Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH EPIDEMIOLOGI GLOBAL DAN LOKAL

KECENDRUNGAN HIV/ AIDS

KELOMPOK 1 B13B

1. NI MADE ARIANI (203221133)

2. I WAYAN JEVA SANISA PUTRA (203221134)

3. I MADE SEMARAGUNA SUINATA (203221135)

4. MADE ANGGA PERINGGA ADITYA (203221136)

5. PUTU DARA YULIANTI (203221137)

6. COK ISTRI OKTIA DEWI (203221138)

7. NI KADEK PEBRIYANTI (203221139)

8. NI MADE RUDIANI (203221140)

9. PUTU YULIANTARI JAYANTI (203221141)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan

seksual dan penggunaan jarum suntik yang sering dikaitkan dengan kesehatan

reproduksi terutama kelompok perempuan. Kerentanan perempuan dan remaja putri

untuk tertular umumnya karena kurangnya pengetahuan dan informasi tentang HIV

dan AIDS ataupun kurangnya akses untuk mendapatkan layanan pencegahan HIV

(Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan RI, 2008).

Pada tahun 2013 World Health Organization (WHO) mengumumkan 34 juta orang

di dunia mengidap virus HIV penyebab AIDS dan sebagian besar dari mereka hidup

dalam kemiskinan dan di negara berkembang. Data WHO terbaru juga menunjukkan

peningkatan jumlah pengidap HIV yang mendapatkan pengobatan. Tahun 2012 tercatat

9,7 juta orang, angka ini meningkat 300.000 orang lebih banyak dibandingkan satu

dekade sebelumnya (WHO, 2013). Berdasarkan jenis kelamin kasus tertinggi HIV dan

AIDS di Afrika adalah penderita dengan jenis kelamin perempuan hingga mencapai

81,7% terutama pada kelompok perempuan janda pada usia 60-69 tahun dengan

persentase paling tinggi bila dibandingkan dengan kelompok beresiko lainnya (Boon,

2009).
Berdasarkan data Ditjen PP & PL Kemenkes RI tahun 2014, kasus HIV dan AIDS

di Indonesia dalam triwulan bulan Juli sampai dengan September tercatat kasus HIV

7.335, kasus sedangkan kasus AIDS 176 kasus. Estimasi dan proyeksi jumlah Orang

Dengan HIV dan AIDS (ODHA) menurut populasi beresiko dimana jumlah ODHA di

populasi wanita resiko rendah mengalami peningkatan dari 190.349 kasus pada tahun

2011 menjadi 279.276 kasus di tahun 2016 (Kemenkes RI, 2018).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dapat dirumuskan yaitu sebagai

berikut :

1. Apakah pengertian dari HIV-AIDS

2. Bagaimanakah Epidemilogi HIV-AIDS

3. Bagaimanakah tentang situasi HIV-AIDS

4. bagaimanakah tentang distribusi HIV-AIDS


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Epidemiologi HIV - AIDS

1. Pengertian dasar hiv dan aids

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menginfeksi,

menghancurkan dan merusak sistem kekebalan tubuh. Infeksi virus mengakibatkan

penurunan progresif dari sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan defisiensi imun.

Sistem kekebalan dianggap kurang ketika tidak dapat lagi memenuhi perannya

melawan infeksi dan penyakit. Infeksi yang terkait dengan imunodefisiensi parah

dikenal sebagai "infeksi oportunistik", karena infeksi tersebut memanfaatkan sistem

kekebalan yang lemah. Bila sistem kekebalan tubuh individu sudah rusak atau lemah,

maka akan mudah terserang oleh berbagai penyakit yang ada di sekitarnya seperti

TBC, diare, sakit kulit, dll (UNICEF Indonesia, 2018 dan WHO, 2019).

Virus HIV merupakan retrovirus yang termasuk golongan virus RNA (virus

yang menggunakan RNA sebagai molekul pembawa informasi genetik). Disebut

retrovirus karena memiliki enzim reverse transcriptase. Enzim ini memungkinkan

virus mengubah informasi genetiknya yang berada dalam RNA ke dalam bentuk DNA

yang kemudian diintegrasikan ke dalam informasi genetik sel limfosit yang diserang.

Dengan demikian HIV dapat memanfaatkan mekanisme sel limfosit untuk mengkopi

dirinya menjadi virus baru yang memiliki ciri-ciri HIV. HIV menyerang sistem imun

manusia yaitu menyerang limfosit T helper yang memiliki reseptor CD4 di

permukaannya.
Limfosit T helper antara lain berfungsi menghasilkan zat kimia yang berperan

sebagai perangsang pertumbuhan dan pembentukan sel-sel lain dalam sistem imun

dan pembentukan antibodi sehingga yang terganggu bukan hanya fungsi limfosit T

tetapi juga limfosit B, monosit, makrofag dan sebagainya (Pusdatin Depkes RI, 2006).

Virus HIV menyebar melalui cairan tubuh tertentu yang menyerang sistem

kekebalan tubuh, khususnya sel CD4, yang sering disebut sel T. Seiring waktu, HIV

dapat menghancurkan banyak sel-sel ini sehingga tubuh tidak dapat melawan infeksi

dan penyakit. Sel-sel khusus ini membantu sistem kekebalan melawan infeksi. Jika

Tidak diobati, HIV mengurangi jumlah sel CD4 (sel T) di dalam tubuh. Kerusakan

pada sistem kekebalan ini mempersulit tubuh untuk melawan infeksi dan beberapa

penyakit lainnya. Infeksi oportunistik atau kanker mengambil keuntungan dari sistem

kekebalan tubuh yang sangat lemah dan menandakan bahwa orang tersebut mengidap

AIDS. Tidak seperti beberapa virus lain, tubuh manusia tidak dapat menyingkirkan

HIV sepenuhnya, bahkan dengan pengobatan. Jadi begitu seorang individu terinfeksi

HIV, maka individu tersebut akan memilikinya seumur hidup.

Belum ada pengobatan yang efektif saat ini untuk HIV, tetapi dengan

perawatan medis yang tepat, HIV dapat dikendalikan. Obat yang digunakan untuk

mengobati HIV disebut terapi antiretroviral atau ART. Jika orang dengan HIV

memakai ART sebagaimana yang ditentukan, viral load (jumlah HIV dalam darah

individu yang terinfeksi) bisa menjadi tidak terdeteksi. Jika tetap tidak terdeteksi,

individu yang terinfeksi dapat hidup lama, sehat dan secara efektif tidak memiliki

risiko penularan HIV ke pasangan HIV-negatif melalui seks.


Sebelum pengenalan ART pada pertengahan tahun 1990-an, orang dengan

HIV dapat berkembang menjadi AIDS hanya dalam beberapa tahun. Saat ini, seorang

individu yang didiagnosis dengan HIV dan diobati sebelum penyakitnya berkembang

lebih parah, dapat hidup hampir selama seseorang yang tidak memiliki HIV (CDC,

2018).

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit

yang disebabkan oleh HIV. Seseorang yang terinfeksi virus HIv atau menderita AIDS sering

disebut ODHA singkatan dari orang yang hidup dengan HIV/AIDS. Penderita infeksi HIV

dinyatakan sebagai penderita AIDS ketika menunjukkan gejala atau penyakit tertentu yang

merupakan akibat penurunan daya tahan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (indikator

sesuai dengan definisi AIDS dari Centers for Disease Control tahun 1993) atau tes darah

menunjukkan jumlah CD4 < 200/mm3 (Pusdatin Depkes RI, 2006).

2. Sejarah penemuan kasus dunia dan indonesia

Infeksi HIV/AIDS pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun 1981 pada

orang dewasa homoseksual. Para peneliti menemukan peningkatan mendadak dari 2

jenis penyakit di kalangan homoseksual di Amerika. Kedua penyakit itu adalah

sarkome koposi (sejenis kanker yang jarang terjadi) dan pneumonia pnemokista

(sejenis pneumonia yang hanya terjadi pada penderita gangguan system kekebalan).

Kegagalan system kekebalan tubuh yang mengakibatkan timbulnya dua penyakit yang

jarang ditemui ini saat ini disebut dengan AIDS. Pada bulan Januari tahun 1983, dr.

Luc Montagnier bersama rekannya dari Institute Pasteur Perancis mengisolasi virus

dari kelenjar getah bening yang dinamakan Lymphadenopathy Associated Virus

(LAV).
Selanjutnya pada bulan Juli 1989, dr. Robert Gallo dari Lembaga Kanker

Nasional (NIC-Amerika) menemukan virus dari ODHA yang dinamakan Human T-

lymphocitic Virus tipe III (HTLV III). Ilmuwan lain, J. Levy juga menemukan sebab

masalah. Akhir bulan Mei 2018, Komisi Taksonomi Internasional sepakat

memberikan nama Human Immunodefiency Virus (HIV). Berdasarkan pemeriksaan

klinis, darah tertua yang terinfeksi HIV di Amerika adalah darah pada tahun 1969,

sedangkan di Afrika pada tahun 1959. Pada akhir 1970-an diperkirakan HIV sudah

mulai berkembang dan meluas di daerah Sub Sahara Afrika. Semua ilmuwan sepakat

bahwa kasus pertama AIDS adalah pelaporan Gottliebt di Los Angeles, 5 Juni 1981.

Pada tahun 1987 muncul kasus AIDS di Indonesia untuk pertama kalinya.

Tidak ada yang mengetahui persis tentang asal-usul penyakit ini di Indonesia. Kasus

pertama ditemukan di Bali. Sebagian besar mereka yang terinfeksi HIV merupakan

homoseksual, dan tercatat banyak kasus meninggal di rumah sakit dengan durasi < 72

jam. Kasus AIDS pertama kali di Indonesia diduga terjadi di RSIJ dan pasiennya

adalah seorang perempuan yang merupakan seorang ibu dengan 3 orang anak. Ibu

tersebut menderita anemia hemolitik dan penularannya kemungkinan besar melalui

transfusi darah. Pada bulan September 1985 hasil pemeriksaan laboratorium

menunjukkan hasil positif dan perempuan tersebut meninggal tahun 1986.

Beberapa tahun kemudian, pada tahun 1989, AIDS sudah merupakan penyakit

yang mengancam kesehatan anak di Amerika. Di seluruh dunia, AIDS menyebabkan

kematian lebih dari 8000 orang setiap harinya, yang berarti setiap 10 detik terdapat 1

orang meninggal. Infeksi HIV dianggap sebagai penyebab kematian tertinggi akibat

satu jenis agen infeksius. AIDS pada anak pertama kali dilaporkan oleh Oleske,
Rubinstein, dan Amman pada tahun 1983 di Amerika Serikat. Sejak itu laporan

jumlah AIDS pada anak di Amerika semakin meningkat. Pada bulan Desember 1989

di Amerika telah dilaporkan 1995 anak-anak berumur kurang dari 13 tahun yang

menderita AIDS pada bulan Maret 1993 tercatat sebanyak 4480 kasus. Jumlah ini

merupakan 1,5% dari seluruh jumlah kasus AIDS yang dilaporkan di Amerika. Di

Eropa mulai tahun 1988 terdapat 365 anak dengan AIDS. Kasus infeksi HIV

terbanyak pada orang dewasa maupun anak-anak tertinggi di dunia adalah di Afrika

terutama negara-negara di Afrika Sub-Sahara.

Sejak dimulainya epidemi HIV, AIDS telah mematikan lebih dari 25 juta

orang. Lebih dari 14 juta anak kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya akibat

AIDS. Setiap tahun diperkirakan terdapat kurang lebih 3 juta orang meninggal karena

AIDS dan 1/6 di antaranya anak di bawah umur 15 tahun. Setiap tahun pula terjadi

infeksi baru pada 5 juta orang terutama di negara berkembang. Sejak tanggal 5 Juni

1981 banyak definisi yang muncul untuk pengawasan epidemiologi AIDS, seperti

definisi Bangul dan WHO tentang AIDS tahun 1994.

Namun demikian, kedua system tersebut sebenarnya ditujukan untuk

pemantauan epidemic dan bukan untuk penentuan tahapan klinis pasien, karena

definisi yang digunakan tidak spesifik. Di berbagai negara berkembang, system WHO

untuk infeksi HIV didapatkan dengan memakai data klinis dan labboratorium.

Sementara itu di negara maju digunakan klasifikasi CDC Amerika Serikat.


3. Situasi terakhir hiv/aids global dan lokal

Pada tahun 2020 diperkirakan terdapat 38,7 juta orang hidup dengan HIV,

meningkat sebanyak 3,4 juta dibandingkan tahun 2015. Sebanyak 2,1 juta

diantaranya merupakan kasus baru HIV. Namun, dalam laporan yang sama terjadi

penurunan kematian, WHO mencatat sejak AIDS ditemukan hingga akhir 2020

terdapat 34 juta orang meninggal dan di tahun 2020 tercatat sebesar 1,1 juta orang

meninggal uterkait dengan ADIS, menurun dibandingkan tahun 2015 yang sebesar 1,5

juta kematian.

Di Indonesia pertama kali ditemukan di Provinsi Bali pada tahun 1987.

Hingga saat ini HIV/AIDS sudah menyebar di 407 dari 507 kabupaten/kota (80%) di

seluruh provinsi di Indonesia. Berbagai upaya penanggulangan sudah dilakukan oleh

pemerintah bekerjasama dengan berbagai lembaga di dalam maupun luar negeri.


Infeksi HIV cenderung meningkat dan paling banyak terjadi pada kelompok

usia produktif yaitu kelompok umur 25-49 tahun dan kelompok umur 20 -24 tahun.

Pola penularan HIV menurut jenis kelamin memiliki pola yang hampir sama

selama beberapa tahun terakhir yaitu lebih banyak terjadi pada kelompok laki-laki

dibandingkan kelompokperempuan. Namun rasio perbandingan antara dua kelompok

tersebut semakin kecil, artinya jumlah infeksi HIV pada perempuan semakin

mendekati jumlah infeksi HIV pada laki-laki.

Demikian pula pola penularan HIV berdasarkan faktor risiko tidak mengalami

perubahan dalam 5 tahun terakhir, infeksi HIV dominan terjadi pada heteroseksual.

Namun terjadi perubahan pola pada kelompok pengguna napza suntik (penasun) dan

kelompok laki-laki berhubungan seks dengan laki-laki (LSL). Jumlah infeksi HIV

pada kelompok penasun cenderung menurun dari tahun ke tahun, sebaliknya

kelompok LSL cenderung meningkat. Penurunan pada kelompok penasun bisa jadi

disebabkan perubahan penggunaan alat konsumsi napza yng tidak lagi banyak

menggunakan jarum suntik tetapi sebagian beralih ke alat yang lain sehingga

menurunkan risiko penularan HIV.


Berdasarkan laporan provinsi, jumlah kumulatif kasus infeksi HIV yang

dilaporkan sampai dengan Juni 2016 yang terbanyak yaitu Provinsi DKI Jakarta

(41.891 kasus). Sepuluh besar kasus HIV terbanyak di Provinsi DKI Jakarta, Jawa

Timur, Papua, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, Sumatera Utara, Kepulauan Riau,

Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Barat. Terdapat 7 provinsi dengan jumlah

kumulatif infeksi HIV lebih dari 10.000 kasus. Keseluruhannya merupakan provinsi

di Pulai Jawa, Bali, kecuali Papua (22.429 kasus) dan Sumatera Utara (11.949 kasus).
Menurut jenis pekerjaan, penderita AIDS di Indonesia paling banyak berasal

dari kelompok ibu rumah tangga, diikuti wiraswasta/usaha sendiri dan tenaga non

profesional (karyawan).

Berdasarkan kelompok berisiko, kasus AIDS di Indonesia paling banyak

terjadi pada kelompok heteroseksual (67,6%), diikuti penggunaan Napza injeksi

(IDU?penasun) sebesar 10,9% sert homoseksual 3,3%.


Berdasarkan gambar 10 dapat dijelaskan bahwa jumlah kumulatif kasus AIDS

yang dilaporkan sejak 1987 sampai triwulan 2 tahun 2016, teriapat Tiga Provinsi

dengan jumlah kumulatif AIDS tertinggi sama dengan jumlah kumulatif infeksi HIV

tertinggi yaitu Jawa Timur, Papua dan DKI Jakarta.


Angka kejadian kasus AIDS atau AIDS Case Rate adalah jumlah kasus AIDS

per 100.000 penduduk suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu. AIDS Case Rate di

Indonesia sampai tahun 2016 triwulan 2 yang tertinggi terjadi di Provinsi Papua,

diikuti Papua Barat dan Bali. Secara nasional AIDS case rate sebesar 26.428,3 per

100.000 penduduk.

4. Distribusi hiv/aids global, regional, lokal


A. Distribusi HIV-AIDS Global

Data UNAIDS terbaru, yang mencakup 160 negara, menunjukkan dalam

dua tahun terakhir jumlah orang yang hidup dengan HIV mendapat terapi

antiretroviral telah meningkat sekitar sepertiga, mencapai 17,0 juta orang lebih

dari target 2015 yang ditetapkan oleh Majelis Umum PBB pada 2011 sebesar 15

juta orang. Sejak target pengobatan global pertama ditetapkan pada tahun 2003,

kematian terkait AIDS tahunan telah menurun sebesar 43%. Di wilayah paling

terpengaruh di dunia, Afrika timur dan selatan, jumlah orang yang menjalani

pengobatan telah meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 2010, mencapai hampir

10,3 juta orang. Kematian terkait AIDS di wilayah tersebut telah menurun sebesar

36% sejak tahun 2010. Namun, tantangan besar ada di depan. Pada 2015 tercatat

2,1 juta infeksi HIV baru di seluruh dunia, sehingga total 36,7 juta orang yang

hidup dengan HIV. Di tahun 2016 diperkirakan terdapat 2,1 juta anak yang

terpapar HIV dari ibunya saat proses kehamilan dan menyusui. (UNAIDS, 2018)

Gambar 1. Persentase Kasus Infeksi Baru dan Populasi HIV Global Tahun 2015

Sumber: UNAIDS, 2019


Populasi kunci pada peningkatan risiko infeksi HIV termasuk pekerja

seks, pengguna narkoba, transgender, tahanan dan lelaki gay dan laki-laki lain

yang memiliki berhubungan seks dengan pria. Penguatan kembali pencegahan

HIV membutuhkan fokus tambahan pada penyediaan populasi kunci dengan alat

seperti kondom, profilaksis pra-pajanan dan steril jarum dan semprit. Namun,

desain dan pengiriman layanan pencegahan HIV dibatasi oleh keengganan untuk

menjangkau populasi kunci.

Data ini juga menunjukkan bahwa distribusi infeksi HIV baru di antara

kunci populasi bervariasi berdasarkan wilayah. Orang yang menyuntikkan

narkoba menyumbang 51% dari HIV infeksi di Eropa Timur dan Asia Tengah

dan 13% infeksi HIV baru di Asia dan Asia Pasifik pada tahun 2014. Pria gay dan

pria lain yang berhubungan seks dengan pria menyumbang 30% infeksi HIV baru

di Amerika Latin, 49% infeksi baru di bagian barat dan tengah Eropa dan

Amerika Utara dan 18% infeksi baru di Asia dan Pasifik. Ini menggarisbawahi

kebutuhan mendesak untuk memastikan bahwa populasi kunci sepenuhnya

termasuk dalam AIDS tanggapan dan layanan disediakan untuk mereka. Data

menunjukkan bahwa ketika layanan tersedia di lingkungan yang bebas dari

stigma dan diskriminasi, HIV baru infeksi telah menurun secara signifikan

(UNAIDS, 2019)

Gambar 2. Kasus Infeksi Baru HIV Global

Sumber: WHO, 2016


Hampir seluruh penurunan kejadian HIV sejak 2010 telah dihasilkan dari

lebih sedikit anak-anak muda dari 15 tahun memperoleh HIV - salah satu kisah

sukses terbaru yang hebat. Di antara anak-anak, kejadian HIV menurun lebih

banyak dari 50% pada 2010–2015. Penggunaan ARV yang lebih baik regimen

obat dan metode pemberian layanan telah faktor yang menentukan. Rencana

Global menuju eliminasi infeksi HIV baru di antara anak-anak pada tahun 2015

dan menjaga ibu mereka tetap hidup menambah dorongan kuat. Namun, dunia

tidak mampu mencegah secara seksual orang aktif dari pengidap HIV, dan

mereka bertanggung jawab untuk sebagian besar orang yang baru terinfeksi setiap

tahun. Secara global, infeksi baru di antara orang yang berusia 15+ tahun

meningkat sebesar <1% pada tahun 2010–2015 menurut UNAIDS / Perkiraan

WHO. Tiga wilayah WHO berkontribusi peningkatan ini: Wilayah Amerika,

Timur Wilayah Mediterania dan Wilayah Eropa. Dalam Wilayah Afrika, wanita

berusia 15–24 tahun terus melahirkan bagian beban HIV yang tidak proporsional:

dalam beberapa kasus negara-negara, mereka mengalami tingkat infeksi hingga

delapan kali lebih tinggi dari sesama pria mereka. (WHO, 2016)
B. Distribusi HIV dan AIDS di Indonesia

Sejak tahun 2008, Indonesia mulai menggunakan perangkat lunak Asian

Epidemic Model (AEM) sebagai alat bantu untuk memproyeksikan dampak

epidemi HIV dengan menentukan faktor yang paling mempengaruhi terjadinya

infeksi HIV. Selain AEM, perangkat lunak Spectrum juga digunakan. Di dalam

perangkat lunak Spectrum terdapat modul untuk membuat estimasi dan proyeksi

demografi dan epidemi HIV dan AIDS. Sebagai ringkasan dari estimasi dan

proyeksi HIV/AIDS di Indonesia pada tahun 2012 adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi ODHA dan Infeksi HIV Baru di Indonesia Tahun 2012

Epidemi HIV di Indonesia biasanya dihubungkan dengan pengguna jarum

suntik (Penasun) dan pekerja seks perempuan (WPS), akan tetapi saat ini situasi

epidemi HIV dan AIDS telah berubah. Pada tahun mendatang diproyeksikan

jumlah terbesar infeksi HIV baru akan terjadi di antara laki-laki yang

berhubungan seks dengan laki-laki (LSL), diikuti perempuan pada populasi

umum (perempuan risiko rendah), yang terdiri dari perempuan terinfeksi melalui

hubungan seks dengan pasangan yang telah terinfeksi serta wanita yang

melakukan perilaku berisiko pada tahun-tahun sebelumnya dan mereka yang

sebenarnya telah terinfeksi HIV dan baru dapat terdeteksi di kemudian hari.
Jumlah infeksi HIV yang cukup besar terjadi pada laki-laki yang

merupakan pelanggan pekerja seks dan laki-laki populasi umum, yang terdiri dari

laki-laki yang terinfeksi melalui hubungan seksual dengan istri-istri mereka

ditambah dengan laki-laki yang berhubungan seks dengan WPS pada tahun

sebelumnya.Estimasi dan proyeksi HIV/AIDS dapat dimanfaatkan untuk

perkiraan kebutuhan sumberdaya dan untuk melengkapi informasi bagi pemangku

kebijakan sehingga dapat menentukan prioritas program dengan berbasis pada

data. (Kemenkes, 2014)

Gambar 3. Jumlah kasus HIV dan AIDS di Indonesia 2005-2017

Sumber: Kemenkes, 2017

Sebelumnya estimasi jumlah ODHA nasional dihitung dengan

menggunakan metode esktrapolasi yang didasarkan pada estimasi jumlah

populasi kunci HIV dan data prevalensi HIV terbaru dari STBP dan atau

surveilans sentinel HIV Kemenkes. Metode ini cenderung mengestimasi jumlah


ODHA dengan lebih rendah karena bergantung pada laki-laki risiko tinggi yang

melaporkan bahwa mereka mereka telah membeli seks dan perempuan yang

melaporkan bahwa mereka menjual seks dalam 12 bulan terakhir, sehingga sulit

untuk mengukur mantan pelanggan dan mantan pekerja seks yang tidak

melakukan transaksi 12 bulan terakhir sebelum survei dilakukan. (Kemenkes,

2014)

Gamber 4. Persentase Infeksi HIV menurut Jenis Kelamin Triwulan 1 Tahun 2017

Sumber: Kemenkes, 2017

Walaupun epidemi HIV di Indonesia biasanya dihubungkan dengan

pengguna jarum suntik (Penasun) dan pekerja seks perempuan (WPS),

ternyata situasi epidemi HIV dan AIDS telah berubah. Pada tahun-tahun

mendatang, jumlah terbesar infeksi HIV baru akan terjadi di antara laki-laki yang

berhubungan seks dengan laki-laki (LSL), diikuti oleh perempuan pada populasi

umum (perempuan risiko rendah), yang terdiri dari perempuan terinfeksi melalui

berhubungan seks dengan pasangan yang terinfeksi serta wanita yang mereka

sendiri mungkin telah terlibat dalam perilaku berisiko pada tahun sebelumnya dan

mereka yang sebenarnya telah terinfeksi HIV dan baru dapat terdeteksi di

kemudian hari. Jumlah infeksi yang cukup besar terjadi pada laki-laki yang

merupakan pelanggan pekerja seks dan laki-laki populasi umum (laki-laki risiko
rendah), yang terdiri dari lakilaki yang terinfeksi melalui hubungan seksual

dengan istri-istri mereka ditambah dengan laki-laki yang berhubungan seks

dengan WPS pada tahun sebelumnya.

Gamber 5. 10 Provinsi dengan Jumlah HIV Terbanyak Tahun 2017

Sumber: Kemenkes, 2018


DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2017. Laporan Perkembangan HIV-AIDS dan PMS trieulan I.

Kemenkes RI. 2014. Estimasi dan Proyeksi HIV-AIDS 2011-2016.

WHO. 2016. Progress Report 2016 Prevent Hiv, Test And Treat All.

SMAIF. 2018. The Global HIV-AIDS Epidemic in 2016.https://www.hiv.gov/hiv-

basics/overview/data-and-trends/global-statistics

UNAIDS. 2016. Global AIDS update.

http://www.unaids.org/sites/default/files/media_asset/global-AIDS-update-

2016_en.pdf

Citra Dewi pada 28 Maret 2021, 18:45 Wita. Sejarah HIV: Seks 'Asal-asalan' dan Virus

Berumur 60 Juta Tahun. Dikases di Liputan6.com, Praha

https://www.google.co.id/amp/s/m.liputan6.com/amp/2573715/sejarah-hiv-seks-

asal-asalan-dan-virus-berumur-60-juta-tahun Tanggal 28 Maret 2021 Pukul 09.30

Wita

CDC. 2018. About HIV/AIDS. https://www.cdc.gov/hiv/basics/whatishiv.html

Pusdatin Departemen Kesehatan RI. 2006. Situasi HIV/AIDS di Indonesia Tahun 1987-

2006. http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/lain-lain/situasi-hiv-

aids-2018.pdf

UNICEF Indonesia. 2019. HIV/AIDS Booklet bagian 3.

https://www.unicef.org/indonesia/id/children_youth_6448.html

WHO. 2017. HIV/AIDS. http://www.who.int/features/qa/71/en/

SEJARAH HIV/AIDS, Jumat, 28 Maret 2021,

http://worldofhistories.blogspot.com/2011/10/sejarah-hivaids.html?m=1
Kebijakan Aids Indonesia. Perkembangan HIV & AIDS di Indonesia dikases di

https://www.kebijakanaidsindonesia.net/id/49-general/1603-sejarah-hiv-aids

tanggal 28 Maret 2021 Pukul 09.30 WITA

Kemenkes.2017.

http://siha.depkes.go.id/portal/files_upload/Laporan_HIV_AIDS_TW_1_2019_re

v.pdf

Anda mungkin juga menyukai