Anda di halaman 1dari 6

RINGKASAN

(Model Konseptual Dalam Keperawatan jiwa)


Dan
(Terapi Modalitas Dalam Keperawatan Jiwa)

Di Susun Oleh
Nama : Nurbani Bugis
Nim : P07120219033
Tingkat : IIA

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
PROGRM STUDI KEPERAWATAN TUAL
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
A. Model konseptual Keperawatan Jiwa

1. Pengertian
Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan
kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan
memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi agar
mereka peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang terjadi pada suatu
saat juga dan tahu apa yang harus perawat kerjakan (Brockopp, 1999 : 73).
Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi dalam situasi
lingkungan atau stresor yang mengakibatkan seseorang individu berupa menciptakan
perubahan yang adaktif dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia. Model
konseptual keperawatan jiwa mencerminkan upaya menolong orang tersebut
mempertahankan keseimbangan melalui mekanisme koping yang positif unutk mengatasi
stresor ini (Videbeck, 2008 : 54).

2. Macam –macam model konseptual keperawatan jiwa


Menurut Yosep (2009 : 12), konseptual model keperawatan, dapat dikelompokkan
menjadi beberapa model yaitu :

a. Model psikoanalisa ( Freud, Erickson )


Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang apabila
ego (akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu atau insting).
Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya ( ego ) untuk mematuhi
tata tertib, peraturan, norma, agama (super ego/das uber ich), akan mendorong
terjadinya penyimpangan perilaku (defiation of behavioral).
b. Model interpersonal
Teori ini dikemukakan oleh Harri Stack Sullivan. Dia menganggap perilaku itu
merupakan bentukan karena adanya interaksi dengan orang lain atau lingkungan
sosial. Kecemasan disebabkan karena perilakunya tidak sesuai atau tidak diterima
oleh orang lain sehingga akan ditolak oleh lingkungan. Perilaku ini timbul karena
adanya dorongan untuk kepuasan dan dorongan untuk keamanan.
c. Model social
Konsep ini dikemukan oleh Gerard Caplan, yang menyatakan bahwa perilaku ini
dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan budaya. Caplan percaya bahwa situasi sosial
akan menjadi faktor predisposisi klien mengalami gangguan mental, seperti kejadian
kemiskinan, masalah keluarga dan pendidikan yang rendah. Karena kondisi ini
akhirnya individu mengalami ketidakmampuan mengkoping stres, ditambah lagi
dukungan dari lingkungan sangat sedikit.
d. Model eksistensi
Menurut teori model eksistensi ganguan prilaku atau ganguan jiwa terjadi bila
individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki
kebanggan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami ganguan dalam body
image – nya.
e. Model komunikasi
Konsep ini dikemukan oleh Eric Berne. Dia mengatakan bahwa setiap
perilaku, baik verbal maupun non verbal adalah bentuk komunikasi. Ketidak
mampuan komunikasi mengakibatkan kecemasan dan frustasi.
f. Model behavioral
Konsep ini berdasarkan teori belajar, dan mengatakan bahwa semua perilaku
itu dipelajari. Perilaku seseorang terjadi karena dia belajar dari
lingkungannya. Fokus konsep ini terletak pada tindakan, bukan pada pikiran
atau perasaan individu. Perubahan perilaku ini dapat membuat perubahan
yang kognitif dan afektif.
g. Model medical
Menurut konsep ini ganguan jiwa cenderung muncul akibat multi factor yang
kompleks meliputi aspek fisik, genetic, lingkungan dan factor sosial. Sehingga
focus penatalaksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostic,
terapi somatic, farmakologi, dan teknik interpersonal.
h. Model keperawatan
Konsep ini dikemukakan oleh Dorethea, Orem, Joan Richi, Roy dan Martha
Rogers. Konsep ini berdasarkan teori sistem, teori perkembangan dan teori
interaksi yang bersifat holistik : bio-psiko-sosial spiritual. Perawat mengarah
pada perubahan perilaku, menyediakan waktu banyak, menciptakan hubungan
yang terapeutik dan sebagai pembela klien.
B. TERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA

1. Pengertian
Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini di berikan
dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif.
Terapi modalitas mendasarkan potensi yang dimiliki pasien (modal-modality) sebagai titik
tolak terapi atau penyembuhannya. Tapi terapi ini bisa dipakai untuk terapi keperawatan
keluarga.
Terapi modalitas Adalah berbagai pendekatan penanganan klien gangguan jiwa yang
bervariasi, yang bertujuan untuk mengubah perilaku klien dengan gangguan jiwa dengan
perilaku mal adaptifnya menjadi perilaku yang adaptif.
2. Prinsip pelaksanaan.
Perawat sebagai terapis mendasarkan potensi yang dimiliki pasien sebagai titik tolak terapi
atau penyembuhan.
3. Dasar-dasar Pemberian Terapi Modalitas
 Gangguan jiwa tidak merusak seluruh kepribadian atau perilaku manusia
 Tingkah laku manusia selalu dapat diarahkan dan dibina ke arah kondisi yang
mengandung reaksi( respon yang baru )
 Tingkah laku manusia selalu mengindahkan ada atau tidak adanya faktor-faktor
yang sifatnya menimbulkan tekanan sosial pada individu sehingga reaksi indv
tersebut dapat diprediksi ( reward dan punishment )
 Sikap dan tekanan sosial dalam kelompok sangat penting dalam menunjuang dan
menghambat perilaku individu dalam kelompok social
 Terapi modalitas adalah proses pemulihan fungsi fisik mental emosional dan sosial
ke arah keutuhan pribadi yang dilakukan secara holistic
4. Jenis-jenis terapi modalitas
a. Terapi Individual
Terapi individual adalah penanganan klien gangguan jiwa dengan pendekatan hubungan
individual antara seorang terapis dengan seorang klien. Suatu hubungan yang terstruktur
yang terjalin antara perawat dan klien untuk mengubah perilaku klien.
b. Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi perubahan
perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif. Perawat
menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti terapeutik. Bentuknya adalah
memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan memfokuskan
pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.
c. Terapi Biologis
Penerapan terapi biologis atau terapi somatic didasarkan pada model medical di mana
gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit. Ini berbeda dengan model konsep yang lain
yang memandang bahwa gangguan jiwa murni adalah gangguan pada jiwa semata, tidak
mempertimbangkan adanya kelaianan patofisiologis.
d. Terapi Kognitif
Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap yang mempengaruhi
perasaan dan perilaku klien. Proses yang diterapkan adalah membantu
mempertimbangkan stressor dan kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi pola
berfikir dan keyakinan yang tidak akurat tentang stressor tersebut. Gangguan perilaku
terjadi akibat klien mengalami pola keyakinan dan berfikir yang tidak akurat.
e. Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga sebagai
unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar keluarga mampu
melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang
mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh
anggotanya.
f. Terapi Kelompok
Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang dibentuk dalam kelompok,
suatu pendekatan perubahan perilaku melalui media kelompok. Dalam terapi kelompok
perawat berinteraksi dengan sekelompok klien secara teratur. Tujuannya adalah
meningkatkan kesadaran diri klien, meningkatkan hubungan interpersonal, dan
mengubah perilaku maladaptive.
g. Terapi Perilaku
Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan bahwa perilaku timbul akibat
proses pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya dapat dipelajari dan disubstitusi dari
perilaku yang tidak sehat.
Teknik dasar yang digunakan dalam terapi jenis ini adalah:
1) Role model
2) Kondisioning operan
3) Desensitisasi sistematis
4) Pengendalian diri
5) Terapi aversi atau releks kondisi
h. Terapi Bermain
Terapi bermain diterapkan karena ada anggapan dasar bahwa anak-anak akan dapat
berkomunikasi dengan baik melalui permainan dari pada dengan ekspresi verbal.
Dengan bermain perawat dapat mengkaji tingkat perkembangan, status emosional anak,
hipotesa diagnostiknya, serta melakukan intervensi untuk mengatasi masalah anak
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai