Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SAFE PATIENT HANDLING

OLEH
KELOMPOK II
Siti Fajrin Djalil 841420032
Nurmala I. Mohi 841420062

JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya saya dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat waktu. Adapun pembuatan
makalah ini dilakukan sebagai pemenuhan nilai tugas dari mata kuliah keperawatan dasar II.
Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan untuk memberikan manfaat yang berguna bagi
pengetahuan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dan membantu
dalam pembuatan makalah sehingga semua dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Selain
itu, penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun terhadap kekurangan
dalam makalah agar selanjutnya penulis dapat memberikan karya yang lebih baik dan sempurna.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pengetahuan para pembaca.

Gorontalo, 26 maret 2021

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
2.1 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
3.1 Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
2.1 Pengertian Patient Safety.............................................................................................2
2.2 Tujuan Patient Safety..................................................................................................3
2.3 Pencegahan dan Penurunan Kejadian yang Tidak Diharapkan...................................3
2.4 Peningkatan Keselamatan Patient................................................................................5
2.5 Pelaksanaan Program-program Pemcegahan................................................................5
BAB III.....................................................................................................................................11
PENUTUP................................................................................................................................11
1.1 Kesimpulan................................................................................................................11
1.2 Saran......................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat, jenis
pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup besar,
merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors). Menurut
Institute of Medicine (1999), medical error didefinisikan sebagai kesalahan medis
didefinisikan sebagai: suatu Kegagalan tindakan medis yang telah direncanakan untuk
diselesaikan tidak seperti yang diharapkan (yaitu., kesalahan tindakan) atau perencanaan
yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu., kesalahan perencanaan). Kesalahan yang
terjadi dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse Event (Kejadian Tidak
Diharapkan/KTD).
Di Indonesia, telah dikeluarkan pula Kepmen nomor 496/Menkes/SK/IV/2005 tentang
Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit, yang tujuan utamanya adalah untuk tercapainya
pelayanan medis prima di rumah sakit yang jauh dari medical error dan memberikan
keselamatan bagi pasien. Perkembangan ini diikuti oleh Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia(PERSI) yang berinisiatif melakukan pertemuan dan mengajak semua stakeholder
rumah sakit untuk lebih memperhatikan keselamatan pasien di rumah sakit.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan
no 1691/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Peraturan ini menjadi tonggak
utama operasionalisasi Keselamatan Pasien di rumah sakit seluruh Indonesia. Banyak rumah
sakit di Indonesia yang telah berupaya membangun dan mengembangkan Keselamatan
Pasien, namun upaya tersebut dilaksanakan berdasarkan pemahaman manajemen terhadap
Keselamatan Pasien. Peraturan Menteri ini memberikan panduan bagi manajemen rumah
sakit agar dapat menjalankan spirit Keselamatan Pasien secara utuh.
Menurut PMK 1691/2011, Keselamatan Pasien adalah suatu sistem di rumah sakit yang
menjadikan pelayanan kepada pasien menjadi lebih aman, oleh karena dilaksanakannya:
asesmen resiko, identifikasi dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindaklanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat tindakan medis atau tidak
dilakukannya tindakan medis yang seharusnya diambil. Sistem tersebut merupakan sistem
yang seharusnya dilaksanakan secara normatif.
Melihat lengkapnya meknaisme urutan kelengkapan dalam PMK tersebut, maka di
terapka oleh menjemen rumah sakit, diharapkan kinerja pelayanaan klinis, rumah sakit dapat
menigkat sera hal-hal yang merugikan pasien (medical error, nursing error, dan lainnya )
dapat dikurangi smaksimal mungkin.

4
2.1 Rumusan Masalah
1. Pengertian patient safety
2. Tujuan patient safety
3. Pencegahan dan penurunan kejadian yang tidak diharapkan dari kesalahan medis
(medical error) dirumah sakit
4. Peningkatan keselamatan pasien dan menciptakan budaya keselematan pasien di rumah
sakit
5. Pelaksanaan program-program pencegahaan
6. Aspek hukum terhadap patient safety
3.1 Tujuan

Menganalisis penerapan patient safety serta mengetahui factor-faktor yang dapat


mempengaruhi penerapan patient safety dan dapat membuat rencana perbaikan pelaksanaan
patient safety

5
BAB  II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian patient safety

Menurut Supari tahun 2005, patient safety adalah bebas dari cidera aksidental atau


menghindarkan cidera pada pasien akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan.

Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk : assesment resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insident dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang di sebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya dilakukan (DepKes RI, 2006).

Menurut Kohn, Corrigan & Donaldson tahun 2000, patient safety adalah tidak adanya


kesalahan atau bebas dari cedera karena kecelakaan. Keselamatan pasien (patient safety)
adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah
terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan
resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi
untuk meminimalkan resiko. Meliputi: assessment risiko,identifikasi dan pengelolaan hal
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya, implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.

2.2 Tujuan patient safety


1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya KTD di Rumah Sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadipenanggulangan KTD

Sedangkan tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah:

1. Identify patients correctly(mengidentifikasi pasien secara benar)


2. Improve effective communication(meningkatkan komunikasi yang efektif)
3. Improve the safety of high-alert medications(meningkatkan keamanan dari pengobatan
resiko tinggi)
4. Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery(mengeliminasi kesalahan
penempatan, kesalahan pengenalan pasien, kesalahan prosedur operasi)
5. Reduce the risk of health care-associated infections(mengurangi risiko infeksi yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan)
6. Reduce the risk of patient harm from falls(mengurangi risiko pasien terluka karena jatuh).

6
2.3 Pencegahan dan Penurunan Kejadian yang Tidak Diharapkan dari Kesalahan Medis
(Medical Error) di Rumah Sakit

Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) mendorong RS di Indonesia untuk


menerapkan Sembilan Solusi “Life-Saving” Keselamatan Pasien Rumah Sakit, atau 9 Solusi,
langsung atau bertahap, sesuai dengan kemampuan dan kondisi RS masing-masing :
1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (Look-Alike, sound-Alike medication
names)
Nama obat rupa dan ucapan mirip (NORUM) yang membingungkan staf
pelaksanaan adalah salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat
(medication error) dan ini merupakan suatu keprihatinan diseluruh dunia. Dengan
puluhan ribu obat yang ada saat ini dipasar, maka sangat signifikan potensi terjadinya
kesalahan akibat bingung terhadap nama merek atau generic serta kemasan. Solusi
NORUM ditekankan pada penggunaan protocol untuk pengurangan risiko dan
memastikan terbacanya resep, label, atau penggunaan perintah yang dicetak lebih dulu,
maupun pembuatan resep secara elektronik.
2. Pastikan identifikasi pasien
Kegagalan yang meluas dan terus-menerus untuk mengidentifikasi pasien secara
benar sering mengarah kepada kesalahan pengobatan, transfuse maupun pemeriksaan,
pelaksanaan prosedur yang keliru orang, penyerahan bayi kepada bukan keluarganya dan
sebagainya.
Rekomendasi ditekankan pada metode untuk vertifikasi terhadap identitas pasien,
termasuk keterlibatan pasien dalam proses ini, standardisasi dalam metode identifikasi
disemua rumah sakit dalam suatu system layanan kesehatan, dan partisipasi pasien dalam
konfirmasi ini, serta penggunaan protocol untuk membedakan identifikasi pasien dengan
nama yang sama.
3. Komunikasi secara benar saat serah terima atau pengoperan pasien.
Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima pengoperan pasien antara unit-
unit pelayanan, dan di dalam serta antar tim pelayanan, bisa mengakibatkan terputusnya
kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tetap, dan potensial dapat mengakibatkan
cedera terhadap pasien.
4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
Kasus-kasus dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi
tubuh yang salah sebagian besar adalah akibat dan miskomunikasi dan tidak adanya
informasi atau informasinya tidak benar. Factor yang paling banyak kontribusinya
terhadap kesalahan-kesalahan macam ini adalah tidak ada atau kurangnya proses
prabedah yang distandardisasi. Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis-jenis
kekeliuran yang tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi prapembedahan,
pemberian tanda pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan melaksanakan
prosedur, dan adanya tim yang terlibat dalam prosedur “time out” sesaat sebelum
memulai prosedur untuk mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi yang
akan dibedah.
5. Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated)
Sementara semua obat-obatan, biologis, vaksin dan media kontras memiliki profil
risiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi khususnya adalah berbahaya.

7
Rekomendasinya adalah membuat standardisasi dari dosis, unit ukuran dan istilah, dan
pencegahan atas campur aduk atau bingung tentang cairan elektrolit pekat yang spesifik.

6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan


Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi atau pengalihan.
Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang didesain untuk
mencegah salah obat (medication errors) pada titik-titik transisi pasien. Rekomendasinya
adalah menciptakan suatu daftar yang paling lengkap dan akurat dan seluruh medikasi
yang sedang diterima pasien juga disebut sebagai “home medication list”, sebagai
perbandingan dengan daftar saat admisi, penyerahan dana atau perintah pemulangan
bilamana menuliskan perintah medikasi, dan komunikasikan daftar tersebut kepada
petugas layanan yang berikut dimana pasien akan ditransfer atau dilepaskan.

7. Hindari salah kateter dan salah sambung selang (tube)


Selang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain sedemikian
rupa agar mencegah kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) yang
bisa menyebabkan cedera atas pasien melalui penyambungan spuit dan selang yang salah,
serta memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru. Rekomendasinya adalah
menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi secara detail atau rinci bila sedang
mengerjakan pemberian medikasi serta pemberian makan (misalnya selang yang benar)
dan ketika menyambung alat-alat kepada pasien (misalnya menggunakan sambungan dan
selang yang benar)
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai
Salah satu keprihatian global terbesar adalah penyebaran dan HIV, HBV, dan
HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari jarum suntik. Rekomendasinya
adalah perlunya melarang pakai ulang jarum difasilitas layanan kesehatan, pelatihan
periodic para petugas dilembaga-lembaga layanan kesehatan khususnya tentang prinsip-
prinsip pengendalian infeksi, edukasi terhadap pasien dan keluarga mereka mengenai
penularan infeksi melalui darah, dan praktek jarum sekali pakai yang aman.
9. Tingkatkan kebersihan tangan (hand hygine) untuk pencegahan infeksi nosocomial
Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang diseluruh dunia
menderita infeksi yang diperoleh dirumah-rumah sakit. Kebersihan tangan yang efektif
adalah ukuran preventif yang primer untuk menghindarkan masalah ini. Rekomendasinya
adalah mendorong implementasi penggunaan cairan “alcohol-based hand-rubs” tersedia
pada titik-titik pelayan tersedianya sumber air pada semua keran, pendidikan staf
mengenai teknik kebersihan tangan yang benar mengingatkan penggunaan tangan bersih
ditempat kerja, dan pengukuran kepatuhan penerapan kebersihan tangan melalui
pemantauan atau observasi dan tehnik-tehnik yang lain.

2.4 Peningkatan Keselamatan Pasien dan Menciptakan Budaya Keselamatan Pasien di


Rumah Sakit
Menurut Hasting G, 2006, ada delapan langkah yang bisa dilakukan untuk
mengembangkan budaya Patient safety ini :
1. Put the focus back on safety
setiap staf yang bekerja di rumah sakit ingin memberikan yang terbaik dan
teraman untuk pasien supaya keselamatan pasien ini bisa dikembangkan dan semua staf

8
merasa mendapatkan dukungan, patient safety ini harus menjadi prioritas strategis dari
rumah sakit atau unit pelayanan kesehatan lainnya. Empat CEO rumah sakit yang terlibat
dalam safe patient initiatives di Inggris mengatakan bahwa tanggung jawab untuk
keselamatan pasien tidak bisa didelegasikan dan mereka memegang peran kunci dalam
membangun dan mempertahankan focus patient safety didalam rumah sakit.

2. Think small and make the right thing easy to do


Memberikan pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien mungkin membutuhkan
langkah-langkah yang agak kompleks. Tetapi dengan memecah kompleksitas ini dan
membuat langkah-langkah yang lebih mudah mungkin akan memberikan peningkatan
yang lebih nyata.

3. Encourage open reporting


Belajar dari pengalaman meskipun itu sesuatu yang salah adalah pengalaman
yang berharga. Koordinator patient safety dan manajer rumah sakit membuat budaya
yang mendorong pelaporan. Mencatat tindakan-tindakan yang membahayakan pasien
sama pentingnya dengan mencatat tindakan-tindakan yang menyelamatkan pasien.
Diskusi terbuka mengenai insiden-insiden yang terjadi bisa menjadi pembelajaran bagi
semua staf.

4. Make data capture a priority


Dibuthkan system pencatatan data yang lebih baik untuk mempelajari dan
mengikuti perkembangan kualitas dari waktu ke waktu. Misalnya saja data mortalitas.
Dengan perubahan data mortalitas dari tahun ke tahun, klinisi dan manajer bisa melihat
bagaimana manfaat dari penerapan patient safety.

5. Use system-wide approaches


Keselamatan pasien tidak bisa menjadi tanggung jawab individual.
Pengembangan hanya bisa terjadi jika ada system pendukung yang kuat. Staf juga harus
dilatih dan didorong untuk melakukan peningkatan kualitas pelayanan dan keselamatan
terhadap pasien. Tetapi jika pendekatan patient safety tidak diintegrasikan secara utuh
kedalam system yang berlaku di RS,maka peningkatan yang terjadi hanya akan bersifat
sementara.

6. Build implementation knowledge


Staf juga membutuhkan motivasi untuk mengembangkan metodologi,sistem
berfikir, dan implementasi program.pemimpin sebagai pengarah jalannya program disini
memegang peranan kunci.di inggris pengembangan mutu pelayanan kesehatan dan
keselamatan pasien sudah dimasukkan ke dalam kurikulum kedokteran dan
keperawatan,sehingga diharapkan sesudah lulus kedua hal ini sudah menjadi bagian
dalam budaya kerja.

7. Involve patients in safety efforts


Keterlibatan pasien dalam pengembangan patient safety terbukti dapat
memberikan pengaruh yang positif.perannya saat ini mungkin masih kecil,tetapi akan

9
terus berkembang.dimasukkannya perwakilan masyarakat umum dalam komite
keselamatan pasien adalah salah satu bentuk konstribusi aktif dari masyarakat (pasien).

8. Develop top-class patient safety leaders


Prioritas keselamatan pasien,pembangunan system untuk pengumpulan data-data
berkualitas tinggi,mendorong budaya tidak saling menyalahkan,memotivasi staf,dan
melibatkan pasien dalam lingkungan kerja bukanlah sesuatu hal yang bisa tercapai dalam
semalam.diperlukan kepemimpinan yang kuat,tim kompak,serta dedikasi dan komitmen
yang tinggi untuk tercapainya tujuan pengembangan budaya patient safety.seringkali RS
harus bekerja dengan konsultan leadership untuk mengembangkan kerja sama tim dan
keterampilan komunikasi staf.dengan kepemimpinan yang baik,masing-masing anggota
tim dengan berbagai peran yang berbeda dapat berkolaborasi yang erat.

2.5 Pelaksanaan Program-Program Pencegahan


Melakasanakan program – program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan KTD
(Buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit, DepKes RI, 2006)
Pengorganisasian Sistem Keselamatan Pasien RS Terkait dengan manajemen mutu dan
manajemen risiko RS, Asuhan pasien atau patient care, patient safety ada ditangan “Padat
Profesi” di berbagai unit “point of care” dengan ujung tombak: Dokter dan Perawat.
Pelayanan keselamatan pasien dapat menjadi “unggulan”. (Buku Panduan Nasional
Keselamatan Pasien Rumah Sakit, DepKes RI, 2006) Jadi, berdasarkan pembahasan diatas
maka untuk peningkatan mutu pelayanan terhadap patient safety perlu dibuat suatu standar
patient safety, menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan dalam memberikan tindakan
keperawatan, penanganan pasien cidera, dan kesalahan dalam pemberian obat. Serta dapat
mendeteksi segera akan terjadinya kesalahan-kesalahan yang mengakibatkan terjadinya mal
praktek. Di rumah Sakit P merencanakan penanganan patient safety mulai tahun 2009 s/d
2010 dan jika target keselamatan pasien berhasil maka kegiatan ini akan berjalan secara
berkesinambungan. Adapun rencana kegiatan pengembangan layanan patient safety :
melakukan kajian yang diperlukan meliputi kualifikasi tenaga yang diperlukan (Sarjana
Keperawatan, dan D3 Keperawatan), membentuk tim dalam pembuatan proposal ini,
Mengusulkan kepada pemerintah daerah untuk peningkatan Sumber Daya Manusia melalui
program pendidikan berkelanjutan 1 orang Sarjana Keperawatan (tugas belajar), 2 orang
pendidikan berkelanjutan bagi tenaga SPK kependidikan D3 Keperawatan (tugas belajar),
Pengembangan SDM melalui pelatihan keperawatan patient safety untuk mendapatkan
sertifikasi untuk 25 orang perawat dua kali periode, Merumuskan Standar Asuhan
Keperawatan patient safety diantaranya penyusunan Standar Asuhan Keperawatan (SAK),
penyusunan Standard Operating Prosedure (SOP), sosialisasi serta revisi dan penggunaan
SAK dan SOP. 47.

 Tujuh langkah menuju keselamatan pasien Rumah sakit

1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien


2. Pimpin dan dukung staf
3. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko
4. Kembangkan system pelaporan

10
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Cegah cedera melalui implementasi system keselamatan pasien

 Pendekatan penanganan KTD atau Error menurut James Reason dalam Human error
management models and management dikatakan ada 2 (dua) pendekatan dalam penanganan error
atau KTD :

1. Pendekatan Personal

Pendekatan ini memfokuskan pada tindakan yang tidak aman, melakukan pelanggaran prosedur
dari orang-orang yang menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan (dokter, perawat, ahli bedah,
ahli anestesi, farmasi, dll). Tindakan tidak aman ini dianggap berasal dari proses mental yang
menyimpang seperti mudah lupa, kurang perhatian, motivasi yang buruk, tidak hati-hati, dan
sembrono. Sehingga bila terjadi suatu KTD akan dicari siapa yang berbuat salah.

2. Pendekatan Sistem

Pemikiran dasar dari pendekatan ini yaitu bahwa manusia dapat berbuat salah dan karenanya
dapat terjadi kesalahan. Disini kesalahan dianggap lebih sebagai konsekuensi daripada sebagai
penyebab. Dalam pendekatan ini diasumsikan bahwa kita tidak akan dapat mengubah sifat
alamiah manusia ini, tetapi kita harus mengubah kondisi dimana manusia itu bekerja. Pemikiran
utama dari pendekatan ini adalah pada pertahanan system yang digambarkan sebagai model
keju swiss. Dimana berbagai pengembangan pada kebijakan, prosedur, profesionalisme, tim,
individu, lingkungan dan peralatan akan mencegah atau meminimalkan terjadinya KTD.

Penyebab utama terjadinya Error

1. Communication problems
2. Inadequate information flow
3. Human problems
4. Patient-related issues
5. Organizational transfer of knowledge
6. Staffing patterns/work flow
7. Technical failures
8. Inadequate policies and procedures (AHRQ Publication No. 04-RG005, December 2003)
Agency for Healthcare Research and Quality

11
Aspek Hukum Terhadap Patient Safety

Aspek hukum terhadap”patient safety”atau keselamatan kerja pasien adalah sebagai berikut :

UU tentang kesehatan dan UU tentang rumah sakit

1. Keselamatan pasien sebagai isu hukum


2. Pasal 53(3)UU No. 36/2009

“pelaksanaan pelayanan kesehatan harus mendahulukan keselamatan nyawa pasien”

- Pasal 32 n UU No.44/2009
“pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan
di rumah sakit.”
- Pasal 58 UU No.36/2009
 “setiap orang berhak menuntut G.R terhadap seseorang,tenaga kesehatan,dan
penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian
dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya”
 “tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa
atau pencegah kecatatan seseorang dalam keadaan darurat.
- Tanggung jawab hukum rumah sakit
- Pasal 29 b UU No.44/2009
“memberi pelayanan kesehatan yang aman,bermutu,antidiskriminasi,dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.”
- Pasal 46 UU No.44/2009
“rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang
ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan.
- Pasal 45 (2)UU No .44/2009
“rumah sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka
menyelamatkan nyawa manusia.”
- Bukan tanggung jawab Rumah Sakit
Pasal 45 (1) UU No.44/2009 tentang rumah sakit “rumah sakit tidak bertanggung jawab
secara hukum apabila pasien dan/atau keluarganya menolak atau menghentikan
pengobatan yang dapat berakibat kematian pasien setelah adanya penjelasan medis
yang kompresehensif”.
- Hak Pasien
- Pasal 32d UU No.44/2009

“setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur operasional”.

- Pasal 32e UU No.44/2009

“setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi”.

- Pasal 32j UU No.44/2009


12
“setiap pasien mempunyai hak tujuan tindakan medis, alternative tindakan, risiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi dan prognis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan
biaya pengobatan”.

- Pasal 32q UU No.44/2009

“setiap pasien mempunyai hak menggugat dan/atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit
diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun
pengobatan”.

- Kebijakan yang mendukung keselamatan pasien


- Pasal 43 UU No.44/2009

 Rumah sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien

Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan


menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak
diharapkan.

 Rumah sakit melaporkan kegiatan keselamatan pasien kepada komite yang membidangi
keselamatan pasien yang ditetapkan oleh menteri.
 Pelaporan insiden keselamatan pasien dibuat secara anonym dan ditunjukan untuk
mengoreksi system dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien.

Pemerintah bertanggung jawab mengeluarkan kebijakan tentang keselamatan pasien.


Keselamatan pasien yang dimaksud adalah suatu system dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman. System tersebut meliputi :

1. Assessment risiko
2. Identifikasi dan pengolalaan yang terkait resiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden
5. Tindak lanjut dan implementasi solusi meminimalkan resiko

13
BAB  III

PENUTUP

1.1 KESIMPULAN

Keselamatan pasien merupakan upaya untuk melindungi hak setiap orang terutama dalam
pelayanan kesehatan agar memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu dan aman.

Indonesia salah satu negara yang menerapkan keselamatan pasien sejak tahun 2005 dengan
didirikannya Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) oleh Persatuan Rumah Sakit
Seluruh Indonesia (PERSI). Dalam perkembangannya Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS)
Departemen Kesehatan menyusun Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit dalam instrumen
Standar Akreditasi Rumah Sakit.

Peraturan perundang-undangan memberikan jaminan kepastian perlindungan hukum


terhadap semua komponen yang terlibat dalam keselamatan pasien, yaitu pasien itu sendiri,
sumber daya manusia di rumah sakit, dan masyarakat. Ketentuan mengenai keselamatan pasien
dalam peraturan perundang-undangan memberikan kejelasan atas tanggung jawab hukum bagi
semua komponen tersebut.

1.2 SARAN

Agar pemerintah lebih memperhatikan dan meningkatkan upaya keselamatan pasien dalam
arangka meningkatkan pelayanan kesehatan agar lebih bermutu dan aman dengan mengeluarkan
dan memperbaiki aturan mengenai keselamatan pasien yang mengacu pada perkembangan
keselamatan pasien (patient safety) internasional yang disesuaikan dengan kondisi yang ada di
Indonesia.

Agar setiap rumah sakit menerapkan sistem keselamatan pasien dalam rangka meningkatkan
pelayanan yang lebih bermutu dan aman serta menjalankan peraturan perundang-undangan yang
mewajibkan untuk itu.

Agar seluruh komponen sarana pelayanan kesehatan bekerja sama dalam upaya mewujudkan
patient safety karena upaya keselamatan pasien hanya bisa bisa dicapai dengan baik dengan
kerjasama semua pihak.

14
DAFTAR PUSTAKA

Balsamo RR and Brown MD. Risk Management. Dalam: Sanbar SS, Gibofsky A, Firestone MH,
LeBlang TR, editor. Legal Medicine. Edisi ke-4. St Louis: Mosby; 1998.

Cahyono JBS. Membangun budaya keselamatan pasien dalam praktek kedokteran. Jakarta:
Kanisius; 2008.

Departemen Kesehatan RI. Panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit (patient safety).
Edisi ke-2. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2008.

Firmanda D. Keselamatan pasien (patient safety) di rumah sakit. [document on the internet].
Jakarta: RSUP Fatmawati; 2008 (diunduh 21 Desember 2010). Tersedia
dari: http://www.scribd.com/doc/Dody-Firmanda-2008-Keselamatan-Pasien-Patient-Safety

Frankel A, Gandhi TK, Bates DW. Improving patient safety across a large integrated health care
delivery system. International Journal for Quality in Health care. 2003; 15 suppl. I: i31 – i40.

Ghandi TK, Lee TH. Patient safety beyond the hospital. N Engl J Med. 2010; 363 (11): 1001-3.

Vincent C. Patient safety. Philadelphia: Elsevier; 2006.

Wachter RM, Shanahan J, Edmanson K, editor. Understanding patient safety. New York:
McGraw-Hill Companies; 2008.

Weeks WB, Bagian JP. Making the business case for patient safety. Joint Commission on
Quality and Safety. 2003; 29.

Wikipedia. Patient safety. [document on the internet]. Wikimedia Foundation: 2008 (diunduh 21
Desember 2010).Tersedia dari: http:// en.wikipedia.org/wiki/ patient_safety
Komalawati, Veronica. (2010) Community&Patient Safety Dalam Perspektif Hukum Kesehatan.

Lestari, Trisasi. Knteks Mikro dalam Implementasi Patient Safety: Delapan Langkah Untuk
Mengembangkan Budaya Patient Safety. Buletin IHQN Vol II/Nomor.04/2006 Hal.1-3

Pabuti, Aumas. (2011) Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien (KP) Rumah Sakit.
Proceedings of expert lecture of  medical student of Block 21st of Andalas University, Indonesia

Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety). 2005

Tim keselamatan Pasien RS RSUD Panembahan Senopati. Patient Safety.

Yahya, Adib A. (2006) Konsep dan Program “Patient Safety”. Proceedings of  National
Convention VI of The Hospital Quality Hotel Permata Bidakara, Bandung 14-15 November
2006.

15
Yahya, Adib A. (2007) Fraud & Patient Safety. Proceedings of  PAMJAKI meeting “Kecurangan
(Fraud) dalam Jaminan/Asuransi Kesehatan” Hotel Bumi Karsa, Jakarta 13 December 2007.

16

Anda mungkin juga menyukai