Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ASMA

Disusun oleh:

Kelompok I

1. Yusinta Ditubun
2. Meisye silvia Lethulur
3. Voronika Rumyaan
4. Katerina Parmy Tharob
5. Hairia Efruan*

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


KEMENTERIAN KESEHATAN KEMENKES MALUKU
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN TUAL
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah -Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “ASMA”

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “ASMA” ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN …………………………………………………………….

KATA PENGANTAR……………………………………………………………

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG……………………………………………………
B. TUJUAN ………………………………………………………………….
C. RUMUSAN MASALAH ………………………………………………..
D. MANFAAT………………………………………………………………

BAB II PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN …………………………………………………………..
B. JENIS…………………………………………………………………….
C. GEJALA …………………………………………………………………
D. PENYEBAB……………………………………………………………..

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN………………………………………………………….
B. SARAN…………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan


perubahan pola hidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat
yang ada di dalam makanan. Salah satu penyakit alergi yang banyak terjadi di
masyarakat adalah penyakit asma.

Asma adalah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa disembuhkan
secara total. Kesembuhan dari satu serangan asma tidak menjamin dalam waktu
dekat akan terbebas dari ancaman serangan berikutnya. Apalagi bila karena
pekerjaan dan lingkungannya serta faktor ekonomi, penderita harus selalu
berhadapan dengan faktor alergen yang menjadi penyebab serangan. Biaya
pengobatan simptomatik pada waktu serangan mungkin bisa diatasi oleh penderita
atau keluarganya, tetapi pengobatan profilaksis yang memerlukan waktu lebih
lama, sering menjadi problem tersendiri.

Peran dokter dalam mengatasi penyakit asma sangatlah penting. Dokter


sebagai pintu pertama yang akan diketuk oleh penderita dalam menolong
penderita asma, harus selalu meningkatkan pelayanan, salah satunya yang sering
diabaikan adalah memberikan edukasi atau pendidikan kesehatan. Pendidikan
kesehatan kepada penderita dan keluarganya akan sangat berarti bagi penderita,
terutama bagaimana sikap dan tindakan yang bisa dikerjakan pada waktu
menghadapi serangan, dan bagaimana caranya mencegah terjadinya serangan
asma.

Dalam tiga puluh tahun terakhir terjadi peningkatan prevalensi (kekerapan


penyakit) asma terutama di negara-negara maju. Kenaikan prevalensi asma di
Asia seperti Singapura, Taiwan, Jepang, atau Korea Selatan juga mencolok. Kasus
asma meningkat insidennya secara dramatis selama lebih dari lima belas tahun,
baik di negara berkembang maupun di negara maju. Beban global untuk penyakit
ini semakin meningkat. Dampak buruk asma meliputi penurunan kualitas hidup,
produktivitas yang menurun, ketidakhadiran di sekolah, peningkatan biaya
kesehatan, risiko perawatan di rumah sakit dan bahkan kematian. (Muchid

dkk,2007)

Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di


Indonesia, hal ini tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga
(SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia. Survey Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) tahun 1986 menunjukkan asma menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab
kesakitan (morbiditas) bersama-sama dengan bronkitis kronik dan emfisema. Pada
SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan emfisema sebagai penyebab kematian ke-
4 di Indonesia atau sebesar 5,6 %. Tahun 1995, prevalensi asma di seluruh
Indonesia sebesar 13/1000, dibandingkan bronkitis kronik 11/1000 dan obstruksi
paru 2/1000. Studi pada anak usia SLTP di Semarang dengan menggunakan
kuesioner International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC),
didapatkan prevalensi asma (gejala asma 12 bulan terakhir/recent asthma) 6,2 %
yang 64 % diantaranya mempunyai gejala klasik.

B. Rumusan Masalah

Apa yang dimaksud dengan Penyakit Asma ?

Ada berapa jenis Penyakit Asma ?

Bagaimana tanda-tanda Gejala Asma ?

Apa penyebab terjadinya Asma ?

C . Tujuan Penulisan

Agar mengetahui Penyakit Asma

Agar mengetahui jenis-jenis Penyakit Asma

Agar mengetahui tanda-tanda Gejala Asma

Agar mengetahui penyebab terjadinya Asma

Agar mengetahui cara mencegah Penyakit Asma

Agar mengetahui cara mengobati pnyakit Asma


D. Manfaat Penulisan

Untuk membantu peneliti-peneliti lain

Menambah literatur pengetahuan

Untuk melatih diri agar terampil dalam menulis

Untuk menambah wawasan


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Asma

Asma sendiri berasal dari kata asthma. Kata ini berasal dari bahasa Yunani
yang memiliki arti sulit bernafas. Penyakit asma dikenal karena adanya gejala
sesak nafas, batuk, dan mengi yang disebabkan oleh penyempitan saluran nafas.
Atau dengan kata lain asma merupakan peradangan atau pembengkakan saluran
nafas yang reversibel sehingga menyebabkan diproduksinya cairan kental yang
berlebih (Prasetyo, 2010)

Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang


disebabkan oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel, eosinophils,
dan T-lymphocytes terhadap stimuli tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea,
whizzing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang bersifat reversibel dan
terjadi secara episodik berulang (Brunner & Suddarth, 2001).

Menurut Prasetyo (2010) Asma, bengek atau mengi adalah beberapa nama
yang biasa kita pakai kepada pasien yang menderita penyakit asma. Asma bukan
penyakit menular, tetapi faktor keturunan (genetic) sangat punya peranan besar di
sini.

Saluran pernafasan penderita asma sangat sensitif dan memberikan respon


yang sangat berlebihan jika mengalami rangsangan atau ganguan. Saluran
pernafasan tersebut bereaksi dengan cara menyempit dan menghalangi udara yang
masuk. Penyempitan atau hambatan ini bisa mengakibatkan salah satu atau
gabungan dari berbagai gejala mulai dari batuk, sesak, nafas pendek, tersengal-
sengal, hingga nafas yang berbunyi ”ngik-ngik” (Hadibroto et al, 2006).

B. Jenis-Jenis Penyakit Asma

Beberapa ahli membagi asma dalam 2 golongan besar, seperti yang dianut
banyak dokter ahli pulmonologi (penyakit paru-paru) dari Inggris, yakni:
 Asma Ekstrinsik

 Asma Intrinsik

a. Asma Ekstrinsik

Asma ekstrinsik adalah bentuk asma yang paling umum, dan disebabkan
karena reaksi alergi penderitanya terhadap hal-hal tertentu (alergen), yang tidak
membawa pengaruh apa-apa terhadap mereka yang sehat.

Pada orang-orang tertentu, seperti pada penderita asma, sistem imunitas


bekerja lepas kendali dan menimbulkan reaksi alergi. Reaksi ini disebabkan oleh
alergen. Alergen bisa tampil dalam bentuk: mulai dari serbuk bunga, tanaman,
pohon, debu luar/dalam rumah, jamur, hingga zat/bahan makanan. Ketika alergen
memasuki tubuh pengidap alergi, sistem imunitasnya memproduksi antibodi
khusus yang disebut IgE. Antibodi ini mencari dan menempelkan dirinya pada
sel-sel batang. Peristiwa ini terjadi dalam jumlah besar di paru-paru dan saluran
pernafasan lalu membangkitkan suatu reaksi. Batang-batang sel melepaskan zat
kimia yang disebut mediator. Salah satu unsur mediator ini adalah histamin.

Akibat pelepasan histamin terhadap paru-paru adalah reaksi


penegangan/pengerutan saluran pernafasan dan meningkatnya produksi lendir
yang dikeluarkan jaringan lapisan sebelah dalam saluran tersebut.

b. Asma Intrinsik

Asma intrinsik tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari alergen.
Asma jenis ini disebabkan oleh stres, infeksi, dan kondisi lingkungan seperti
cuaca, kelembaban dan suhu udara, polusi udara, dan juga oleh aktivitas olahraga
yang berlebihan.

Asma intrinsik biasanya berhubungan dengan menurunnya kondisi


ketahanan tubuh, terutama pada mereka yang memiliki riwayat kesehatan paru-
paru yang kurang baik, misalnya karena bronkitis dan radang paru-paru
(pneumonia). Penderita diabetes mellitus golongan lansia juga mudah terkena
asma intrinsik.

Tujuan dari pemisahan golongan asma seperti yang disebut di atas adalah untuk
mempermudah usaha penyusunan dan pelaksanaan program pengendalian asma
yang akan dilakukan oleh dokter maupun penderita itu sendiri. Namun dalam
prakteknya, asma adalah penyakit yang kompleks, sehingga tidak selalu
dimungkinkan untuk menentukan secara tegas, golongan asma yang diderita
seseorang. Sering indikasi asma ekstrinsik dan intrinsik bersama-sama dideteksi
ada pada satu orang.

C. Gejala Penyakit Asma

Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita


lebih sering terbebas dari gejala dan hanya mengalami serangan serangan sesak
napas yang singkat dan ringan, yang terjadi sewaktu-waktu. Penderita lainnya
hampir selalu mengalami batuk dan mengi (bengek) serta mengalami serangan
hebat setelah menderita suatu infeksi virus, olah raga atau setelah terpapar oleh
alergen maupun iritan. Menangis atau tertawa keras juga bisa menyebabkan
timbulnya gejala dan juga sering batuk berkepanjangan terutama di waktu malam
hari atau cuaca dingin.

Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan napas yang
berbunyi (mengi, bengek), batuk dan sesak napas. Bunyi mengi terutama
terdengar ketika penderita menghembuskan napasnya. Di lain waktu, suatu
serangan asma terjadi secara perlahan dengan gejala yang secara bertahap
semakin memburuk. Pada kedua keadaan tersebut, yang pertama kali dirasakan
oleh seorang penderita asma adalah sesak napas, batuk atau rasa sesak di dada.
Serangan bisa berlangsung dalam beberapa menit atau bisa berlangsung sampai
beberapa jam, bahkan selama beberapa hari.

Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada atau di leher.
Batuk kering di malam hari atau ketika melakukan olah raga juga bisa merupakan
satu-satunya gejala.

Selama serangan asma, sesak napas bisa menjadi semakin berat, sehingga
timbul rasa cemas. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan
mengeluarkan banyak keringat.

Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara
karena sesaknya sangat hebat. Kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang
menurun, dimana penderita seperti tidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar
kemudian segera tertidur kembali) dan sianosis (kulit tampak kebiruan)
merupakan pertanda bahwa persediaan oksigen penderita sangat terbatas dan perlu
segera dilakukan pengobatan. Meskipun telah mengalami serangan yang berat,
biasanya penderita akan sembuh sempurna,
Kadang beberapa alveoli (kantong udara di paru-paru) bisa pecah dan
menyebabkan udara terkumpul di dalam rongga pleura atau menyebabkan udara
terkumpul di sekitar organ dada. Hal ini akan memperburuk sesak yang dirasakan
oleh penderita.

Terapi Penanganan Terhadap Gejala Terapi ini dilakukan tergantung


kepada pasien. Terapi ini dianjurkan kepada pasien yang mempunyai pengalaman
buruk terhadap gejala asma, dan dalam kondisi yang darurat. Penatalaksanaan
terapi ini dilakukan di rumah penderita asma dengan menggunakan obat
bronkodilator seperti: β2 -agonist inhalasi dan glukokortikosteroid oral (GINA,
2005).

D. Penyebab Terjadinya Penyakit Asma

Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi
pencetus asma, yaitu:

1. Pemicu (trigger) yang mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran


pernafasan (bronkokonstriksi). Pemicu tidak menyebabkan peradangan. Banyak
kalangan kedokteran yang menganggap pemicu dan bronkokonstriksi adalah
gangguan pernafasan akut, yang belum berarti asma, tapi bisa menjurus menjadi
asma jenis intrinsik. Gejala-gejala bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh pemicu
cenderung timbul seketika, berlangsung dalam waktu pendek dan relatif mudah
diatasi dalam waktu singkat. Namun saluran pernafasan akan bereaksi lebih cepat
terhadap pemicu, apabila sudah ada, atau sudah terjadi peradangan. Umumnya
pemicu yang mengakibatkan bronkokonstriksi termasuk stimulus sehari-hari
seperti: perubahan cuaca dan suhu udara, polusi udara, asap rokok, infeksi saluran
pernafasan, gangguan emosi, dan olahraga yang berlebihan.

2. Penyebab (inducer) yang mengakibatkan peradangan (inflammation) pada


saluran pernafasan. Penyebab asma (inducer) bisa menyebabkan peradangan
(inflammation) dan sekaligushiperresponsivitas (respon yang berlebihan) dari
saluran pernafasan. Oleh kebanyakan kalangan kedokteran, inducer dianggap
sebagai penyebab asma sesungguhnya atau asma jenis ekstrinsik. Penyebab asma
(inducer) dengan demikian mengakibatkan gejala-gejala yang umumnya
berlangsung lebih lama (kronis), dan lebih sulit diatasi, dibanding gangguan
pernafasan yang diakibatkan oleh pemicu (trigger). Umumnya penyebab asma
(inducer) adalahalergen, yang tampil dalam bentuk: ingestan, inhalan, dan kontak
dengan kulit. Ingestan yang utama ialah makanan dan obat-obatan. Sedangkan
alergen inhalan yang utama adalah tepung sari (serbuk) bunga, tungau, serpih dan
kotoran binatang, serta jamur.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan tanggal 2 Agustus 2004 jam 10.45 WIB

a. Identitas Pasien
Nama : An. M

Umur : 6 tahun

No Register : 381478

Diagnosa Medis: Asma bronchial

b. Penanggung Jawab
Nama : Ny. S

Umur : 45 tahun

Hubungan dengan pasien: Ibu

Pekerjaan : Wiraswasta

II. PENGKAJIAN PRIMER


a. Airway
Batuk tidak produktif, sekret kental lengket sulit keluar, wheezing,
suara dasar bronkial expirasi diperpanjang, ronkhi basah area paru.

b. Breathing
Sesak napas, RR 30 x/menit, tarikan nafas dangkal dan cepat
irama teratur, inspirasi memendek, ekspirasi memanjang, tarikan
otot intercosta, nafas cuping hidung
c. Circulation
Tekanan darah 90/50 mmHg, nadi 112 x/menit, suhu 36,80 C, akral
dingin, gelisah, sianosis, diaforesis

III. PENGKAJIAN SEKUNDER


1. Keluhan utama
Klien mengeluh sesak nafas terus menerus dan rasanya ampeg.

2. Riwayat penyakit sekarang


Klien mengeluh sesak nafas sejak tadi malan. Batuk disertai sekret
kental yang sulit keluar. Selama tiga minggu terakhir ini klien sudah
tiga kali mengalami serangan asma. Bila ada serangan klien terbiasa
minum amoxilin 500 mg dan salbutamol. Karena sesak yang
dirasakan tidak berkurang kemudian klien dibawa ke RSDK.

3. Riwayat penyakit dahulu


Klien mempunyai riwayat sesak nafas sejak kecil. Akhir-akhir ini
serangan sesak nafas sering kambuh dan keluarga baru mengetahui
kalau klien menderita asma. Sesak kambuh terutama bila klien
mengalami stres, banyak pikiran dan masalah terutama masalah
tugas di sekolah dan keluarga.

4. Riwayat penyakit keluarga


Ibu klien mempunyai riwayat sesak nafas sejak kecil tapi sekarang
sudah tidak pernah kambuh.

5. Pola kebiasaan
Klien sehari-hari membantu ibunya jualan makanan di rumah setelah
pulang dari sekolah.

6. Pemeriksaan fisik
Kepala : bentuk mesochepal, rambut hitam lurus tidak mudah
dicabut
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Hidung : terdapat sekret/ingus berwarna bening

Telinga : ada serumen sedikit, pendengaran berfungsi normal

Mulut : mukosa bibir agak kering, gigi bersih, bibir sianosis

Leher : tak ada pembesaran kelenjar limpha dan tiroid

Paru - paru

I : bentuk simetris, gerakan dada simetris, tarikan otot


intercosta

Pa :Fremitus kanan = kiri

Pe : sonor seluruh lapang paru

Au : Ronchi basah dan Whezing seluruh lapang paru, suara


dasar bronkial expirasi diperpanjang
Jantung

I : Ictus cordis tidak tampak

Pa : Ictus cordis teraba di SIC V, 2 cm mid LMCS

Pe : Pekak

Au : Bj S1-S2 murni

Abdomen

I : datar

Au : bising usus (+), 32x/menit

Pa : hepar dan lien tak teraba

Pe : timpani
Genetalia: keadaan bersih

Ekstrimitas:

Atas: akral dingin, sianosis, edema (-)

Bawah: akral dingin, edema (-), varises (-)

7. Data Penunjang
Hb :10, 65 gr%

Ht : 43 %

Leukosit : 8500/ul

Trombosit : 253.000/ul

GDS : 110 mg/dl

8. Terapi
- Nebulezer : (Atrovent 1cc + berotec 1cc + bisolvon 1cc) dan
nacl 0,9 % 6 cc
- Aminophilin drip 1 ampul
- infus RL 20 tetes/men

 ANALISA DATA

No Data Fokus Etiologi Masalah

1 Ds: Klien mengatakan Bronkospasme dan sekret Ketidakefektifan


sesak nafas terus yang kental bersihan jalan
menerus nafas

Do:

- sesak nafas, nafas


dangkal dan cepat
- tarikan otot intercosta
- Auskultasi : wheezing
di bronkus dan area
paru
- Batuk tidak produktif,
sekret kental lengket
sulit keluar
- RR= 30 kali permenit
2. Ds : Klien mengatakan Hiperinflasi alveoli, Kerusakan
dadanya terasa ampeg perubahan ventilasi- pertukaran gas
perfusi
Do :

- Auskultasi ronkhi
basah kedua basal
paru
- Sesak nafas, nafas
dangkal cepat
- Dyspnea dengan
ekspirasi yang lama
inspirasi pendek
- RR 30 x/menit
- SaO2 95 %, akral
dingin
3. Ds : Klien mengatakan Hipoksia, kurangnya Perubahan perfusi
badannya terasa lemas suplai oksigen ke jaringan jaringan

Do:

- TD 90/50 mmHg,
nadi 112 x/menit,
suhu 36,8 derajat
- Sianosis, diaforesis,
akral dingin, gelisah
- SaO2 95 %
4. Ds: klien sering Kesulitan bernafas, takut Cemas
menanyakan kapan serangan berulang
sesaknya akan berkurang

DO:

- Pasien tampak
gelisah, tegang
- Sesak nafas terus
menerus
- Nadi: 112x/menit,
RR : 30 x/menit,
TD: 90/50 mmHg

Diagnosa keperawatan yang muncul;

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d bronkospasme, sekret yang


kental
2. Kerusakan pertukaran gas b.d hiperinflasi alveoli, perubahan ventilasi-
perfusi
3. Perubahan perfusi jaringan b.d hipoksia, kurangnya suplai oksigen ke
jaringan
4. Cemas b.d kesulitan bernafas, takut serangan ulang
 NURSING CARE PLAN

NO DP TUJUAN INTERVENSI TTD

1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan - Kaji frekuensi dan


bersihan jalan tindakan kedalamam pernapasan
nafas b.d keperawatan - Auskultasi bunyi nafas
bronkospasme, selama 1jam , tambahan
sekret yang bersihan jalan - Kaji jenis batuk dan
kental nafas menjadi produksi batuk
lebih efektif - Kolaborasi pemberian
dengan kriteria beta 2 agonist untuk
hasil : mengurangi
bronkospasme
- sesak nafas
(nebulizer)
berkurang/hilang
- Fisioterapi dada bila
- RR 16-24
ada indikasi
x/menit
- Ajarkan batuk dan
- Tak ada
nafas dalam efektif
wheezing dan setelah pengobatan dan
sekret lebih pengisapan sekret
encer - Berikan cairan hangat
- Pertahankan kepatenan
jalan nafas

2. Kerusakan Setelah dilakukan - Kaji fungsi pernafasan;


pertukaran gas tindakan auskultasi bunyi nafas,
b.d hiperinflasi keperawatan kaji kulit setiap menit
alveoli, selama 1 jam, sampai 4 jam
perubahan kerusakan - Berikan support
ventilasi-perfusi pertukaran gas ventilasi
berkurang, dengan - Berikan oksigen sesuai
kriteria hasil : program dan pantau
pulse oximetry
- Nafas dalam
- Berikan posisi nyaman
irama teratur
semi fowler
16-24 x/mnt
- Monitor efek samping
- Ronkhi basah
pemberian pengobatan
berkurang
- Periksa kadar BGA
- GDA dalam
batas normal
3. Perubahan Setelah dilakukan - Kaji tanda dan gejala
perfusi jaringan tindakan hypoxia; kegelisahan,
b.d hipoksia, keperawatan fatigue, iritabel,
kurangnya suplai selama 1 jam, tachycardia, tachypnea
oksigen ke perfusi jaringan - Berikan kenyamanan
jaringan meningkat, dengan fisik; support dengan
kriteria hasil : bantal dan pengaturan
posisi
- Tidak ada
- Berikan oksigen dengan
hipoksia, iritabel
humidifikasi
- Akral hangat - Monitor efek
- SaO2 100 % pemberian nebulizer;
kemudian pantau bunyi
nafas dan usaha nafas
setelah terapi
4 Cemas b.d Setelah dilakukan - Kaji tingkat kecemasan
kesulitan tindakan pasien
bernafas, keperawatan - Jelaskan setiap
serangan ulang selama 1jam, prosedur yang
cemas pasien dilakukan
berkurang /hilang - Jelaskan tentang
dengan kriteria perawatan dan
hasil: pengobatan pasien
- Ajarkan tehnik
- Pasien
relaksasi dengan nafas
tampak lebih
dalam
rileks
- Anjurkan kelaurga
- Nadi 60-
untuk menemani klien
100 x/menit
saat serangan
- Pasien
mengerti dan
kooperatif untuk
setiap tindakan
keperawatan
yang dilakukan
 CATATAN KEPERAWATAN

TGL/JAM NO IMPLEMENTASI EVALUASI TTD


.
DP

2-8-04 1 - Mengkaji frekuensi dan kedalaman Jam 12.00


pernapasan
10.45 S : pasien mengatakan
R : RR 30 x/menit, nafas dangkal
sesak sudah
cepat, ekspirasi lebih panjang dari
berkurang
inspirasi
O:
- Mengauskultasi bunyi nafas
R : Ada Whezing di lapang paru dan - RR 24 x/menit
bronkus
- Masih ada wheezing
- Memberikan nebulezer (atrovent 1 di sebagian paru
cc, bisolvon 1 cc, berotec 1 cc dan - Ekspirasi masih
11.00
Nacl 0,9 % 6 cc) sedikit memanjang
R : Pasien mengatakan jalan nafasnya - Klien batuk
menjadi lebih longgar dan sesak mengeluarkan
berkurang, klien batuk, keluar ingus dahak
di hidung A: masalah teratasi
sebagian
- Mengajarkan pasien nafas dalam dan
batuk efektif setelah diberikan P : lanjutkan untuk
nebulizer pemberian
R : sekret dapat keluar, lebih encer Aminophilin 1
ampul drip lewat
infus RL di ruangan
jika tekanan darah
sistole diatas 100
mmHg

2-8-2004 2 - Memberikan posisi fowler pada Jam 12.00


pasien
10.50 S : pasien mengatakan
R : pasien mengatakan nyaman dengan
sesak sudah
posisi duduk
berkurang
- Memberikan O2 3 liter/menit
O:
R : binasal kanul, sesak tidak
berkurang - RR 24 x/menit

- Mengkaji frekuensi dan kedalaman - Masih ada ronkhi


pernapasan basah
R : RR 30 x/menit, nafas dangkal - Ekspirasi masih
cepat, ekspirasi lebih panjang dari sedikit memanjang
inspirasi - dyspnea berkurang
- SaO2 98 %
10.55 - Mengauskultasi bunyi nafas
A: masalah teratasi
R : Ada ronchi seluruh lapang paru
sebagian
dengan suara dasar bronkial
ekspirasi memanjang P : lanjutkan monitor
adanya gangguan
- Memonitor efek dari pemberian
keseimbangan asam
nebulizer terhadap perubahan
basa
ventilasi perfusi
R : dyspnea berkurang

2-8-2004 3 - Mengkaji tanda dan gejala hypoxia Jam 12.00


R : Klien gelisah, nadi 110x/mnt,
11.05 S : Klien mengatakan
takipnea, akral dingin, diaforesis
badannya masih agak
- Memberikan posisi yang nyaman
sehingga melancarkan perfusi perifer lemah
R : posisi fowler
O:
- Memberikan oksigen dengan
- TD 95/60 mmHg
humidifikasi
- Nadi 98x/menit
R : O2 3 lt/mnt, sesak sedikit
- RR 24x/mnt
berkurang
- Suhu 36,9 derajat
- Memberikan cairan RL loading - Akral agak dingin,
R : cairan masuk, TD 90/50 mmHg tidak sianosis
A : masalah teratasi
- Memantau efek pemberian nebulizer
sebagian
terhadap kecukupan sirkulasi ke
perifer serta efek sampingnya P : lanjutkan monitor
11.30
R : nadi 98 x/mnt, SaO2 99%, akral tingkat perfusi jaringan
masih dingin di ruangan

7-7-04 2 - Mengkaji tingkat kecemasan pasien Jam 12.00


R : Pasien mengatakan kecemasan
11. 40
yang sangat disaat sesak tidak
berkurang S : Pasien mengatakan
sudah tidak begitu
- Menjelaskan tentang pengobatan dan cemas
perawatan
R : Pasien mengangguk tanda O: Pasien lebih rileks
mengerti dan memperhatikan Pasien tampak tiduran
penjelasan perawat
Nd= 98x/menit
- Mengajarkan tehnik relaksasi
A= masalah teratasi
dengan nafas dalam
11.45 sebagian
R : Pasien mengikuti yang diajarkan
dan mengatakan lebih nyaman P= anjurkan pada
keluarga untuk selalu
- Menganjurkan pasien tiduran dan menemani klien
istirahat terutama saat serangan
R : pasien kooperatif

- Menemani pasien disaaat cemas


R : pasien merasa lebih tenang

- Memonitor TTV
R= TD 95/60 mmHg

RR= 24x/menit

S= 36,90 C
11.50
Nd= 96x/menit

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asma bronchial adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif


intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode
bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai
rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas. Berdasarkan
penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :
Ekstrinsik (alergik), Intrinsik (non alergik) ,Asma gabungan.

Dan ada beberapa hal yang merupakan faktor penyebab timbulnya serangan
asma bronkhial yaitu : faktor predisposisi(genetic), faktor presipitasi(alergen,
perubahan cuaca, stress, lingkungan kerja, olahraga/ aktifitas jasmani yang berat).
Pencegahan serangan asma dapat dilakukan dengan :

Menjauhi alergen, bila perlu desensitisasi

Menghindari kelelahan

Menghindari stress psikis

Mencegah/mengobati ISPA sedini mungkin

Olahraga renang, senam asma

B. Saran

Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar


dapat menelaah dan memahami apa yang telah terulis dalam makalah ini sehingga
sedikit banyak bisa menambah pengetahuan pembaca. Disamping itu saya juga
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sehinga kami bisa berorientasi
lebih baik pada makalah kami selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Muchid, dkk. (2007, September). Pharmaceutical care untuk penyakit asma.

Diakses 22 Juni 2012 dari Direktorat Bina Farmasi Komunitas

Tanjung, D. (2003). Asuhan Keperawatan Asma Bronkial. Diakses 22 Juni 2012


dari USU digital library:

Anda mungkin juga menyukai