KELOMPOK 1 B13B
2021
BAB I
PENDAHULUAN
HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan
seksual dan penggunaan jarum suntik yang sering dikaitkan dengan kesehatan
untuk tertular umumnya karena kurangnya pengetahuan dan informasi tentang HIV
dan AIDS ataupun kurangnya akses untuk mendapatkan layanan pencegahan HIV
Pada tahun 2013 World Health Organization (WHO) mengumumkan 34 juta orang
di dunia mengidap virus HIV penyebab AIDS dan sebagian besar dari mereka hidup
dalam kemiskinan dan di negara berkembang. Data WHO terbaru juga menunjukkan
peningkatan jumlah pengidap HIV yang mendapatkan pengobatan. Tahun 2012 tercatat
9,7 juta orang, angka ini meningkat 300.000 orang lebih banyak dibandingkan satu
dekade sebelumnya (WHO, 2013). Berdasarkan jenis kelamin kasus tertinggi HIV dan
AIDS di Afrika adalah penderita dengan jenis kelamin perempuan hingga mencapai
81,7% terutama pada kelompok perempuan janda pada usia 60-69 tahun dengan
persentase paling tinggi bila dibandingkan dengan kelompok beresiko lainnya (Boon,
2009).
Berdasarkan data Ditjen PP & PL Kemenkes RI tahun 2014, kasus HIV dan AIDS
di Indonesia dalam triwulan bulan Juli sampai dengan September tercatat kasus HIV
7.335, kasus sedangkan kasus AIDS 176 kasus. Estimasi dan proyeksi jumlah Orang
Dengan HIV dan AIDS (ODHA) menurut populasi beresiko dimana jumlah ODHA di
populasi wanita resiko rendah mengalami peningkatan dari 190.349 kasus pada tahun
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dapat dirumuskan yaitu sebagai
berikut :
TINJAUAN PUSTAKA
penurunan progresif dari sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan defisiensi imun.
Sistem kekebalan dianggap kurang ketika tidak dapat lagi memenuhi perannya
melawan infeksi dan penyakit. Infeksi yang terkait dengan imunodefisiensi parah
kekebalan yang lemah. Bila sistem kekebalan tubuh individu sudah rusak atau lemah,
maka akan mudah terserang oleh berbagai penyakit yang ada di sekitarnya seperti
TBC, diare, sakit kulit, dll (UNICEF Indonesia, 2018 dan WHO, 2019).
Virus HIV merupakan retrovirus yang termasuk golongan virus RNA (virus
virus mengubah informasi genetiknya yang berada dalam RNA ke dalam bentuk DNA
yang kemudian diintegrasikan ke dalam informasi genetik sel limfosit yang diserang.
Dengan demikian HIV dapat memanfaatkan mekanisme sel limfosit untuk mengkopi
dirinya menjadi virus baru yang memiliki ciri-ciri HIV. HIV menyerang sistem imun
permukaannya.
Limfosit T helper antara lain berfungsi menghasilkan zat kimia yang berperan
sebagai perangsang pertumbuhan dan pembentukan sel-sel lain dalam sistem imun
dan pembentukan antibodi sehingga yang terganggu bukan hanya fungsi limfosit T
tetapi juga limfosit B, monosit, makrofag dan sebagainya (Pusdatin Depkes RI, 2006).
Virus HIV menyebar melalui cairan tubuh tertentu yang menyerang sistem
kekebalan tubuh, khususnya sel CD4, yang sering disebut sel T. Seiring waktu, HIV
dapat menghancurkan banyak sel-sel ini sehingga tubuh tidak dapat melawan infeksi
dan penyakit. Sel-sel khusus ini membantu sistem kekebalan melawan infeksi. Jika
Tidak diobati, HIV mengurangi jumlah sel CD4 (sel T) di dalam tubuh. Kerusakan
pada sistem kekebalan ini mempersulit tubuh untuk melawan infeksi dan beberapa
penyakit lainnya. Infeksi oportunistik atau kanker mengambil keuntungan dari sistem
kekebalan tubuh yang sangat lemah dan menandakan bahwa orang tersebut mengidap
AIDS. Tidak seperti beberapa virus lain, tubuh manusia tidak dapat menyingkirkan
HIV sepenuhnya, bahkan dengan pengobatan. Jadi begitu seorang individu terinfeksi
Belum ada pengobatan yang efektif saat ini untuk HIV, tetapi dengan
perawatan medis yang tepat, HIV dapat dikendalikan. Obat yang digunakan untuk
mengobati HIV disebut terapi antiretroviral atau ART. Jika orang dengan HIV
memakai ART sebagaimana yang ditentukan, viral load (jumlah HIV dalam darah
individu yang terinfeksi) bisa menjadi tidak terdeteksi. Jika tetap tidak terdeteksi,
individu yang terinfeksi dapat hidup lama, sehat dan secara efektif tidak memiliki
HIV dapat berkembang menjadi AIDS hanya dalam beberapa tahun. Saat ini, seorang
individu yang didiagnosis dengan HIV dan diobati sebelum penyakitnya berkembang
lebih parah, dapat hidup hampir selama seseorang yang tidak memiliki HIV (CDC,
2018).
yang disebabkan oleh HIV. Seseorang yang terinfeksi virus HIv atau menderita AIDS sering
disebut ODHA singkatan dari orang yang hidup dengan HIV/AIDS. Penderita infeksi HIV
dinyatakan sebagai penderita AIDS ketika menunjukkan gejala atau penyakit tertentu yang
merupakan akibat penurunan daya tahan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (indikator
sesuai dengan definisi AIDS dari Centers for Disease Control tahun 1993) atau tes darah
Infeksi HIV/AIDS pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun 1981 pada
sarkome koposi (sejenis kanker yang jarang terjadi) dan pneumonia pnemokista
(sejenis pneumonia yang hanya terjadi pada penderita gangguan system kekebalan).
Kegagalan system kekebalan tubuh yang mengakibatkan timbulnya dua penyakit yang
jarang ditemui ini saat ini disebut dengan AIDS. Pada bulan Januari tahun 1983, dr.
Luc Montagnier bersama rekannya dari Institute Pasteur Perancis mengisolasi virus
(LAV).
Selanjutnya pada bulan Juli 1989, dr. Robert Gallo dari Lembaga Kanker
lymphocitic Virus tipe III (HTLV III). Ilmuwan lain, J. Levy juga menemukan sebab
klinis, darah tertua yang terinfeksi HIV di Amerika adalah darah pada tahun 1969,
sedangkan di Afrika pada tahun 1959. Pada akhir 1970-an diperkirakan HIV sudah
mulai berkembang dan meluas di daerah Sub Sahara Afrika. Semua ilmuwan sepakat
bahwa kasus pertama AIDS adalah pelaporan Gottliebt di Los Angeles, 5 Juni 1981.
Pada tahun 1987 muncul kasus AIDS di Indonesia untuk pertama kalinya.
Tidak ada yang mengetahui persis tentang asal-usul penyakit ini di Indonesia. Kasus
pertama ditemukan di Bali. Sebagian besar mereka yang terinfeksi HIV merupakan
homoseksual, dan tercatat banyak kasus meninggal di rumah sakit dengan durasi < 72
jam. Kasus AIDS pertama kali di Indonesia diduga terjadi di RSIJ dan pasiennya
adalah seorang perempuan yang merupakan seorang ibu dengan 3 orang anak. Ibu
Beberapa tahun kemudian, pada tahun 1989, AIDS sudah merupakan penyakit
kematian lebih dari 8000 orang setiap harinya, yang berarti setiap 10 detik terdapat 1
orang meninggal. Infeksi HIV dianggap sebagai penyebab kematian tertinggi akibat
satu jenis agen infeksius. AIDS pada anak pertama kali dilaporkan oleh Oleske,
Rubinstein, dan Amman pada tahun 1983 di Amerika Serikat. Sejak itu laporan
jumlah AIDS pada anak di Amerika semakin meningkat. Pada bulan Desember 1989
di Amerika telah dilaporkan 1995 anak-anak berumur kurang dari 13 tahun yang
menderita AIDS pada bulan Maret 1993 tercatat sebanyak 4480 kasus. Jumlah ini
merupakan 1,5% dari seluruh jumlah kasus AIDS yang dilaporkan di Amerika. Di
Eropa mulai tahun 1988 terdapat 365 anak dengan AIDS. Kasus infeksi HIV
terbanyak pada orang dewasa maupun anak-anak tertinggi di dunia adalah di Afrika
Sejak dimulainya epidemi HIV, AIDS telah mematikan lebih dari 25 juta
orang. Lebih dari 14 juta anak kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya akibat
AIDS. Setiap tahun diperkirakan terdapat kurang lebih 3 juta orang meninggal karena
AIDS dan 1/6 di antaranya anak di bawah umur 15 tahun. Setiap tahun pula terjadi
infeksi baru pada 5 juta orang terutama di negara berkembang. Sejak tanggal 5 Juni
1981 banyak definisi yang muncul untuk pengawasan epidemiologi AIDS, seperti
pemantauan epidemic dan bukan untuk penentuan tahapan klinis pasien, karena
definisi yang digunakan tidak spesifik. Di berbagai negara berkembang, system WHO
untuk infeksi HIV didapatkan dengan memakai data klinis dan labboratorium.
Pada tahun 2020 diperkirakan terdapat 38,7 juta orang hidup dengan HIV,
meningkat sebanyak 3,4 juta dibandingkan tahun 2015. Sebanyak 2,1 juta
diantaranya merupakan kasus baru HIV. Namun, dalam laporan yang sama terjadi
penurunan kematian, WHO mencatat sejak AIDS ditemukan hingga akhir 2020
terdapat 34 juta orang meninggal dan di tahun 2020 tercatat sebesar 1,1 juta orang
meninggal uterkait dengan ADIS, menurun dibandingkan tahun 2015 yang sebesar 1,5
juta kematian.
Hingga saat ini HIV/AIDS sudah menyebar di 407 dari 507 kabupaten/kota (80%) di
usia produktif yaitu kelompok umur 25-49 tahun dan kelompok umur 20 -24 tahun.
Pola penularan HIV menurut jenis kelamin memiliki pola yang hampir sama
selama beberapa tahun terakhir yaitu lebih banyak terjadi pada kelompok laki-laki
tersebut semakin kecil, artinya jumlah infeksi HIV pada perempuan semakin
Demikian pula pola penularan HIV berdasarkan faktor risiko tidak mengalami
perubahan dalam 5 tahun terakhir, infeksi HIV dominan terjadi pada heteroseksual.
Namun terjadi perubahan pola pada kelompok pengguna napza suntik (penasun) dan
kelompok laki-laki berhubungan seks dengan laki-laki (LSL). Jumlah infeksi HIV
kelompok LSL cenderung meningkat. Penurunan pada kelompok penasun bisa jadi
disebabkan perubahan penggunaan alat konsumsi napza yng tidak lagi banyak
menggunakan jarum suntik tetapi sebagian beralih ke alat yang lain sehingga
dilaporkan sampai dengan Juni 2016 yang terbanyak yaitu Provinsi DKI Jakarta
(41.891 kasus). Sepuluh besar kasus HIV terbanyak di Provinsi DKI Jakarta, Jawa
Timur, Papua, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, Sumatera Utara, Kepulauan Riau,
kumulatif infeksi HIV lebih dari 10.000 kasus. Keseluruhannya merupakan provinsi
di Pulai Jawa, Bali, kecuali Papua (22.429 kasus) dan Sumatera Utara (11.949 kasus).
Menurut jenis pekerjaan, penderita AIDS di Indonesia paling banyak berasal
dari kelompok ibu rumah tangga, diikuti wiraswasta/usaha sendiri dan tenaga non
profesional (karyawan).
yang dilaporkan sejak 1987 sampai triwulan 2 tahun 2016, teriapat Tiga Provinsi
dengan jumlah kumulatif AIDS tertinggi sama dengan jumlah kumulatif infeksi HIV
per 100.000 penduduk suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu. AIDS Case Rate di
Indonesia sampai tahun 2016 triwulan 2 yang tertinggi terjadi di Provinsi Papua,
diikuti Papua Barat dan Bali. Secara nasional AIDS case rate sebesar 26.428,3 per
100.000 penduduk.
dua tahun terakhir jumlah orang yang hidup dengan HIV mendapat terapi
antiretroviral telah meningkat sekitar sepertiga, mencapai 17,0 juta orang lebih
dari target 2015 yang ditetapkan oleh Majelis Umum PBB pada 2011 sebesar 15
juta orang. Sejak target pengobatan global pertama ditetapkan pada tahun 2003,
kematian terkait AIDS tahunan telah menurun sebesar 43%. Di wilayah paling
terpengaruh di dunia, Afrika timur dan selatan, jumlah orang yang menjalani
pengobatan telah meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 2010, mencapai hampir
10,3 juta orang. Kematian terkait AIDS di wilayah tersebut telah menurun sebesar
36% sejak tahun 2010. Namun, tantangan besar ada di depan. Pada 2015 tercatat
2,1 juta infeksi HIV baru di seluruh dunia, sehingga total 36,7 juta orang yang
hidup dengan HIV. Di tahun 2016 diperkirakan terdapat 2,1 juta anak yang
terpapar HIV dari ibunya saat proses kehamilan dan menyusui. (UNAIDS, 2018)
Gambar 1. Persentase Kasus Infeksi Baru dan Populasi HIV Global Tahun 2015
seks, pengguna narkoba, transgender, tahanan dan lelaki gay dan laki-laki lain
HIV membutuhkan fokus tambahan pada penyediaan populasi kunci dengan alat
seperti kondom, profilaksis pra-pajanan dan steril jarum dan semprit. Namun,
desain dan pengiriman layanan pencegahan HIV dibatasi oleh keengganan untuk
Data ini juga menunjukkan bahwa distribusi infeksi HIV baru di antara
narkoba menyumbang 51% dari HIV infeksi di Eropa Timur dan Asia Tengah
dan 13% infeksi HIV baru di Asia dan Asia Pasifik pada tahun 2014. Pria gay dan
pria lain yang berhubungan seks dengan pria menyumbang 30% infeksi HIV baru
di Amerika Latin, 49% infeksi baru di bagian barat dan tengah Eropa dan
Amerika Utara dan 18% infeksi baru di Asia dan Pasifik. Ini menggarisbawahi
termasuk dalam AIDS tanggapan dan layanan disediakan untuk mereka. Data
stigma dan diskriminasi, HIV baru infeksi telah menurun secara signifikan
(UNAIDS, 2019)
lebih sedikit anak-anak muda dari 15 tahun memperoleh HIV - salah satu kisah
sukses terbaru yang hebat. Di antara anak-anak, kejadian HIV menurun lebih
banyak dari 50% pada 2010–2015. Penggunaan ARV yang lebih baik regimen
obat dan metode pemberian layanan telah faktor yang menentukan. Rencana
Global menuju eliminasi infeksi HIV baru di antara anak-anak pada tahun 2015
dan menjaga ibu mereka tetap hidup menambah dorongan kuat. Namun, dunia
tidak mampu mencegah secara seksual orang aktif dari pengidap HIV, dan
mereka bertanggung jawab untuk sebagian besar orang yang baru terinfeksi setiap
tahun. Secara global, infeksi baru di antara orang yang berusia 15+ tahun
Timur Wilayah Mediterania dan Wilayah Eropa. Dalam Wilayah Afrika, wanita
berusia 15–24 tahun terus melahirkan bagian beban HIV yang tidak proporsional:
delapan kali lebih tinggi dari sesama pria mereka. (WHO, 2016)
B. Distribusi HIV dan AIDS di Indonesia
infeksi HIV. Selain AEM, perangkat lunak Spectrum juga digunakan. Di dalam
perangkat lunak Spectrum terdapat modul untuk membuat estimasi dan proyeksi
demografi dan epidemi HIV dan AIDS. Sebagai ringkasan dari estimasi dan
Tabel 1. Distribusi ODHA dan Infeksi HIV Baru di Indonesia Tahun 2012
suntik (Penasun) dan pekerja seks perempuan (WPS), akan tetapi saat ini situasi
epidemi HIV dan AIDS telah berubah. Pada tahun mendatang diproyeksikan
jumlah terbesar infeksi HIV baru akan terjadi di antara laki-laki yang
umum (perempuan risiko rendah), yang terdiri dari perempuan terinfeksi melalui
hubungan seks dengan pasangan yang telah terinfeksi serta wanita yang
sebenarnya telah terinfeksi HIV dan baru dapat terdeteksi di kemudian hari.
Jumlah infeksi HIV yang cukup besar terjadi pada laki-laki yang
merupakan pelanggan pekerja seks dan laki-laki populasi umum, yang terdiri dari
ditambah dengan laki-laki yang berhubungan seks dengan WPS pada tahun
populasi kunci HIV dan data prevalensi HIV terbaru dari STBP dan atau
melaporkan bahwa mereka mereka telah membeli seks dan perempuan yang
melaporkan bahwa mereka menjual seks dalam 12 bulan terakhir, sehingga sulit
untuk mengukur mantan pelanggan dan mantan pekerja seks yang tidak
2014)
Gamber 4. Persentase Infeksi HIV menurut Jenis Kelamin Triwulan 1 Tahun 2017
ternyata situasi epidemi HIV dan AIDS telah berubah. Pada tahun-tahun
mendatang, jumlah terbesar infeksi HIV baru akan terjadi di antara laki-laki yang
berhubungan seks dengan laki-laki (LSL), diikuti oleh perempuan pada populasi
umum (perempuan risiko rendah), yang terdiri dari perempuan terinfeksi melalui
berhubungan seks dengan pasangan yang terinfeksi serta wanita yang mereka
sendiri mungkin telah terlibat dalam perilaku berisiko pada tahun sebelumnya dan
mereka yang sebenarnya telah terinfeksi HIV dan baru dapat terdeteksi di
kemudian hari. Jumlah infeksi yang cukup besar terjadi pada laki-laki yang
merupakan pelanggan pekerja seks dan laki-laki populasi umum (laki-laki risiko
rendah), yang terdiri dari lakilaki yang terinfeksi melalui hubungan seksual
WHO. 2016. Progress Report 2016 Prevent Hiv, Test And Treat All.
basics/overview/data-and-trends/global-statistics
http://www.unaids.org/sites/default/files/media_asset/global-AIDS-update-
2016_en.pdf
Citra Dewi pada 28 Maret 2021, 18:45 Wita. Sejarah HIV: Seks 'Asal-asalan' dan Virus
https://www.google.co.id/amp/s/m.liputan6.com/amp/2573715/sejarah-hiv-seks-
Wita
Pusdatin Departemen Kesehatan RI. 2006. Situasi HIV/AIDS di Indonesia Tahun 1987-
2006. http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/lain-lain/situasi-hiv-
aids-2018.pdf
https://www.unicef.org/indonesia/id/children_youth_6448.html
http://worldofhistories.blogspot.com/2011/10/sejarah-hivaids.html?m=1
Kebijakan Aids Indonesia. Perkembangan HIV & AIDS di Indonesia dikases di
https://www.kebijakanaidsindonesia.net/id/49-general/1603-sejarah-hiv-aids
Kemenkes.2017.
http://siha.depkes.go.id/portal/files_upload/Laporan_HIV_AIDS_TW_1_2019_re
v.pdf