Anda di halaman 1dari 14

Pencegahan Penyakit Yang Berkaitan Dengan

Kesehatan Ibu Dan Anak

Disusun Oleh :

Nama : Meily Anggraini

Nim : PO.71.24.1.18.024

Kelas : Tingkat 2 Reg A

Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang


Tahun Ajaran 2019 / 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik
dan rahmat-Nya sehingga memungkinkan penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “ Pencegahan Penyakit Yang Berkaitan Dengan Kesehatan Ibu dan Anak. Makalah ini
disusun sebagai syarat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah.
Dari aspek penguasaan keilmuan maupun dari cara penyajiannya, penulis memiliki
keterbatasan. Oleh karenanya, penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh
dari kriteria sempurna. Maka penulis mengharapkan saran dan kritik dari yang berkenan
membaca makalah ini.
Selesainya makalah ini sangat didukung oleh berbagai pihak, baik secara langsung
maupun tidak. Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Palembang Juli 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................ i


DAFTAR ISI ........................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................ 1


B. Tujuan ........................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Pencegahan ...........................................................................3


B. Pencegahan Primer ...........................................................................................3
C. Pencegahan Sekunder ................................................................................... 4
D. Pencegahan Tersier ......................................................................... 4
E. Program Kesehatan yang terkait dalam meningkatkan status KIA..........5
F. Studi kasus tentang promgram KIA.................................................................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................... 5
B. Saran ......................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pencegahan primer dalah upaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit
belum mulai ( pada periode pre-patogenesis ) dengan tujuan agar tidak terjadi proses
penyakit. Tujuannya adalah untuk mengurangi insiden penyakit dengan cara
mengendalikan penyebab dan faktor risikonya. Upaya yang dilakukan adalah untuk
memutus mata rantai infeksi ( agent – host – environment ). Terdiri dari ( health
promotion dan specific protection ) dan dilakukan melalui 2 strategi yaitu populasi dan
individu. Pencegahan primer pada fase penyakit yaitu faktor-faktor penyebab khusus,
dan targetnya adalah total populasi, kelompok terseleksi, dan individu sehat.
Pencegahan sekunder adalah upaya pencegahan yang dilakukan saat proses
penyakit sudah berlangsung namun belum timbul tanda dan gejala sakit ( patogenesis
awal ) dengan tujuan proses penyakit tidak berlanjut. Tujuannya adalah menghentikan
proses penyakit lebih lanjut dan mencegah komplikasi. Bentuknya berupa deteksi dini
dan pemberian pengobatan ( yang tepat ). Pencegahan sekunder pada fase penyakitnya
yaitu tahap dini penyakit, dan targetnya adalah pasien.
Pencegahan tersier adalah upaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit
sudah lanjut ( akhir periode patogenesis ) dengan tujuan untuk mencegah cacad dan
mengembalikan penderita ke status sehat. Tujuannya adalah menurunkan kelemahan dan
kecacatan, memperkecil penderitaan dan membantu penderita-penderita untuk
melakukan penyesuaian terhadap kondisi yang tidak dapat diobati lagi. Yang terdisi dari
disability limitation dan rehabilitation. Pencegahan tersier pada fase penyakitnya adalah
penyakit tahap lanjut ( pengobatan dan rehabilitasi ), dan targetnya adalah pasien.

B. TUJUAN
1. Dapat mengetahui berbagai model timbulnya penyakit.
2. Dapat memahami bagaimana proses prjalanan penyakit dan perkembangannya
dalam tubuh.
3. Dapat mengetahui riwayat alamiah penyakit
4. Dan dapat melakukan pencegahan terhadappenyakit-penyakit tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN PENCEGAHAN PENYAKIT

Pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan untuk


melindungi klien dari ancaman kesehatan potensial.dengan kata lain, pencegahan
penyakit adalah upaya mengekang perkembangan penyakit, memperlambat kemajuan
penyakit, dan melindungi tubuh dari berlanjutnya pengaruh yang lebih membahayakan.
Meningkatkan kesejahteraan ibu dan mengurangi angka kesakitan anak merupakan tugas
pokok seorang bidan. Sebelumnya kita harus ketahui terlebih dahulu hal hal yang
menghalangi kesejahteraan ibu dan penyebab kesakitan pada anak Dimana penyebab
kematian ibu, rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil. Menjadi
faktor penentu angka kematian meskipun masih banyak faktor yang harus di perhatikan
untuk menangani masalah ini.persoalan kematian yang terjadi lantaran indikasi yang
lazim muncul.yakni pendarahan,keracunan kehamilan yang di sertai kejang kejang,
aborsi,dan infeksi.namun, ternyata masih ada faktor lain yang juga cukup
penting.misalnya pemberdayaan perempuan yang tak begitu baik, latar belakang
pendidikan, sosial ekonomi keluarga , lingkungan masyarakat dan politik, kebijakan juga
ikut berpengaruh.kaum laki laki pun di tuntun harus berupaya ikut aktif dalam segala
permasalahan bidang reproduksi secara lebih bertanggung jawab.

Selain masalah medis , tingginya kematian ibu juga karena masalah ketidak
setaraan gender , nilai budaya, perekonomian dan serta rendahnya perhatian laki laki
terhadap ibu hamil dan melahirkan.oleh karena itu, pandangan yang menganggap
kehamilan adalah peristiwa alamiah perlu di ubah secara sosiokultural agar perempuan
dapat perhatian dari masyarakat. Sangat di perlukan upaya peningkatan pelayanan
perawatan ibu baik oleh pemerintah,swasta,maupun masyarakat terutama suami.

Penyebab terbesar kematian ibu:

1. pendarahan

Pendarahan menempati presentase tertinggi penyebab kematian ibu (28%),anemia


dan kekurangan energi kronis  (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya
pendarahan dan infeksi yang merupakan factor kematian ibu di berbagai Negara paling
sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu di sebabkan oleh pendarahan . proporsinya
berkisar antara kurang dari 10 % sampai 60% walaupun seorang perempuan bertahan
hidup setelah mengalami pendarahan pasca persalinan ,namun dia akan menderita akibat
kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang
berkepanjangan .

2. Eklamsia
Persentase tertinggi kedua penyebab kematian ibu adalah eklamsia
(24%),kejang bias terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi , hipertensi, yang
tidak terkontrol sat persalina. Hipertensi dapat terjadi karena kehamilan,dan akan
kembali normal bila kehamilan sudah berakhir .namun ada juga yang tidak kembali
normal setelah bayi lahir kondisi ini akan menjadi lebih berat bila hipertensi sudah di
derita ibu sebelum hamil. (profil kesehatan Indonesia ,2007)

3. Infeksi
Sedangkan persentase tertinggi ke tiga penyebab kematian ibu melahirkan
adalah infeksi (11%) penyebab diatas sebagai seorang bidan harus mengatasinya ,
dimana merupakan suatu upaya pencegahan penyakit yang berkaitan dengan
kesehatan ibu dan anak.dari itu ada beberapa program kesehatan yang terkait dalam
peningkatan status kesehatan ibu dan anak.

a) MACAM-MACAM TINDAKAN PENCEGAHAN PENYAKIT

Lima pola untuk mencegah penyakit:

- Pola olah raga yang teratur sesuai berat badan dan jenjang usia . yoga sangat
disarankan bagi orang-orang yang berusia di atas 30 tahun
- Pola pikiran positif (manejemen pikiran) agar terhindar dari stress
- Pola hidup sehat dan seimbang
-  Pola istirahat yang cukup
- Pola bernapas dalam yang benar dan teratur

b) TAHAP-TAHAP PENCEGAHAN PENYAKIT

Lima tingkat pencegahan penyakit menurut leavel and clack

- Peningkatan kesehatan  (health promotion )


- Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit penyakit tertentu (general and
spesifik protection )
- Menegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan tang cepat dan tepat (early
diagonis and prompt treatment )
- Pembatasan kecacatan (disabillity limitation)
- Penyembuhan kesehatan (rehabilition )
-
B. Pencegahan Prmer
Pencegahan primer meliputi segala bentuk kegiatan yang dapat menghentikan
kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi. Pencegahan primer
juga diartikan sebagai bentuk pencegahan terhadap terjadinya suatu penyakit pada
seseorang dengan faktor risiko.
a) Spesific protection, antara lain yaitu :
- Menghindari sinar matahari langsung
- Tidak merokok dan menghindari asap rokok
- Mengurangi berat badan bagi yang mempunyai berat badan berlebih
- Menghindari pemakaian obat steroid
- Menghindari makanan yang sudah tengik dan sumber radikal bebas lainnya
- Mengurangi asupan lemak hewan
- Menghindari makanan yang merupakan produk akhir
- Mengurangi minuman alkohol
- Mengkonsumsi buah dan sayur lebih dari 3,5 porsi sehari
- Makan makanan yang lebih banyak mengandung asam amino sulfur dan
menggunakan banyak bumbu, tumerik dan curcumin
- Mengkonsumsi vitamin dan mineral yang mengandung vitamin B1, vitamin C,
vitamin E, beta karoten, zinc, cooper, dan selanium dengan dosis diberikan oleh
pengawas kesehatan.
b) Pendidikan dan promosi kesehatan
C. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder ini diberikan kepada mereka yang menderita atau
dianggap menderita. Adapun tujuan pada pencegahan sekunder yaitu diagnosis dini
dan pengobatan yang tepat. Adapun beberapa pengobatan terhadap penyakit katarak
dapat melalui obat dan operasi.
Pencegahan sekunder terdiri dari :
- Diagnosis dini dan pengobatan segera
- Pembatasan ketidakmampuan (disability)
D. Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier adalah mencegah cacat, kematian, serta
usaha rehabilitasi. Pencegahan tersier terhadap penyakit katarak dapat dengan melakukan
perawatan pasien hingga sembuh serta melakukan terapi-terapi untuk meminimalisir
kecacatan akibat katarak tersebut. Pencegahan tersier adalah Rehabilitasi.
E. Program Kesehatan yang Terkait dalam Meningkatkan Status Kesehatan Ibu
dan Anak
a) Pemeliharaan Kesehatan Pada Ibu
a. Pemeliharaan Kesehatan pada Remaja Calon Ibu
Masa remaja merupakan salah satu fase dari perkembangan individu
yang mempunyai ciri berbeda denga masa sebelumnya atau sesudahnya.
Karena remaja (pubertas) diterjemahkan dari kata adolescence yang berarti
tumbuh atau menjadi dewasa. Adolescence menggambarkan seluruh
perkembangan remaja, baik fisik, psikis, dan social. Masa remaja ditinjau dari
rentang kehidupan individu merupakan masa peralihan dari masa kanak–
kanak ke masa dewasa. Menurut Adams dan Gullota (dalam Arro,1997),
massa remaja meliputi usia antara 11–20 tahun. Sedangkan menurut Hurlock
(1990), masa remaja terbagi menjadi masa remaja awal (13 – 16 tahun), dan
masa remaja akhir (17 – 18 tahun). Perbedaan ini terjadi karena pada masa
remaja akhir, individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih
mendekati masa dewasa. Masa remaja mempunyai ciri sebagai berikut :
o Sebagai periode penting perubahan sikap perilaku
o Usia bermasalah
o Periode peralihan
o Usia yang menimbulkan kesulitan
o Periode perubahan
o Masa tidak realisis
o Masa mencari identitas
o Ambang masa dewasa.

Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja, meliputi :

o Peningkatan emosional yang terjadi selama masa remaja awal (masa strom
dan stress) yang merupakan hasil perubahan fisik, terutama hormon. Pada
masa ini remaja diharap tidak lagi bertingkah seperti anak–anak, harus
lebih mandiri, dan bertanggung jawab.
o Perubahan yang cepat secara fisik yang disertai kematangan seksual.
Perubahan ini terkadang membuat remaja merasa tidak yakin akan dirinya
sendiri, dan sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
o Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan
orang lain (tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis
kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis dan orang dewasa).
Remaja diharapkan dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal–hal
yang lebih penting.
o Perubahan nilai, dimana apa yang dianggap penting pada kanak–kanak
menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
o Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan
yang terjadi. Disatu sisi remaja menginginkan kebebasan, tetapi disisi lain
takut dengan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut.

Periode remaja merupakan ‘’Window Opportunity’’, periode yang


tepat untuk menanamkan nilai–nilai, norma, dan kebiasaan yang baik agar
tidak mengalami masalah kesehatan di kemudian hari, dan menjadi manusia
dewasa yang sehat dan produktif. Beberapa masalah yang sering dialami oleh
remaja dari yang bersifat fisik antara lain anemia, kegemukan, mental–
kejiwaan (gangguan belajar), perilaku beresiko seperti merokok, hubungan
seks pranikah, penyalahgunaan NAPZA, hingga terjangkit HIV atau AIDS.
Oleh sebab itu, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja sangat
penting untuk dimiliki.

Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu keadaan dimana remaja


dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalani fungsi dan
proses reproduksinya secara sehat dan aman. Pengetahuan kesehatan yang
penting untuk diketahui oleh remaja antara lain adalah tentang tumbuh
kembang remaja, kesehatan reproduksi remaja, penyakit menular seksual, HIV
atau AIDS, penyalah gunaan NAPZA, komunikasi dan konseling, pendidikan
keterampialan hidup sehat.Penyebab utama kematian pada remaja perempuan
usia 15–19 tahun adalah komplikasi kehamilan, persalinan, dan komplikasi
keguguran. Remaja usia 15–24 tahun memiliki angka tinggi untuk penderita
penyakit menular seksual.

Beberapa masalah pokok  dalam pengembangan kesehatan reproduksi remaja


adalah :

o Melakukan advokasi untuk memperoleh dukungan masyarakat dalam


kesehatan reproduksi.
o Melibatkan remaja dalam aktivitas yang positif.\Pelayanan klinik yang
ramah bagi remaja.
o Memberikan informasi yang ramah bagi para remaja.
o Kontrasepsi untuk remaja.
o HIV dan PMS bagi remaja.
o Memenuhi kebutuhan remaja sesuai tingkatan usia.
o Kehamilan dini dan kehamilan yang tidak diinginkan.
o Pendidikan seksualitas berbasis sekolah.
o Mengembangkan keterampilan untuk menghadapi kehidupan.\

Pemerintah dan petugas kesehatan diharapkan memahami dan peduli


pada permasalahan–permasalahan kesehatan reproduksi remaja. Untuk
mengatasi masalah kesehatan remaja, perlu pendekatan yang adolescent
friendly, baik dalam menyampaikan informasi pelayanan kesehatan peduli
remaja (PKPR), yang diharapkan menyediakan pelayanan kesehatan sesuai
dengan masalah dan kebutuhan remaja.

b) Perkawinan yang Sehat


Perkawinan merupakan ikatan yang suci, yang bertujuan untuk
meneruskan keturunan atau melangsungkan reproduksi, membentuk generasi
yang berkualitas, mencapai kebahagiaan, merupakan bagian dari ajaran agama,
dan menjadi dasar untuk membentuk keluarga yang sehat. Mengingat rumah
tangga adalah bagian terkecil dari kehidupan sosial, maka rumah tangga adalah
penentu keselamatan dan kesehatan kehidupan masyarakat.
Oleh karenanya, masing–masing anggota keluarga memiliki peranan
penting dalam mewujudkan kesehatan jiwa sesamanya, terutama suami atau
istri terhadap pasangan hidupnya, ayah, ibu dan terhadap anak–anaknya.
Tentunya sebelum suami atau istri menyediakan sarana kesehatan jiwa untuk
pasangan hidup dan anak–anaknya, ia harus mampu membuktikan bahwa
dirinya memiliki jiwa yang sehat.
Seseorang dikatakan memiliki jiwa yang sehat apabila mampu
berkomunikasi secara baik dengan sesamanya. Seseorang dikatakan berjiwa
sehat apabila anggota keluarga, tetangga, masyarakat umum, merasa tenang
dengan keberadaan dan perilakunya, orang lain tidak tersiksa dengan
perkataan dan amal perbuatannya. Salah satu tugas istri adalah bersikap baik
terhadap suaminya. Sehingga setiap saat suaminya memasuki rumah akan
merasa ketenangan.
c) Keluarga Sehat
Keluarga yang sehat tentunya harus dibentuk oleh individu–individu
yang sehat dalam keluarga tersebut. Dilihat dari aspek kesehatan reproduksi, ada
beberapa fase dalam keluarga yang dapat dilihat dari skema pola perencanaan
keluarga berikut :
a. Fase menunda atau mencegah kehamilan
Bagi pasangan suami istri dengan usia kurang dari 20 tahun dianjurkan
untuk menunda kehamilannya. Karena pada usia kurang dari 20 tahun organ
reproduksi belum matang sehingga beresiko tinggi untuk kehamilan,
persalinan, dan nifas, serta terjadi komplikasi.Fase menjarangkan kehamilan
b. Pada periode usia istri antara 20–30/35 tahun, merupakan periode usia
paling baik untuk hamil, melahirkan, dengan jarak antara kehamilan anak 2–
4 tahun.
c. menghentikan dan mengakhiri kehamilan atu kesuburan

Periode saat usia istri di atas 35 tahun, sebaiknya mengakhiri


kesuburan setelah mempunyai anak dengan jumlah cukup (disarankan 2 orang)
karena jika terjadi kehamilan dan kelahiran pada usia ini, ibu mempunyai resiko
tinggi untuk terjadinya komplikasi obtetrik. Misalnya perdarahan, pre-eklamsi,
eklamsi, persalinan lama, atonia uteri, dan lain–lain. Pada usia lebih tua juga
mempunyai resiko untuk terjadi penyakit jantung, tekanan darah tinggi,
keganasan, dan kelainan metabolik.

d). Sistem Reproduksi dan Masalahnya

Kesehatan reproduksi adalah kemampuan seorang wanita untuk


memanfaatkan alat reproduksi dan mengatur kesuburannya (fertilitas), dapat menjalani
kehamilan dan persalinan secara aman serta mendapatkan bayi tanpa risiko apapun atau well
health mother dan well born baby dan selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas
normal.

F. STUDI KASUS TENTANG PROGRAM KIA


Provinsi NTT merupakan salah satu provinsi yang mempinyai beberapa yang
mempunyai beberapa PuskEsmas yang melayani kesehatan ibu dan anak. Bidan Ana
membawahi penduduk sebanyak 20.000 jiwa dan angka CBR terakhir di
Propinsi NTT adalah 19.8. Bidan Ana rata-rata melayani ibu hamil setiap harinya 45
orang. Sampai akhir bulan ini total ibu hamil baru yang dilayani sebanyak 125 orang.
Pada saat kunjungan trimester 1 sebanyak 37 orang, trimester 2 sebanyak 50 orang
dan yang kunjungan trimester 3 sebanyak 39 orang. Data ibu yang melahirkan 110
orang. Dari  data tersebut yang melahirkan normal sebanyak 70 orang, yang dirujuk
ke RS karena kasus patologis sebanyak 22 orang, jumlah neonatus yang dirujuk
karena aspexia berat sebanyak 4 orang, yang tertolong hanya 2 bayi. Ibu nifas yang
bayinya dirujuk juga minta langsung pulang. Rata-rata pasien yang mondok sekitar 1-
2 hari. Pada 1 minggu pertama yang kontrol 90 bayi, 2 minggu kemudian ibu yang
kontrol sebanyak 70 orang, pada hari ke-42 yang kontrol menjadi lebih sedikit yaitu
45 orang, karena masih banyak ibu yang dilarang keluar dari rumah sebelum 40 hari.
Diantara 110 ibu yang ANC diantar suami karena mengeluh pusing mencapai
separuhnya.
Setiap bulan sekali bu bidan Ana melaksanakan Posyandu di tiap dukuh. Saat
posyandu balita yang datang 80 orang. Hasil penimbangan 8x/th sebanyak 75 orang,
yang pernah di SDIDTK sebanyak 45 orang, yang 2x lebih sebanyak 40 orang.
Pemberian vitamin A dosis tinggi diberikan pada semua sasaran sesuai umurnya. Saat
pemeriksaan ANC dilakukan ada 15 orang ibu yang mengeluh kakinya bengkak,
kader menemukan 10 orang ibu yang pucat sekali, lemas, tidak mau makan sampai
beratnya turun terus. Ada 5 orang rujukan dari dukun untuk ANC di Posyandu karena
lintang. Setiap 1 minggu sekali bu Fatimah jaga di Puskesmas Pembantu dengan
dibantu pekarya 1 orang. Hasil kegiatan yang didapatkan imunisasi BCG sebanyak 15
bayi, DPT 2 sebanyak 25 orang, yang seharusnya DPT 3 tetapi terlambat 3 bulan
sebanyak 10 orang, yang campak sebanyak 30 orang. Balita yang masih dibawah 1
tahun banyak yang batuk pilek sekitar 35 orang, sementara yang berumur sekitar 2-3
tahun yang diare sebanyak 15 orang semua yang sakit ditangani dengan sistem
MTBS. Jumlah ibu yang KB baru 85 orang, yang lama 35 orang. Alhamdulillah
selama jadi bidan tidak pernah ada kematian ibu.
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan untuk
melindungi klien dari ancaman kesehatan potensial.dengan kata lain, pencegahan
penyakit adalah upaya mengekang perkembangan penyakit, memperlambat kemajuan
penyakit, dan melindungi tubuh dari berlanjutnya pengaruh yang lebih
membahayakan. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan mengurangi angka kesakitan
anak merupakan tugas pokok seorang bidan. Tingakat pencegahan disesuaikan dengan
riwayat alamiah penyakit :
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer meliputi segala bentuk kegiatan yang dapat menghentikan
kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi. Pencegahan
primer juga diartikan sebagai bentuk pencegahan terhadap terjadinya suatu
penyakit pada seseorang dengan faktor risiko.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder ini diberikan kepada mereka yang menderita atau
dianggap menderita. Adapun tujuan pada pencegahan sekunder yaitu diagnosis
dini dan pengobatan yang tepat. Adapun beberapa pengobatan terhadap
penyakit katarak dapat melalui obat dan operasi.
3. Pencegahan tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier adalah mencegah cacat, kematian, serta
usaha rehabilitasi. Pencegahan tersier terhadap penyakit katarak dapat dengan
melakukan perawatan pasien hingga sembuh serta melakukan terapi-terapi
untuk meminimalisir kecacatan.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan diatas kita sudah dapat melihat bahwa penyakit
muncul dikarenakan gaya hidup yang tidak sehat, maka dari itu agar tubuh kita tidak
terserang penyakit kita harus menerapkan pola hidup sehat serta melakukan
pemeriksaan secara berkala.
DAFTAR PUSTAKA

Khalilillah S A. 2010. Patologi dan penatalaksanaan pada katarak senilis.


http://ainur2roifah.blogspot.com/2013/06/epidemiologi-katarak.html

Mubarak, Wahit Iqbal. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Konsep dan Aplikasi dalam
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

http://kebidananfk2010.blogspot.co.id/2012/04/kumpulan-makalah-ikm-post-mid.html

http://el-syadii.blogspot.co.id/2014/02/gambaran-kondisi-kesehatan-ibu-dan-anak.html

Anda mungkin juga menyukai