Nim : C20119204
Kelas :C
1. Pengertian Kepemimpinan transaksional
a. Mempertukarkan sesuatu yang berharga bagi yang lain antara pemimpin dan bawahannya.
b. Intervensi yang dilakukan sebagai proses organisasional untuk mengendalikan dan memperbaiki
kesalahan.
2. Ciri-ciri Kepemimpinan transaksional
Kepemimpinan transaksional kepala sekolah mengandaikan adanya tawar menawar antara berbagai
kepentingan individual dari guru dan staf sebagai imbalan atas kerjasama mereka dalam agenda
kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai pimpinan akan terus mengupayakan perbaikan-perbaikan
evaluasi program, jalinan komunikasi, koordinasi, strategi mengatur target khusus dan kegiatan
tugas-tugas untuk pemecahan masalah.
Kepala sekolah transaksional belajar tentang cara belajar (learning how to learn). Kepala sekolah
belajar dari aneka pengalaman dan mempertahankan keyakinan atas nilai-nilai mereka. Kepala
sekolah transaksional juga memiliki kemampuan motivasi dan memberdayakan guru dan stafnya.
Dampaknya adalah terwujudnya perilaku organisasi sekolah (school organization behavior).
a. Contingent reward
Kontrak pertukaran penghargaan untuk usaha, penghargaan yang dijanjikan untuk kinerja yang baik,
mengakui pencapaian.
Melihat dan mencari penyimpangan dari aturan atau standar, mengambil tindakan perbaikan.
d. Laissez-faire
B. KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
1. Pengertian Kepemimpinan Transformasional
Istilah kepemimpinan transformasional terdiri dari dua kata yaitu kepemimpinan (leadership) dan
transformasional (transformational). Kepemimpinan adalah setiap tindakan yang yang dilakukan
oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu
atau kelompok lain lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya.
McFarlan (1978) mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu proses dimana pimpinan dilukiskan
akan memberi perintah atau pengaruh, bimbingan atau proses mempengaruhi pekerjaan orang lain
dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Pfiffner (1980) kepemimpinan
adalah seni mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
Istilah transformasional berinduk dari kata to transform, yang bermakna mentransformasikan atau
mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda. Misalnya, mengubah energi potensial menjadi
energi aktual atau motif berprestasi menjadi prestasi riil. Jadi, seorang kepala sekolah bisa disebut
menerapkan kaidah kepemimpinan transformasional, jika dia mampu mengubah sumber daya
baik manusia, instrumen, maupun situasi untuk mencapai tujuan-tujuan reformasi sekolah.
Kepemimpinan transformasional adalah kemampuan seorang pemimpin dalam bekerja dengan dan
atau melalui orang lain untuk mentransformasikan secara optimal sumber daya organisasi dalam
rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan target capaian yang telah ditetapkan. Sumber
daya yang dimaksud yaitu sumber daya manusia seperti pimpinan, staf, bawahan, tenaga ahli, guru,
dosen, peneliti, dan lain-lain.
2. Ciri-ciri Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional memiliki makna dan orientasi masa depan (future oriented)
institusi pendidikan diantaranya kebutuhan menanamkan budaya inovasi dan kreatifitas dalam
meningkatkan kreativitas dalam meningkatkan mutu dan eksistensi institusi pendidikan. Hal ini
penting karena warga institusi pendidikan terutama peserta didik berharap banyak untuk
terciptanya institusi pendidikan yang berkualitas, produktif serta profesional dalam menapaki masa
depan dan segala tantangan yang ada.
a. Charisma
Memberikan visi dan misi yang masuk akal, menimbulkan kebanggaan, menimbulkan rasa hormat
dan percaya.
b. Inspiration
c. Intellectual stimulation
d. Individualized consideration
Memberikan perhatian pribadi, melakukan pelatihan dan konsultasi kepada setiap bawahan secara
individual.
Nama : Febrian Rahim
Nim : C20119204
Kelas : C
Peran Kepemimpinan
Fungsi kepemimpinan
1. Fungsi Perencanaan
a. Perencanaan merupakan hasil pemikiran dan analisa situasi dalam pekerjaan untuk
memutuskan apa yang akan dilakukan.
1) Perencanaan Tidak Tertulis, yang akan digunakan dalam jangka pendek, pada keadaan
darurat, dan kegiatan yang bersifat terus menerus.
Artinya akan mampu mendorong apa yang akan terjadi serta selalu waspada terhadap
kemungkinan. Hal ini memberikan jaminan bahwa jalannya proses pekerjaan ke arah yang
dituju akan dapat berlangusng terus menerus tanpa mengalami hambatan dan penyimpangan
yang merugikan.
Untuk mencapai kesetiaan ini, seseorang pemimpin sendiri harus memberi teladan baik dalam
pemikiran, kata-kata, maupun tingkah laku sehari-hari yang menunjukkan kepada anak
buahnya pemimpin sendiri tidak pernah mengingkari dan menyeleweng dari loyalitas segala
sesuatu tidak akandapat berjalan sebagaimana mestinya.
4. Fungsi Pengawasan
Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak mudah dilakukan. Oleh
sebab itu banyak pemimpin yang menunda untuk melakukan pengambilan keputusan. Bahkan
ada pemimpin yang kurang berani mengambil keputusan. Metode pengambilan keputusan
dapat dilakukan secara individu, kelompok tim atau panitia, dewan, komisi, referendum,
mengajukan usul tertulis dan lain sebagainya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kepemimpinan dapat berperan dengan baik,
antara lain:
a. Yang menjadi dasar utama dalam efektivitas kepemimpinan bukan pengangkatan atau
penunjukannya, melainkan penerimaan orang lain terhadap kepemimpinan yang
bersangkutan.
d. Perilaku seseorang tidak terbentuk begitu saja, melainkan melalui pertumbuhan dan
perkembangan.
e. Kehidupan organisasi yang dinamis dan serasi dapat tercipta bila setiap anggota mau
menyesuaikan cara berfikir dan bertindaknya untuk mencapai tujuan organisasi.[1]
B. Peran Kepemimpinan
1. Menciptakan visi bagi organisasinya. Dalam visi, memuat pernyataan tentang cita-cita
organisasi—apa yang ingin dicapai dan akan menjadi seperti apa sebuah organisasi.
2. Menganalisa anggota timnya dan menempatkan orang yang mumpuni pada posisi yang
tepat sesuai dengan kompetensinya.
6. Sebagai orang yang berada di puncak dan dipandang memiliki pengetahuan yang lebih
baik dibanding yang dipimpin, seorang pemimpin juga harus mampu memberikan bimbingan
yang tepat dan simpatik kepada bawahannya yang mengalami masalah dalam melaksanakan
pekerjaannya.
7. Seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang menyeluruh bagi organisasi dan bagi
diri sendiri selaku penanggung jawab tercapainya tujuan organisasi.
8. Seorang pemimpin harus mampu mendeteksi hambatan-hambatan yang muncul, baik yang
kecil maupun yang besar dengan senantiasa memandang ke depan dan waspada terhadap
kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi.
Gambaran yang dihubungkan dengan peran ini yaitu status dan otoritas pemimpin, dan hal-
hal yang bertautan dengan hubungan antar pribadi. Aktivitas–aktivitas yang digunakan dalam
peranan ini antara lain kegiatan-kegiatan seremonial sehubungan dengan jabatan yang
melekat pada pemimpin. Karena pemimpin memiliki jabatan yang tinggi, maka eksesnya
pemimpin tersebut harus selalu mengadakan kontak tertentu pada pihak-pihak luar. Peran ini
dibagi atas tiga peranan oleh Mintzberg sebagai perincian lebih lanjut dari peranan antar
pribadi ini.
Peranan yang membuat pemimpin terlibat dalam proses pembuatan strategi di dalam
organisasi yang dipimpin. Proses pembuatan strategi ini secara sederhana dinamakan sebagai
suatu proses yang menjadikan keputusankeputusan organisasi dibuat secara signifikan dan
berhubungan. Peranan pengambilan keputusan oleh pemimpin merupakan peranan yang tidak
boleh tidak harus dijalankan, lagi pula peranan ini yang membedakan antara manajer dengan
pelaksana. Terdapat empat peranan pemimpin yang dikelompokkan kedalam pembuatan
keputusan sebagai berikut :