Anda di halaman 1dari 8

Nama : Febrian rahim

Nim : C20119204

Kelas :C

Perkembangan teori kepemimpinan Transaksional dan kepemimpinan


Transformasional
A. KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL

1.      Pengertian Kepemimpinan transaksional

Burns mendefinisikan kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang memotivasi bawahan


atau pengikut dengan minat-minat pribadinya. Kepemimpinan transaksional juga melibatkan nilai-
nilai akan tetapi nilai-nilai itu relevan sebatas proses pertukaran (exchange process), tidak langsung
menyentuh substansi perubahan yang dikehendaki. Kudisch, mengemukakan kepemimpinan
transaksional dapat digambarkan sebagai :

a.    Mempertukarkan sesuatu yang berharga bagi yang lain antara pemimpin dan bawahannya.

b.    Intervensi yang dilakukan sebagai proses organisasional untuk mengendalikan dan memperbaiki
kesalahan.

c.    Reaksi atas tidak tercapainya standar yang telah ditentukan.

Kepemimpinan transaksional menurut Metcalfe (2000) pemimpin transaksional harus memiliki


informasi yang jelas tentang apa yang dibutuhkan dan diinginkan bawahannya dan harus
memberikan balikan yang konstruktif untuk mempertahankan bawahan pada tugasnya. Pada
hubungan transaksional, pemimpin menjanjikan dan memberikan penghargaan kepada bawahannya
yang berkinerja baik, serta mengancam dan mendisiplinkan bawahannya yang berkinerja buruk.

Bernard M. Bass mengemukakan kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan di mana


pemimpin menentukan apa yang harus dikerjakan oleh karyawan agar mereka dapat mencapai
tujuan mereka sendiri atau organisasi dan membantu karyawan agar memperoleh kepercayaan
dalam mengerjakan tugas tersebut.

Jadi kepemimpinan transaksional merupakan sebuah kepemimpinan dimana seorang pemimpin


mendorong bawahannya untuk bekerja dengan menyediakan sumberdaya dan penghargaan sebagai
imbalan untuk motivasi, produktivitas dan pencapaian tugas yang efektif.

2.      Ciri-ciri Kepemimpinan transaksional

Kepemimpinan transaksional sangat memperhatikan nilai moral seperti kejujuran, keadilan,


kesetiaan dan dan tanggung. Kepemimpinan ini membantu orang ke dalam kesepakatan yang jelas,
tulus hati, dan memperhitungkan hak-hak serta kebutuhan orang lain. Inilah kepemimpinan kepala
sekolah dengan mendengarkan keluhan dan perhatian berbagai partisipan, memutuskan perdebatan
dengan adil, membuat orang bertanggungjawab atas target kerja mereka, menyediakan sumberdaya
yang diperlukan demi pencapaian tujuan.

Kepemimpinan transaksional kepala sekolah mengandaikan adanya tawar menawar antara berbagai
kepentingan individual dari guru dan staf sebagai imbalan atas kerjasama mereka dalam agenda
kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai pimpinan akan terus mengupayakan perbaikan-perbaikan
evaluasi program, jalinan komunikasi, koordinasi, strategi mengatur target khusus dan kegiatan
tugas-tugas untuk pemecahan masalah.

Kepala sekolah transaksional belajar tentang cara belajar (learning how to learn). Kepala sekolah
belajar dari aneka pengalaman dan mempertahankan keyakinan atas nilai-nilai mereka. Kepala
sekolah transaksional juga memiliki kemampuan motivasi dan memberdayakan guru dan stafnya.
Dampaknya adalah terwujudnya perilaku organisasi sekolah (school organization behavior).

 Kepemimpinan transaksional menurut Bass memiliki karakteristik sebagai berikut :

a.        Contingent reward

Kontrak pertukaran penghargaan untuk usaha, penghargaan yang dijanjikan untuk kinerja yang baik,
mengakui pencapaian.

b.       Active management by exception

Melihat dan mencari penyimpangan dari aturan atau standar, mengambil tindakan perbaikan.

c.       Pasive management by exception

Intervensi hanya jika standar tidak tercapai.

d.      Laissez-faire

Melepaskan tanggung jawab, menghindari pengambilan keputusan.

B. KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL

1.      Pengertian Kepemimpinan Transformasional

Istilah kepemimpinan transformasional terdiri dari dua kata yaitu kepemimpinan (leadership) dan
transformasional (transformational). Kepemimpinan adalah setiap tindakan yang yang dilakukan
oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu
atau kelompok lain lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya.

McFarlan (1978) mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu proses dimana pimpinan dilukiskan
akan memberi perintah atau pengaruh, bimbingan atau proses mempengaruhi pekerjaan orang lain
dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Pfiffner (1980) kepemimpinan
adalah seni mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
Istilah transformasional berinduk dari kata to transform, yang bermakna mentransformasikan atau
mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda. Misalnya, mengubah energi potensial menjadi
energi aktual atau motif berprestasi menjadi prestasi riil. Jadi, seorang kepala sekolah bisa disebut
menerapkan kaidah kepemimpinan transformasional, jika dia mampu mengubah sumber daya
baik  manusia, instrumen, maupun situasi untuk mencapai tujuan-tujuan reformasi sekolah.

Kepemimpinan transformasional adalah kemampuan seorang pemimpin dalam bekerja dengan dan
atau melalui orang lain untuk mentransformasikan secara optimal sumber daya organisasi dalam
rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan target capaian yang telah ditetapkan. Sumber
daya yang dimaksud yaitu sumber daya manusia seperti pimpinan, staf, bawahan, tenaga ahli, guru,
dosen, peneliti, dan lain-lain.

Berkaitan dengan kepemimpinan transformasional ini, Leithwood, dkk (1999) mengemukakan

Transformational leadership is seen to be sensitive to organization building, developing shared


vision, distributing leadership and building school culture necessary to current restructuring efforts
in schools.

Kepemimpinan transformasional menggiring SDM yang dipimpin ke arah tumbuhnya sensitivitas


pembinaan dan pengembangan organisasi, pengembangam visi secara bersama, pendistribusian
kewenangan kepemimpinan, dan membangun kultur organisasi sekolah yang menjadi keharusan
dalam skema restrukturisasi sekolah.

2.      Ciri-ciri Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan transformasional diprediksikan mampu mendorong terciptanya efektifitas institusi


pendidikan. Jenis kepemimpinan ini  menggambarkan adanya tingkat kemampuan pemimpin untuk
mengubah mentalitas dan perilaku pengikut menjadi lebih baik.

Kepemimpinan transformasional memiliki makna dan orientasi masa depan (future oriented)
institusi pendidikan diantaranya kebutuhan menanamkan budaya inovasi dan kreatifitas dalam
meningkatkan kreativitas dalam meningkatkan mutu dan eksistensi institusi pendidikan. Hal ini
penting karena warga institusi pendidikan terutama peserta didik berharap banyak untuk
terciptanya institusi pendidikan yang berkualitas, produktif serta profesional dalam menapaki masa
depan dan segala tantangan yang ada.

Ciri pemimpin transformasional diantaranya:

a.    Mampu mendorong pengikut untuk menyadari pentingnya hasil pekerjaan.

b.    Mendorong pengikut untuk lebih mendahulukan kepentingan organisasi

c.    Mendorong untuk mencapai kebutuhan yang lebih tinggi.

Kepemimpinan transformasional menurut Bernard M. Bass memiliki karakteristik yang membedakan


dengan gaya kepemimpinan yang lainnya diantaranya:

a.       Charisma
Memberikan visi dan misi yang masuk akal, menimbulkan kebanggaan, menimbulkan rasa hormat
dan percaya.

b.      Inspiration

Mengkomunikasikan harapan yang tinggi, menggunakan simbol untuk memfokuskan upaya,


mengekspresikan tujuan penting dengan cara yang sederhana.

c.       Intellectual stimulation

Meningkatkan intelegensi, rasionalitas, dan pemecahan masalah secara teliti.

d.      Individualized consideration

Memberikan perhatian pribadi, melakukan pelatihan dan konsultasi kepada setiap bawahan secara
individual.
Nama : Febrian Rahim

Nim : C20119204

Kelas : C

Peran Kepemimpinan
Fungsi kepemimpinan

1.       Fungsi Perencanaan

Manfaat-manfaat tersebut antara lain:

a.    Perencanaan merupakan hasil pemikiran dan analisa situasi dalam pekerjaan untuk
memutuskan apa yang akan dilakukan.

b.    Perencanaan berarti pemikiran jauh ke depan disertai keputusan-keputusan yang


berdasarkan atas fakta-fakta yang diketahui.

c.     Perencanaan berarti proyeksi atau penempatan diri ke situasi pekerjaan yang


akan  dilakukan dan tujuan atau target yang akan dicapai. Perencanaan meliputi dua hal,
yaitu:

1) Perencanaan Tidak Tertulis, yang akan digunakan dalam jangka pendek, pada keadaan
darurat, dan kegiatan yang bersifat terus menerus.

2) Perencanaan Tertulis, yang akan digunakan untuk menentukan kegiatan-kegiatan yang


akan dilakukan atas dasar jangka panjang dan penentukan prosedur-prosedur yang
diperlukan. Setiap rencana yang baik akan berisi:

a)      Maksud dan tujuan yang tetap dan dapat dipahami.

b)      Penggunaan sumber-sumber enam M secara tepat.

c)       Cara dan prosedur untuk mencapai tujuan tersebut

2.       Fungsi Memandang ke Depan

Artinya akan mampu mendorong apa yang akan terjadi serta selalu waspada terhadap
kemungkinan. Hal ini memberikan jaminan bahwa jalannya proses pekerjaan ke arah yang
dituju akan dapat berlangusng terus menerus tanpa mengalami hambatan dan penyimpangan
yang merugikan.

3.       Fungsi Pengembangan Loyalitas

Untuk mencapai kesetiaan ini, seseorang pemimpin sendiri harus memberi teladan baik dalam
pemikiran, kata-kata, maupun tingkah laku sehari-hari yang menunjukkan kepada anak
buahnya pemimpin sendiri tidak pernah mengingkari dan menyeleweng dari loyalitas segala
sesuatu tidak akandapat berjalan sebagaimana mestinya.
4.       Fungsi Pengawasan

Dengan adanya pengawasan maka hambatan-hambatan dapat segera diketemukan, untuk


dipecahkan sehingga semua kegiatan kembali berlangsung menurut rel yang telah ditetapkan
dalam rencana .

5.       Fungsi Mengambil Keputusan

Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak mudah dilakukan. Oleh
sebab itu banyak pemimpin yang menunda untuk melakukan pengambilan keputusan. Bahkan
ada pemimpin yang kurang berani mengambil keputusan. Metode pengambilan keputusan
dapat dilakukan secara individu, kelompok tim atau panitia, dewan, komisi, referendum,
mengajukan usul tertulis dan lain sebagainya.

6.       Fungsi Memberi Motivasi

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kepemimpinan dapat berperan dengan baik,
antara lain:

a.    Yang menjadi dasar utama dalam efektivitas kepemimpinan bukan pengangkatan atau
penunjukannya, melainkan penerimaan orang lain terhadap kepemimpinan yang
bersangkutan.

b.    Efektivitas kepemimpinan tercermin dari kemampuannya untuk tumbuh dan


berkembang.

c.     Efektivitas kepemimpinan menuntut kemahiran untuk “membaca” situasi.

d.    Perilaku seseorang tidak terbentuk begitu saja, melainkan melalui pertumbuhan dan
perkembangan.

e.    Kehidupan organisasi yang dinamis dan serasi dapat tercipta bila setiap anggota mau
menyesuaikan cara berfikir dan bertindaknya untuk mencapai tujuan organisasi.[1]

B.      Peran Kepemimpinan

1. Menciptakan visi bagi organisasinya. Dalam visi, memuat pernyataan tentang cita-cita
organisasi—apa yang ingin dicapai dan akan menjadi seperti apa sebuah organisasi.

2. Menganalisa anggota timnya dan menempatkan orang yang mumpuni pada posisi yang
tepat sesuai dengan kompetensinya.

3. Pemimpin harus bisa membaca potensi orang-orang yang dipimpinnya, serta


mengembangkan kemampuan dan value mereka.

4. Pemimpin harus dapat menginspirasi dan memotivasi anak buahnya.


5. Di lain pihak, seorang pemimpin harus berani dan mampu mengambil tindakan terhadap
anak buahnya yang menyeleweng, yang malas dan yang telah berbuat salah sehingga
merugikan organisasi, dengan jalan memberi celaan, teguran, dan hukuman yang setimpal
dengan kesalahannya.

6. Sebagai orang yang berada di puncak dan dipandang memiliki pengetahuan yang lebih
baik dibanding yang dipimpin, seorang pemimpin juga harus mampu memberikan bimbingan
yang tepat dan simpatik kepada bawahannya yang mengalami masalah dalam melaksanakan
pekerjaannya.

7. Seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang menyeluruh bagi organisasi dan bagi
diri sendiri selaku penanggung jawab tercapainya tujuan organisasi.

8. Seorang pemimpin harus mampu mendeteksi hambatan-hambatan yang muncul, baik yang
kecil maupun yang besar dengan senantiasa memandang ke depan dan waspada terhadap
kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi.

C.      Identifikasi Peran Pemimpin

1. Peranan Hubungan Antarpribadi (Interpersonal Role)

Gambaran yang dihubungkan dengan peran ini yaitu status dan otoritas pemimpin, dan hal-
hal yang bertautan dengan hubungan antar pribadi. Aktivitas–aktivitas yang digunakan dalam
peranan ini antara lain kegiatan-kegiatan seremonial sehubungan dengan jabatan yang
melekat pada pemimpin. Karena pemimpin memiliki jabatan yang tinggi, maka eksesnya
pemimpin tersebut harus selalu mengadakan kontak tertentu pada pihak-pihak luar. Peran ini
dibagi atas tiga peranan oleh Mintzberg sebagai perincian lebih lanjut dari peranan antar
pribadi ini.

a. Peranan Sebagai Tokoh (Figurehead Role),

b. Peranan Sebagai Pemimpin (Leader Role),

c. Peranan Sebagai Penghubung (Liaison Role),


2. Peranan yang berhubungan dengan informasi (informational role)

Pemimpin melakukan hubungan-hubungan keluar untuk mendapatkan informasi dari luar


organisasinya. Informasi didapatkan dan dikumpulkan oleh pemimpin perusahaan yang
kemudian di bagikan kepada karyawannya. Menjadikan pemimpin sebagai pusat informasi
bagi organisasinya.

a. Peranan Sebagai Pemonitor (Monitor Role),

b. Peranan Sebagai Pembagi Informasi (Disseminator Role),

c. Peranan Sebagai Juru Bicara (Spokesman),

3.Peranan pengambilan keputusan (decisional role)

Peranan yang membuat pemimpin terlibat dalam proses pembuatan strategi di dalam
organisasi yang dipimpin. Proses pembuatan strategi ini secara sederhana dinamakan sebagai
suatu proses yang menjadikan keputusankeputusan organisasi dibuat secara signifikan dan
berhubungan. Peranan pengambilan keputusan oleh pemimpin merupakan peranan yang tidak
boleh tidak harus dijalankan, lagi pula peranan ini yang membedakan antara manajer dengan
pelaksana. Terdapat empat peranan pemimpin yang dikelompokkan kedalam pembuatan
keputusan sebagai berikut :

a. Peranan Sebagai Wirausaha (Entrepreneur Role),

b. Peranan Sebagai Pereda Gangguan (Disturbance Handler Role),

c. Peranan Sebagai Pengalokasi Sumber Daya (Resource Allocator Role),

d. Peranan Sebagai Penegosiasi (Negosiator Role).

Anda mungkin juga menyukai