mungkin untuk
meminimalisir resiko kegagalan yang mungkin akan dialami oleh perusahaan.
 Pemimpin Idealis, Manajer Realistis
Idealisme yang kuat biasanya dimiliki oleh pemimpin karena pemimpin ingin segala
sesuatunya berjalan dengan sempurna dan sesuai dengan ekspektasi. Sedangkan
manager yang biasanya lebih mengetahui keadaan atau kondisi di lapangan
cenderung realistis dalam menyikapi suatu hal. Manajer berpikir begitu karena
terkadang apa yang diharapkan oleh pemimpin tidak bisa dilaksanakan dengan baik
oleh para staff di lapangan.
 Pemimpin Cenderung Dinamis, Manajer Cenderung Statis
Pemimpin tidak takut menghadapi perubahan yang terjadi di dalam perusahaan.
Baik perubahan yang disebabkan oleh faktor internal maupun faktor eksternal.
Pemimpin pun akan mudah sekali beradaptasi dengan peristiwa yang sedang terjadi
tanpa mengalami hambatan sedikit pun.
Lain halnya dengan manajer yang cenderung mempertahankan sesuatu yang telah
ada di dalam perusahaan. Manajer juga mengalami kesulitan jika menghadapi
sebuah perubahan. Hal ini bisa saja terjadi, karena manajer terlalu nyaman dengan
keadaan atau sistem yang sudah ada sebelumnya.
 Pemimpin Penuh Imajinasi, Manajer Penuh Analisis
Pemimpin memiliki berjuta-juta ide kreatif di dalam kepalanya untuk melakukan
inovasi demi kemajuan sebuah perusahaan. Imajinasi yang dimiliki pemimpin tidak
terbatas. Hal tersebut biasanya karena pemimpin memiliki pengetahuan yang begitu
luas akan suatu hal. Sehingga hal tersebut melahirkan ide-ide kreatif yang siap
diwujudkan.
Lain pikiran pemimpin, lain pula pikiran manajer yang dipenuhi dengan hal-hal
detail atau analisis terhadap suatu hal. Biasanya hal tersebut berkaitan dengan hasil
kerja karyawan yang manajer awasi. Manajer pun sangat teliti saat memeriksa
tugas-tugas yang telah diberikan dan memperhatikan setiap detail pekerjaan yang
dilakukan oleh staffnya. Hal tersebut dilakukannya untuk mendapatkan hasil yang
baik. Dan tentu saja mencapai target perusahaan.
 Pemimpin Memiliki Pengikut, Manajer Memiliki Bawahan
Pengaruh yang kuat mampu membuat seorang pemimpin memiliki pengikut yang
banyak. Bagaimana tidak? Jika apapun yang dilakukan atau diucapkan seorang
pemimpin selalu ditiru oleh karyawannya. Para karyawan selalu siap siaga
mengikuti setiap instruksi atau arahan dari pemimpinnya karena para karyawan
memiliki loyalitas yang tinggi terhadap perusahaan.
Sedangkan manajer hanya memiliki bawahan karena sebuah struktur perusahaan.
Bukan karena manajer menjadi panutan para karyawan seperti pemimpin
perusahaan. Staff pun hanya bekerja sesuai dengan arahan manajer untuk mencapai
target yang dimiliki perusahaan.
 Pemimpin Melibatkan Perasaan, Manajer Melibatkan Logika
Dalam memandang suatu hal, pemimpin cenderung melibatkan perasaannya. Oleh
karena itu rasa empati yang dimiliki pemimpin sangat tinggi. Ia selalu mencoba
memahami apa yang dirasakan oleh orang lain, terutama karyawannya. Begitu pun
dalam memutuskan suatu perkara, ia akan mempertimbangkan baik buruknya
suatu keadaan berdasarkan perasaannya.
Bertolak belakang dengan manajer yang akan melibatkan logikanya saat
menghadapi suatu masalah. Manajer akan menimbang baik-buruknya suatu hal
dengan lebih objektif dan mengindahkan perasaannya. Bahkan manajer akan
memperkuat keputusannya berdasarkan data-data yang telah dikumpulkannya.
 Pemimpin Memikirkan Proses, Manajer Memikirkan Hasil
Dalam sebuah project perusahaan tentu saja ada proses yang harus dilewati oleh
setiap karyawan. Entah proses itu membawa kegagalan atau keberhasilan bagi
perusahaan, seorang pemimpin akan melihat proses yang dialami oleh karyawan
adalah sebuah pembelajaran. Jika gagal hal tersebut bisa dijadikan bahan evaluasi
dan jika berhasil hal tersebut bisa terus digunakan untuk kemajuan perusahaan di
masa mendatang.
Namun, bagi manajer proses bukanlah sesuatu yang berarti karena manajer fokus
pada hasil yang baik. Dengan segala daya dan upaya, manajer akan berusaha keras
untuk mencapai target. Manajer akan mengerahkan kekuatan timnya dan membuat
strategi yang baik untuk mendapatkan hasil yang memuaskan perusahaan.
 Pemimpin Mengandalkan Kepercayaan, Manajer Mengandalkan Kekuasaan
Kepercayaan menjadi modal utama seorang pemimpin, ia bisa dengan mudahnya
memberi instruksi kepada karyawan. Karyawan pun sangat percaya pada setiap
arahan yang diberikan oleh pemimpinnya. Dan tentu saja, karyawan selalu
melaksanakan pekerjaan tersebut dengan penuh semangat.
 Pemimpin Ingin Meningkatkan Target, Manajer Hanya Memenuhi Target
Ketika mencapai sebuah target pemimpin ingin terus meningkatkan kualitas
perusahaan dan membuat target baru, sedangkan manajer cenderung puas dengan
target yang berhasil dicapai.
 Pemimpin Melanggar Aturan, Manajer Menegakkan Aturan
Jika suatu aturan menghambat kinerja para karyawan maka seorang memimpin
akan meminta karyawannya untuk melanggar saja aturan yang ada. Bahkan
mungkin, membuat aturan baru yang bisa meningkatkan kinerja karyawan.
Sedangkan, manajer justru akan mentaati setiap aturan yang telah ada sebelumnya.
Bahkan seorang manajer akan sangat berhati-hati dalam melaksanakan setiap
pekerjaan dan tetap berada pada alur yang sesuai aturan perusahaan.
 Pemimpin Menantang Keadaan, Manajer Menerima Keadaan
Ketika seorang pemimpin dihadapkan pada suatu hal, ia tidak bisa tinggal diam dan
selalu ingin menantang keadaan yang sebenarnya sudah baik dan relatif stabil.
Pemimpin melakukan hal tersebut demi mengupayakan kemajuan perusahaan di
masa mendatang.
Berbeda dengan pemimpin, manajer justru cenderung menerima keadaan dan tidak
terlalu bersemangat untuk meningkatkan target perusahaan karena menurutnya ia
sudah berhasil memenuhi target yang telah diminta oleh perusahaan.
3. Perkembangan model dan teori kepemimpinan.
A. PERKEMBANGAN MODEL KEPEMIMPINAN
Berikut ini akan dibahas tentang perkembangan pemikiran ahli-ahli manajemen
mengenai model-model kepemimpinan yang ada dalam literatur.
a) Model Watak Kepemimpinan (Traits Model of Leadership)
Pada umumnya studi-studi kepemimpinan pada tahap awal mencoba meneliti
tentang watak individu yang melekat pada diri para pemimpin, seperti misalnya:
kecerdasan, kejujuran, kematangan, ketegasan, kecakapan berbicara, kesupelan
dalam bergaul, status sosial ekonomi mereka dan lain-lain (Bass 1960, Stogdill
1974).
Stogdill (1974) menyatakan bahwa terdapat enam kategori faktor pribadi yang
membedakan antara pemimpin dan pengikut, yaitu kapasitas, prestasi, tanggung
jawab, partisipasi, status dan situasi. Namun demikian banyak studi yang
menunjukkan bahwa faktor-faktor yang membedakan antara pemimpin dan
pengikut dalam satu studi tidak konsisten dan tidak didukung dengan hasil-hasil
studi yang lain. Disamping itu, watak pribadi bukanlah faktor yang dominant
dalam menentukan keberhasilan kinerja manajerial para pemimpin. Hingga
tahun 1950-an, lebih dari 100 studi yang telah dilakukan untuk mengidentifikasi
watak atau sifat personal yang dibutuhkan oleh pemimpin yang baik, dan dari
studi-studi tersebut dinyatakan bahwa hubungan antara karakteristik watak
dengan efektifitas kepemimpinan, walaupun positif, tetapi tingkat signifikasinya
sangat rendah (Stogdill 1970).
b) Model Kepemimpinan Situasional (Model of Situasional Leadership)
Model kepemimpinan situasional merupakan pengembangan model watak
kepemimpinan dengan fokus utama faktor situasi sebagai variabel penentu
kemampuan kepemimpinan. Studi tentang kepemimpinan situasional mencoba
mengidentifikasi karakteristik situasi atau keadaan sebagai faktor penentu
utama yang membuat seorang pemimpin berhasil melaksanakan tugas-tugas
organisasi secara efektif dan efisien. Dan juga model ini membahas aspek
kepemimpinan lebih berdasarkan fungsinya, bukan lagi hanya berdasarkan
watak kepribadian pemimpin.
Hencley (1973) menyatakan bahwa faktor situasi lebih menentukan
keberhasilan seorang pemimpin dibandingkan dengan watak pribadinya.
Menurut pendekatan kepemimpinan situasional ini, seseorang bisa dianggap
sebagai pemimpin atau pengikut tergantung pada situasi atau keadaan yang
dihadapi. Banyak studi yang mencoba untuk mengidentifikasi karakteristik
situasi khusus yang bagaimana yang mempengaruhi kinerja para pemimpin.
Hoy dan Miskel (1987) misalnya, menyatakan bahwa terdapat empat faktor
yang mempengaruhi kinerja pemimpin, yaitu sifat struktural organisasi
(structural properties of the organisation), iklim atau lingkungan organisasi
(organisational climate), karakteristik tugas atau peran (role characteristics)
dan karakteristik bawahan (subordinate characteristics
c) Model Pemimpin yang Efektif (Model of Effective Leaders)
Model kajian kepemimpinan ini memberikan informasi tentang tipe-tipe tingkah
laku (types of behaviours) para pemimpin yang efektif. Tingkah laku para
pemimpin dapat dikatagorikan menjadi dua dimensi, yaitu struktur
kelembagaan (initiating structure) dan konsiderasi (consideration). Dimensi
struktur kelembagaan menggambarkan sampai sejauh mana para pemimpin
mendefinisikan dan menyusun interaksi kelompok dalam rangka pencapaian
tujuan organisasi serta sampai sejauh mana para pemimpin mengorganisasikan
kegiatan-kegiatan kelompok mereka. Dimensi ini dikaitkan dengan usaha para
pemimpin mencapai tujuan organisasi. Dimensi konsiderasi menggambarkan
sampai sejauh mana tingkat hubungan kerja antara pemimpin dan bawahannya,
dan sampai sejauh mana pemimpin memperhatikan kebutuhan sosial dan emosi
bagi bawahan seperti misalnya kebutuhan akan pengakuan, kepuasan kerja dan
penghargaan yang mempengaruhi kinerja mereka dalam organisasi. Dimensi
konsiderasi ini juga dikaitkan dengan adanya pendekatan kepemimpinan yang
mengutamakan komunikasi dua arah, partisipasi dan hubungan manusiawi
(human relations).
Halpin (1966), Blake and Mouton (1985) menyatakan bahwa tingkah laku
pemimpin yang efektif cenderung menunjukkan kinerja yang tinggi terhadap
dua aspek di atas.Mereka berpendapat bahwa pemimpin yang efektif adalah
pemimpin yang menata kelembagaan organisasinya secara sangat terstruktur,
dan mempunyai hubungan yang persahabatan yang sangat baik, saling percaya,
saling menghargai dan senantiasa hangat dengan bawahannya.Secara ringkas,
model kepemimpinan efektif ini mendukung anggapan bahwa pemimpin yang
efektif adalah pemimpin yang dapat menangani kedua aspek organisasi dan
manusia sekaligus dalam organisasinya.
d) Model Kepemimpinan Kontingensi (Contingency Model)
Studi kepemimpinan jenis ini memfokuskan perhatiannya pada kecocokan
antara karakteristik watak pribadi pemimpin, tingkah lakunya dan variabel-
variabel situasional.Kalau model kepemimpinan situasional berasumsi bahwa
situasi yang berbeda membutuhkan tipe kepemimpinan yang berbeda, maka
model kepemimpinan kontingensi memfokuskan perhatian yang lebih luas,
yakni pada aspek-aspek keterkaitan antara kondisi atau variabel situasional
dengan watak atau tingkah laku dan kriteria kinerja pemimpin (Hoy and Miskel
1987).
Model kepemimpinan Fiedler (1967) disebut sebagai model kontingensi karena
model tersebut beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap efektifitas
kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan (leadership
style) dan kesesuaian situasi (the favourableness of the situation) yang
dihadapinya. Menurut Fiedler, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi
kesesuaian situasi dan ketiga faktor ini selanjutnya mempengaruhi keefektifan
pemimpin. Ketiga faktor tersebut adalah hubungan antara pemimpin dan
bawahan (leader-member relations), struktur tugas (the task structure) dan
kekuatan posisi (position power).
Hubungan antara pemimpin dan bawahan menjelaskan sampai sejauh mana
pemimpin itu dipercaya dan disukai oleh bawahan, dan kemauan bawahan
untuk mengikuti petunjuk pemimpin. Struktur tugas menjelaskan sampai sejauh
mana tugas-tugas dalam organisasi didefinisikan secara jelas dan sampai sejauh
mana definisi tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan petunjuk yang rinci dan
prosedur yang baku. Kekuatan posisi menjelaskan sampai sejauh mana
kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin karena posisinya
diterapkan dalam organisasi untuk menanamkan rasa memiliki akan arti
penting dan nilai dari tugas-tugas mereka masing-masing. Kekuatan posisi juga
menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin (misalnya) menggunakan
otoritasnya dalam memberikan hukuman dan penghargaan, promosi dan
penurunan pangkat (demotions).
Model kontingensi yang lain, Path-Goal Theory, berpendapat bahwa efektifitas
pemimpin ditentukan oleh interaksi antara tingkah laku pemimpin dengan
karakteristik situasi (House 1971). Menurut House, tingkah laku pemimpin
dapat dikelompokkan dalam 4 kelompok: supportive leadership (menunjukkan
perhatian terhadap kesejahteraan bawahan dan menciptakan iklim kerja yang
bersahabat), directive leadership (mengarahkan bawahan untuk bekerja sesuai
dengan peraturan, prosedur dan petunjuk yang ada), participative leadership
(konsultasi dengan bawahan dalam pengambilan keputusan) dan achievement-
oriented leadership (menentukan tujuan organisasi yang menantang dan
menekankan perlunya kinerja yang memuaskan).
MenurutPath-Goal Theory, dua variabel situasi yang sangat menentukan
efektifitas pemimpin adalah karakteristik pribadi para bawahan/karyawan dan
lingkungan internal organisasi seperti misalnya peraturan dan prosedur yang
ada. Walaupun model kepemimpinan kontingensi dianggap lebih sempurna
dibandingkan model-model sebelumnya dalam memahami aspek
kepemimpinan dalam organisasi, namun demikian model ini belum dapat
menghasilkan klarifikasi yang jelas tentang kombinasi yang paling efektif antara
karakteristik pribadi, tingkah laku pemimpin dan variabel situasional.
e) Model Kepemimpinan Transformasional (Model of Transformational Leadership)
Model kepemimpinan transformasional merupakan model yang relatif baru
dalam studi-studi kepemimpinan.
Burns (1978) merupakan salah satu penggagas yang secara eksplisit
mendefinisikan kepemimpinan transformasional. Menurutnya, untuk
memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang model kepemimpinan
transformasional, model ini perlu dipertentangkan dengan model
kepemimpinan transaksional. Kepemimpinan transaksional didasarkan pada
otoritas birokrasi dan legitimasi di dalam organisasi.
Untuk memotivasi agar bawahan melakukan tanggungjawab mereka, para
pemimpin transaksional sangat mengandalkan pada sistem pemberian
penghargaan dan hukuman kepada bawahannya. Sebaliknya, Burns menyatakan
bahwa model kepemimpinan transformasional pada hakekatnya menekankan
seorang pemimpin perlu memotivasi para bawahannya untuk melakukan
tanggungjawab mereka lebih dari yang mereka harapkan. Pemimpin
transformasional harus mampu mendefinisikan, mengkomunikasikan dan
mengartikulasikan visi organisasi, dan bawahan harus menerima dan mengakui
kredibilitas pemimpinnya.
B. TEORI KEPEMIMPINAN
THEORIES OF LEADERSHIP
1. THE ‘GREAT MAN’THEORY
THOMAS CARYLE (1888),HERBERT SPENCER (1896)
 KEPEMIMPINAN ADALAH KEMAMPUAN YANG MELEKAT PEMIMPIN BESAR
DILAHIRKAN ,BUKAN DIBENTUK.
 PEMIMPIN BESAR MUNCUL SEBAGAI HEROIK,MITOS DAN DITAKDIRKAN KARENA
DIPERLUKAN.
 DISEBUT’GREAT MEN’KARENA PADA SAAT ITU PEMIMPIN DIANGGAP KUALITAS
LAKI-LAKI.
2. TRAIT THEORY
GORDONALLPORT (1937) ,HANS EYNSENCK (1967)
 PEMIMPIN TERBENTUK KARENA WARISAN KARAKTERISTIK PERILAKU
TERTENTU YANG DIMILIKI SESEORANG.
 TETAPI,JIKA PERILAKU TERTENTU ADALAH INDIKATOR
KEPEMIMPINAN,MENGAPA BANYAK ORANG YANG MEMILIKI SIFAT
KEPEMIMPINAN TETAPI TIDAK MENJADI PEMIMPIN.
3. CONTINGENEY THEORY
JOAN WOODWARD (1958), FLEDLER,FE (1958)
 KEPEMIMPINAN DIPENGARUHI OLEH VARIABEL-VARIABEL LINGKUNGAN
YANG MENENTUKAN GAYA KEPEMIMPINAN
 TIDAK ADA GAYA KEPEMIMPINAN YANG TERBAIK UNTUK SEMUA SITUASI
 KEBERHASILAN PEMIMPIN TERGANTUNG PADA SEJUMLAH
VARIABEL,TERMASUK GAYA KEPEMIMPINAN,KUALITAS PARA PENGIKUT,DAN
ASPEK LINGKUNGAN.
4. SITUATIONAL THEORY
HERSEY AND BLANCHARD (1977)
 PEMIMPIN HARUS MEMILIH TINDAKAN YANG TERBAIK BERDASARKAN
SITUASI YANG SEDANG DIHADAPI
 GAYA KEPEMIMPINAN BERBEDA-BEDA TERGANTUNG SITUASI YANG
BERLAINAN
 MISALNYA DI TENGAH CENDIKIAWAN,GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS
MUNGKIN PALING TEPAT DITERAPKAN.
5. BEHAVIORAL THEORY
SKINNER (1967), BANDURA (1982)
 SESUAI PRINSIP ‘BEHAVIORISM’SEORANG PEMIMPIN BESAR DAPAT
DIBENTUK,TIDAK SELALU KARENA DILAHIRKAN ATAU DIMITOSKAN.
 KEPEMIMPINAN BERGANTUNG PADA TINDAKAN BUKAN PADA KUALITAS
MENTAL ATAU KONDISI INTERNAL.
 SETIAP ORANG DAPAT MEMILIKI JIWA KEPEMIMPINAN MELALUI CARA
PEMBELAJARAN OBSERVASI DAN KARENA PENNGALAMAN.
6. TRANSACTIONAL THEORY
MAX WEBER (1997), BENARD BASS (1981)
 TEORI TRANSKSIONAL,ATAU TEORI MANAJEMEN,BERFOKUS PADA PERAN
PENGAWASAN KINERJA,ORGANISASI DAN KELOMPOK KARYAWAN.
 TEORI INI MENDASARKAN PADA SISTEM REWARD AND PUNISHMEN KARYAWAN
DIHARGAI APABILA SUKSES DAN DITEGUR ATAU DIHUKUM APABILA
MELANGGAR ATURAN YANG DISEPEKATI
7. TRANSFORMATIONAAL THEORY
JAMES MARGREGOR BURNS (1978),BENARD BASS (1981)
 TEORI TRANSFORMASIONAL,ATAU TEORI RELATIONSHIP,BERFOKUS PADA POLA
HUBUNGAN ANTARA PEMIMPIN DAN PENGIKUTMYA.
 PEMIMPIN MEMPERHATIKAN POTENSI ORANG DAN MORALITAS KEPEMIMPINAN
YANG TINGGI.
4. gaya-gaya kepemimpinan yaitu :
 Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis adalah pemimpin yang sebelum membuat keputusan
memperhitungkan masukan-masukan yang diterima dari orang yang dipimpinnya.
Masa yang dipimpin dapat menyuarakan pendapat mereka secara bebas. Dengan
masukan yang diberikan pemimpin dapat melihat masalah dari sisi yang berbeda,
sehingga dapat mengidentifikasi masalah dan menyelesaikan masalah yang
sebenarnya.
Selain itu, dengan mendengarkan masukan-masukan dari orang yang dipimpinnya,
pemecahan masalah dirasa sebagai usaha bersama sehingga memperkuat kerja
sama tim antara pemimpin dan orang yang dipimpinnya.
 Kepemimpinan Otoriter
Jenis kepemimpinan ini adalah lawan dari kepemimpinan demokratis. Pemimpin
dengan gaya ini merupakan pemimpin absolut. Gaya kepemimpinan ini bisa dilihat
dari cara seorang pemimpin mengambil keputusan, tanpa memikirkan orang yang
terdampak keputusan yang diambil
Selain itu kebebasan berpendapat orang yang dipimpinpun sangat terbatas, hampir
tidak ada, biasanya mengandalkan rasa takut atau proses pendisiplinan yang kuat.
Sangat jarang kepemimpinan cara ini berhasil di sebuah perusahaan saat ini.
Umumnya kepemimpinan seperti ini bisa ditemukan di instansi militer, dimana
perintah dari atasan adalah hal yang absolut yang harus dipatuhi

 Kepemimpinan delegatif adalah gaya kepemimpinan di mana seorang pemimpin


memberikan otoritas kepada tim yang dipimpinnya dalam menyelesaikan tugas dan
tanggung jawabnya. Meski gaya kepemimpinan ini dapat meningkatkan
kepercayaan dan kerjasama antara anggota tim dan pemimpinnya, namun
diperlukan pengawasan agar tidak terjadi kebablasan kebebasan. Cara memimpin
seperti ini umumnya dapat ditemukan pada perusaahaan start-up yang masih
berkembang dan masih membangun budaya kerja yang dirasa sesuai dengan visi
misi yang ingin dibangun.
 Kepemimpinan Strategis

Gaya kepemimpinan strategis menempatkan dirinya antar tugas atau tujuan yang
harus dicapai dan kesempatan untuk berkembang dari tugas yang diberikan.

Pemimpin seperti ini akan berusaha mengimbangi dan memastikan bahwa kodisi
kerja setiap orang tetap kondusif dan stabil.

 Kepemimpinan Transaksional

Pemimpin dengan cara kepemimpinan transaksional akan memberi imbalan


(reward), jika tim yang dipimpinnya berhasil mengerjakan pekerjaan dengan
kualitas yang memuaskan dan sesuai dengan target dan arahan.

Imbalan bisa berupa insentif tambahan, makanan, atau uang untuk memotivasi tim
yang dipimpinnya. Namun penting untuk kamu ketahui bahwa imbalan
atau reward bukanlah cara yang tepat untuk menjaga motivasi kerja tim secara
konsisten.

Imbalan sebaiknya diberikan jika tim yang kamu pimpin mengerjakan proyek besar
atau ada pekerjaan tambahan sebagai bentuk apresiasi. Pemberian imbalan pada
kasus-kasus tersebut membuat tim yang kamu pimpin merasa diapresiasi dalam
melaksanakan kerja dan tidak beranggapan kamu melakukan eksploitasi.
 Kepemimpinan Transformasional

Pemimpin dengan gaya transfomasional selalu berupaya untuk mengubah timnya


ke arah yang lebih baik. Perubahan ini bisa berupa penambahan skill set dan
kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan dengan lebih cepat.

Awalnya tim yang dipimpin diberi tugas awal dengan beban kerja standar dan
deadline pekerjaan yang cukup lama. Jika dirasa tim mulai bisa mengerjakan
pekerjaan sesuai target, pemimpin mulai memberikan deadline yang lebih cepat.

Setelah itu pemimpin mulai memberi tugas yang sedikit berbeda, dengan tingkat
kesulitan yang lebih tinggi untuk diselesaikan, dan seterusnya. Pemimpin dengan
gaya transformasional akan selalu mendorong timnya keluar dari zona nyaman
dengan tugas baru dan menantang.

Dengan memberikan tugas yang menantang diharapkan tim yang dipimpinnya


dapat menyelesaikan tugas apapun secara efisien.

 Kepemimpinan Karismatik

Pemimpin dengan gaya karismatik umumnya bisa menggerakan masa atau tim yang
dipimpinnya secara alami untuk menggapai tujuannya. Umumnya karisma
seseorang terbentuk dari lingkungan di mana orang tersebut tumbuh dan nilai-nilai
sosial yang dianggap penting olehnya.

Pemimpin karismatik bisa dibilang natural born leader. Sulit rasanya untuk
mengubah seseorang pemimpin dengan gaya lain menjadi pemimpin yang
berkarismatik.

 Kepemimpinan Birokrasi

Satu kata untuk kepemimpinan jenis ini, aturan. Dalam menjalankan tugasnya
memimpin sekelompok orang, pemimpin ini selalu mengacu pada SOP dan
ketentuan yang berlaku.

Kamu umumnya dapat menemukan gaya kepemimpinan seperti ini di perusahaan


dengan budaya kerja tradisional, di mana hal seperti senioritas masih menjadi
praktik umum.

Kepemimpinan jenis ini tidak terlalu suka dengan perubahan dan cara out of the
box dalam menyelesaikan permasalahan. Pendekatan yang dilakukan oleh
pemimpin birokrasi umumnya bersifat konservatif dan sangat berhati-hati dalam
mengambil keputusan.

5. Kepemimpinan Operasional

Kepemimpinan opersional adalah kemampuan pemimpin untuk menyelenggrakan atau


menyelenggarakan atau mengoperasikan suatu lembaga agar mencapai visi, misi dan tujuan
sebgaimana yang telah ditetapkan oleh organisasi. Kepemimpinan operasional itu bersifat
pengawalan atas kebijakan yang diambil pemimpin dan organisasi. Pengawalan tersebut
bersifat control sehingga pemimpin akan terus menerus berada dalam organisasi yang
dipimpin demi tercapainya tujuan organisasi tersebut. Kepemimpinan operasional itu
berbeda dengan kepemimpinan administratif.

Anda mungkin juga menyukai