Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH HADIST MAQBUL

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


“Ulum Al – Hadist ”

Dosen Pengampu :
Syaefudin, M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok 8

Retno Putri Anggraeni (20104050041)


Muhammad Ihsan Hakiki (20104050042)

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN KALIJAGA
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah Maha SWT atas berkat, rahmat,
dan hidayahnya, Tidak lupa Shalawat serta salam kita curahkan kepada junjungan
kita Nabi akhir zaman, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan keluarga –
keluargannya, semoga kita termasuk umat beliau dan berhak memperoleh
syafaatnya nanti di akhirat.
Tujuan dari pembuatan makalah ini juga untuk memenuhi tugas mata
kuliah Ulum Al – Hadist. Kami juga berharap semoga pembuatan makalah kita ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca serta menambah wawasan dan pengetahuan.
Dalam pembuatan makalah ini tentunnya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Untuk itu kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Syaefudin selaku dosen
pengampu. Serta pihak – pihak lain yang membantu memberikan referensi dari
buku maupun media sosial.
Tiada gading yang tak retak, pepatah yang mengandung makna taka da
satupun manusia luput dari kesalahan, oleh karena itu kami berharap pemberian
maaf yang sebesar – besarnnya. Atas kekurangan dan kesalahan, baik yang
disengaja maupun yang tidak disengaja. Saran dan kritik sangat kami harapkan
agar kami dapat memperbaiki makalah – makalah selanjutnya

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 2
A. Hadist Shahih .......................................................................................... 2
1. Pengertian Hadist Shahih .................................................................. 2
2. Kriteria Hadist Shahih ....................................................................... 2
3. Klasifikasi Hadist Shahih .................................................................. 4
4. Kitab – kitab Hadist Shahih .............................................................. 4
B. Hadist Hasan ........................................................................................... 5
1. Pengertian Hadist Shahih .................................................................. 5
2. Kriteria Hadist Shahih ....................................................................... 5
3. Klasifikasi Hadist Shahih .................................................................. 6
4. Kitab – kitab Hadist Shahih .............................................................. 6
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 8
A. Kesimpulan.............................................................................................. 8
B. Saran ........................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hadist sering kali disebut sunnah. Hadist atau sunnah merupakan sumber
hukum islam kedua setelah Al – Qur’an, keduannya merupakan pedoman
hidup yang mengatur segala tingkah dan perbuatan manusia. Al – Qur’an
mempunyai kedudukan sebagai suatu yang mutlak kebenaran beritannya.
Sedangkan hadist nabi belum dapat dipertanggungjawabkan periwayatannya,
apakah berasal dari nabi atau tidak
Hadist mempunyai fungsi penting dalam menjelaskan setiap ayat – ayat
Al – Qur’an. Hadist dapat dijadikan sebagai hujjah keagamaan dalam
kehidupan dan mempunyai peran penting dalam kajian keislaman.
Secara struktual hadist merupakan sumber ajaran islam setelah Al –
Qur’an yang bersifat global. Artinya jika kita tidak menemukan penjelasan
tentang masalah atau problematika hidup dalam Al – Qur’an, maka kita harus
merujuk pada hadist.
Ditinjau dari segi kualitasnya hadist terbagi menjadi dua, yaitu hadist
Maqbul dan hadist Mardud, hadist Maqbul merupakan hadist yang dapat
diterima sebagai dalil, sedangkan hadist mardud merupakan hadist yang
bertolak sebagai dalil. Hadist Maqbul terbagi lagi menjadi dua macam yaitu
hadist Hasan dan hadist Shahih. Sedangkan yang termasuk dalam hadist
mardud adalah hadist Dha’if.
Pada makalah ini kami akan menjelaskan tentang pengertian, kriteria,
klasifikasi, dan kitab – kitab hadist shahih dan hadist hasan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

Hadist dari kualitasnya terbagi menjadi 2 macam yaitu hadist maqbul dan
mardud. Adapun hadis mardud ialah hadist yang ditolak atau tidak diterima, jadi
hadist mardud adalah hadist yang tidak unggul pembenarannya. Sedangkan hadist
Maqbul ialah menurut bahasa Maqbul adalah “Ma’khudz” yang artinnya
dibenarkan atau diterima. sedangkan menurut Imam Al-Nawawi, hadits shahih
adalah “hadits yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh perawi yang adil
lagi, dan tidak ber’illat.” Sebagaimana yang sudah diterangkan oleh Hafidh Ibn
Hajar Al – Asqalani berikut ini :
‫علَى َر َج َحا ِن ثُب ُْو تِ ِه‬
َ ‫َما دَ َّل دَ ِلـيْــ ٌل‬
"yang ditunjuki oleh sesuatu keterangan, bahwa Nabi Muhammad Saw ada
menyabdakannya. (Yakni adanya lebih berat dari pada tidak adanya)”
Dari hadist diatas dapat disimpulkan bahwa hadist maqbul adalah hadist
yang memenuhi syarat untuk diterimannya riwayat. Hadist maqbul dibagi menjadi
2 macam yaitu Hadist Sahih dan Hadist Hasan
A. Hadist Sahih
1. Pengertian Hadist Sahih
Shahih berasal dari bahasa arab “as – shahih ” yang berarti selamat dari
penyakit. Para ulama mengatakan hadist sahih ialah hadist yang sanadnya
tersambung dan dikutipkan oleh orang yang adil dan cermat, sampai
berakhir kepada Rasulullah SAW dan didalam hadist tersebut tidak
terdapat kejanggalan dan cacat.
2. Kriteria Hadist Sahih
Sebuah hadist dikatakan sahih apabila memenuhi kriteria yang
meliputi :
a. Sanadnya bersambung
Maksut dari sanad bersambung adalah seluruh perangkai
perawi hadist, dari perawi terakhir sampai para sahabat yang

2
menerima hadist dari Rasulullah SAW, bersambung dalam
periwatannya.
Tata cara penelitian ulama mengetahui bersambung atau
tidaknya suatu sanad adalah :
1. Mencatat semua nama periwayat sanad yang diteliti
2. Mempelajari sejarah hidup periwayat sanad
3. Meneliti kata – kata yang berhubungan antara para
periwayat dengan periwayat terdekat dalam sanad.
b. Perawinya bersifat adil
‘Adil menurut bahasa ialah lurus, jujur, tidak menyimpang.
Dengan demikian perawi yang adil adalah perawi yang
memenuhi syarat – syarat sebagai berikut :
1. Beragama islam
2. Melaksanakan ketentuan agama dan meninggalkan
larangannya
3. Berstatus Mukallaf
c. Perawinnya bersifat dhabith
Dhabith secara bahasa ialah yang kokoh, yang kuat, yang
tepat. Sedangkan menurutt istilah dhabith adalah orang yang
kuat hafalannya dan mampu menyampaikan hafalannya itu
kapan saja bila menghendaki.
Orang dikatakan Dhabith bukan berarti ia terhindar dari
kekeliruan dan kesalahan. Bagi para dhabith kekeliruan yang
mereka perbuat tidak terjadi berulang kali
Dhabith dapat dibedakan menjadi 2 kategori yaitu :
1. Dhabith shadran
Dhabith shadran adalah terpeliharannya periwayatannya
dalam ingatan
2. Dhabith kitaban
Dhabith kitaban adalah terpeliharannya kebenaran suatu
periwayatan melalui tulisan.

3
d. Tidak syadz (janggal)
Syadz adalah suatu hadist yang bertentangan dengan hadist
yang diriwayatkan oleh perawi lain yang lebih kuat. Maka
dapat dipahami bahwa hadist yang tidak syadz adalah hadist
yang matannya tidak bertentangan dengan hadist lain yang
lebih kuat.
3. Klasifikasi Hadist Sahih
Para ulama hadist membagi hadist sahih menjadi 2 yaitu :
a. sahih li dhatihi
sahih li dhatihi ialah hadist yang sanadnya bersambung
dan tidak berillat. Hadist ini dinamakan hadist sahih li
dhatihi karena :
1. Sanadanya muttasil, semua periwayatnya mendengar
hadist langsung dari gurunnya
2. Para periwayatnnya semua adil, sempurna dhabithnya, dan
menjaga kehormatan
3. Tidak terdapat cacat yang menjelekkan kesashihan hadist
b. sahih li ghairihi.
sahih li gharihihi adalah hadist hasan li ghairihi apabila
diriwayatkan melalui jalan lain oleh perawi yang sama
kualitasnya. Berdasarkan pengertian ini dapat dipahami
bahwa hadist tipe ini bukan hadist sahih melainkan hadist
hasan li dzatih, karena ada syahid yang menguatkannya
maka hadist hasan li dzatih ini berubah kedudukan menjadi
hadist sahih li gharihi.
4. Kitab – kitab Hadist Shahih
Kitab shahih ialah kitab – kitab yang memuat hadist – hadist
yang shahih saja. Berikut kitab – kitab hadist yang diakui oleh
para ulama dan dianggap paling shahih :

4
a. Shahih Al – Bukhari
Kitab ini merupakan kitab hadist pertama yang
menghimpun hadist – hadist shahih. Kitab yang diselesaikan
selama 16 tahun ini berisi hadist – hadist tentang masail
fiqhiyah, al-fadhail,(berita – berita masa lampau dan masa datang )
karena mencakup berbagai persoalan maka dinamakan al jami’
Semua hadist yang terangkum didalam al – jami’ ini secara umum
berkualitas shahih, sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Al –
Bukhari “saya tidak memasukkan dalam kitab saya ini selain hadist
shahih ”
Shahih Al – Bukhori bersifat mukhtadsar yang berarti bahwa hadis
shahih yang diriwayatkannya di himpun dalam kitab tersebut.
Sebagaimana di nyatakan sendiri oleh beliau :”Saya telah menghafal
100.000 hadis shahih dan 200.000 hadis yang tidak shahih”. Namun,
saya tidak memasukkan dalam kitab ini kecuali yang shahih saja, dan
sesungguhnya masih banyak hadis shahih lainnya yang tidak saya
masukkan dalam kitab ini.“
b. Kitab Shahih Muslim
Para ulama hadist menyimpulkan beberapa syarat yang dipegangi
oleh imam muslim dalam menerima sebuah hadist dari perawi, antara
lain :
1. Para perawi hadist harus adil, kuat hafalannya, dan dapat
dipertanggungjawabkan kejujurannya.
2. Sanadnya harus lengkap, mutasshil, terbatas dari illat dan syadz
B. Hadist Hasan
1. Pengertian Hadist Hasan
Secara bahasa hasan berarti al jamal yaitu bagus dan keindahan. Sedangka
secara istilah para ulama mendefinisikan hadist hasan sebagai berikut :
a. Al – Khatabi, Hadist Hasan adalah hadist yang diketahui tempat
keluarnya kuat, diterima oleh banyak ulama, dan para perawinnya
masyhur

5
b. At – Tirmidzi, Hadist Hasan adalah hadist yang diriwayatkan, yang
didalamnnya tidak ada rawi yang berdusta
c. Ibnu Hajar, Hadist Hasan adalah hadist yang diriwayatkan oleh rawi yang
adil dan sanadnya bersambung.
2. Kriteria Hadist Hasan
Kriteria hadist hasan sama dengan hadist sahih, antara lain :
a. Sanadnya bersambung
b. Perawinnya adil
c. Tidak ada illat
d. Tidak ada syadz
e. Bersifat Dhabith
3. Klasifikasi Hadist Hasan
a. Hadist Hasan li dhatih
Hadist Hasan lidzatih adalah hadist yang bersambung sanadnya
dengan nukilan orang yang adil tetapi kurang dhabith dan tidak
mempunyai kejanggalan. Hadist Hasan lidzatih bisa naik derajatnya
menjadi hadist shahih li ghairihi, apabila ditemukan adannya hadist lain
yang menguatkan kandungan mattan nya atau adannya sanad lain yang
meriwayatkan mattan hadist yang sama.
b. Hadist Hasan li ghairihi
Hadist Hasan li ghairihi adalah hadist yang didalam sanadnya
terdapat orang yang tidak diketahui keadaannya dan tidak dapat
dipastikan keahliannya, tetapi ia bukan seorang yang lalai dan banyak
lupa terhadap apa yang diriwayatkan, dan tidak pula tertuduh dusta
sebab ia tertuduh fasik.
4. Kitab – kitab hadist hasan
Para ulama belum ada yang mengarang kitab- kitab secara terpisah yang
memuat hadist hasan saja sebagaimana yang telah mereka lakukan terhadap
hadist shahih didalam kitab – kitab terpisah, akan tetapi ada beberapa kitab
yang didalamnya banyak ditemukan hadist hasan. Diantaranya yang paling
masyhur adalah :

6
a. Jami’ Al – Tirmidzi
Buku Tirmidzi ini merupakan induk dalam mengenal hadist hasan,
sebab Al – Tirmidzi merupakan orang pertama yang memasyhurkan
istilah ini dalam bukunnya dan merupakan orang yang paling banyak
menyinggungnya.
b. Sunan Ad – Daru Qutni
Beliau telah banyak sekali menyatakannya secara tertulis di dalam
kitabnya ini .
c. Sunan abu dawud
Pengarang buku ini ialah Abu Dawud, beliau menyebutkan kepada
penduduk Mekkah, bahwa dirinnya menyinggung hadist shahih. Bila
terdapat kelemahan yang amat sangat, beliau menjelaskannya
sedangkan hadist yang tidak dikomentarinyya maka itu adalah hadist
yang layak. Maka dapat disimpulkan bahwa bila kita mendapatkan satu
hadist didalamnya yang tidak beliau jelaskan kelemahannya dan tidak
ada seorang ulama terpercayapun yang menilainnya shahih , maka itu
merupakan hadist hasan.
C. Persamaan dan perbedaan Hadist shahih dan Hadist Hasan
1. Persamaan hadist hasan dan hadist shahih
Hadist hasan dan hadist shahih dapat dijadikan hujjah untuk menetapkan
syari’at islam. Mengenai kehujjahan dikalangan ulama tidak ada perbedaan
tentang kekuatan hukumnya, terutama dalam menentukan halal dan haram
status hukum. Jadi hadist shahih dan hadist hasan didalam berarguentasi
hukumnya sama sekalipun dari sisi kekuatannya hadist hasan dibawah
hadist shahih, oleh karena itu semua ahli fiqih menjadikannya sebagai
hujjah dan mengamalkannya.
2. Perbedaan hadist hasan dan hadist shahih
Tingkat kualitas hadist hasan berada dibawah hadist shahih. Perawi hadist
hasan nilainnya memang kurang jika dibandingkan dengan perawi hadist
shahih, karena kedhabithan para perawi hadist shahih lebih sempurna.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ditinjau dari segi kualitasnya hadist dibagi menjadi dua macam yaitu
hadist maqbul dan hadist mardud. Hadist maqbul adalah hadist yang diterima
sebagai hujjah, klasifikasi hadist maqbul terbagi menjadi dua lagi yaitu hadist
hasan dan hadist sahih. Sedangkan hadist mardus adalah hadist yang tidak
diterima sebagai hujjah, klasifikasi hadist mardud hanya terbagi menjadi satu
yaitu hadist dho’if. Di makalah ini kami hanya akan menjelaskan tentang hadist
maqbul saja.
Derajat suatu hadist itu memiliki beberapa kemungkinan bisa dikatakan
shahih maupun hasan. Oleh para ulama para peneliti hadist diberi kemudahan
untuk mengetahui apakah hadist tersebut hadist hasan atau sahih. Hadist shahih
memiliki kriteria hadist yang sempurna dari sanad dan mattannya, diriwayatkan
oleh rawi rawi yang adil, sempurna ingatannya, sanadnya bersambung
sambung, dan tidak berillat. Sedangkan kriteria hadist hasan hampir mirip
dengan hadist shahih yaitu diriwayatkan oleh oleh orang yang adil, tetpai
kurang sempurna hafalannya, tidak cacat, tidak syadz dan bersambung
sanadnya.
Tentunya di hadist hasan dan hadist sahih masih terdapat klasifikasi hadist
lagi di dalamnya, hadist hasan terdapat dua klasifikasi sama dengan hadist
sahih. Klasifikasi hadist hasan terdapat hadist sahih lidzatihi dan sahih
lighairihi. Sedangkan klasifikasi hadist hasan terdapat hadist hasan lidzatihi
dan hasan lighairihi.
B. Saran
Demikianlah makalah kami yang berisikan tentang hadist Maqbul,
pastinya dalam pembuatan makalah ini tak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Adapun kirannya kritik, saran, maupun teguran digunakan sebagai
penunjang makalah ini. Kurang atau lebihnya dari kami, kami ucapkan
Terimakasih.

8
DAFTAR PUSTAKA
Solehah Arif,“Hadist Hasan dan Problematikannya” diunduh pada tanggal 10
Oktober 2020. Dari http://hansarif.blogspot.com/2015/07/hadits-hasan-dan-
problematikanya_3.html

Mudasir, H, Drs,”Ilmu Hadits” diunduh pada tanggal 9 Oktober 2020. Dari


http://kumpulan-makalah-islami.blogspot.com/2009/02/hadits-hasan.html# ,

Muhammad Faiz, “Makalah Hadist Hasan ” diunduh pada tanggal 9 Oktober


2020. Dari http://semuamakalahpembelajaran.blogspot.com/2017/06/makalah-
hadits-hasan.html

Dzyka Rokmatun, “Makalah Hadist Shahih” diunduh pada tanggal 9 Oktober


2020. Dari
https://www.academia.edu/29529795/MAKALAH_HADIST_SHAHIH_doc

Nur Afifah, “Hadist dan Ulumul Hadist” diunduh pada tanggal 10 Oktober 2020.
Dari https://www.slideshare.net/afifahdemolisher/makalah-hadist-dan-ulumul-
hadist

Anda mungkin juga menyukai