Anda di halaman 1dari 17

PEMETAAN INFRASTRUKTUR JALAN PADA SENTRA PRODUKSI

PERTANIAN DI WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

1
Lisa Astria Milasari & 2Mulyadi
1&2
Dosen Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik
Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
Email : lisaastria71@gmail.com

ABSTRAK

Dalam upaya peningkatan perekonomian wilayah, maka Kabupaten Kutai


Kartanegara saat ini mengembangkan sektor pertanian yang merupakan sebagai
leading sektor wilayah. Tujuan penelitian ini menghasilkan penyebaran
infrastrukur jalan pada sentra produksi pertanian pada salah satu sub sektor
pertanian yakni perkebunan. Metode penelitian yang digunakan yaitu model
ekonometeri dengan analisis regresi berganda, dengan variabel dependen yang
digunakan adalah infrastruktur jalan, sedangkan variabel independen adalah
ketersediaan lahan, luas lahan, tenaga kerja petani produktivitas, pemasaran,
kondisi jalan, dan panjang jalan. Dari hasil pembahasan pada penelitian ini adalah
bahwa tanaman kelapa sawit sebagai komoditas unggulan di Kabupaten Kutai
Kartanegara dengan di dominasi oleh Kecamatan Batu Engau dengan luas areal
53.851 hektar, terendah di Kecamatan Muara Komam dengan luas areal 542,00
hektar. Luas perkebunan kelapa sawit yang diterbitkan oleh surat Hak Guna
Usaha Perkebunan oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara mencapai
75.975 hektar terdiri dari perkebunan kelapa sawit sebanyak 20.534 hektar di
Kecamatan Tanjung Harapan. Untuk komoditas karet kakao sebanyak 8.382
hektar dan komoditasnya lainnya sebanyak 27.998 hektar. Hubungan konektivitas
infrastruktur jalan dengan sentra produksi bersifat tidak menyeluruh, hal ini
ditentukan oleh adanya infrastruktur lain seperti infrastruktur komunikasi,
kelistrikan dan pelayanan transportasi. Kebijakan pembangunan infrastruktur
didasarkan pada keterkaitan dengan manajemen infrastruktur, penataan
infrastruktur dan integrasi baik dalam kegiatan ekonomi lokal maupun potensi.

Kata Kunci : infrastruktur jalan, sentra produksi, pertanian

ABSTRACT

In an effort to improve the regional economy, Kutai Kartanegara Regency is


currently developing the agricultural sector, which is the leading regional sector.
The purpose of this research is to produce the distribution of road infrastructure
in agricultural production centers in one of the agricultural sub-sectors, namely
plantations. The research method used is an econometric model with multiple
regression analysis, with the dependent variable used is road infrastructure,

25
while the independent variables are land availability, land area, farmer labor
productivity, marketing, road conditions, and road length. The results of the
discussion in this study show that oil palm as a leading commodity in Kutai
Kartanegara Regency is dominated by Batu Engau District with an area of
53,851 hectares, the lowest is in Muara Komam District with an area of 542.00
hectares. The area of oil palm plantations issued by the Plantation Business
Rights Certificate by the Kutai Kartanegara Regency Government reaches 75,975
hectares consisting of 20,534 hectares of oil palm plantations in Tanjung
Harapan District. For cocoa rubber as much as 8,382 hectares and other
commodities as much as 27,998 hectares. The relationship between road
infrastructure connectivity and production centers is not comprehensive. This is
determined by the presence of other infrastructure such as communication
infrastructure, electricity and transportation services. Infrastructure development
policies are based on linkages with infrastructure management, infrastructure
arrangement and integration in both local and potential economic activities.

Keywords: road infrastructure, production centers, agriculture

PENDAHULUAN ekonomi. Menurut Tarigan


Pembangunan wilayah merupakan (2006:29), nenunjukkan bahwa
pelaksanaan pembangunan nasional kegiatan ekonomi dikelompokkan
di wilayah yang disesuaikan dengan atas kegiatan basis dan kegiatan non
kemampuan fisik dari wilayah basis. Kegiatan basis adalah kegiatan
tersebut. Definisi wilayah itu sendiri yang bersifat exogenous artinya tidak
terbagi menjadi dua pengelompokan terikat pada kondisi internal
yaitu wilayah formal dan wilayah perekonomian wilayah dan sekaligus
fungsional. Wilayah formal berfungsi mendorong tumbuhnya
didasarkan pada persamaan fisik jenis pekerjaan lainnya.
seperti topografi, iklim, jenis tanah, Itulah sebabnya dikatakan basis,
geologi dan vegetasi, sedangkan sedangkan kegiatan non basis adalah
wilayah fungsional dalam kriteria kegiatan yang bersifat endogenous
tertentu berkaitan dengan kota besar, artinya pertumbuhannya tergantung
kota kecil dan desa yang saling kepada kondisi perekonomian
terkait. Dalam teori basis eknomi wilayah secara keseluruhan sehingga
mendasarkan pandangannya bahwa kegiatan non basis sering disebut
laju pertumbuhan ekonomi suatu dengan pekerjaan (service) yaitu
wilayah ditentukan oleh besarnya kegiatan untuk memenuhi kebutuhan
peningkatan ekspor dari wilayah masyarakat di daerah itu sendiri
tersebut. (Tarigan, 2006:29). Selain itu
Pembangunan industri-industri pembangunan infrastruktur
akan menciptakan kawasan yang mempengaruhi proses penting dalam
modern dalam kegiatan ekonomi pengembangan suatu wilayah
dengan kehidupan agraris dan perkotaan, infrastruktur merupakan
ditunjang pembangunan infrastruktur bentuk fisik yang di pergunakan
dan fasilitas-fasilitas sosial maupun sebagai memenuhi kebutuhan

26
masyarakat umum. Dalam jangka 35.192,5 hektar, terdiri dari
panjang pembangunan infrastruktur 30.618,50 hektar lahan panen padi
dapat mendukung peningkatan sawah dan 4.574 hektar lahan
produktivitas sentra produksi sektor pertanian bukan sawah (padi ladang).
pertanian, pengentasan kemiskinan, Selama tahun 2019, produksi padi
dan peningkatan mobilitas barang sawah di Kabupaten Kutai
dan jasa. Kartanegara sebesar 138.885,52 ton
Menurut Peraturan Daerah Provisi sehingga angka produktivitas
Kalimantan Timur Nomor 15 Tahun mencapai 45,36 persen. Sementara di
2008 tentang Rencana Pembangunan sektor padi ladang, produksi sebesar
Jangka Panjang Daerah Provinsi 171.317,82 ton sehingga
Kalimantan Timur Tahun 2005- produktivitas selama tahun 2019
2025, menunjukkan bahwa sebesar 37,45 persen.
pengembangan ekonomi Provinsi Berdasarkan latar belakang diatas,
Kalimantan Timur diarahkan pada dapat ditarik beberapa permasalahan
sektor pertanian, perkebunan, yang berkaitan dengan potensi
perikanan dan industri pengolahan ekonomi sektor pertanian yakni
sebagai sektor unggulan yang jumlah produksi komoditas fluktuatif
mengandalkan kemampuan sumber dan cenderung tidak stabil. Maka,
daya manusia; penggunaan sumber tujuan penelitian ini yaitu
daya yang dapat diperbaharui; mengidentifikasi karakteristik
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan pertanian dan mengetahui
teknologi di bidang produksi, konektivitas terkait infrastruktur
pengolahan, informasi dan jalan terhadap sektor pertanian di
transportasi; penguatan keterkaitan Kabupaten Kutai Kartanegara.
mata rantai industri hulu dan industri
hilir dalam satu kesatuan struktur TINJAUAN PUSTAKA
ekonomi yang mapan; serta Sistem infrastruktur dengan tata
pemanfaatan keunggulan komparatif
ruang wilayah berkaitan erat dengan
dan keunggulan kompetitif yang
menghasilkan produksi bersih dan sistem sosial ekonominya, sehingga
berkelanjutan. kinerja sistem transportasi akan
Salah satunya pada Kabupaten mempengaruhi bagaimana
Kutai Kartanegara yang diarahkan perkembangan dan perubahan
pada peningkatan produktivitas perikehidupan sosial ekonomi pada
pertanian perkebunan, peningkatan populasinya, demikian pula
nilai tambah dan pengembangan sebaliknya.
pasar komoditi, serta peningkatan Sebagai negara agraris, sektor
pelayanan infrastruktur di kawasan pertanian merupakan sektor yang
sentra produksi seperti pada fungsi memiliki kontribusi besar dalam
jaringan irigasi, pengembangan perekonomian, kemampuan sektor
listrik dan jalan produksi.
pertanian sebagai penyumbang
Berdasarkan Badan Pusat Statistik
APBN dan APBD, merupakan salah
Kabupaten Kutai Kartanegara
(2019), luas lahan pertanian satu kekuatan sektor pertanian dalam
Kabupaten Kutai Kartanegara adalah perekonomian nasional.

27
Menurut Soemarno (2003), agribisnis agar mampu menjadi
kedudukan pertanian dalam sektor andalan dalam pembangunan
pembangunan ekonomi daerah nasional (Deptan, 2003; Hanani AR,
sangat nyata apabila dilihat dari dkk, 2003).
proporsinya terhadap pendapatan Pengembangan sentra produksi
regional. Selain kontribusinya selain untuk menjawab permasalahan
melalui PDRB, peran pertanian pembangunan, juga diarahkan untuk
dalam pembangunan dapat dilihat tujuan pembangunan yang lebih
dari beberapa indikator, yaitu umum, yaitu untuk terciptanya suatu
kemampuan sektor pertanian dalam pembangunan yang berlanjut
menyerap tenaga kerja dalam jumlah (sustainable development). Menurut
yang besar, kemampuan sektor Soemarno (1996), ada tiga aspek
pertanian sebagai sumber bahan yang perlu diperhatikan dalam usaha
pangan pokok masyarakat, mewujudkan tujuan tersebut, yaitu :
kemampuan komoditas pertanian biofisik/ lingkungan, ekonomi dan
sebagai penentu stabilitas harga, sosial. Aspek lingkungan hidup
kemampuan sektor pertanian dalam sangat penting untuk diperhatikan
mendorong ekspor serta mengurangi karena selain merupakan sumberdaya
impor, kemampuan komoditas pembangunan juga merupakan faktor
pertanian sebagai bahan baku sektor penentu tingkat kesejahteraan
industri, serta tingginya nilai manusia.
keterkaitan sektoral baik keterkaitan Laju pertumbuhan ekonomi yang
ke belakang (backward linkages) dan tinggi menjadi tidak berarti jika tidak
keterkaitan ke depan (forward disertai dengan pemeliharaan
linkages). lingkungan hidup, karena secara
Pembangunan pertanian harus langsung maupun tidak langsung
mampu mengantisipasi tantangan lingkungan yang tercemar akan
globalisasi, serta diarahkan untuk mengurangi atau bahkan menutupi
mewujudkan masyarakat sejahtera hasil-hasil pembangunan di bidang
khususnya petani sebagai pelaku ekonomi. Penggunaan sumberdaya
aktif pembangunan melalui alam yang berlebihan tanpa
pembangunan pembangunan sistem memperhatikan kemampuan alam
pertanian dan usaha pertanian yang untuk memperbaharui dirinya, pada
mapan. Hal tersebut sesuai dengan saatnya nanti juga akan
program pembangunan pertanian menghentikan pembangunan itu
pada tahun 2001 – 2004 yang sendiri karena tidak ada lagi
merupakan fasilitas untuk sumberdaya alam yang dapat
mendorong terbentuknya sistem digunakan.
pertanian yang berdaya saing, Dari kedua aspek tersebut, bahwa
berkerakyatan, berkelanjutan dan aspek sosial yang langsung
desentralistik. Program berhubungan dengan sumberdaya
pembangunan pertanian tersebut manusia. Kegiatan pembangunan
diarahkan pada pada sektor yang dilihat dari aspek sosial ini

28
diarahkan agar menyiapkan Menurut peranan pelayanan jasa
masyarakat untuk melaksanakan distribusinya, sistem jaringan jalan
tahapan pembangunan berikutnya terdiri dari sistem jaringan jalan
melalui ketenagakerjaan pada sektor primer dan sistem jaringan sekunder.
pertanian. Hal ini berpengaruh pada kualitas
Menurut teori pembangunan jalan, berkaitan dengan kondisi jalan
ekonomi daerah pada teori Rostow dan permukaan jalan. Kualitas jalan
(1987), mengatakan bahwa dalam yang baik memberikan kemudahan
suatu proses pembangunan ekonomi akomodasi transportasi pada sentra
atau proses transformasi yang terjadi produksi pertanian.
pada masyarakat tradisional menjadi Secara lebih rinci penyediaan
masyarakat modern adalah proses infrastruktur terhadap pembangunan
dimana terjadinya multidimensional. ekonomi adalah sebagai berikut : (1)
Selain itu terdapat lima tahapan mempercepat dan menyediakan
dalam pembangunan ekonomi yaitu barang-barang yang dibutuhkan, (2)
tahap masyarakat tradisional, tahap tersedianya infrastruktur akan
persyaratan tinggal landas, tahap memungkinkan tersedianya barang-
tinggal landas, tahap menuju barang kebutuhan masyarakat
kedewasaan, dan tahap masa dengan biaya lebih murah, (3)
konsumsi tinggi. infrastruktur yang baik dapat
Dengan pandangan teori pada memperlancar transportasi yang pada
pembangunan ekonomi melalui gilirannya merangsang adanya
adanya peningkatan investasi stabilitasasi dan mengurangi
menentukan pertumbuhan ekonomi disparitas harga antar daerah, (4)
pada sisi supply. Pada dasarnya infrastruktur yang memperlancar jasa
perencanaan pembangunan ekonomi transportasi menyebabkan hasil
daerah dapat diperbaiki dengan produksi daerah dapat diangkut dan
penggunaan sumberdaya publik yang dijual kepasar (Basri, 2002)
ada di daerah serta memperbaiki
kapasitas nilai sumberdaya. METODE PENELITIAN
Menurut Undang-Undang RI Jenis penelitian yang dilakukan
Nomor 38 Tahun 2004 tentang jalan, ini yaitu penelitian kepustakaan,
disebutkan bahwa jalan mempunyai yang dilaksanakan dengan
peranan penting dalam bidang menggunakan literature
ekonomi, sosial budaya, lingkungan (kepustakaan), baik berupa buku,
catatan, maupun laporan hasil
hidup, politik, pertahanan dan
penelitian terdahulu. Penelitian ini
keamanan serta dipergunakan untuk
menggali data yang bersumber dari
sebesar-besar kemakmuran rakyat. data instansi dengan lokasi penelitian
Keberadaan infrastruktur jalan yang di Kabupaten Kutai Kartanegara.
baik dan lancer memiliki peranan Penggunaan softwere ArcGis 10.2
penting dalam pergerakan komoditas sebagai alat bantu memudahkan
sektor pertanian yang dapat dalam proses penyajian dan
meningkatkan ekonomi masyarakat.

29
pengolahan pemetaan pada penelitian produktivitas akan meningkatkan
ini. harga.
Biaya transportasi pada komoditas Konektivitas infrastruktur jalan
pertanian tentunya ditentukan oleh tentunya akan ditentukan oleh
seberapa baik aliran komoditas kualitas dan kuantitas jalan dengan
tersebut. Aliran komoditas pertanian aktivitas produktivitas sentra
baik dari segi kuantitas maupun produksi perkebunan.
kualitas infrastruktur terkait dengan Pada penelitian ini, ketersediaan
aktivitas pemasaran komoditas baik lahan dan luas lahan pada kegiatan
ke luar maupun dalam Kabupaten perkebunan berpengaruh pada
Kutai Kartanegara, maka untuk kinerja dari sebuah kegiatan.
variabel penelitian yang digunakan
ada dua jenis variabel penelitian, HASIL DAN PEMBAHASAN
yaitu variabel terikat (dependent Provinsi Kalimantan Timur
variabel) dan variabel bebas memiliki potensi lahan pertanian
(independent variabel). tanaman pangan dan hortikultura
Variabel dependen merupakan seluas 94.410 hektar sawah yang
variabel yang dipengaruhi atau yang terdiri dari 13.619 hektar sawah
menjadi akibat, maka dalam irigasi dan 80.792 hektar sawah
penelitian ini yang digunakan adalah tanpa irigasi. Di tahun 2017, luas
infrastruktur jalan, sedangkan panen tanaman padi di Provinsi
variable independen yang digunakan Kalimantan Timur seluas 71.403
adalah ketersediaan lahan, luas hektar untuk padi sawah dan 22.912
lahan, tenaga kerja petani hektar untuk padi lading. Sementara
produktivitas, pemasaran, kondisi pada jenis tanaman jagung memiliki
jalan, dan panjang jalan. Penggunaan luas 11.140 hektar dan tanaman
metode dilakukan dengan kedelai seluar 808 hektar. Kabupaten
menggunakan model regresi Kutai Kartanegara merupakan salah
berganda pada model ekonometri, satu Kabupaten di Provinsi
dengan demikian, Kalimantan Timur, yang memiliki
luas wilayah 27.263,10 km2. Secara
Y i=β 0 + β 1 X 1 i+ β 2 X 2 i +…+e i geografis Kabupaten Kutai
Kartanegara terletak antara
Dimana Y adalah variabel dependen, 115o26’28”BT-117o36’43”BT dan
X1 dan X2 adalah variabel 1o28’21”LU-1o08’06”LS dengan
independent dan ei adalah residual. batasan wilayah yaitu (a) sebelah
Subskrip i menunjukkan observasi ke utara berbatasan dengan Kabupaten
i untuk data cross section dan jika Malinau, (b) sebelah timur
gunakan data time series biasanya berbatasan dengan Kabupaten Kutai
subskrip t yang menunjukkan waktu. Timur dan Selat Makassar, (c)
Persamaan diatas menunjukkan sebelah selatan berbatasan dengan
bahwa peningkatan pada konektivitas Kabupaten Paser dan Kota
infrastruktur jalan akan Balikpapan, (d) sebelah barat
meningkatkan harga komoditas berbatasan dengan Kabupaten Kutai
sedangkan pada peningkatan Barat. Secara administratif, terbagi

30
dalam 18 (delapan belas) Kecamatan hasil produksi mengalami kenaikan
dengan 193 desa dan 52 kelurahan. sebesar 0,38 persen yang mencapai
Untuk pertumbuhan penduduk 1.987.340,35 ton dibandingkan pada
Kabupaten Kutai Kartanegara tahun sebelumnya yakni tahun 2018
mencapai 692.776 jiwa dengan mencapai 1.979.831,30 ton.
kepadatan penduduk rata-rata 25 Adapun jenis tanaman
jiwa/km2. perkebunan lainnya yang menjadi
Berdasarkan hasil survey pada produk unggulan di Kabupaten Kutai
penelitian yaitu, Kabupaten Kutai Kartanegara adalah tanaman karet,
Kartanegara mempunyai produk kelapa, kopi, lada, kakao dan
unggulan yakni tanaman kelapa lainnya. Pada tahun 2020 tanaman
sawit dan karet. Pada tahun 2020, karet di Kabupaten Kutai
untuk tanaman kelapa sawit dengan Kartanegara memiliki luas areal
luas seluruh areal perkebunan 13.843,00 hektar yang tersebar di
mencapai 183.575,12 hektar. Sampai seluruh Kecamatan, dan mengalami
dengan tahun 2020, produk unggulan kenaikan dibandingkan tahun
sektor perkebunan di Kabupaten sebelumnya, seperti tampak pada
Kutai Kartanegara masih dikuasai Tabel 1.
oleh tanaman kelapa sawit dengan

Tabel 1. Luas Areal Tanaman Perkebunan Menurut Kecamatan


dan Jenis Tanaman di Kabupaten Kutai Kartanegara (Ha)
N Kecamat Kelapa Kelap Kaka Lad Lainn
Karet Kopi
o an Sawit a o a ya
1 Batu 3.657,00 67,00 1.204,0 58,00 1,00 - 10,00
Sopang 0
2 Muara 12.252,0 14,00 525,00 101,0 24,00 1,00 12,00
Samu 0 0
3 Batu 53.851,0 379,00 1.620,0 73,00 2,00 10,0 64,00
Engau 0 0 0
4 Tanjung 7.481,00 252,00 172,00 30,00 - 3,00 16,00
Harapan
5 Pasir 27.716,4 142,00 776,00 12,00 5,00 5,00 48,00
Belengko 2
ng
6 Tanah 1542,00 735,00 309,00 38,00 2,00 4,50 16,75
Grogot
7 Kuaro 23.737,8 95,00 1.063,0 244,3 30,50 17,0 10,50
3 0 0 0
8 Long Ikis 28.308,6 80,00 68,00 45,00 20,00 6,00 7,00
2
9 Muara 542,00 13,00 5.280,0 75,00 - 41,0 8,50
Komam 0 0
1 Long Kali 24.127,2 665,50 2.826 200,0 40,50 9,50 16,75
0 5 0
Jumlah 183.575, 2.442, 13.843, 876,3 125,0 97,0 209,50

31
N Kecamat Kelapa Kelap Kaka Lad Lainn
Karet Kopi
o an Sawit a o a ya
12 50 00 0 0 0
Sumber : BPS Kabupaten Kutai Kartanegara 2020

Berdasarkan pada tabel 1 diatas Pengembangan sentra produksi


menunjukkan, bahwa tanaman pertanian akan menimbulkan potensi
kelapa sawit sebagai komoditas penambahan volume, pengurangan
unggulan di Kabupaten Kutai kapasitas jalan, kemacetan serta
Kartanegara dengan di dominasi oleh polusi terhadap lingkungan.
Kecamatan Batu Engau dengan luas Kebutuhan akan pergerakan
areal 53.851 hektar, terendah di komoditas dan hasil produksi
Kecamatan Muara Komam dengan pertanian akan menciptakan
luas areal 542,00 hektar. Luas pemerataan disekitar wilayah
perkebunan kelapa sawit yang pembangunan ekonomi. Selain itu
diterbitkan oleh surat Hak Guna didukung adanya kegiatan
Usaha Perkebunan oleh Pemerintah perkebunan yang dilakukan, dengan
Kabupaten Kutai Kartanegara mengandalkan tenaga kerja dari
mencapai 75.975 hektar terdiri dari masyarakat dalam Kabupaten.
perkebunan kelapa sawit sebanyak Berikut Tabel. 2 daftar kegiatan
20.534 hektar di Kecamatan Tanjung perkebunan di Kabupaten Kutai
Harapan. Sementara itu, untuk Kartanegara sesuai dengan hak guna
komoditas karet kakao sebanyak usaha.
8.382 hektar dan komoditasnya
lainnya sebanyak 27.998 hektar.

Tabel 2. Kegiatan Perkebunan di Kabupaten Kutai Kartanegara


Menurut Hak Guna Usaha (HGU), satuan hektar (Ha)
No Kecamatan Desa Komoditas Luas sk Luas*
1 Batu Engau Lomu Sawit 2.419 7.205
Penguren
2 Pasir Laburan Sawit 6.238 6.293
Belengkong
3 Long ikis Perkebunan 7.248 7.096
4 Long Kali Bente Tualan, Sawit 7.169 7.169
Mendik
5 Batu Sopang Karet dan 4.152 4.191
kakao
6 Batu Engau Langgai Sawit 1.931 1.931
7 Tanjung aru Lomu, Sawit 843
Segendang
8 Long Kali Bente Tualan, Sawit 2.244 2.244
Mendik
9 Long Kali Longkali Sawit 11.255 11.255

32
No Kecamatan Desa Komoditas Luas sk Luas*
10 Batu Engau Segendang Sawit 8.234 8.244
11 Kutai Laburan, Sawit 4.953 4.929
Kartanegara Muara Pasir
Belengkong, Prepat
Tanah Grogot
12 Long Ikis Belimbing Sawit 1.249 1.249
13 Longkali Munggu, Sawit 854
Mendik 4,
Mendik 5
14 Tanjungaru petangis,langg Sawit 20.534 23.337
ai
15 Longkali Mendik, 2.785
Longkali
16 Batu Engau Kerang, Sawit 4.230 4.230
Kerang Dayo
17 Batu Engau Kerang Dayo Sawit 5.425 3.894
dan Kerang
18 Tanjungaru Keladen,Segen Karet dan 4.230 5.329
dang Kakao
19 Tanjungaru Kerang,Mengk Perkebunan 16.404 18.696
udu,Riwang,Te
mpakan
20 Kuaro Kuaro Sawit 94 93
21 Penajam Gersik, Perkebunan 4.346 4.704
Jenebora,Mari
dan, Pantai
Lango, Riko,
Sepan
Jumlah 108.203 126.574
Sumber: Data HGU, Bappeda 2020

Berdasarkan tabel 2 diatas, diantaranya bahan bakar, bahan


menunjukkan total luas lahan minyak goreng, sabun dan lainnya.
berdasarkan SK. Hak Guna Usaha Selain didukung adanya lokasi
dari kegiatan perkebunan di pabrik minyak sawit saat ini di
Kabupaten Kutai Kartanegara adalah Kabupaten Kutai Kartanegara yang
108.203 hektar. Selain itu, adanya 27 berada di Kecamatan Pasir
pabrik minyak sawit di Kabupaten Blengkong, Kecamatan Kuaro,
Kutai Kertanegara yang saat ini Kecamatan Long Ikis, Kecamatan
masih berkembang pesat sebagai Batu Engau, dan Kecamatan Long
salah satu bentuk kemitraan dan mata Kali memberikan pengaruh pada
pencaharian dari petani sawit. kebutuhan infrastruktur di Kabupaten
Komoditas tanaman Kelapa Sawit Kutai Kartanegara.
yang memiliki berbagai manfaat Berikut

33
Tabel 3. Lokasi Pabrik Minyak Sawit di Kab. Kutai Kartanegara
N Nama Pabrik Desa Kecamatan
o
1 PT. Karya Teknik Plantation Sumber Sari Sebulu
2 PT. Sawit Unggul Agro Niaga Muara Badak Ulu Muara Badak
3 PT. Niagamas Gemilang Jonggon Desa Loa Kulu
4 PT. Alam Jaya Persada Sanipah Samboja
5 PT. Tritunggal Sentra Buana Seliki Muara Badak
6 PT. Kutai Agro Jaya Sumber Sari Loa Kulu
7 PT. Khaleda Prima Malindo Puan Cepak Muara Kaman
8 PT. Agro JayaTirta Kencana Puan Cepak Muara Kaman
9 PT. Agri EastBorneo Kencana Seduang Muara Kaman
10 PT. Bekacak Himba Bahari Menamang Kanan Muara Kaman
11 PT. REA Kaltim Mill 1 Pulau Pinang Kembang Jangggut
12 PT. REA Kaltim Mill 2 Bukit Layang Kembang Jangggut
13 PT. Jaya Mandiri Sukses Perian Muara Muntai
14 PT. Anugrah Urea Sakti Sido Mukti Muara Kaman
15 PT. Kresna Duta Agroindo Jak Luay Muara Wahau
16 PT. Dewata Intisawit Nugraha Long Wehea Muara Wahau
17 PT. Dewata Sawit Nusantara Long Wehea Muara Wahau
18 PT. Gunta Samba Jaya Miau Baru Kongbeng
19 PT. Mahakam Sawit Plantation Tanjung Harapan Sebulu
20 PT. Sawit Kaltim Lestari Sido Mukti Muara Kaman
21 PT. Sasana Yudha Bakti Gunung Sari Tabang
22 PT. Tunas Prima Sejahtera Teluk Bingkai Kenohan
23 PT. Perkebunan Kaltim Utama Jawa Sanga-sanga
1
24 PT. Prima Mitrajaya Mandiri Sumber Sari Loa Kulu
25 PT. Kutai Agro Lestari Muara Begai Muara Lawa

34
N Nama Pabrik Desa Kecamatan
o

26 PT. Farindra Bersaudara Jambuk Bongan


27 PT. Lonsum Pulai Lanting Jempang
Sumber : Dinas Perkebunan Kaltim, 2018

Keberadaan jalan dapat mendorong mencapai 1.081,55 km, jenis


pengembangan wilayah yakni permukaan jalan yakni sedang
pengembangan dalam usaha mencapai 329,73 km, dan jenis
mencapai tingkat perkembangan permukaan jalan yang rusak
antar daerah yang semakin merata. mencapai 3,08 km serta jenis
Kabupaten Kutai Kartanegara permukaan jalan yang rusak berat
memiliki kondisi jalan pada jenis yakni mencapai 351,48 km.
permukaan jalan yakni baik

Tabel 4. Kondisi Jalan Kabupaten Kutai Kartanegara


Jenis Permukaan Jalan
No Kecamatan Jumlah
Baik Sedang Rusak Rusak Berat
1 Samboja 60,23 23,53 31,88 2,99 118,63
2 Muara Jawa 12,58 6,81 19,34 6,90 45,62
3 Sanga-Sanga 12,48 19,22 10,61 0,88 43,18
4 Loa Janan 65,22 10,41 12,66 7,37 95,67
5 Loa Kulu 47,77 13,62 14,63 65,22 141,23
6 Muara 72,81 5,72 33,05 45,68 157,26
Muntai
7 Muara Wis 9,15 13,93 6,94 5,50 35,52
8 Kota 69,69 5,92 33,11 39,07 147,79
Bangun
9 Tenggarong 131,59 27,20 24,24 4,73 187,75
10 Sebulu 24,03 24,86 43,14 22,87 114,91
11 Tgr. 105,84 33,77 42,06 33,61 215,27
Seberang
12 Anggana 26,17 17,40 6,57 - 50,14
13 Muara 103,49 49,60 37,58 17,45 207,70
Badak
14 Marang 147,21 9,60 35,52 18,82 208,15
Kayu
15 Muara 39,37 38,81 55,77 36,91 170,86
Kaman
16 Kenohan 66,92 27,85 23,11 8,76 126,64

35
Jenis Permukaan Jalan
No Kecamatan Jumlah
Baik Sedang Rusak Rusak Berat
17 Kb. Janggut 32,77 - - 33,55 66,32
18 Tabang 54,23 1,90 3,08 1,17 60,38
Tahun 2017 1.081,55 329,73 430,29 351,48 2.193,02
Sumber : BPS Kabupaten Kutai Kartanegara, 2019

Sehingga pada ruas jalan di kolektor-2, jalan Kolektor-3 dan


Kabupaten Kutai Kartanegara dari rencana jalan kolektor yaitu:
sentra produksi pertanian di 1) Jalan kolektor-2 Ruas Bts
hubungkan oleh jalan ateri, jalan Balikpapan (Gunung Tembak) -
kolektor dan jalan lokal. Jalan arteri Sp Samboja sepanjang 16,2 km
pada wilayah Kabupaten Kutai 2) Jalan kolektor-2 Ruas Sp
Kartanegara merupakan jalan trans Samboja-Sp3 Samboja km 38
Kalimantan yang menghubungkan sepanjang 6,9 km.
Provinsi Kalimantan Timur dengan 3) Jalan kolektor-2 Ruas Sp
Kalimantan Utara dan Kalimantan Samboja-Sp Muara Jawa
Selatan. Adapun ruas jalan arteri sepanjang 28,5 km.
pada Kabupaten Kutai Kartanegara 4) Pada ruas ini melayani
adalah sebagai berikut : perkebunan sawit tersebar di
1) Ruas Bts.Kota Balikpapan- desa Desa S.Merdeka, Senipah,
Sp.Samboja Km.38 BPN (Gerja) Ma. Sembilan, Selok Api Darat,
sepanjang 12,7 Amborawang Darat, Margo Mulyo,
2) Ruas Sp.Samboja Km.38 BPN Sei Selua dengan luas lahan
(Gerja)-Loa Janan sepanjang mencapai 14.461 hektar
62,5 km. didukung dengan pabrik minyak
3) Ruas Loa Janan-Bts.Kota kelapa sawit di desa Senipah.
Tenggarong sepanjang 26,7 km 5) Jalan kolektor-2 Ruas
4) Ruas Bts.Tnggarong - Sp.3 -Sp.Bentuas - Sp Muara Jawa
Senoni sepanjang 32,3 km sepanjang 12,0 km.
5) Ruas Sp3 Senono - Kota Bangun 6) Jalan kolektor-2 Ruas Sp Muara
sepanjang 39,8 km Jawa-Sanga-sanga sepanjang
6) Ruas Kota Bangun-Gusing 11,1 km.
(Kab.Kutai Barat) sepanjang 7) Jalan kolektor-2 Ruas Sanga-
121,0 km sanga-Samarinda sepanjang
7) Ruas Lempake - Sp3 Sambera 35,6 km
sepanjang 23,7 km 8) Jalan kolektor-2 Ruas
8) Ruas Sp3 Sambera-Santan Bts.Samarinda (Jl.P.Suryanata)-
sepanjang 42,8 km Simpang Sebulu sepanjang 46,0
9) Ruas Santan - Bontang 29,04 km
km. 9) Jalan Kolektor-3 Ruas
Sp3.Sambera-Muara badak
Sedangkan, untuk jalan kolektor Sepanjang 16,7 km
pada wilayah Kabupaten Kutai 10) Ruas ini melayani kegiatan
Kartanegara merupakan jalan jalan perkebunan sawit di kecamatan

36
Muara Badak mencapai 24.198 Ma. Sembilan, Selok Api Darat,
hektar kegiatan perkebunan ini Amborawang Darat, Margo
didukung dengan dua pabrik Mulyo, Sei Selua kecamatan
kelapa sawit. Samboja dan kecamatan Loa
11) Recnana Jalan kolektor-3 Ruas Janan. Ruas ini terkoneksi
Ma.Kaman-Kota Bangun- diantara jalan arteri ruas
KEmbang Janggut-Tabang- samboja km.38 BPN-Loa Janan
Bts.Kaltara sepanjang 291,3 km. dan jalan kolektor-2 ruas
12) Rencana Jalan Kolektor-3 Ruas Sp.Bantuas-Sp.Muara Samboja.
Ma.Bengkal-Ma.Ancalong- Ruas jalan Handil Baru-Tani
Kembang Janggut-Ujoh Halang Maju sepanang 28,5 km.
sepanjang 176,3 km. 2) Ruas Lok Sumber-Lempatan
Baru-Sentuk- sepanjang 20,7
Pada ruas jalan non status dari jalan km.
antar desa, jalan desa yang jalannya Ruas ini menghubungkan sentra
langsung terkoneksi dengan jalan produksi perkebunan sawit
kolektor, jalan desa yang langsung mencapai 22.941 hektar di
terkoneksi dengan jalan arteri, kecamatan Loa Kulu ke Pabrik
berikut diantaranya : kelapa sawit di desa Jonggon.
1) Ruas jalan Handil Baru Ruas ini terkoneksi dengan jalan
(Kec.Samboja) -Tani Maju arteri ruas Loa Janan - Bts.Kota
(Kec.Loa Janan) sepanjang 28,5 Tenggarong.
km.
Ruas ini menghubungkan sentra Berikut gambar 1 yang merupakan
produksi perkebunan sawit di delineasi sentra produksi perkebunan
desa Desa S.Merdeka, Senipah, di kabupaten Kutai Kartanegara.

37
Gambar 1. Delineasi Sentra Produksi Perkebunan di Kabupaten Kutai Kartanegara
Sumber : hasil analisis, 2020

Selanjutnya pada analisis berikutnya, harga. Dengan varibel dependen dan


untuk seluruh variabel dengan model independent yang digunakan dalam
regresi pada penelitian ini adalah penelitian ini. Biaya distribusi
sebagai berikut dimaksudkan sebagai tolok ukur
dalam pengembangan ekonomi pada
Y i=β 0 + β 1 X 1 i+ β 2 X 2 i +…+e i
sektor pertanian. Selanjutnya akan
Persamaan menunjukkan bahwa dihitung berdasarkan hasil kuesioner.
peningkatan pada biaya distribusi Berikut tabel 3 mengenai ringkasan
akan meningkatkan harga komoditas statistik dengan pembagian mean,
sedangkan pada peningkatan minimum dan maximum pada
produktivitas akan meningkatkan penilaian.

Tabel 5. Ringkasan Statistik


Standard Deviation
Variabel Mean Minimum Maximum
across within
Infrastruktur jalan 133,29 98,69 167,00 4,93 18,02
Ketersediaan lahan 4,65 1,00 10,00 2,51 -
Luas lahan 18,80 1,00 70,00 18,49 0,37
Tenaga kerja petani 0,29 0,02 1,20 0,26 0,03
Produktivitas 5,22 1,00 20,00 4,85 0,19
Pemasaran 278,697 156,843 477,634 46,238 53,467
Kondisi jalan 7,302 373 44,400 10,302 427
Panjang jalan 116,82 98,42 137,54 5,35 6,99
Sumber : hasil analisis, 2020

38
Berdasarkan hasil tabel 3 diatas Pemerintah Pusat. Meningkatkan
menunjukkan bahwa ketersediaan kuantitas jalan saja tidak cukup,
infrastrastruktur jalan akan mengingat panjang jalan masih
membantu produktivitas hasil kurang banyak. Kualitas jalan itu
komoditas perkebunan di Kabupaten sendiri baik itu dari segi kondisi
Kutai Kartanegara, dengan hasil jalan maupun kerusakan jalan. Tiap
estimasi luas lahan pada sentra jenis kerusakan apakah berat, sedang
produksi memiliki hubungan positif dan ringan juga mempengaruhi
terhadap infrastruktur jalan. Disisi produktivitas sentra produksi
lain, ketersediaan lahan selain perkebunan.
berkorelasi negatif dan signifikan,
derajat koefisiennya pun relatif lebih Tabel 6. Hasil Perhitungan OLS
tinggi dibandingkan dengan luas dan RE
lahan. Variabel Indeks
Ketersediaan lahan merupakan faktor OLS RE
penting yang lebih baik Infrastruktur 0.014 0.018
dibandingkan dengan luas lahan, jalan
dimana ketersediaan lahan pada Ketersediaan 0.006 0.008
sentra produksi dari kegiatan lahan
Luas lahan 0.032 0.018
perkebunan berdampak baik pada
Tenaga kerja 0.015 0.018
pengembangan kegiatan perkebunan
petani
dalam produktivitas maupun
Produktivitas 0.109 0.108
pemasaran hasil perkebunan. Pemasaran 0.0406 0.014
Dari segi infrastruktur jalan, kondisi Kondisi jalan 0.011 0.014
jalan dan panjang jalan yang kurang Panjang 0.017 0.013
baik akan berpengaruh pada jalan
intensitas pemasaran yang dikenakan Konstanta 0.446 0.351
pada tenaga kerja petani perkebunan. R-squared 0.700 0.699
Hal ini perlu dihindari oleh Sumber : hasil analisis, 2020
Pemerintah Daerah maupun
Hasil yang cukup mengejutkan Penggunaan data panel pada tingkat
adalah tidak signifikannya Kabupaten dalam angka pada
peningkatan tenaga kerja petani periode 2018-2020, memberikan
perkebunan terhadap tingkat gambaran mengenai hasil komoditas
infrastruktur jalan. Hal ini diduga perkebunan baik dari luas lahan,
dikarenakan tenaga kerja petani produktivitas, maupun ruas jalan
perkebunan belum mencukupi untuk sebagai pendukung infrastruktur.
nilai tambah upah tenaga kerja yang Dengan berbagai komoditas
saat ini ada, sehingga menimbulkan perkebunan sebagian diusahakan
keterhambatan dalam produktivitas sebagai perkebunan rakyat,
maupun pemasaran. perusahaan perkebunan baik swasta
maupun BUMN. Berpengaruh pada

39
produksi komoditas perkebunan yang seperti infrastruktur komunikasi,
dikarenakan oleh harga yang murah, kelistrikan dan pelayanan
kepastian pasar, dan hasil komoditas transportasi.
beragam. Selain didukung terbitnya 4. Sentra produksi perkebunan
Peraturan Daerah Kabupaten Kutai direkomendasikan di Kecamatan
Kartanegara No. 9 Tahun 2018 Pasir Blengkong, Kecamatan
Kuaro, Kecamatan Long Ikis,
Tentang Tata Niaga dan Pembatasan
Kecamatan Batu Engau, dan
Angkutan Buah Sawit mengenai nilai
Kecamatan Long Kali
tambah pemasaran dan memberikan memberikan pengaruh pada
motivasi kepada petani untuk kebutuhan infrastruktur di
bermitra dengan perusahaan sawit Kabupaten Kutai Kartanegara.
dalam harga beli Tanda Buah Segar 5. Kebijakan pembangunan
(TBS) sawit. infrastruktur didasarkan pada
keterkaitan dengan manajemen
Kesimpulan infrastruktur, penataan
Setelah dilakukan hasil dan infrastruktur dan integrasi baik
pembahasan pada penelitian ini, dalam kegiatan ekonomi lokal
dapat disimpulkan beberapa hal maupun potensi yang akan
datang.
sebagai berikut :
1. Penggunaan Data yang di
Saran
gunakan merupakan sebaran
1) Perlunya perencanaan dan
hasil kegiatan sentra produksi
kebijakan pembangunan daerah
perkebunan di Kabupaten Kutai
di Kabupaten Kutai
Kartanegara pada tahun 2017-
Kartanegara dalam upaya
2019.
meningkatan pertumbuhan
2. Kabupaten Kutai Kartanegara
ekonomi dan kesejahteraan
dengan di dominasi oleh
masyarakat
Kecamatan Batu Engau dengan
2) Pembangunan sentra produksi
luas areal 53.851 hektar,
dan sentra industri pengolahan
terendah di Kecamatan Muara
hasil komoditas harus
Komam dengan luas areal
ditingkatkan dan memberikan
542,00 hektar. Luas perkebunan
nilai tambah bagi hasil-hasil
kelapa sawit yang diterbitkan
produksi pertanian.
oleh surat Hak Guna Usaha
Perkebunan oleh Pemerintah
Kabupaten Kutai Kartanegara Daftar Pustaka
mencapai 75.975 hektar terdiri Achmad, F. & Mulyanto, A. 2015.
dari perkebunan kelapa sawit Pemetaan Infrastruktur Dasar
sebanyak 20.534 hektar di Kelurahan Wongkaditi Barat
Kecamatan Tanjung Harapan. Berbasis Sistem Informasi
3. Hubungan konektivitas Geografis, Jurnal Pengabdian
infrastruktur jalan dengan sentra Masyarakat Volume 21 Nomor
produksi bersifat tidak 82 Tahun XXI Desember 2015.
menyeluruh, hal ini ditentukan Universitas Negeri Medan.
oleh adanya infrastruktur lain

40
Adisasmita, R. 2005. Dasar-Dasar Teknik WAKTU volume 14
Ekonomi Wilayah. Graha Ilmu, Nomor 2, Juli 2016. ISSN 1412-
Yogyakarta 1867.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Kusuma, M. E., dan Muta’ali, Lutfi.
Penelitian Suatu Pendekatan 2019. Hubungan Pembangunan
Praktik. Yogyakarta : Penerbit Infrastruktur dan
Rineka Cipta. Perkembangan Ekonomi
Anonim, 2004. Undang-Undang Wilayah Indonesia. Jurnal Bumi
Republik Indonesia No. 38 Indonesia, volume 8 Nomor 3.
Tahun 2004 Tentang Jalan. Malik, Andy. 2012. Perencanaan
Badan Pusat Statistik. 2020. Infrastruktur Perkotaan dan
Kabupaten Kutai Kartanegara wilayah. Manado : Penerbit PT.
dalam Angka 2018-2020. Waja Utama.
Basri, Faisal. 2002. Perekonomian Muta’ali, Luthfi. 2015 Teknik
Indonesia:Tantangan dan Analisis Regional. Yogyakarta :
Harapan Bagi Kebangkitan Badan Penerbit Fakultas
Ekonomi Indonesia. Jakarta: Geografi (BPFG).
Erlangga. Pradhan, R.P. 2018. Information
Gyarsih, S.R. dan Kurniawan, A. Communication Technology
2001. Regionalisasi Wilayah (ICT) Infrastructure and
Kabupaten Bantul (Suatu Kajian economic growth : a causality
untuk Perencanaan evinced by cross-country panel
Pengembangan Wilayah). Jurnal data. Journal Management
PWK ITB 12 (4), Hal. 189-199. Review, 30(1), page 91-103
Indarto. (2013). Sistem Informasi Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi
Geografis. Graha Ilmu: Jember. Regional Teori dan Aplikasi
Jihan, Jelita C dan Widyastuti , Edisi Revisi. Jakarta : PT. Bumi
2016. Pemetaan Jaringan Jalan Aksara.
Terhadap Aktivitas Todaro, M.P., dan Smith, S.C. 2006.
Perdagangan dan Jasa Berbasis Pembangunan Ekonomi.
SIG Di Kecamatan Sukolilo Jakarta : Erlangga.
Surabaya Timur, Jurnal

41

Anda mungkin juga menyukai