Program Studi
Teknik Telekomunikasi dan Navigasi Udara
Akademi Teknik Dan Keselamatan Penerbangan
Medan
KATA PENGANTAR
Dalam penyusunan Modul Ajar Dasar Fisika Teknik ini menyesuaikan materinya
dengan kurikulum di Program Studi Teknik Telekomunikasi dan Navigasi Udara, Akademi
Teknik dan Keselamatan Penerbangan Medan. Modul ini berisi materi mencakup kelistrikan,
kemagnetan dan gelombang elektromagnatik yang mendasari teori Dasar Fisika Teknik.
Perlu ditekankan bahwa buku ini belum merupakan referensi lengkap dari pelajaran
Dasar Fisika Teknik, sehingga taruna perlu untuk membaca buku-buku referensi lain untuk
melengkapi pengetahuannya. Fokus pembahasan di dalam buku ajar Dasar Fisika Teknik ini
adalah dasar-dasar dari ilmu fisika sebagai pengetahuan dibidang keteknikkan.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk memperbaiki
kualitas buku ini. Penulis berharap buku ini akan bermanfaat bagi banyak pihak.
Medan
Tim Penyusun
i
Daftar isi
Bab 6 Induksi elektromagnetik dan hukum faraday, Rangkaian arus bolak balik .......... 44
A GGL Induksi ..................................................................................................... 44
B Hukum Faraday dan Hukum Lenz ................................................................... 45
C Induksi GGL pada konduktor bergerak .......................................................... 49
D Perubahan fluks magnet menimbulkan medan listrik ................................... 51
E Generator listrik ............................................................................................. 53
F Transformator dan Sistem Distribusi Daya..................................................... 55
G Induktansi ....................................................................................................... 60
H Energi yang tersimpan pada kumparan ......................................................... 61
I Rangkaian RL ................................................................................................... 62
J Rangkaian Arus Bolak Balik (AC) ..................................................................... 63
K Resonansi pada rangkaian AC ; Oscillator ..................................................... 65
iii
BAB 1
MUATAN LISTRIK DAN MEDAN LISTRIK
Gambar 1.1
Diketahui bahwa ada dua jenis muatan, yakni muatan positif dan negatif dimana jika
dua muatan yang sama saling berdekatan maka akan terjadi tolak-menolak, dan sebaliknya
jika dua muatan yang berbeda berdekatan akan saling tarik-menarik. Ketika sejumlah
muatan tertentu dihasilkan pada satu benda dalam suatu proses, muatan yang berbeda dengan
jumlah sama akan dihasilkan pada benda lainnya. Hukum kekekalan muatan listrik
menyatakan bahwa jumlah total muatan listrik yang dihasilkan pada setiap proses
adalah nol
1
Gambar 1.2
Elektron pada atom dapat bergerak bebas, dan dapat berpindah ke benda lain yang
salah satu caranya adalah dengan menggosokkannya. Biasanya ketika dimuati dengan
penggosokan, muatan tersebut akan ditahan selama waktu yang terbatas dan akhirnya benda
tersebut kembali ke keadaan netral. Muatan tersebut, pada beberapa kasus, dapat bocor ke
molekul air di udara. Hal ini disebabkan karena molekul air yang bersifat polar, yaitu,
walaupun netral, muatannya tidak terdistribusi merata. Dengan demikian, elektron tambahan
dapat bocor karena tertarik oleh ujung molekul air yang positif. Benda yang bermuatan
positif, di pihak lain, dapat dinetralkan dengan perpindahan elektron yang tidak terpegang
erat oleh molekul air di udara.
Gambar 1.3
Logam pada umumnya merupakan konduktor yang baik sementara sebagian besar
materi yang lain adalah isolator (walaupun isolator tetap menghantarkan sedikit listrik).
Menarik bahwa hampir semua matri alam termasuk dalam salah satu dari dua kategori yang
sangat berbeda ini. Bagaimana pun, ada beberapa materi (yang jelas materi (yang jelas,
2
silikon, germanium, dan karbon), yang termasuk dalam kategori pertengahan (tetapi jelas
bedanya) yang disebut semikonduktor.
Dari sudut pandang atomik, elektron-elektron pada materi isolator terikat erat ke
intinya. Di pihak lain, pada konduktor yang baik beberapa elektron terpegang dengan sangat
longgar dan dapat bergerak bebas pada materi tersebut (walaupun tidak bisa meninggalkan
materi tadi dengan mudah) dan sering disebut sebagai elektron bebas atau elektron konduksi.
Ketika benda bermuatan positif didekatkan atau menyentuh konduktor, elektron-elektron
bebas tertarik oleh muatan positif ini dan bergerak dengan cepat ke arahnya. Di pihak lain,
elektron-elektron bebas bergerak dengan cepat dari muatan negatif yang didekatkan. Pada
semikonduktor, hanya ada beberapa elektron bebas, dan pada isolator, hampir tidak ada.
Gambar 1.4
Sekarang misalkan sebuah benda yang bermuatan positif didekatkan dengan sebuah
betang logam netral, tetapi tidak bersentuhan. Walaupun elektron-elektron batang logam
tidak meninggalkan batang tersebut mereka tetap bergerak di dalam logam itu ke arah benda
yang bermuatan, yang berarti meninggalkan muatan positif di ujung yang berlawanan,
gambar 1.5. Muatan dikatakan diinduksi pada kedua ujung batang logam. Tentu saja tidak
ada muatan total yang dihasilkan pada batang tersebut: muatan-muatan hanya dipisahkan.
Muatan total batang logam tetap nol. Bagaimana pun, jika logam tersebut dipatahkan
menjadi dua, kita bisa mendapatkan dua benda yang bermuatan, satu bermuatan positif dan
yang lain negatif.
3
Gambar 1.5
Cara lain untuk menginduksi muatan total pada benda logam adalah dengan
menghubungkan dengan kawat penghantar ke tanah (ground) atau ke pipa penghantar yang
menuju ke tanah, sebagaimana ditunjukkan pada gambar 1.6a. benda tersebut dikatakan
“ditanahkan” atau “dibumikan”. Sekarang Buni, karena sangat besar dan dapat menghantar,
bisa dengan mudah menerima atau melepaskan elektron; berarti in berlaku seperti dudang
muatan. Jika sebuah benda bermuatan – kali ini kita ambil negatif – didekatkan ke logam,
elektron-elektron bebeas pada logam tersebut ditolak dan banyak diantaranya yang mengalir
menuruni kawat menuju Bumi, gambar 1.6b. Hal ini membuat logam tersebut bermuatan
positif. Jika sekarang kawat ground dipotong, logam akan memiliki muatan induksi positif,
gambar 1.6c. Jika kawat ground dipotong setelah benda negatif dijauhkan, elektron-elektron
seluruhnya akan sudah kembali ke logam dan benda tersebut akan netral.
Gambar 1.6
Elektroskop adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi muatan. Sebagaimana
ditunjukkan pada gambar 1.7, di dalam sebuah lingkaran ada dua keping yang bisa bergerak,
sering kali terbuat dari emas. Keping-keping tersebut dihubungkan oleh konduktor ke bola
logam di bagian luar lingkaran, tetapi diisolasi dari lingkaran itu sendiri.
4
Gambar 1.7
Jika benda bermuatan positif didekatkan kebola, pemisahan muatan akan diinduksi,
karena elektron-elektron tertarik ke atas ke arah bola, membuat keping-keping tersebut
bermuatan positif, gambar 1.8a. Kedua keping saling menolak sebagaimana digambarkan.
Jika bola dimuati dengan konduksi, seluruh peralatan tersebut mendapat muatan total
sebagaimana ditunjukkan pada gambar 1.8b. pada setiap kasus diatas, makin banyak jumlah
muatan, makin jauh pemisahan keping.
Gambar 1.8
Bagaimana pun, diperhatikan bahwa anda tidak dapat mengetahui jenis muatan
dengan cara ini, karena muatan negatif akan menyebabkan keping bergerak sama jauhnya
dengan muatan positif—pada setiap kasus, kedua keping saling tolak menolak. Sebuah
elektroskop dapat digunakan untuk menentukan jenis muatanjika pada awalnya dimuati
dengan konduksi, katakanlah dengan muatan negatif, seperti gambar 1.9a. Sekarang jika
sebuah benda negatif didekatkan, seperti pada gambar 1.9b, lebih banyak elektron yang
diinduksi sehingga menuruni keping dan kedua keping bergerak lebih jauh. Di pihak lain,
jika muatan negatif didekatkan, elektron-elektron diinduksi sehingga mengalir ke atas,
mengakibatkan keping-keping tersebut lebih tidak negatif dan pemisahannya diperkecil,
gambar 1.9c.
5
Gambar 1.9
Elektroskop banyak digunakan pada penelitian awal mengenai listrik. Prinsip yang
sama, dibantu dengan peralatan elektronik, digunakan pada elektrometer modern yang jauh
lebih sensitif.
E. Hukum Coulomb
Pada tahun 1785 Charles Augustin de Coulomb telah melakukan pengamatan secara
kuantitatif terhadap gaya antar muatan listrik dengan neraca puntiran. Dari hasil percobaan
tersebut ia menemukan hubungan antara gaya tarik atau gaya tolak antar dua muatan dengan
besar muatan masing-masing serta jarak antar keduanya. Hukum ini terkenal dengan sebutan
Hukum Coulomb yang menyatakan bahwa besarnya gaya tarik atau gaya tolak antar dua
titik bermuatan sebanding dengan besarnya muatan masing-masing benda dan berbanding
terbalik dengan kuadrat jaraknya.
Secara matematik gaya tarik atau gaya tolak antar dua muatan listrik di udara / vakum
dapat dirumuskan sebagai :
Keterangan:
F = gaya Tarik-menarik atau tolak-menolak antara dua muatan (N)
K = konstanta pembanding yang besarnya 9×10-12C2/Nm2
𝜀 0= permitivitas ruang hampa = 8,85×10-12C2/ Nm2
𝑄1 . 𝑄2
𝐹=𝐾
𝑟2
Untuk medium lain gaya
Fm = Fu / 𝜀 n
Fm= gaya coulomb di medium (N)
Fu = gaya coulomb di udara (N)
𝜀 n= permitifitas relative medium
r = jarak dua muatan (m)
Untuk beberapa muatan yang segaris dalam mendapatkan besar gaya coulomb
(elektrostatisnya) ,langsung dijumlahkan secara vektor.
6
Gambar 1.10
Besar gaya coulomb pada muatan q1 yang dipengaruhi oleh muatan q2 dan q3 adalah:
F1=F12+F13
Dengan ketentuan jika arah kanan dianggap positif dan arah kiri dianggap negatif.
Jadi besar gaya coulombnya dapat ditulis sebagai:
𝐹1 = 𝐹12 − 𝐹13
𝐾. 𝑄1 . 𝑄2
𝐾. 𝑄1 . 𝑄2 2
𝑟12
= 2 − 2
𝑟12 𝑟13
Jika muatannya lebih dari satu secara umum dapat ditulis sebagai :
F = F1 + F2 + F3 +…
Sekarang bagaimana gaya Coulomb dari beberapa muatan listrik yang tidak segaris?
Disini kita misalkan ada tiga buah muatan Q1, Q2 dan Q3. Untuk menentukan gaya
coulombnya pada muatan Q1 dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut:
Gambar 1.11
2 2
𝐹1 = √𝐹12 + 𝐹13 + 2𝐹12 𝐹13 cos 𝜃
7
𝜃 = sudut antara F12 dan F13
Contoh 1:
Dua muatan titik yang sejenis dan sama besar QA = QB = 10-2 µc berada pada jarak 10 cm
1
satu dari yang lain (4𝜋𝜀0)= 9 x 109 Nm2 C2 . Tentukan gaya tolak yang dialami kedua
muatan tersebut !
Penyelesaian:
QA= QB = 10-2 MC = 10-8 C
r = 10 CM = 10-1 m
1
K = 4𝜋𝜀0 = 9 × 109 𝑁𝑚2 𝐶 −2
𝐾.𝑄𝐴 .𝑄𝐵 (9×109 )(10−8 )(10−8 )
F = =
𝑟2 (10−1 )2
Contoh 2 :
Dua buah muatan listrik berada pada jarak 4 cm satu dengan yang lainnya. Kedua muatan
itu kemudian saling dijauhkan hingga gaya tolak menolaknya menjadi seperempat kalinya.
Tentukan jarak baru antar keduamuatantersebut!
Penyelesaian :
𝑲.𝑸𝟏 .𝑸𝟐
F= 𝒓𝟐
Dengan Demikian :
1 1 𝐹 𝑟2
F1 : F2 = 𝑟 2:𝑟 2 → 𝐹1 = 𝑟22
2 1
8
𝐹1 2
𝑟22 = .𝑟
𝐹2 1
𝐹1
= (4)2
1
4 𝐹1
= (4). (4)2 → 𝑟22 = 43 → 𝑟2 = √43 = √64 = 8
Jadi Jarak Baru Antar Kedua Kutub Tersebut Adalah 8 Cm.
F. Medan listrik
Sebagai analogi perhatikan medan grafitasi bagaimana gaya tarik bumi mengenai
benda-benda di sekitar bumi walaupun tidak bersentuhan tapi benda-benda yang dekat ke
bumi dapat ditarik ke bumi sehingga jatuh ke bumi. Dalam hal ini dikatakan bahwa di sekitar
bumi terdapat medan gaya yang lebih dikenal dengan medan gravitasi bumi.
Seperti halnya medan grafitasi, disekitar muatan listrik jika disimpan muatan lain
maka muatan tersebut akan mengalami gaya tarik atau gaya tolak dari muatan sumber dan
daerah disekitar muatan yang jika disimpan muatan lain masih dapat ditarik atau ditolak
maka daerah tersebut dinamakan terdapat medan gaya listrik atau lebih dikenal dengan
sebutan medan listrik sehingga dapat disimpulkan bahwa medan listrik adalah daerah
disekitar muatan sumber yang jika disimpan muatan lain masih mendapat gaya interaksi dari
muatan sumber tersebut.
Kuat medan listrik disuatu titik yang diakibatkan oleh sumber medan berhubungan
dengan gaya yang dialami oleh muatan lain. Kuat medan listrik disuatu titik dapat
didefinisikan sebagai : Harga (besarnya) gaya yang dialami oleh muatan uji sebesar satu
satuan (1coloumb) dititik tersebut.
quji 1C
'
Medan listrik di r adalah :
𝑘𝑞𝑄
2
𝐸= 𝑟
𝑞
𝑄
=𝑘
𝑟2
Atau, dalam 𝜀0
1 𝑄
𝐸=
4𝛱𝜀0 𝑟 2
9
Contoh
Medan listrik satu muatan titik. Hitung besar dan arah medan listrik pada titik P yang
terletak 30 cm di sebelah kanan muatan titik Q = -3,0 × 10-6 C.
Penyelesaian
2
9 𝑚 −6
𝑄 (9,0 × 10 𝑁. ⁄𝐶 2 ) (3,0 × 10 𝐶)
𝐸=𝑘 2= = 3,0 × 105 𝑁/𝐶
𝑟 (0,30 𝑚)2
G. Garis-garis Medan
Karena medan listrik merupakan vektor, terkadang disebut sebagai medan vektor.
Kita dapat menunjukkan medan listrik dengan tanda panah pada berbagai titik dalam situasi
tertentu, seperti pada gambar di bawah ini
Gambar 1.12
Untuk memvisualisasikan medan listrik, kita gambarkan serangkaian garis untuk
menunjukkan arah medan listrik pada berbagai titik di ruang. Garis-garis medan listrik ini
(garis-garis gaya) digambar sedemikian rupa sehingga menggambarkan arah gaya yang
disebabkan oleh medan tersebut pada muatan tes positif. Garis-garis gaya yang disebabkan
oleh satu muatan positif ditunjukkan pada gambar 1.12a dan untuk satu muatan negatif pada
gambar 1.12b. Pada bagian (a) garis-garis tersebut menunjuk secara radial keluar dari
muatan, dan pada bagian (b) mereka menunjuk secara radial ke dalam menuju muatan karena
ini merupakan arah gaya pada muatan tes positif pada setiap kasus. Hanya beberapa garis
yang digambarkan untuk mewakili yang lainnya. Kita dapat saja menggambarkan garis-garis
di antara yang digambarkan tersebut karena di tempat itu juga ada medan listrik. Bagaimana
pun, kita selalu dapat menggambarkan garis-garis sehingga jumlah garis yang dimulai pada
muatan positif, atau berakhir pada muatan negatif, sebanding dengan besar muatan.
Perhatikan bahwa di dekat muatan, dimana gaya paling besar, garis-garis lebih dekat satu
10
sama lain. Hal ini merupakan properti umum garis medan listrik; makin rapat garis-garis
tersebut, makin kuat medan listrik pada tempat itu. Pada kenyataannya, garis-garis tersebut
selalu dapat digambarkan sehingga jumlah garis yang melintasi satuan luas yang tegak lurus
terhadap E sebanding dengan besar medan listrik.
Dapat kita simpulkan properti garis-garis medan sebagai berikut:
1. Garis-garis medan menunjukkan arah medan listrik; medan menunjuk arah tangen
terhadap garis medan pada semua titik.
2. Garis-garis tersebut digambarkan sedemikian sehingga besar medan listrik, E,
sebanding dengan jumlah garis yang melintasi daerah yang tegak lurus terhadap garis-
garis itu. Makin dekat garis-garis tersebut, makin kuat medan yang bersangkutan.
3. Garis-garis medan listrik dimulai pada muatan positif dan berakhir pada muatan negatif;
dan jumlah pada awal dan akhir sebanding dengan besar muatan.
Gambar 1.13
Penalaran ini memiliki beberapa penalaran menarik. Salah satunya, muatan total
pada konduktor yang baik mendistribusikan dirinya pada permukaan. Untuk konduktor
yang bermuatan negatif, anda dapat membayangkan muatan-muatan negatif saling tolak-
menolak dan menuju permukaan untuk saling menjauhi satu sama lain. Konsekuensi lainnya
adalah yang berikut ini. Misalkan muatan positif Q dikelilingi oleh konduktor logam
bermuatan yang terisolasi, yang berbentuk rangka bola, gambar 1.13a. Karena tidak mungkin
ada medan di dalam logam, garis-garis yang meninggalkan muatan positif harus berakhir
pada muatan negatif di sebelah dalam permukaan logam.berarti muatan negatif dalam
11
jumlah yang sama, -Q, diindikasi pada permukaan dalam rangka bola. Kemudian, karena
rangka tersebut netral, muatan positif, +Q, dengan besar yang sama harus ada pada
permukaan luar rangka tersebut. Dengan demikian, walaupun tidak ada medan di dalam
logam itu sendiri, medan listrik ada di luarnya, sebagaimana ditunjukkan pada gambar1.13a,
seakan-akan logam tersebut tidak ada di sana.
Properti medan listrik statis yang berhubungan dengan konduktor adalah bahwa
medan listrik selalu tegak lurus terhadap permukaan di luar konduktor. Jika ada komponen
E yang paralel dengan permukaan gambar 1.13b, elektron-elektron pada permukaan akan
bergerak sepanjang permukaan sebagai reaksi terhadap gaya ini sampai mencapai posisi di
mana tidak ada gaya yang bekerja, yaitu sampai medan listrik tegak lurus terhadap
permukaan.
12
BAB 2
POTENSIAL LISTRIK
Selisih beda potensial antara dua titik a dan b dapat diukur. Karena selisih energi
potensial, 𝐸𝑃𝑎 – 𝐸𝑃𝑏 , sama dengan negatif dari kerja, Wba, yang dilakukan oleh gaya
listrikuntuk memindahkan muatan dari titik b ke titik a, kita mendapatkan beda potensial Vab
Wba
sebesar 𝑉𝑎𝑏 = 𝑉𝑏 − 𝑉𝑎 = q
Gambar 2.1
Satuan potensial listrik, dan beda potensial, adalah Joule/coulomb dan diberi nama
khusus, Volt. Volt (1 v = 1 J/C). Benda yang bermuatan positif bergerak dari potensial tinggi
ke potensial rendah.Muatan negatif melakukan yang sebaliknya. Beda potensial disebut juga
13
voltase, atau tegangan. Karena potensial listrik didefinisikan sebagai energi potensial per
satuan muatan, maka perubahan energi potensial muatan q ketika berpindah diantara dua
titik a dan b adalah
Gambar 2.2
Gambar 2.3
14
Untuk mengukur langsung beda potensial listrik pada lampu, maka dipasanglah alat
ukur tegangan/beda potensial seperti terlihat pada gambar. Pada gambar tersebut, alat ukur
tegangan dipasang paralel dengan komponen yang hendak diukur beda potensialnya.
Dimana d adalah jarak antara titik a dan b. 𝑞𝑉𝑏𝑎 = 𝑞𝐸𝑑 atau 𝑉𝑏𝑎 = 𝐸𝑑
𝑉𝑏𝑎
Jadi 𝐸= 𝑑
C. Garis-garis Ekipotensial
Permukaan ekipotensial adalah permukaan dimana semua titik berada pada potensial
yang sama. Dengan kata lain, beda potensial antara dua titik yang mana pun pada permukaan
tersebut akan nol, dan tidak ada kerja yang dibutuhkan untuk memindahkan sebuah muatan
dari satu titik ke yang lainnya. Permukaan ekipotensial harus tegak lurus terhadap medan
listrik pada semua titik. Jika tidak demikian—yaitu, jika ada komponen E yang sejajar
terhadap permukaan—akan dibutuhkan kerja untuk memindahkan muatan sepanjang
permukaan terhadap komponen E ini; dan hal ini akan berlawanan dengan ketentuan bahwa
permukaan tersebut ekipotensial.
15
Gambar 2.4
Pada penggambaran dua dimensi biasa, kami tunjukkan garis-garis ekipotensial,
yang merupakan perpotongan antara permukaan ekipotensial dengan bidang gambar. Pada
gambar 2.4a, beberapa garis ekipotensial digambarkan untuk medan listrik antara dua pelat
sejajar pada beda potensial 20 V. Perhatikan bahwa E menunjukkan ke nilai V yang lebih
rendah. Garis-garis ekipotensial untuk kasus dua partikel yang sama tetapi berlawanan jenis
ditunjukkan pada gambar 2.4b sebagai garis terputus-putus. Garis-garis dan permukaan
ekipotensial, tidak seperti garis-garis medan, selalu kontinu dan tidak pernah berakhir, dan
terus melewati batas. Analogi yang berguna adalah peta topografi; garis-garis kontur pada
intinya merupakan garis-garis ekipotensial gravitasi seperti yang ditunjukkan gambar 2.5,
dimana jika dianalogikan ketika kita berjalan sepanjang satu garis kontur, kita tidak naik dan
juga tidak turun. Jika kita menyebrangi garis dan terutama jika kita memanjat tegak lurus
terhadap garis-garis tersebut, kita akan mengubah potensial gravitasi kita.
Gambar 2.5
16
D. Elektron Volt, Satuan Energi
Joule merupakan satuan sangat besar untuk energi yang berhubungan dengan
elektron, atom atau molekul, baik pada fisika atom dan nuklir maupun pada kimia atau
biologi molekuler. Untuk itulah digunakan elektron volt (eV). Satu elektron volt
didefinisikan sebagai energi yang didapat oleh partikel yang membawa muatan yang sama
dengan elektron (q=e) sebagai akibat dari melewati beda potensial sebesar 1 V. Karena
muatan pada elektron memiliki besar 1,6 x 10-19 C, dan perubahan energi potensial sama
dengan qV. 1 eV sama dengan (1,6 x 10-19 C) . (1V) = 1,6 x 10-19 J.
Walaupun elektron volt mudah digunakan untuk menyatakan energi molekul dan
partikel dasar, ia bukan merupakan satuan SI. Untuk perhitungan, elektron volt harus diubah
ke joule dengan menggunakan faktor konversi yang baru saja diberikan, tetapi dalam
menentukan laju dalam satuan SI, kita harus menggunakan joule (J) untuk EK.
Untuk menentukan medan listrik yang mengelilingi sekelompok muatan yang terdiri
dari dua atau lebih muatan diperlukan penjumlahan medan listrik yang disebabkan oleh
setiap muatan. Potensial dijumlahkan secara skalar, sehingga hanya perlu menjumlahkan
angka-angka tanpa memperdulikan arah..
17
Gambar 2.6
Dipole listrik adalah salah satu bentuk alami molekul yang terdiri dari dua atom,
misalnya H2, O2, N2, dan lain-lain. Maka secara umum pada gambar, persamaannya adalah:
𝑑 cos 𝜃 𝑝 cos 𝜃
𝑉𝑝 = 𝑘𝑞 2
=𝑘
𝑟 𝑟2
Dimana p= qd adalah bearnya momen dipol listrik dan arah vektor p dari muatan negatif ke
muatan positif, jadi arah momen dipol berlawanan dengan arah medannya.
Contoh:
Misal diletakkan 3 buah titik yang sangat jauh dari dipole, A terletak pada perpanjangan
sumbu dipole arah ke atas, titik B terletak pada perpanjangan sumbu dipole arah ke bawah
dan C terletak pada garis yang tegak lurus pada dan lewat titik tengah sumbu dipole. Urutkan
dari ke tiga titik tersebut potensialnya dari terkecil ke terbesar.
Penyelesaian :
Untuk menentukan potensial listrik pada masing-masing titik kita gunakan persamaan
𝑝 cos 0 𝑝 𝑝 cos 180 𝑝 𝑝 cos 90
𝑉𝑎 = 𝑘 = 𝑘 𝑟2 , 𝑉𝑏 = 𝑘 = −𝑘 𝑟 2 , 𝑉𝑐 = 𝑘 =0
𝑟2 𝑟2 𝑟2
Jadi urutan besarnya potensial dari yang terkecil adalah Vb, Vc, Va
G. Kapasitansi
Kapasitor atau kondensator adalah sebuah alat yang dapat menyimpan muatan listrik,
dan terdiri dari dua benda yang merupakan penghantar (biasanya pelat atau lembaran) yang
diletakkan berdekatan tetapi tidak saling menyentuh. Kapasitor banyak digunakan pada
rangkaian-rangkaian elektronik, seperti: lampu pada kilat kamera, cadangan pada komputer
jika listrik mati, dsb. Sebuah kapasitor biasanya terdiri dari sepasang pelat sejajar yang
dipisahkan oleh jarak yang kecil
18
.
Gambar 2.7
Jika kapasitor diberi tegangan katakanlah sebuah baterai, ia akan cepat menjadi
bermuatan. Satu pelat mendapat muatan negatif dan yang lainya bermuatan positif dengan
jumlah yang sama. Untuk suatu kapasitor tertentu, jumlah muatan Q yang didapat oleh setiap
pelat sebanding dengan beda potensial V:
𝑄 = 𝐶𝑉
Konstanta pembanding C, pada hubungan ini disebut kapasitansi dari kapasitor
tersebut. Satuan kapasitansi adalah coulomb per volt disebut farad (F). Sebagian kapasitor
memiliki kapasitansi dalam kisaran 1 pF sampai 1µF. Hubungan persamaan ini pertama kali
ditemukan oleh Volta pada akhir abad kedelapan belas.
Kapasitansi C adalah konstanta untuk sebuah kapasitor tertentu tidak bergantung
pada Q atau V. Nilainya hanya bergantung pada struktur dan dimensi kapasitor itu sendiri.
Untuk kapasitor pelat sejajar yang masing-masing memiliki luas A dan dipisahkan oleh jarak
d yang berisi udara, kapasitansi dinyatakan dengan
𝐴
𝐶 = 𝜀0
𝑑
Hubungan ini secara intuitif masuk akal:daerah A yang lebih luas berarti bahwa
untuk sejumlah muatan tertentu, akan ada sedikit tolak menolak di antaranya jarak mereka
lebih jauh, sehingga lebih banyak muatan yang bisa ditahan pada setiap pelat. Dan jika jarak
d lebih besar maka muatan pada setiap pelat memberikan gaya tarik yang kurang pada pelat
yang lainnya, sehingga lebih sedikit muatan yang ditarik dari baterai, sehingga kapasitansi
lebih kecil. Konstanta ε0 adalah permitivitas hampa udara, mempunyai nilai 8,85 x 10-12
C2/Nm2.
19
Contoh
Perhitungan kapasitor.
a) Hitung kapasitansi sebuah kapasitor yang ukuran pelat-pelatnya adalah 20cm x
3,0cm dan dipisahkan oleh udara sejauh 1,0mm!
b) Berapa muatan pada setiap pelat jika kapasitor tersebut dihubungkan ke baterai 12V?
Penyelesaian
𝐴 −12 2 2
6,0𝑥10−3 𝑚2
𝐶 = 𝜀0 = (8,85𝑥10 𝐶 /𝑁𝑚 ) = 53𝑝𝐹
𝑑 1,0𝑥10−3 𝑚
H. Dielektrikum
Sebagian besar kapasitor memiliki lembar isolator yang disebut dielektrikum yang
diletakan diantara pelat-pelatnya. Hal ini dilakukan dengan beberapa tujuan. Pertama, karena
tegangan yang lebih tinggi dapat diberikan tanpa adanya muatan yang melewati ruang antar
pelat, walaupun tidak secepat udara, dielektrikum terputus (muatan tiba-tiba mulai mengalir
melaluinya ketika tegangan cukup tinggi). Di samping itu dielektrikum memungkinkan pelat
diletakkan lebih dekat satu sama lain tanpa bersentuhan, sehingga memungkinkan naiknya
kapasitansi karena d lebih kecil. Dan akhirnya, secara eksperimental ditemukan bahwa jika
dielektrikum memenuhi ruang antar konduktor terebut, kapasitansi akan naik sebesar faktor
K yang dikenal sebagai konstanta dielektrikum. Persamaan untuk kapasitor pelat sejajar
𝐴
𝐶 = 𝐾𝜀0
𝑑
Dapat juga dituliskan
𝐴
𝐶=𝜀
𝑑
Dimana
𝜀 = 𝐾𝜀0
Merupakan permitivitas bahan tersebut.
Penyimpanan energi listrik dalam bentuk energi listrik ada dua cara:
Dilakukan didalam kapasitor
Dilakukan didalam Magnet
Penyimpanan dalam kapasitor
Kondensator (Capasitor) adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi di dalam
medan listrik, dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari muatan listrik.
pada ilmu elektronika disingkat dengan huruf (C).
1
Energi listrik yang dapat disimpan pada kapasitor adalah sebesar : 𝑊 = 𝐶𝑉 2
2
22
BAB 3
ARUS DAN HAMBATAN
A. Arus Listrik
Arus listrik pada kawat didefinisikan sebagai jumlah total muatan yang melewatinya
per satuan waktu pada suatu titik. Dengan demikian, arus rata-rata I didefinisikan sebagai
∆𝑄
𝐼=
∆𝑡
di mana ∆Q adalah jumlah muatan yang melewati konduktor pada suatu lokasi selama jangka
waktu ∆t. Arus listrik diukur dalam coulomb per detik; satuan ini diberi nama, ampere, dari
nama fisikawan Perancis Andre Ampere.
Gambar 3.1
Rapat Arus adalah kuat arus per satuan luas penampang
𝐼
𝐽=
𝐴
Dimana
J = Rapat arus (A/mm2)
I = Kuat arus(Amp)
A = luas penampang(mm2)
23
Resistor adalah komponen elektronika yang berfungsi untuk menghambat atau
membatasi aliran listrik yang mengalir dalam suatu rangkain elektronika. Sebagaimana
fungsi resistor yang sesuai namanya bersifat resistif dan termasuk salah satu komponen
elektronika dalam kategori komponen pasif. Resistansi merupakan kemampuan suatu benda
untuk menahan/menghambat aliran arus listrik Satuan atau nilai resistansi suatu resistor di
sebut Ohm dan dilambangkan dengan simbol Omega (Ω) yang di ciptakan oleh Goerge
Simon Ohm. Dua jenis utama resistor adalah resistor “gulungan kawat”, yang terdiri dari
kumparan kawat halus, dan resistor “komposisi”, yang biasanya terbuat dari karbon
semikonduktor
C. Hukum Ohm
𝑉
𝐼=
𝑅
Hukum Ohm, tidak lain ialah definisi dari hambatan, yakni V = I R. Hubungan
V = I R dapat diterapkan pada resistor apa saja, di mana V adalah beda potensial antara
24
kedua ujung hambatan, dan I adalah arus yang mengalir di dalamnya, sedangkan R adalah
hambatan (atau resistansi) dari resistor. Satuan untuk hambatan disebut ohm dan disingkat
Ω (huruf besar Yunani untuk omega).
D. Hambat Jenis
Kita mungkin menduga bahwa hambatan yang dimiliki kawat yang tebal lebih kecil
daripada kawat yang tipis, karena kawat yang lebih tebal memiliki area yang lebih luas untuk
aliran elektron. Kita tentunya juga memperkirakan bahwa semakin panjang suatu
penghantar, maka hambatannya juga semakin besar, karena akan ada lebih banyak
penghalang untuk aliran elektron.
Berdasarkan eksperimen, Ohm juga merumuskan bahwa hambatan R kawat logam
berbanding lurus dengan panjang l, berbanding terbalik dengan luas penampang lintang
kawat A, dan bergantung kepada jenis bahan tersebut.
Resistivitas dari suatu hambatan (tahanan atau resistansi) R kawat sepanjang L
dan berpenampang A adalah :
𝐿
𝑅=𝜌
𝐴
di mana ρ adalah resistivitas (hambatan jenis) dari suatu zat (bahan). Satuan L dinyatakan
dalam meter, A dalam m2, dan R dalam Ω, maka satuan ρ adalah Ωm.
Gambar 3.2
25
E. Energi Listrik dan Daya Listrik
Kecepatan perubahan energi listrik menjadi bentuk energi lain pada hambatan R
(seperti panas dan cahaya) sama dengan hasil kali arus dan tegangan. Artinya, daya yang
diubah, yang diukur dalam watt, dinyatakan dengan
𝑃 = 𝐼𝑉
Dan untuk resistor-resistor dapat dituliskan dengan bantuan hukum Ohm sebagai
𝑉2
𝑃 = 𝐼2𝑅 =
𝑅
Energy listrik total yang diubah pada suatu alat sama dengan hasil kali daya dan waktu
alat tersebut beroperasi. Dalam satuan SI, energi dinyatakan dalam joule.
Gambar 3.3
Secara umum, listrik bolak-balik berarti penyaluran listrik dari sumbernya (misalnya
PLN) ke kantor-kantor atau rumah-rumah penduduk. Namun ada pula contoh lain seperti
sinyal-sinyal radio atau audio yang disalurkan melalui kabel, yang juga merupakan listrik
arus bolak-balik. Di dalam aplikasi-aplikasi ini, tujuan utama yang paling penting adalah
pengambilan informasi yang termodulasi atau terkode di dalam sinyal arus bolak-balik
tersebut.
Pada tahun 1835, Hippolyte Pixii membuat altenator pertama (pembangkit arus bolak
balik). Pixii membuat alat tersebut dengan putaran magnit. Namun pada era ini semua orang
26
berfokus pada pembuatan arus listrik satu arah (DC) jadi penemuan ini tidak begitu sukses
pada jaman ini. Pengelolahan Arus bolak balik dimulai pada tahun 1882. Pada dekade ini
banyak sekali penemuan yang bersangkutan dengan listrik dari penemu-penemu ternama
seperti Thomas Alva Edisson dan Nikola Tesla. Teknologi pembangkit arus listrik bolak
balik (AC) mula-mula dibuat pertama kali oleh Sabastian Ferranti dengan Lord Kelvin. Ini
termasuk dengan pembuatan transformer mula-mula.
Sistem arus listrik bolak balik di buat di Great Barrington, Massachusetts oleh
William Stanley yang di support oleh Westinghouse. Nikola Tesla juga memulai penjualan
sistem listrik bolak baliknya di New York, tetapi gagal karena new york telah mengadopsi
sistem litrik satu arah. Pada tahun 1887 C.S. Bradley membuat generator bolak balik 3 fase.
Ini adalah alat yang membuat arus listrik bolak balik lebih efisien dan bisa dipakai jaman
sekarang. Pada tahun 1900 generator bolak balik 3 fase menjadi prinsip dasar sumber tenaga
listrik di dunia.
27
BAB 4
Gambar 4.1
Kita anggap semua resistor yang lain pada rangkaian dapat diabaikan, dan sehingga
V sama dengan tegangan baterai. Kita tentukan V1, V2, dan V3 merupakan beda potensial
berturut-turut melalui resistor R1, R2, dan R3 , berturut-turut, seperti pada gambar di atas.
Dengan Hukum Ohm, V1 = IR1, V2 = IR2, dan V3 = IR3. Karena resistor tersebut
dihubungkan ujung ke ujung, kekekalan energi menyatakan bahwa tegangan total V sama
dengan jumlah semua tegangan dari masing-masing resistor:
𝑉 = 𝑉1 + 𝑉2 + 𝑉3 = 𝐼𝑅1 + 𝐼𝑅2 + 𝐼𝑅3 [seri]
Sekarang mari kita tentukan hambatan ekivalen tunggal Rek yang akan menarik arus
yang sama seperti kombinasi di atas. Hambatan tunggal Rek tersebut akan dihubungkan
dengan V dengan persamaan
𝑉 = 𝐼𝑅𝑒𝑘
Kita padukan persamaan ini dengan persamaan 𝑉 = 𝐼(𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 ), dan didapat
𝑅𝑒𝑘 = 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 [seri]
Cara sederhana lainnya untuk menghubungkan resistor adalah paralel, sehingga arus
dari sumber terbagi menjadi cabang-cabang yang terpisah, seperti pada gambar 4.2.
Pengkabelan pada rumah-rumah dan gedung-gedung diatur sehingga semua peralatan listrik
tersusun paralel. Dengan pengkabelan paralel, jika anda memutuskan hubungan dengan satu
alat (katakanlah R1 pada gambar 4.2), arus ke yang lainnya tidak terganggu. Tetapi pada
rangkaian seri, jika salah satu alat dilepaskan, arus ke yang lainnya terhenti.
28
Gambar 4.2
Pada rangkaian paralel, gambar 4.2, arus total I yang meninggalkan baterai terbagi
menjadi tiga cabang. Kita tentukan I1, I2, dan I3 berturut-turut sebagai arus melalui resistor,
R1, R2, dan R3. Karena muatan listrik kekal, arus yang masuk ke dalam titik cabang (di mana
kawatatau konduktor yang berbeda bertemu) harus sama dengan arus yang keluar dari titik
cabang. Dengan demikian, pada gambar 4.2,
𝐼 = 𝐼1 + 𝐼2 + 𝐼3 . [paralel]
Ketika resistor-resistor terhubung paralel, masing-masing mengalami tegangan yang
sama. (dan memang, dua titik mana pun pada rangkaian yang dihubungkan oleh kawat
dengan hambatan yang dapat diabaikan berada pada potensial yang sama). Berarti tegangan
penuh baterai diberikan ke setiap resistor pada gambar 4.2, sehingga
𝑉 𝑉 𝑉
𝐼1 = , 𝐼2 = , dan 𝐼3 = ,
𝑅1 𝑅2 𝑅3
Mari kita tentukan berapa nilai resistor tunggal R ek yang akan menarik arus I yang
sama dengan ketiga hambatan paralel ini. Resistor ekivalen Rek harus memenuhi
𝑉
𝐼=
𝑅𝑒𝑘
Sekarang kita gabungkan persamaan-persamaan di atas:
𝐼 = 𝐼1 + 𝐼2 + 𝐼3 ,V
𝑉 𝑉 𝑉 𝑉
= + + .
𝑅𝑒𝑘 𝑅1 𝑅2 𝑅3
Contoh:
Dua resistor 100 Ω dihubungkan (a) seri, dan (b) paralel, ke baterai 24,0 V (gambar 4.3).
Berapa arus melalui setiap resistor dan berapa hambatan ekivalen setiap rangkaian?
29
Gambar 4.3
Penyelesaian
a. 𝑉 = 𝑉1 + 𝑉2 = 𝐼𝑅1 + 𝐼𝑅2 .
Berarti
𝑉 24,0 𝑉
𝐼=𝑅 = 100 Ω+100 Ω = 0,120 𝐴.
1 +𝑅2
𝑉 24,0 𝑉
𝑅𝑒𝑘 = = = 200 Ω
𝐼 0,120 𝐴
𝑉 𝑉 24,0 𝑉 24,0 𝑉
b. 𝐼 = 𝐼2 + 𝐼2 = 𝑅 + 𝑅 = + 100 Ω = 0,24 𝐴 + 0,24 𝐴 = 0,48 𝐴
1 2 100 Ω
30
Gambar 4.4
C. Hukum Kirchhoff
Kadang-kadang kita menemui rangkaian yang terlalu rumit untuk dianalisis. Untuk
menangani rangkaian rumit seperti ini, kita menggunakan hukum kirchhoff, yang dibuat oleh
G.R. Kirchhoff (1824-1887) di pertengahan abad sembilan belas. Hukum ini ada dua, dan
sebenarnya merupakan penerapan yang berguna dari hukum kekekalan muatan dan energi.
Hukum pertama Kirchhoff atau hukum titik cabang berdasarkan pada kekekalan muatan,
dan kita telah menggunakannya untuk menurunkan hukum untuk resistor paralel. Hukum ini
menyatakan bahwa.
Pada setiap titik cabang, jumlah semua arus yang memasuki cabang harus
sama dengan semua arus yang meninggalkan cabang tersebut.
I1 + I2 = I3 + I4 + I5
Gambar 4.5
31
Sedangkan hukum dua Kirchhoff atau hukum loop yang didasarkan pada hukum
kekekalan energi menyatakan bahwa
Hukum ini bisa kita analogikan pada roller coaster di lintasannya. Ketika mulai dari
stasiun, roller coaster memiliki energi potensial tertentu. Saat ia mendaki bukit pertama,
energi potensialnya bertambah dan mencapai maksimum di puncak bukit tersebut.
Kemudian menuruni sisi seberangnya, energi potensialnya berkurang dan mencapai
minimum di dasar bukit. Sementara roller coaster terus melaju pada lintasannya, energi
potensialnya mengalami lebih banyak perubahan. Tetapi ketika sampai kembali di titik
awalnya, energi potensialnya tetap sama seperti ketika sampai kembali di titik awalnya,
energi potensialnya tetap sama seperti pada waktu mulai di titik tersebut. Cara lain untuk
menyatakan hal ini adalah pendakian dan penurunan yang sama banyaknya.
Gambar 4.6
Contoh soal :
Penyelesaian :
32
I1 + I2 + I3 = 0
Pakai hukum Kirchhoff pada lintasan adba, dengan memakai satuan volt :
10
-7I1 + 6 + 4 = 0 atau 𝐼1 = 𝐴
7
12
-4 – 8 + 5I2 = 0 atau 𝐼2 = 𝐴
5
Tanda minus yang dipeoleh berarti arah I3 yang telah dipilih tadi adalah salah, dan
seharusnya arahnya dibalik.
R
(a) I
a b c
1,5 V 1,5 V
R
(b) I
a 12 V c
b
20 V
R
(c)
12 V
12 V
Gambar 4.7
33
Sumber-sumber ggl juga dapat disusun paralel, gambar 4.7c. Penyusunan paralel tidak
digunakan untuk menaikkan tegangan, melainkan untuk menyediakan lebih banyak energi
jika dibutuhkan arus yang besar (seperti untuk menghidupkan mesin diesel). Masing-masing
sel pada rangkaian paralel harus menghasilkan sebagian saja dari arus total, sehingga
kehilangan yang disebabkan oleh hambatan dalam lebih kecil dari untuk suatu sel tunggal;
dan baterai akan mati lebih lambat.
Sebagaimana resistor dapat dirangkai seri atau paralel, begitu juga dengan kapasitor.
(a) (b)
Gambar 4.8
𝑄 = 𝑄1 + 𝑄2 + 𝑄3 …
𝑉 = 𝑉1 = 𝑉2 = 𝑉3 …
𝐶𝑒𝑞 = 𝐶1 + 𝐶2 + 𝐶3 …
Efek total dari menghubungkan kapasitor secara paralel adalah untuk menaikkan kapasitansi.
𝑄 = 𝑄1 = 𝑄2 = 𝑄3 …
𝑉 = 𝑉1 + 𝑉2 + 𝑉3 …
1 1 1 1
= + +
𝐶𝑒𝑞 𝐶1 𝐶2 𝐶3
Suatu kapasitor ekivalen tunggal yang akan berisi muatan Q yang sama pada tegangan V
yang sama akan memiliki kapasitansi Cek yang dinyatakan dengan
𝑄 = 𝐶𝑒𝑘 𝑉
34
F. Rangkaian dengan Resistor dan Kapasitor
S
Gambar 4.9
𝑉 = 𝜀(1 − 𝑒 −𝑡⁄𝑅𝐶 )
Hasil kali hambatan R dengan kapasitansi C, yang muncul pada eksponen, disebut
konstanta waktu 𝝉 dari rangkaian: 𝜏 = 𝑅𝐶. konstanta waktu merupakan pengukuran
seberapa cepat kapasitor termuati.
35
BAB 5
KEMAGNETAN
Jika dua magnet dengan kutub yang sama didekatkan, akan terjadi tolak-menolak dan
sebaliknya (gambar 5.1). Hampir sama dengan gaya antara muatan-muatan listrik. Namun
jangan kacaukan kutub magnet dengan muatan listrik. Keduanya bukan hal yang sama. Satu
perbedaan penting adalah bahwa muatan listrik positif dan negatif dapat dipisahkan dengan
mudah. Tetapi pemisahan satu kutub magnet tampaknya mustahil. Jika satu magnet dipotong
dua, anda akan mendapatkan dua magnet baru dengan kutub utara dan selatan di masing-
masing potongan magnet (gambar 5.2), pemotongan berikutnya akan menghasilkan lebih
banyak mmagnet lagi, begitu seterusnya.
Gaya yang diberikan satu magnet satu magnet terhadap yang lainnya dapat
dideskripsikan sebagai interaksi antara suatu magnet dan medan magnet dari yang lain.
Seperti menggambarkan garis-garis medan listrik kita juga dapat menggambarkan garis-
garis medan magnet. Arah medan magnet merupakan tangensial (garis singgung) terhadap
suatu garis di titik mana saja, dan jumlah garis per satuan luas sebanding dengan besar medan
magnet.
Arah medan magnet pada suatu titik dapat didefinisikan sebagai arah yang ditunjuk
kutub utara sebuah jarum kompas ketika diletakkan di titik tersebut. Gambar 5.3
menunjukkan bagaimana suatu garis medan magnet ditemukan sekitar magnet batang
36
dengan menggunakan jarum kompas. Medan magnet yang ditentukan dengan cara ini untuk
medan di luar magnet batang digambarkan pada gambar 5.3b. perhatikan bahwa karena
definisi kita, garis-garis tersebut selalu menunjuk dari kutub utara menuju kutub selatan
magnet (kutub utara jarum kompas tertarik ke kutub selatan magnet). Gambar 5.4
menunjukkan bagaimana serbuk besi yang halus menunjukkan garis-garis medan magnet
dengan membentuk baris seperti jarum kompas.
Gambar 5.3
Medan magnet di sembarang titik sebagai vektor, yang dinyatakan dengan simbol B, yang
arahnya ditentukan seperti telah dibahas di atas, dengan menggunakan jarum kompas. Besar
B, dapat didefinisikan dalam momen yang diberikan pada jarum kompas ketika membentuk
sudut tertentu terhadap medan magnet, seperti pada gambar 5.5. sehingga, makin besar
momen, makin besar kuat medan magnet.
37
Gambar 5.6
Jarum kompas yang diletakkan di dekat bagian yang lurus dari kawat pembawa arus
mengatur dirinya sendiri sehingga membentuk tangen terhadap lingkaran yang mengelilingi
kawat, gambar 5.6. dengan demikian garis-garis medan magnet yang dihasilkan oleh arus di
kawat lurus membentuk lingkaran dengan kawat pada pusatnya, arah garis-gari ini
ditunjukkan oleh kutub utara kompas pada gambar 5.5. ada cara yang sederhana untuk
mengingat arah garis-garis medan magnet pada kasus ini. Cara ini disebut kaidah tangan-
kanan; anda menggenggam kawat tersebut dengan tangan kanan sehingga ibu jari anda
menunjuk arah arus (positif) konvensional; kemudian jari-jari lain akan melingkari kawat
dengan arah medan magnet.
38
anda mengatur tangan anda sehingga jari-jari yang lurus menunjuk arah arus (positif)
konvensional; dari posisi ini, belokkan jari-jari anda, sehingga menunjuk arah garis-garis
medan magnet (yang menunjuk dari kutub U ke S di luar magnet); anda mungkin harus
memutar tangan dan lengan anda sekitar pergelangan sehingga memang menunjuk
sepanjang B ketika dibelokkan, dengan mengingat bahwa jari-jari yang lurus harus
menunjuk sepanjang arah arus terlebih dahulu. Apabila tangan anda diatur sedemikian rupa,
maka ibu jari yang berdiri menunjuk arah gaya pada kawat.
Gambar 5.7
Sedangkan besar gaya berbanding lurus dengan arus I pada kawat, dengan panjang
kawat l pada medan magnet (dianggap seragam) dan dengan medan magnet B. Gaya juga
bergantung pada sudut θ antara arah arus dan medan magnet gambar 5.8. Ketika arus tegak
lurus terhadap garis-garis medan, gaya paling kuat.
Gambar 5.8
Ketika kawat paralel dengan garis-garis medan magnet, tidak ada gaya sama sekali.
Pada sudut-sudut yang lain, gaya sebanding dengan sin θ. Dengan demikian kita dapatkan
F = IlB sin 𝜃
Jika arah arusnya tegak lurus terhadap medan (θ = 90°), maka gaya adalah
𝐹𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝐼𝑙𝐵
maka besar B adalah
𝐹𝑚𝑎𝑘𝑠
𝐵=
𝐼𝑙
Dimana Fmaks adalah besar gaya pada panjang l kawat yang lurus yang membawa
arus I jika kawat tegak lurus terhadap B.
39
Satuan SI untuk medan magnet B adalah tesla (T). Dari persamaan 1 di atas,
diketahui bahwa 1 T = 1 N/Am. Satuan lain yang umum digunakan untuk menyatakan medan
magnet adalah satuan cgs, gauss (G): 1 G = 10-4 T. Sebuah medan yang dinyatakan dalam
gauss harus selalu diubah ke tesla sebelum digunakan dengan satuan SI yang lain. Kita
1
perhatikan bahwa medan magnet Bumi pada permukaannya sebesar sekitar 2 𝐺 𝑎𝑡𝑎𝑢 0,5 ×
10−4 𝑇. Di pihak lain, elektromagnet yang kuat dapat menghasilkan medan dalam orde 2 T
dan magnet superkonduksi lebih dari 10 T.
Contoh
Gaya magnet pada kawat pembawa arus. Sebuah kawat yang membawa arus 30 A memiliki
panjang l = 12 cm antara muka kutub magnet dengan sudut θ = 60°. Medan magnet hampir
seragam pada 0,90 T. Kita abaikan medan di luar potongan kutub. Berapa gaya pada kawat?
Penyelesaian
F = IlB sin 𝜃
= (30 A)(0,12 m)(0,90 T)(0,866) = 2,8 N
𝐹 = 𝑞𝑣𝐵 sin 𝜃
Persamaan ini memberikan besar gaya pada partikel mmuatan q yang bergerak
dengan kecepatan v pada kuat medan magnet B, dimana θ adalah sudut antara v dan B. Gaya
paling besar terjadi ketika partikel bergerak tegak lurus terhadap B (θ = 90°):
𝐹𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝑞𝑣𝐵
40
Gaya akan bernilai nol jika partikel bergerak paralel dengan dengan garis-garis
medan (θ = 0°).
Gambar 5.9
Medan magnet B pada titik di dekat kawat lurus yang panjang berbanding lurus
dengan arus I pada kawat dan berbanding terbalik terhadap jarak r dari kawat :
𝐼
𝐵 ∝
𝑟
Hubungan ini valid selama r, jarak tegak lurus ke kawat, jauh lebih kecil dari jarak
ke ujung-ujung kawat (yaitu, kawat tersebut panjang). Konstanta pembanding dinyatakan
𝜇0
sebagai , dengan demikian,
2𝜋
𝜇0𝐼
𝐵=
2𝜋𝑟
Nlai konstanta 𝜇0, yang disebut permeabilitas ruang hampa, adalah
𝜇0 = 4 𝜋 × 10-7 T . m/A
Contoh:
Perhitungan B di dekat kawat. Kawat listrik vertikal di dinding sebuah gedung membawa
arus dc sebesar 25 A ke atas. Berapa medan magnet pada titik 10 cm di utara kawat ini ?
Penyelesaian:
𝜇0𝐼
𝐵 = 2𝜋𝑟 = (4𝜋 × 10-7 T.m/A)(25) / (2𝜋)(0,10𝑚) = 5,0 x 10-5 T,atau 0,50 G.
41
Dengan kaidah tangan kanan, medan menunjuk ke barat pada titik ini. Karena medan ini
memiliki besar yang kira-kira sama dengan medan bumi, kompas tidak akan menunjuk
keutara tetapi kearah barat daya.
Gambar 5.10
Keduanya berturut-turut membawa arus I1 dan I2 . Masing-masing arus menghasilkan medan
magnet yang “dirasakan” oleh yang lainnya sehingga masing-masing pasti memberikan gaya
pada yang lain, sebagaimana pertama dinyatakan oleh Ampere.
Sebagai contoh medan magnet B1 yang dihasilkan oleh I1 dinyatakan oleh persamaan
𝜇0𝐼
𝐵=
2𝜋𝑟
Pada lokasi konduktor yang kedua, besar medan magnet ini adalah
𝜇0 𝐼1
𝐵1 =
2𝜋 𝐿
Lihat gambar, dimana medan yang hanya disebabkan oleh I1 digambarkan. Menurut
persamaan Fmaks = 𝐼𝑙𝐵 , gaya F persatuan panjang 𝑙 pada konduktor yang membawa arus I2
adalah
𝐹
= I2 B1
𝑙
Perhatikan bahwa gaya pada I2 hanya disebabkan oleh I1 . Tentu saja I2 juga menyebabkan
adanya medan, tetapi tidak memberikan gaya pada dirinya sendiri. Kita substitusikan ke
rumus diatas untuk B1 dan didapat
𝐹 𝜇0 𝐼1 𝐼2
=
𝑙 2𝜋 𝐿
42
G. Hukum Ampere
𝜇0𝐼
𝐵=
2𝜋𝑟
Persamaan di atas memberikan hubungan antara arus pada kawat lurus yang panjang
dan mmedan magnet yang dihasilkannya. Persamaan ini hanya berlaku untuk kawat lurus
yang panjang. Pertanyaan penting berikut ini muncul: apakah ada hubungan umum antar
arus pada kawat dengan bentuk apapun dan medan magnet disekitarnya? Jawabannya adalah
ya: ilmuan Perancis Andre Marie Ampere (1775-1836) mengajukan hubungan seperti itu
tidak lama setelah penemuan Oersted.Bayangkan lintasan tertutup (sembarang) sekitar arus,
seperti pada gambar,dan bayangkan lintasan ini terdiri dari segmen-segmen pendek yang ma
sing-masing dengan panjang ∆𝒍 .
Gambar 5.11
∑ 𝐵II ∆𝑙 = 𝜇0𝐼
Simbol ∑ 𝐵erarti “jumlah dari” dan BII berarti komponen B yang paralel terhadap ∆𝒍
Tersebut. Panjang ∆𝒍 dipilih sehingga BII pada dasarnya konstan untuk setiap panjang.
Jumlah tersebut harus diambil dari lintasan yang tertutup; dan I merupakan arus total yang
melewati permukaan yang dibatasi oleh lintasan tertutup ini.
43
BAB VI
INDUKSI ELEKTROMAGNETIK DAN HUKUM FARADAY ;
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK
A. GGL Induksi
Gaya gerak listrik induksi adalah timbulnya gaya gerak listrik di dalam kumparan
yang mencakup sejumlah fluks garis gaya medan magnetik, bilamana banyaknya fluks garis
gaya itu divariasi. Dengan kata lain, akan timbul gaya gerak listrik di dalam kumparan
apabila kumparan itu berada di dalam medan magnetik yang kuat medannya berubah-ubah
terhadap waktu.
Gambar 6.1
Induksi elektromagnetik pertama kali dipelajari dan ditemukan oleh Michael Faraday
pada tahun 1831. Induksi elektromagnetik atau imbas listrik merupakan pembangkitan
energi listrik dari medan magnet.
Induksi elektromagnetik terjadi pada suatu kumparan jika ada perubahan jumlah
garis gaya magnet yang dilingkupi setiap saat.
45
Penyimpangan jarum galvanometer ini menunjukkan bahwa di dalam kumparan
mengalir arus listrik. Arus listrik seperti ini disebut arus induksi. Arus listrik timbul karena
adanya perubahan jumlah garis gaya magnet, yang mengakibatkan pada ujung-ujung
kumparan timbul beda potensial. Beda potensial ini disebut gaya gerak listrik induksi (ggl
induksi).
Gambar 6.2
46
Gambar 6.3
Jadi, fluks ΦB dapat dianggap sebanding dengan jumlah garis yang melewati
kumparan. Besarnya fluks magnetik dinyatakan dalam satuan weber (Wb) yang setara
dengan tesla.meter2 (1Wb = 1 T.m2).
Dari definisi fluks tersebut, dapat dinyatakan bahwa jika fluks yang melalui loop
kawat penghantar dengan N lilitan berubah sebesar ΦB dalam waktu aktu Δt, maka besarnya
ggl induksi adalah:
∆ΦB
𝜀 = −𝑁
∆𝑡
Yang dikenal dengan Hukum Induksi Faraday, yang berbunyi:
“gaya gerak listrik (ggl) induksi yang timbul antara ujung-ujung suatu loop penghantar
berbanding lurus dengan laju perubahan fluks magnetik yang dilingkupi oleh loop
penghantar tersebut”.
Tanda negatif pada persamaan diatas menunjukkan arah ggl induksi. Apabila perubahan
fluks (ΔΦ) terjadi dalam waktu singkat (Δt → 0), maka ggl induksi menjadi:
∆ΦB
𝜀 = 𝑁 lim
∆𝑡→0 ∆𝑡
𝑑ΦB
𝜀=𝑁
𝑑𝑡
dengan:
ε = ggl induksi (volt)
N = banyaknya lilitan kumparan
ΔΦB = perubahan fluks magnetik (weber)
Δt = selang waktu (s)
47
Bunyi Hukum Lenz
Apabila ggl induksi dihubungkan dengan suatu rangkaian tertutup dengan hambatan
tertentu, maka mengalirlah arus listrik. Arus ini dinamakan dengan arus induksi. Arus
induksi dan ggl induksi hanya ada selama perubahan fluks magnetik terjadi.
Hukum Lenz menjelaskan mengenai arus induksi, yangberarti bahwa hukum tersebut
berlaku hanya kepada rangkaian penghantar yang tertutup. Hukum ini dinyatakan oleh
Heinrich Friedrich Lenz (1804 - 1865), yang sebenarnya merupakan suatu bentuk hukum
kekekalan energi. Hukum Lenz menyatakan bahwa:
“ggl induksi selalu membangkitkan arus yang medan magnetnya berlawanan dengan
asal perubahan fluks”.
Perubahan fluks akan menginduksi ggl yang menimbulkan arus di dalam kumparan, dan
arus induksi ini membangkitkan medan magnetnya sendiri.
Gambar 6.4
Gambar 6.4. menunjukkan penerapan Hukum Lenz pada arah arus induksi. Pada
Gambar 6.4a dan 6.4d, magnet diam sehingga tidak ada perubahan fluks magnetik yang
dilingkupi oleh kumparan. Pada Gambar 6.4b menunjukkan fluks magnetik utama yang
menembus kumparan dengan arah ke bawah akan bertambah pada saat kutub utara magnet
48
didekatkan kumparan. Arah induksi pada Gambar 6.4c, 6.4e, dan 6.4f, juga dapat diketahui
dengan menerapkan Hukum Lenz.
Contoh :
Fluks magnetik yang dilingkupi oleh suatu kumparan berkurang dari 0,5 Wb menjadi 0,1
Wb dalam waktu 5 sekon. Kumparan terdiri atas 200 lilitan dengan hambatan 4 Ω.
Berapakah kuat arus listrik yang mengalir melalui kumparan?
Penyelesaian:
Diketahui:
Φ1 = 0,5 Wb
Φ2 = 0,1 Wb
N = 200 lilitan
R = 4Ω
Δt = 5 sekon
Ditanya: I ... ?
Pembahasan :
Ggl induksi dihitung dengan persamaan:
∆ΦB
𝜀 = −𝑁
∆𝑡
(0,5 − 0,1) 0,4
= −200 = −200 = −16 𝑣𝑜𝑙𝑡
5 5
tanda (-) menyatakan reaksi atas perubahan fluks, yaitu fluks induksi berlawanan arah
dengan fluks magnetik utama. Arus yang mengalir melalui kumparan adalah:
I = ε/R = 16/4 = 4 A
49
dapat menimbulkan arus listrik (artinya magnet menimbulkan listrik) melalui eksperimen
yang sangat sederhana. Sebuah magnet yang digerakkan masuk dan keluar pada kumparan
dapat menghasilkan arus listrik pada kumparan itu. Galvanometer merupakan alat yang
dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya arus listrik yang mengalir. Ketika sebuah
magnet yang digerakkan masuk dan keluar pada kumparan (seperti kegiatan di atas), jarum
galvanometer menyimpang ke kanan dan ke kiri. Bergeraknya jarum galvanometer
menunjukkan bahwa magnet yang digerakkan keluar dan masuk pada kumparan
menimbulkan arus listrik. Arus listrik bisa terjadi jika pada ujung-ujung kumparan terdapat
GGL (gaya gerak listrik). GGL yang terjadi di ujung-ujung kumparan dinamakan GGL
induksi. Arus listrik hanya timbul pada saat magnet bergerak. Jika magnet diam di dalam
kumparan, di ujung kumparan tidak terjadi arus listrik.
50
magnet dalam kumparan disebut GGL induksi. Arus listrik yang ditimbulkan GGL induksi
disebut arus induksi.
Peristiwa timbulnya GGL induksi dan arus induksi akibat adanya perubahan jumlah
garis-garis gaya magnet disebut induksi elektromagnetik.
Perubahan induksi magnetik juga dapat menimbulkan ggl induksi pada luasan
bidang kumparan yang konstan, yang dinyatakan sebagai berikut:
𝑑ΦB 𝑑
𝜀 = −𝑁 = −𝑁 (𝐵𝐴 cos 𝜃)
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑B
𝜀 = −𝑁𝐴 cos 𝜃
𝑑𝑡
∆B
𝜀 = −𝑁𝐴 cos 𝜃
∆𝑡
𝐵2 − 𝐵1
𝜀 = −𝑁𝐴 cos 𝜃 ( )
𝑡2 − 𝑡1
51
Gambar 6.4
Garis gaya magnet akan bertambah jika magnet batang digerakkan mendekati kumparan.
Contoh :
Medan magnet 𝐵 = (5√2 sin 20𝑡 ) tesla menembus tegak lurus kumparan seluas 100 cm2
yang terdiri atas 50 lilitan dan hambatan kumparan 5Ω. Berapakah kuat arus induksi
maksimum yang timbul pada kumparan?
Penyelesaian :
Diketahui:
𝐵 = (5√2 sin 20𝑡 )
A = 100 cm2 = 10-2 m2
N= 50
R = 5Ω
Ditanya:
𝐼𝑚𝑎𝑘𝑠 = ... ?
Pembahasan :
𝑑B 𝑑
𝜀 = −𝑁𝐴 = (−50)(10−2 ) (5√2 sin 20𝑡) = −(50𝑥10−2 )(100√2) cos 20𝑡
𝑑𝑡 𝑑𝑡
= −(5𝑥10−1 )(100√2) cos 20𝑡 = −50 √2 cos 20𝑡
𝜀 bernilai maksimum, jika cos 20𝑡 = 1, sehingga
𝜀𝑚𝑎𝑘𝑠 = −50√2 volt, maka akan diperoleh :
𝜀𝑚𝑎𝑘𝑠 −50√2
𝐼𝑚𝑎𝑘𝑠 = = = 10√2 𝐴
𝑅 5
52
E. Generator Listrik
Generator (dinamo) merupakan alat yang prinsip kerjanya berdasarkan induksi
elektromagnetik. Alat ini pertama kali ditemukan oleh Michael Faraday. Generator adalah
mesin yang mengubah energi kinetik menjadi energi listrik. Energi kinetik pada generator
dapat juga diperoleh dari angin atau air terjun. Berdasarkan arus yang dihasilkan, generator
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu gerator AC (alternating current) dan generator
DC (direct current). Generator AC menghasilkan arus bolak-balik dan generator DC
menghasilkan arus searah. Baik arus bolak-balik maupun searah dapat digunakan untuk
penerangan dan alat-alat pemanas.
a. GENERATOR AC
Gambar 6.5
b. GENERATOR DC
53
Motor listrik DC merupakan perangkat elektromagnetis yang mengubah energi
listrik menjadi energi mekanik. Energi mekanik ini digunakan untuk, misalnya
memutar impeller pompa, fan atau blower, menggerakan kompresor, mengangkat
bahan,dll. Motor listrik digunakan juga di rumah (mixer, bor listrik, fan angin) dan di
industri. Motor listrik kadangkala disebut “kuda kerja” nya industri sebab diperkirakan
bahwa motor-motor menggunakan sekitar 70% beban listrik total di industri.
Motor DC memerlukan suplai tegangan yang searah pada kumparan medan untuk
diubah menjadi energi mekanik. Kumparan medan pada motor dc disebut stator (bagian yang
tidak berputar) dan kumparan jangkar disebut rotor (bagian yang berputar). Jika terjadi
putaran pada kumparan jangkar dalam pada medan magnet, maka akan timbul tegangan
(GGL) yang berubah-ubah arah pada setiap setengah putaran, sehingga merupakan tegangan
bolak-balik. Prinsip kerja dari arus searah adalah membalik phasa tegangan dari gelombang
yang mempunyai nilai positif dengan menggunakan komutator, dengan demikian arus yang
berbalik arah dengan kumparan jangkar yang berputar dalam medan magnet. Bentuk motor
paling sederhana memiliki kumparan satu lilitan yang bisa berputar bebas di antara kutub-
kutub magnet permanen.
Gambar 6.6
Catu tegangan dc dari baterai menuju ke lilitan melalui sikat yang menyentuh
komutator, dua segmen yang terhubung dengan dua ujung lilitan. Kumparan satu lilitan pada
gambar di atas disebut angker dinamo. Angker dinamo adalah sebutan untuk komponen yang
berputar di antara medan magnet.
54
Gambar 6.7
Prinsip kerja generator (dinamo) DC mirip dengan generator AC, kecuali pada cincin
komutator yang digunakannya.
Gambar 6.8
55
tegangan yang dihasilkan generator pembangkit listrik perlu dinaikkan mencapai ratusan
ribu volt. Untuk itu, diperlukan trafo step up. Tegangan tinggi ditransmisikan melalui kabel
jaringan listrik yang panjang menuju konsumen. Sebelum masuk ke rumah-rumah penduduk
tegangan diturunkan menggunakan trafo step down hingga menghasilkan 220 V. Transmisi
daya listrik jarak jauh dapat dilakukan dengan menggunakan tegangan besar dan arus yang
kecil. Dengan cara itu akan diperoleh beberapa keuntungan, yaitu energi yang hilang dalam
perjalanan dapat dikurangi dan kawat penghantar yang diperlukan dapat lebih kecil serta
harganya lebih murah.
Transformator banyak digunakan dalam teknik elektro. Dalam sistem komunikasi,
transformator digunakan pada rentang frekuensi audio sampai frekuensi radio dan video,
untuk berbagai keperluan. Dalam setiap peralatan yang dibuat dari rangkaian elektronika
selalu menggunakan trafo atau transformator. Yang dimaksud dengan trafo ini adalah alat
yang berbentuk gulungan kawat yang ber – fungsi untuk memindahkan tenaga dari input ke
output.
Trafo yang dipergunakan dalam rangkaian elektronika berbeda fungsi – nya dengan
trafo yang dipergunakan untuk teknik listrik. Pada trafo untuk keperluan rangkaian
elektronika biasanya berbentuk kecil dan dengan arus yang kecil pula, baik untuk trafo input
maupun trafo outputnya.Sedangkan kalau pada teknik listrik, meskipun bentuknya hampir
sama, namun berbeda fungsi, dalam arti memiliki tegangan arus yang tinggi. Tetapi dalam
bentuk skemanya sama saja, baik untuk trafo arus tinggi, arus rendah, arus sedang, trafo step
down.
Lambang untuk trafo dalam skema biasa disingkat Tr atau OT yang berarti output trafo
dan IT berarti input trafo. Jenis komponen ini bermacam-macam. Sesuai dengan fungsi
kegunaannya maka trafo terbagi ke dalam beberapa jenis :
56
Gambar 6.9
Trafo OT (Out Put) digunakan pada rangkaian penguat, receiver dan perangkat audio atau
audio visual.Trafo IF (frekuensi menengah) untuk penguat frekuensi menengah pada radio
penerima. Sistem distribusi ini berfungsi untuk penyalurkan tenaga listrik dari sumber daya
listrik besar ke konsumen.
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik besar dengan tegangan dari 11
kV sampai 24 kV, kemudain dinaikan tegangan nya oleh gardu induk dengan transformator
step up hingga tegangannya mencapai 70 kV ,154kV, 220kV atau 500kV yang kemudian
disalurkan melalui saluran transmisi.
Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya listrik pada saluran
transmisi,dimana dalam hal ini:
Dengan daya yang sama bila nilai tegangannya diperbesar, maka arus yang mengalir
semakin kecil sehingga kerugian daya juga akan kecil pula. kerugian daya adalah sebanding
dengan kuadrat arus yang mengalir (I kwadrat R).
57
Transformator (trafo) adalah alat yang digunakan untuk menaikkan atau menurunkan
tegangan bolak-balik (AC). Transformator terdiri dari 3 komponen pokok yaitu: kumparan
pertama (primer) yang bertindak sebagai input, kumparan kedua (skunder) yang bertindak
sebagai output, dan inti besi yang berfungsi untuk memperkuat medan magnet yang
dihasilkan.
Gambar 6.10
Prinsip kerja dari sebuah transformator adalah sebagai berikut. Ketika Kumparan
primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, perubahan arus listrik pada
kumparan primer menimbulkan medan magnet yang berubah. Medan magnet yang berubah
diperkuat oleh adanya inti besi dan dihantarkan inti besi ke kumparan sekunder, sehingga
pada ujung-ujung kumparan sekunder akan timbul ggl induksi. Efek ini dinamakan
induktansi timbal-balik (mutual inductance).
Pada skema transformator di bawah, ketika arus listrik dari sumber tegangan yang
mengalir pada kumparan primer berbalik arah (berubah polaritasnya) medan magnet yang
dihasilkan akan berubah arah sehingga arus listrik yang dihasilkan pada kumparan sekunder
akan berubah polaritasnya.
Gambar 6.11
Hubungan antara tegangan primer, jumlah lilitan primer, tegangan sekunder, dan jumlah
lilitan sekunder, dapat dinyatakan dalam persamaan:
58
𝑉𝑝 𝑁𝑝
=
𝑉𝑠 𝑁𝑠
Berdasarkan perbandingan antara jumlah lilitan primer dan jumlah lilitan skunder
transformator ada dua jenis yaitu:
59
G. Induktansi
Induksi Diri
Dalam sebuah rangkaian listrik yang di dalamnya terdapat sebuah kumparan, misalnya
rangkaian penyearah arus (adaptor) yang diperlengkapi dengan lampu indikator, apabila
dalam posisi on kemudian kita matikan, maka lampu indikator tidak langsung padam,
melainkan melalui redup dahulu baru kemudian padam. Coba perhatikan juga lampu pijar di
rumah yang tiba-tiba terjadi pemutusan/pemadaman listrik dari pusat pembangkit listriknya,
maka lampu pijar tersebut tidak langsung padam melainkan redup dahulu baru kemudian
padam. Hal ini terjadi karena timbulnya ggl induksi diri dari kumparan yang ada dalam
rangkaian listrik tersebut.
Dalam sebuah kumparan yang dialiri arus bolak-balik, yaitu arus listrik yang besarnya
selalu berubah-ubah maka akan menimbulkan fluks magnetik yang berubah-ubah terhadap
waktu. Perubahan fluks magnetik ini akan menginduksi kumparan dalam rangkaian itu
sendiri sehingga timbul ggl induksi. Ggl induksi yang terjadi karena adanya perubahan fluks
magnetik yang ditimbulkan oleh rangkaian itu sendiri disebut ggl induksi diri.
Gambar 6.12
Pada saat saklar ditutup maka pada kumparan P akan mengalir arus listrik yang
menyebabkan timbul perubahan fluks magnetik dari nol mencapai nilai tertentu. Sebaliknya
60
pada saat sakelar dibuka, arus listrik dalam rangkaian terputus, sehingga pada kumparan
kembali terjadi perubahan fluks magnetik dari nilai tertentu kembali menjadi nol. Menurut
hukum Lenz, timbulnya perubahan fluks magnetik akan menyebabkan timbulnya ggl induksi
yang arahnya selalu berlawanan yang menyebabkan terjadinya perubahan fluks magnetik.
Ggl induksi diri besarnya tergantung pada kecepatan perubahan kuat arus listrik yang terjadi,
arah arus induksi yang terjadi sedemikian rupa akan menimbulkan medan magnet yang
berlawanan dengan medan magnet yang menyebabkan timbulnya perubahan fluks magnetik.
Besarnya ggl induksi diri yang terjadi dapat dituliskan dalam persamaan :
𝑑𝑙
𝜀=𝐿
𝑑𝑡
dengan L adalah induktansi diri yang memiliki satuan Henry (H).
𝑑𝑙
Apabila perubahan kuat arus yang terjadi konstan, maka persamaan diatas dapat
𝑑𝑡
dinyatakan :
𝑑𝑙 𝐼2 − 𝐼1
𝜀 = −𝐿 = −𝐿 ( )
𝑑𝑡 𝑡2 − 𝑡1
dengan :
= ggl induksi diri (Volt)
L = induktansi diri (Henry)
I1 = kuat arus pada keadaan mula-mula (Ampere)
I2 = kuat arus pada keadaan akhir (Ampere)
Δt = selang waktu perubahan kuat arus (sekon)
Sehingga dari sini dapat untuk menyatakan definisi 1 Henry. Sebuah kumparan
memiliki induktansi diri sebesar satu henry apabila pada kumparan tersebut terjadi
perubahan arus sebesar 1 ampere tiap detiknya, maka pada ujung-ujung kumparan tersebut
timbul ggl induksi sebesar 1 volt.
61
Besarnya usaha total yang dikeluarkan oleh suatu sumber tegangan (ggl induksi diri ) dapat
dinyatakan W = 𝜀 I t, untuk energi sesaat dalam selang waktu dt dapat dituliskan :
dW = 𝜀 I dt
Besarnya energi yang tersimpan dalam kumparan sama dengan usaha yang dilakukan
untuk mengalirkan arus listrik dalam kumparan dari nilai nol sampai nilai tertentu yang tetap
sebesar I, dapat diperoleh dengan mengintegralkan persamaan tersebut sehingga diperoleh :
1 2
𝑤= 𝐿𝐼
2
dengan :
W = energi yang tersimpan dalam kumparan (Joule)
L = induktansi diri kumparan (Henry)
I = kuat arus yang mengalir dalam kumparan (Ampere)
I. Rangkaian RL
Rangkaian RL adalah rangkaian yang terdiri dari sebuah kumparan yang mempunyai
induksi diri yang dapat menjaga arus dari perubahan yang mendadak. Rangkaian RL adalah
rangkaian yang terdiri atas resistor dan induktor. Rangkaian tersebut mengubah arus menjadi
medan magnet yang disimpan dalam induktor. Untuk menghitung arus pada suatu waktu
dalam rangkaian tersebut, kita gunakan hukum Maxwell.
Gambar 6.13
Tanda kutub pada masing-masing komponen dan arah pengintegrasian
𝑑Φ𝐵
∮ 𝐸⃗ . 𝑑𝑠 = −
𝑑𝑡
𝑑𝑖
𝑖𝑅 − 𝑉0 = −𝐿
𝑑𝑡
𝑑𝑖
𝐿 + 𝑅𝑖 = 𝑉0
𝑑𝑡
62
Solusi dari persamaan diferensial tersebut adalah persamaan arus
𝑉0 −𝑅𝑡
𝑖(𝑡) = (1 − 𝑒 𝐿 )
𝑅
dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa setelah waktu yang cukup lama (t→∞) arus pada
rangkaian i=V0/R . Induktor yang terbuat dari konduktor ideal tidak memiliki medan listrik,
sehingga tidak memiliki tegangan.
𝑉 𝑉𝑚
𝐼= = sin 𝜔𝑡
𝑅 𝑅
𝑉𝑚
Dimana 𝐼𝑚 = , sehingga 𝑉𝑅 = 𝐼𝑚 𝑅 sin 𝜔𝑡
𝑅
Gambar 6.14
63
Vc = V = Vm sin ωt.
Gambar 6.15
𝑄
Dimana Vc adalah penurunan tegangan sasaat pada kapasitor. Karena 𝑉𝑐 = ,maka diperoleh
𝐶
:
𝑄 = 𝐶𝑉𝑚 sin ωt
Dengan menggunakan definisi kuat arus kita dapat memperoleh arus sesaat yang mengalir
lewat kapasitor sebagai
𝑑𝑄 𝜋
𝐼𝑐 = = 𝐶𝑉𝑚 ω sin ωt = 𝐶𝑉𝑚 ω sin(ωt+2 )
𝑑𝑡
𝑉𝑚
𝐼𝑚 = 𝑉𝑚 ωC =
𝑋𝑐
1
Dimana 𝑋𝑐 = 𝜔𝐶
𝑉 = 𝐼𝑚 𝑥𝐿 sin ωt
64
Gambar 6.16
Gambar 6.17
65
BAB VII
GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK
Deskripsi konseptual.
Hukum Gauss menerangkan bagaimana muatan listrik dapat menciptakan dan
mengubah medan listrik. Medan listrik cenderung untuk bergerak dari muatan positif ke
muatan negatif. Hukum Gauss adalah penjelasan utama mengapa muatan yang berbeda
jenis saling tarik-menarik, dan yang sama jenisnya tolak-menolak. Muatan-muatan
tersebut menciptakan medan listrik, yang ditanggapi oleh muatan lain melalui gaya
listrik
Hukum Gauss untuk magnetisme menyatakan tidak seperti listrik tidak ada partikel
"kutub utara" atau "kutub selatan". Kutub-kutub utara dan kutub-kutub selatan selalu
saling berpasangan.
Hukum induksi Faraday mendeskripsikan bagaimana mengubah medan magnet dapat
menciptakan medan listrik. Ini merupakan prinsip operasi banyak generator listrik. Gaya
mekanik (seperti yang ditimbulkan oleh air pada bendungan) memutar sebuah magnet
besar, dan perubahan medan magnet ini menciptakan medan listrik yang mendorong arus
listrik yang kemudian disalurkan melalui jala-jala listrik.
66
Gambar 7.1
Memori inti magnetik An Wang (1954) adalah penerapan Hukum Ampere. Tiap inti
magnetik merupakan satu bit
Hukum Ampere menyatakan bahwa medan magnet dapat ditimbulkan melalui dua cara:
yaitu lewat arus listrik (perumusan awal Hukum Ampere), dan dengan mengubah medan
listrik (tambahan Maxwell).
Koreksi Maxwell terhadap Hukum Ampere cukup penting: dengan demikian, hukum
ini menyatakan bahwa perubahan medan listrik dapat menimbulkan medan magnet, dan
sebaliknya. Dengan demikian, meskipun tidak ada muatan listrik atau arus listrik, masih
dimungkinkann buat memiliki gelombang osilasi medan magnet dan medan listrik yang
stabil dan dapat menjalar terus-menerus. Keempat persamaan Maxwell ini mendeskripsikan
gelombang ini secara kuantitatif, dan lebih lanjut lagi meramalkan bahwa gelombang ini
mestilah memiliki laju tertentu yang universal. Laju ini dapat dihitung cukup dari dua
konstanta fisika yang dapat diukur (konstanta elektrik dan konstanta magnetik)
Laju yang dihitung untuk radiasi elektromagnetik tepat sama dengan laju cahaya.
Cahaya memang merupakan salah satu bentuk radiasi elektromagnetik (seperti juga sinar
X, gelombang radio dan lain-lainnya). Dengan demikian, Maxwell memadukan dua bidang
yang sebelumnya terpisah,elektromagnetisme dan optika.
67
keuntungan teoretis dibandingkan SI [1]),satuan Lorentz-Heaviside (biasa digunakan
dalam fisika partikel) dan satuan Planck (digunakan dalam fisika teori).
Ada dua perumusan umum persamaan Maxwell, yang dibeberkan di bawah. Kedua-
duanya ekivalen. Perumusan pertama memisahkan muatan terikat dan arus terikat (yang
muncul dalam konteks dielektrik dan/atau bahan magnet) dari muatan bebas dan arus bebas.
Pemisahan ini berguna untuk perhitungan yang melibatkan bahan dielektrik dan magnet.
Perumusan kedua memperlakukan semua muatan secara setara, menggabungkan baik
muatan bebas dan terikat ke dalam muatan total (dan hal yang sama juga berlaku untuk arus).
Ini adalah pendekatan yang lebih mendasar atau mikroskopis, dan terutama berguna bila
tidak ada bahan dielektrik atau magnet.
Hukum Gauss:
Persamaan Maxwell-Faraday
(Hukum induksi Faraday):
Hukum Ampere
(dengan koreksi Maxwell):
68
Table 2: Perumusan dalam muatan dan arus total.
Hukum Gauss:
Persamaan
Maxwell-Faraday
(Hukum induksi
Faraday):
Hukum Ampere
(dengan koreksi
Maxwell):
operator divergensi
per meter (akibat penerapan
operator)
operator curl
69
volt per meter atau (ekivalen),
medan listrik
newton per coulomb
medan magnet
tesla, atau (ekivalen),
juga disebut sebagai induksi magnet
weber per meter kuadrat
juga disebut sebagai kuat medan magnet
volt•detik per meter kuadrat
juga disebut sebagai rapat fluks magnet
H
juga disebut sebagai medan magnet bantu
(auxiliary magnetic field) ampere per meter
juga disebut sebagai intensitas medan magnet
juga disebut sebagai medan magnet
70
fluks medan magnet pada permukaan Gauss
joule-meter per coulomb
tertutup S
rapat arus bebas (tidak termasuk arus terikat) ampere per meter kuadrat
rapat arus (termasuk arus bebas dan terikat) ampere per meter kuadrat
71
arus listrik bebas netto yang melewati
Ampere
permukaan S (tidak termasuk arus terikat)
72
C. Pembuatan Gelombang Elektromagnetik
Penemuan gelombang elektromagnetik telah membawa umat manusia pada dunia
baru bidang komunikasi. Diawali dengan penemuan telegraf tanpa kawat, kemudian radio
dan televisi. Prediksi teoritis mengenai gelombang elektromagnetik merupakan hasil karya
fisikawan Skotlandia, James Clerk Maxwell (1831-1879) yang telah menyatukan seluruh
fenomena kelistrikan dan kemagnetan. Lalu bagaimana gelombang elektromagnetik
dihasilkan?
Bayangkanlah dua batang penghantar yang berfungsi sebagai sebuah ‘antena’.
Andaikan kedua batang itu dihubungkan oleh sebuah saklar pada sebuah baterai. Setelah
saklar ditutup, batang atas bermuatan positif dan batang bawah bermuatan negatif. Medan
listrik kan terbentuk seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 7.2
Sementara muatan mengalir, muncul arus, yang arahnya ditunjukkan oleh anak
panah. Oleh karena itu disekitar antena akan muncul medan magnet. Jika baterai pada
rangkaian diganti dengan sumber AC maka seperti diperlihatkan pada gambar 7.3a, pada
antena dan disekitar antena terbentuk medan listrik serta medan magnet.
Namun, setelah arah ggl generator AC berubah, sperti pada gambar 7.3b; arus menjadi
terbalik dan medan magnet baru memiliki arah yang berlawanan. Karena medan yang baru
telah berubah arah, garis-garis yang lama akan terlipatke belakang untuk membuat
sambungan dengan garis-garis yang baru dan akan terbentuk loop tertutup seperti terlihat
pada gambar.
73
Gambar 7.3
Medan-medan yang lama, tidak hilang secara tiba-tiba; mereka edang dalam
perjalanan ke tempat-tempat yang jauh. Kombinasi perubahan medan magnet dan medan
listrik yang bergerak keluar ini saling membangun, tidak lagi bergantung pada antena.
Medan-medan yang berada di dekat antena, dinamakan medan dekat sedangkan medan-
medan yang jauh dari antena disebut medan radiasi. Garis-garis medan listrik membentuk
loop seperti terlihat pada gambar. Begitu pula garis-garis medan magnet membentuk loop,
tetapi tidak terlihat karena mereka tegak lurus terhadap bidang gambar. Walaupun garis-
garis yang diperlihatkan berada di sebelah kanan sumber, namun sebenarnya medan juga
menjalar ke arah lain.
Jika ggl sumber berubah secara sinusoidal, maka kuat medan magnet dan medan
listrik pada medan radiasi juga akan berubah secara sinusoidal.
Gambar 7.4
74
Gambar 7.4: medan magnet (B) dan medan listrik (E) tegak lurus satu sama lain dan
tegak lurus terhadap arah hambatan. Kita menyebut gelombang yang terbentuk adalah
Gelombang Elektromagnetik(GEM).
D. Laju Cahaya
Percobaan Michelson-Morley mengungkap sifat cahaya merupakan percobaan yang
sangat penting dalam kajian ilmu fisika. Percobaan Michelson-Morley ini dilakukan untuk
mengungkap perilaku dari cahaya. Ada banyak implikasi dari percobaan ini, diantaranya
ialah untuk membuktikan bahwa ternyata keberadaan eter, zat alir medium cahaya tidak
terbukti kebenarannya, lihat selengkapnya dalam tulisan Albert Abraham Michelson
Menggugat Eter.
76
Gambar 7.5
Dari Gambar 7.5. dapat ditentukan bahwa volume V = Sl, di mana S adalah luas
permukaan melalui mana gelombang merambat, dan l adalah jarak yang ditempuh
gelombang dalam selang waktu t, sehingga l = vt, dengan v menyatakan laju gelombang.
Sehingga diperoleh:
m = ρ .V = ρ .S.l = ρ .S.v.t,
maka:
Dari persamaan (3) terlihat bahwa energi yang dibawa gelombang sebanding dengan
kuadrat amplitudo. Energi yang dipindahkan gelombang biasanya dinyatakan dalam
intensitas gelombang. Intensitas gelombang (I) didefinisikan sebagai daya gelombang yang
dibawa melalui bidang seluas satu satuan yang tegak lurus terhadap aliran energi. Sehingga,
intensitas gelombang dapat dinyatakan sebagai berikut:
I = P/S .................................................................... (4)
Dengan P adalah daya yang dibawa, yang besarnya adalah:
P = E/t = 2π2ρSvf 2A2 ........................................... (5)
Sehingga, intensitas gelombang pada persamaan (4) adalah:
77
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com/image
www.wikipedia.org /
78