Anda di halaman 1dari 16

BAB V

PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN

5.1. Tujuan Percobaan


Memahami reaksi penyabunan.
5.2. Tinjauan Pustaka
Sabun adalah satu macam surfaktan, senyawa yang menurunkan tegangan
permukaan dari air. Sifat ini menyebabkan larutan sabun dapat memasuki serat, dimana
dia dapat menghilangkan dan mengusir kotoran dan minyak (Sari, 2010). Sabun
merupakan suatu hasil dari proses saponifikasi, sepanofikasi merupakan suatu proses
penyabunan yang mereaksikan suatu lemak atau gliserida dengan basa (Widyasanti,
2016).
Berdasarkan jenisnya, sabun dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sabun Opaque,
sabun transparan dan sabun Translusent. Ketiga jenis sabun tersebut dapat dibedakan
dengan mudah dari penampakannya.
- Sabun Opaque
Sabun Opaque adalah jenis sabun yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari
yang penampakannya tidak tembus cahaya.
- Sabun transparan
Sabun transparan merupakan sabun yang biasanya digunakan sebagai sabun
kecantikan dan ornament.
- Sabun Translucent
Sabun Translucent merupakan sabun yang memiliki sifat yang berada diantara sabun
transparan dan sabun Opaque (Putri, 201).
Jenis-jenis sabun meliputi 4 macam, yaitu:
- Sabun cair merupakan sabun yang mewujud cair dengan produk yang paling banyak
diminati dibandingkan sabun padat karena sabun cair lebih higienis dalam
penyimpanan dan lebih praktis dibawa kemana-mana (Perdana, 2015).
- Sabun antiseptik adalah sabun yang dapat menghambat pertumbuhan dan
membunuh mikroorganisme berbahaya (patogenik) yang terdapat pada permukaan
tubuh luar mahluk hidup (Syafruddin, 2015).
- Sabun lunak adalah sabun yang dapat digunakan untuk mandi dengan mengandung
kalium palmitat atau kalium stearat yang memiliki sifat pemutih
- Sabun keras yaitu sabun yang mengandung natrium palmitat atau natrium stearate
yang merupakan basa lebih keras (daya pemutihnya sangat melukai terhadap kulit)
(Rini, 2016).
Proses pembuatan sabun dikenal dengan istilah saponifikasi. Saponifikasi adalah
reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah/kuat. Berikut merupakan reksi
saponifikasi:
CH3COOH CH2OH

CHOCOR + 3NaOH 3RCOONa + CHOH

CH2OCOR CH2OH
Lemak Alkali Sabun Glise
(Sukeksi, 2017).
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi proses penyabunan adalah:
- Konsentrasi larutan KOH/NaOH
Konsentrasi basa yang digunakan dihitung berdasarkan stokiometri reaksi, dimana
penambahan minyak harus sedikir berlebih agar sabun yang terbentuk tidak
memiliki nilai alkali bebas berlebih. Alkali terlalu pekat akan menyebabkan
terpecahnya emulsi pada larutan sehingga fasenya tidak homogen, sedangkan jika
alkali yang digunakan terlalu encer, maka reaksi akan membutuhkan waktu yang
lebih lama.
- Suhu (T)
Ditinjau dari segi termodinamikan, kenaikan suhu akan menurunkan rendemen

sabun, hal ini dapat dilihat dari persamaan (1) berikut:


Karena reaksi penyabunan merupakan reaksi eksotermis (ΔH negatif), maka dengan
kenaikan suhu akan dapat memperkecil harga K (konstanta keseimbangan), tetapi
jika ditinjau dari segi kinetika, kenaikan suhu akan menaikan kecepatan reaksi.
- Pengadukan
Pengadukan dilakukan untuk memperbesar probobalitas interaksi molekul-molekul
reaktan yang bereaksi. Jika interaksi antar molekul reaktan semakin besar, maka
kemungkinan terjadinya reaksi semakin besar pula. Hal ini sesuai dengan persamaan
Arhenius dimana konstanta kecepatan reaksi k akan semakin besar dengan semakin
sering terjadinya interaksi yang disimbolkan dengan konstanta A.
- Waktu
Semakin lama waktu reaksi menyebabkan semakin banyak pula minyak yang dapat
tersabunkan, berarti hasil yang didapat juga semakin tinggi, tetapi jika reaksi telah
mencapai kondisi setimbangnya, penambahan waktu tidak akan meningkatkan
jumlah minyak yang tersabunkan (Perdana,2010).
Sabun transparan merupakan jenis sabun yang memiliki tingkat kebeningan
sehingga tampak tembus pandang dan sabun transparan ini mempunyai keunggulan
dengan menghasilkan busa yang lebih lembut dan tampak lebih menarik (Priani, 2010).
Kandungan utama dari sabun transparan adalah :
- Minyak pendukung
Berbagai jenis minyak yang sering digunakan untuk membuat sabun diantaranya
minyak zaitun, minyak kelapa, minyak castor, dan minyak kelapa sawit. Minyak
kelapa sawit sering dipakai untuk membuat sabun meskipun beberapa pemakai ada
yang alergi dengan minyak kelapa sawit. Sabun yang dihasilkan oleh minyak kelapa
sawit lebih keras dibanding dengan minyak kelapa dan minyak sawit.
- Natrium Hidroksida
Natrium hidroksida (NaOH) atau soda kaustik merupakan senyawa alkali yang
bersifat basa berbentuk butiran atau kepingan yang sangat higroskopis. Natrium
hidroksida (NaOH) akan bereaksi membentuk sabun lewat reaksi saponifikasi.
Natrium ini harus terurai sempurna dalam proses saponifikasi/penyabunan minyak,
agar tidak tertinggal bahan kaustik yang tertingga dalam sabun.
- Asam Stearat
Asam stearat membantu untuk mengeraskan sabun. Apabila penggunaan asam stearat
terlalu banyak menyebabkan sabun kurang berbusa, namun jika terlalu sedikit sabun
menjadi tidak keras.
- Gliserin
Gliserin adalah produk samping dari reaksi hidrolisis antara minyak nabati dengan
air untuk menghasilkan asam lemak. Gliserin merupakan humektan sehingga dapat
berfungsi sebagai pelembab pada kulit.
- Etanol
Etanol pada proses pembuatan sabun adalah bahan yang digunakan untuk melarutkan
sabun sehingga sabun menjadi bening atau transparan. Untuk terjadi transoparansi
sabun harus benar- benar larut.
- Gula Pasir
Gula pasir berbentuk kristal putih bersifat humektan dan membantu pembusaan
sabun. Semakin putih warna gula akan membuat sabun yang dihasilkan seakin
transparan.
- Pewarna
Pewarna ditambahkan pada proses pembuatan sabun untuk menghasilkan produk
sabun yang beraneka warna dan memperindah penampilan.
- Pewangi
Pewangi atau pengaroma adalah suatu zat tambahan yang ditujukan untuk
memberikan aroma wangi pada sabun agar menarik minat konsumen (Priani, 2010).
- Trietilamina
dietanolamida yang terbuat dari minyak kelapa. Dalam formula sediaan komestik,
TEA berfungsi sebagai surfaktan dan penstabil busa. Surfaktan adalah senyawa aktif
penurun tegangan permukaan yang bermanfaat untuk menyatukan fasa minyak
dengan fasa cair. (Hadiyah,2016).
Faktor – faktor transparansi sabun, antara lain:
- Sukrosa
konsentrasi sukrosa di dalam sabun transparan berpengaruh terhadap transparansi
sabun transparan yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena sukrosa berfungsi untuk
menambah transparansi sabun. Transparansi sabun meningkat seiring dengan
peningkatan konsentrasi sukrosa yang digunakan
- Asam lemak
Asam lemak yang tidak memilki ikatan rangkap memiliki titik cair yang lebih tinggi
dibandingkan dengan asam lemak yang mengandung banyak ikatan rangkap
sehingga asam lemak jenuh biasanya berbentuk padat pada suhu ruang. Berdasarkan
hal tersebut maka asam lemak jenuh dapat digunakan pada pembuatan sabun batang.
- Ethanol
bahan yang digunakan untuk melarutkan sabun sehingga sabun menjadi bening atau
transparan (Purnamawati, 2006).
Uji kelayakan sabun dengan diukur melalui sifat fisis yaitu:
- Uji kekerasan
Uji kekerasan didefinisikan sebagai kekuatan per gaya yang diperlukan untuk
mencapai perubahan bentuk. Uji kekerasan sabun dilakukan dengan cara yaitu
menjatuhkan jarum kedalam sampel. Semakin dalam penetrasi jarum maka hasil
pengukuran semakin besar, berarti sampel tersebut semakin lunak. Kekerasan
sabun ransparan dipengaruhi oleh asam lemak jenuh yang digunakan pada
pembuatan sabun transparan.
- Uji kebusaan
Sabun transparan pada uji kebusaan semakin tinggi asam sitrat tidak
berpengaruh pada uji kebusaan yang berpengaruh hanyalah tingkat asam lemak
yang digunakan pada pembuatan sabun. Busa dapat stabil dengan adanya zat
pembusa (asam lemak). Zat pembusa bekerja untuk menjaga agar busa tetap
terbungkus dalam lapisan-lapisan tipis, dimana molekul gas terdispersi dalam
cairan. Larutan-larutan yang mengandung bahan aktif permukaan akan
menghasilkan busa yang stabil bila dicampur dengan air. (Bunta, 2013).
Proses pembuatan sabun dapat dibuat melalui proses “batch” atau “kontinu”.
Pada proses “batch”, lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH) berlebih
dalam sebuah ketel. Jika penyabunan telah selesai, garam ditambahkan untuk
mengendapkan sabun. Pada proses kontinu, yaitu yang biasa dilakukan sekarang, lemak
atau minyak hidrolisis dengan air pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan katalis
seperti sabun seng. Lemak atau minyak dimasukkan secara kontinu dan ditambahkan
asam-asam yang kemudian dinetralkan dengan alkali untuk membuat sabun (Hart,
1987).
Sabun mandi yang beredar di pasaran bebas harus memenuhi standar mutu seperti
yang tercantum dalam SNI 06 – 3532 (1994), seperti kadar air dan zat menguap pada
105oC, jumlah asam lemak, fraksi tak tersabunkan, bagian tak larut dalam alkohol,
alkali bebas dihitung sebagai NaOH dan minyak mineral. Karakteristik penunjang
lainnya seperti daya membersihkan, kestabilan busa, kekerasan, warna, belum
dicantumkan dalam SNI. Sampai saat ini belum ada SNI untuk sabun transparan,
sehingga sebagai acuan digunakan SNI sabun mandi.
No
Parameter (w/w) Satuan Persyaratan mutu
.
Kadar air dan zat menguap pada
1. % Maks. 15
suhu 105 oC
2. Jumlah asam lemak % Min. 70
3. Fraksi tak tersabunkan % Maks. 2,5
4. Bahan tak larut dalam alkohol % Maks. 2,5
Kadar alkali bebas dihitung
5. % Maks 0,1
sebagai kadar NaOH
6. Kadar minyak mineral % Negatif
Tabel 5.1. Spesifikasi persyaratan mutu sabun
(Hambali,2009)
Keuntungan pembuatan sabun transparan:
- Tampilan transparan yang menawan
- Mempunyai fungsi pelembab
- Daya bersih yang efektif
- Tanpa meninggalkan busa sabun
- Lebih terasa lunak
Kekurangan pembuatan sabun tranparan:
- Harga yang relatif mahal
- Biasanya hanya digunakan oleh kalangan menengah atas(Priani, 2010).
5.3. Tinjauan Bahan
A. Aquadest
- rumus kimia : H2O
- berat molekul : 18,02 g/mol
- bentuk fisik : cair
- densitas : 1 g/cm3
- titik didih : 100 oC
- titik lebur : 0 oC
- pH :7
- warna : tidak berwarna
B. Asam stearate
- rumus kimia : C18H36O2
- berat molekul : 284,47 g/mol
- bentuk fisik : padat
- densitas : 0,874 g/cm3
- titik didih : 350C
- titik lebur : 69.4 C
- pH :-
- warna : putih
C. Etanol 96%
- rumus kimia : C2H5OH
- berat molekul : 46,08 g/mol
- bentuk fisik : cair
- densitas : 785.3 kg/cm3 – 809 kg/cm3
- titik didih : 78,2C – 78.5C
- titik lebur : -130 C - 112C
- pH :7
- warna : tidak berwarna
D. Gliserin
- rumus kimia : C3H5(OH)3
- berat molekul : 92,09 g/mol
- bentuk fisik : cair
- densitas : 3,17 g/cm3
- titik didih : 290C
- titik lebur : 19C
- pH :5
- warna : tidak berwarna
E. Minyak
- rumus kimia : Coconut oil
- berat molekul : 256,48 g/mol
- bentuk fisik : semi padat
- densitas : 0,917 g/cm3
- titik didih : >450 C
- titik lebur : 23 C - 26C
- pH :7
- warna : putih kekuningan
F. Natrium Hidroksida
- rumus kimia : NaOH
- berat molekul : 40 g/mol
- bentuk fisik : padatan
- densitas : 2,13 g/cm3
- titik didih : 1388 C
- titik lebur : 323 C
- pH : 13,5
- warna : putih
G. Sukrosa
- rumus kimia : C12H22O11
- berat molekul : 342,3 g/mol
- bentuk fisik : padatan
- densitas : 1,587 g/cm3
- titik didih : 169 C – 170 C
- titik lebur : 186 C
- pH :7
- warna : putih
H. Trimetilamina
- rumus kimia : (CH3CH2)3N
- berat molekul : 101,1 g/mol
- bentuk fisik : cairan
- densitas : 0,73 g/cm3
- titik didih : 89,7 C
- titik lebur : -115 C
- pH : 10
- warna : tidak berwarna
5.4. Alat dan Bahan
A. Alat-alat yang digunakan B. Bahan-bahan yang digunakan:
- batang pengaduk - Aquadest (H2O)
- Beakerglass - asam stearat (C18H30O2)
- botol Aquadest - etanol 96% (CH3CH2OH)
- cetakan sabun - gliserin (C3H5(OH)3)
- gelas arloji - minyak kelapa
- Hot plate
- natrium hidroksida (NaOH)
- labu ukur
- pewangi
- Magnetic stirrer
- pewarna
- pipet tetes
- sukrosa (C12H22O11)
- pipet volum
- trietilamina (TEA)
- Thermometer
- timbangan
- Waterbath
5.5. Prosedur Percobaan
A. Preparasi Bahan
- Timbang 17,5 gram C18H36O2
- Timbang 8 gram NaOH dan melarutkan dengan H2O sebanyak 25 mL
- Siapkan 50 mL minyak, 5 mL TEA, 30 mL CH 3CH2OH 96% dan 6 mL
C3H5(OH)3
- Timbang 25 gram C12H22O11 dan dilarutkan dalam 25 mL H2O di atas penangas
air.
B. Pembuatan sabun transparan
- Melelehkan C18H30O2 pada suhu 60oC didalam Beakerglass 400 mL diatas
Hotplate (suhu dijaga konstan)
- Memasukan Magnetic stirrer (atur putaran sedang lebih dahulu) dan minyak ke
dalam lelehan C18H36O2 dengan suhu 65-70 oC
- Masukkan larutan NaOH sedikit demi sedikit sambal terus dipanaskan dengan
suhu 70 oC (dijaga constant) dan diaduk sampai proses saponifikasi sempurna
(terbentuk larutan yang semi padat)
- Memasukan CH3CH2OH sedikit demi sedikit (wadah dijaga, jika campuran
meluap, keluarkan wadah dari Hotplate), C3H5(OH)3, TEA dan larutan
C12H22O11 sambil terus diaduk sampai campuran menjadi homogen
- Mematikan pengontrol suhu lalu tambahkan pewarna dan pewangi dilakukan
pada suhu 40 oC
- Tuangkan campuran ke dalam cetakan (ambil bagian yang transparan saja) dan
mendiamkan selama 24 jam hingga sabun mengeras
- Keluarkan sabun yang sudah mengeras dari cetakan.
5.6. Data Pengamatan
Tabel 5.2. Data pengamatan pembuatan sabun transparan
No Kesimpulan
Perlakuan Pengamatan
.
1. Preparasi larutan
NaOH + H2O Lar. 1 Bentuk : Cair
Warna : Larutan tidak
berwarna
C12H22O11 + H2O Lar. 2 Bentuk : Larutan
kental
Warna : Kuning keruh

2. Pembuatan Sabun Transparan


Minyak + C18H30O2 Lar. 3 Bentuk : Cair
Warna : Larutan
Bening
kekuningan
Lar. 1 + Lar. 3 Lar. 4 Bentuk : Larutan
menjadi
kental, semi
padat
Warna : Putih
kekuningan
keruh
Lar. 4 + Lar. 2 Lar. 5 Bentuk : Larutan
menjadi
kental, semi
padat
Warna : Kuning susu
Lar. 5 + Gliserin Lar. 6 Bentuk : Larutan
menjadi
kental
Warna : Putih susu
Lar. 6 + TEA Lar. 7 Bentuk : Larutan
kental
Warna : Putih susu

Lar. 7 + Gula Lar. 8 Bentuk : Larutan


kental,
Warna : Putih susu

Lar. 8 + Pewarna Lar. 9 Bentuk : larutan kental


Warna : Oranye,
bening
Lar. 9 + Pewangi Lar. 10 Bentuk : larutanb
kenal
Warna : Oranye,
bening
Bau : victoria
Lar. 10 dicetak Sabun Bentuk : Padat
Warna : Oranye,
transparan
Bau : victoria Terbentuk
Sabun transparan

5.7. Dokumentasi
Gambar 5.1. larutan 1 + larutan 2
Gambar 5.2. Ditambahkan C12H22O11

Gambar 5.3. larutan ditambahkan gliserin Gambar 5.4. Ditambahkan TEA


Gambar 5.5. larutan ditambahkan sukrosa Gambar 5.6. sabun dicetak

Gambar 5.7. sabun transparan


5.8. Persamaan reaksi
CH3COOH CH2OH

CHOCOR + 3NaOH 3RCOONa + CHOH

CH2OCOR CH2OH
Lemak Alkali Sabun Glise

5.9. Pembahasan
- Pertama preparasi bahan
- Menimbang 17,5 gram C18H36O2 yang berfungsi membantu untuk mengeraskan
sabun lalu memimbang 8 gram NaOH yang akan bereaksi membentuk sabun
lewat reaksi saponifikasi dan melarutkan dengan H2O sebanyak 25 mL yang
berfungsi sebagai pelarut dan menyiapkan 50 mL minyak sebagai pengeras
sabun, lalu 5 mL TEA berfungsi sebagai surfaktan dan penstabil busa, 30 mL
CH3CH2OH 96% bahan yang digunakan untuk melarutkan sabun sehingga sabun
menjadi bening atau transparan dan 6 mL C3H5(OH)3 yang berfungsi sebagai
pelembab pada kulit lalu menimbang 25 gram C12H22O11 yang berfungsi
membantu pembusaan sabun.dan dilarutkan dalam 25 mL H2O yang berfungsi
sebagai pelarut di atas penangas air.
- Yang kedua pembuatan sabun transparan dengan melelehkan C18H30O2 yang
berfungsi membantu untuk mengeraskan sabun pada suhu 60oC didalam
Beakerglass 400 mL diatas Hotplate (suhu dijaga konstan) dan masukkan
minyak ke dalam lelehan C18H36O2 dengan suhu 65-70 oC memasukkan larutan
NaOH sedikit demi sedikit sambal terus dipanaskan dengan suhu 70 oC (dijaga
constant) dan diaduk sampai proses saponifikasi sempurna (terbentuk larutan
yang semi padat) memasukan CH3CH2OH sedikit demi sedikit (wadah dijaga,
jika campuran meluap, keluarkan wadah dari Hotplate), C3H5(OH)3, TEA dan
larutan C12H22O11 sambil terus diaduk sampai campuran menjadi homogen
mematikan pengontrol suhu lalu tambahkan pewarna dan pewangi sebangai
aroma dan warna pada sabun dilakukan pada suhu 40 oC tuangkan campuran ke
dalam cetakan (ambil bagian yang transparan saja) dan mendiamkan selama 24
jam hingga sabun mengeras keluarkan sabun yang sudah mengeras dari cetakan.
5.10. Kesimpulan
Dari hasil praktikum, dapat memahami reaksi penyabunan. Reaksi penyabunan
yang digunakan adalah reaksi saponifikasi yaitu reaksi yang membentuk produk
samping gliserol yang bereaksi antara trigliserida dengan alkali. Dengan hasil praktikum
pembuatan sabun yang didapatkan yaitu sabun transparan.
DAFTAR PUSTAKA
Hart, Craine. 2003. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Jakarta: Erlangga.
Rini, windia. 2016. Pedoman cerdas RPAL. Depok: Huta publisher.
Bunta, Melindawati Sri dkk. 2013. Pengaruh Penambahan Variasi Konsentrasi Asam
Sitrat Terhadap Kualitas Sintesis Sabun Transparan.Universitas Negeri
Gorontalo (diakses tanggal 17 November 2019).
Hambali, Erliza. 2015. Aplikasi Dietanolamida Dari Asam Laurat Minyak Inti Sawit
Pada Pembuatan Sabun Transparan. Fakultas Teknologi Pertanian (diakses
tanggal 17 November 2019).
Perdana, Kurnia Farid dan Hakim, Ibnu. 2015. Pembuatan Sabun Cair Dari Minyak
Jarak dan Soda Q Sebagai Upaya Meningkatkan Pangsa Pasar Soda Q.
Universitas Diponegoro (diakses tanggal 17 November 2019).
Priani, Ega Sani dan Lukmayani, Yani. 2010. Pembuatan Sabun Transparan Berbahan
Dasar Minyak Jelanjath Serta Hasil Uji Iritasinya Pada Kelinci. Universitas
Islam Bandung ISSN. 2089-3582 (diakses tanggal 17 November 2019).
Putri windi. 2016. Pengaruh Penambahan Ekstrak Daun Kelor Terhadap Kualitas
Sabun Transparan. Universitas negri Surabaya. Vol. 05. (diakses tanggal 17
November 2019).
Purnawanti. 2006. Pengaruh Penambahan Lidah Buaya (Aloe Vera) Terhadap Mutu
Sabun Transparan. Fakultas Teknologi Pertanian (diakses tanggal 17 November
2019).
Sari, julianti perdana. 2010. Pembuatan Sabun Padat Dan Sabun Cair Dari Minyak
Jarak. Universitas brawijaya No.1 Vol. 17 (diakses tanggal 17 November 2019).
Sukeksi, andy. 2017. Pembuatan Sabun Dengan Menggunakan Kulit Buah Kapuk
Sebagai Sumber Alkali. Universitas sumatera utara. No. 3. Vol. 6 (diakses tanggal
17 November 2019).
Syafruddin dan Kurniasih Eka. 2015. Aplikasi Minyak Nilam Sebagai Bahan Adiktif
Sabun Transparan Antiseptik. Politeknik Negeri Lhokseumawe (diakses tanggal
17 November 2019).
Widyasanti asri, shayana. 2017. Pengaruh Konsentrasi Minyak Kelapa Murni Dan
Minyak Jarak Terhadap Sifat Fisikokimia Dan Organoleptic Sabun Mandi Cair.
Universitas syiah kuala. No.01 vol.09 (diakses tanggal 17 November 2019).

Anda mungkin juga menyukai