Anda di halaman 1dari 5

GAMBARAN CODE BLUE PADA PENANGANAN KEGAWATDARURATAN PASIEN

CARDIAC AREST DI RSI.SAKINAH KABUPATEN MOJOKERTO

Chandra Amar Imam Malik 1, Lutvi Wahyuni, S.Kep.Ns.,M.Kes2, Agus Hariyanto, S.Kep.Ns.,
M.Kes3
1
Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Bina Sehat PPNIMojokerto
2
Dosen Keperawatan Gawat Darurat STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto
3
Dosen Keperawatan Gawat Darurat STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto

Email : chandraamar27@gmail.com

Sistem Code Blue merupakan strategi pencegahan kejadian henti


jantung, aktivasi sistem emergency dan resusitasi kejadian henti jantung
di rumah sakit, yang melibatkan seluruh komponen sumber daya manusia
(medis dan non medis), sarana (peralatan dan obat-obatan), serta
mekanisme kontrol dan evaluasi. Menganalisa tindakan tim code blue
sesuai sop atau tidak pada pasien kegawatdaruratan medis dan henti
jantung. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh tim code blue yang menangani pasien cardiac
arrest yang terdiri dari 30 tim yang tersebar, di ruang ICU/ICCU 3 tim
dan 9 ruang perawatan lainnya ada 27 tim di Rumah Sakit Islam Sakinah
Kabupaten, Mojokerto. Teknik samplingnya menggunakan nonprobability
sampling dengan teknik consecutive sampling, jumlah sampel 30 tim code
blue. Pengumpulan data menggunakan lembar check list SOP Gambaran
code blue pada penanganan kegawatdaruratan pasien cardiac arrest. Hasil
penelitian di dapatkan sebagian besar responden yang sesuai melakukan
penanganan kegawatdaruratan sesuai SOP yaitu 85 orang (89,5%). Yang
tidak sesuai SOP sebanyak 10 orang (10,5%) dan yang tidak melakukan
tindakan sebanyak 0 (0%). . Hal ini karena semua perawat mempunyai
pelatihan BTCLS dan sebagian besar dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin,
pendidikan, lama kerja. Disimpulkan bahwa sebagian besar responden
melakukan tindakan penanganan kegawatdaruratan code blue adalah
sesuai dengan SOP, hal ini karena tim yang melakukan tindakan code blue
memiliki kemampuan (skill) yang mumpuni.

Kata Kunci : Code blue, kegawatdaruratan, cardiac arest


PENDAHULUAN terlambatnya pelaporan dan pemberian tindakan
resusitasi jantung paru (RJP) (Wnent et al., 2013).
Sistem Code Blue merupakan strategi
pencegahan kejadian henti jantung, aktivasi sistem Berdasarkan studi pendahuluan yang
emergency dan resusitasi kejadian henti jantung di dilakukan peneliti pada tanggal 11 Desember 2018
rumah sakit, yang melibatkan seluruh komponen di RSI Sakinah, Mojokerto selama 1 bulan terakhir
sumber daya manusia (medis dan non medis), di ruang ICU dari bulan September 17 orang yang
sarana (peralatan dan obat-obatan), serta mengalami cardiac arest (16 orang no respon, 1
mekanisme kontrol dan evaluasi. Sistem ini orang respon), dan pada bulan Oktober 18 orang
termasuk aktivasi system kegawat daruratan di yang mengalami cardiac arest 8 orang pasien
rumah sakit dengan 1 nomor telepon aktivasi code jantung koroner, (6 orang no respon, 2 orang
blue (contoh: 118) yang langsung terhubung dengan respon), pasien asma kronis (4 no respon 1 respon)
tim medis dengan kemampuan bantuan hidup lanjut dan pasien Cidera otak berat (cob) (5 orang no
(Intan maharani, 2017).Code Blue merupakan kode respon). Menurut penelitian yang di lakukan
darurat rumah sakit yang populer, yang digunakan randi,lucky,mordhekai tentang gambaran tingkat
oleh rumah sakit untuk mengingatkan tim tanggap pengetahuan perawat tentang code blue sistem di
darurat mereka dari setiap penangkapan RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado di dapatkan
kardiorespirasi (serkan E. eroglu 2014). Penerapan hasil Dari 91 responden, sebagian besar memiliki
code blue system bertujuan untuk mengurangi tingkat pengetahuan tinggi, yaitu sebanyak 27 orang
angka mortalitas serta meningkatkan angka return (29,67%). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu,
of spontaneous Penanganan henti jantung yang dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
tertunda berhubungan dengan rendah-nya angka terhadap suatu objek tertentu.
harapan hidup dari korban henti jantung. Untuk
mencapai tujuan dari penerapan code blue system Tindakan yang dilakukan penolong pada
diperlukan penge-nalan awal dari kasus henti data ini adalah DRABC (Danger, Airway,
jantung, dalam hal ini pengetahuan akan code blue Breathing, Circulation).Danger yaitu
system dan bantuan hidup dasar. Keahlian seorang mengamankan lingkungan sekitar dan diri sendiri
perawat, bergantung pada tingkat pengetahuan dan serta memperkenalkan diri pada orang sekitar.
ketrampil-annya. Sebagai salah satu responden (tim Response yaitu memastikan korban tidak responsive
code blue lokal), tidak hanya mengenali pasien terhadap suara, tepukan, atau goncangan.Jika tidak
yang memerlukan tindakan segera tapi seorang di dapat respon, maka penolong segera
perawat juga dituntut untuk melakukan intervensi mengaktifkan SPGDT dengan menelepon ambulans
awal dalam mena-ngani kasus circulation (ROSC) dan meminta alat kejut jantung otomatis (Berg et
atau kembalinya sirku-lasi spontan. al., 2010). Airway merupakan pemeriksaan dan
pembebasan jalan napas hidung dan
Out-of-hospital cardiac arrest (OHCA) mulut.Breathing merupakan pemeriksaan
merupakan suatu kejadian henti jantung yang terjadi pernapasan, jika korban tak sadar dan bernapas
di luar rumah sakit (American Heart terengah-engah maka penolong mengansumsikan
Association,2015).OHCA menjadi salah satu fokus korban mengalami henti jantung maka dilakukan
permasalahan kesehatan dunia karena angka tindakan pompa jantung (pijat jantung)
kejadiannya yang tinggi. Angka kejadian OHCA
secara global yaitu 50 hingga 60 per 100.000 orang Berdasarkan fenomena yang terjadi di atas
per tahun (Berdowski et al., 2010). Angka kejadian peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
OHCA adalah sebanyak 300.000 kasus di Eropadan “Gambaran tim code blue pada penanganan
420.000 kasus di AmerikaSerikat (Go et al, kegawatdaruratan pasien cardiac arrest” di RSI
2014).Indonesia memiliki angka kejadian OHCA SakinahMojokerto.
yang diperkirakan mencapai 10.000 kasus per tahun .
atau terdapat 30 kejadian OHCA setiap hari Rumuaan Masalah
(Depkes RI, 2006).Tingginya angka kejadian
OHCA juga di ikuti dengan angka kelangsungan Bagaimanakah gambaran code blue pada
hidup (survival rate) penderita OHCA yang sangat penanganan kegawatdaruratan pasien cardiac arest
kecil, yaitu 12% saja (AHA, 2015).Penyebab utama di RSI Sakinah Kabupaten Mojokerto
dari rendahnya survival rate korban OHCA adalah
Tujuan Penelitian

Menganalisa tindakan tim code blue sesuai Tabel 2 Distribusi Frekuensi


sop atau tidak pada pasien kegawatdaruratan medis Berdasarkan Jenis Kelamin Tim Code
dan henti jantung Blue di RSI Sakinah Kabupaten
Mojokerto

Frekuensi Presentase
METODE PENELITIAN No Pendidikan (%)
(n)
Desain yang digunakan dalam 1 Laki-laki 38 40,0
peneliti ini adalah deskriptif, merupakan
2 Perempuan 57 60,0
suatu metode yang bertujuan
menggambarkan atau mendeskripsikan Jumlah 95 100
secara akurat dari sejumlah karakteristik
Berdasarkam tabel 42 diketahui
masalah yang ingin diteliti (Notoatmojo, bahwa sebagian besar responden berjenis
2010). Peneliti mengobservasi keberhasilan kelamin perempuan yaitu 57 orang (60,0%)
tim code blue. Setelah melakukan observasi
peneliti melakukan pengolahan data. Tabel 3 Distribusi Frekuensi
Populasi dalam penelitian ini adalah Berdasarkan Pendidikan Tim Code Blue
seluruh tim code blue di RSI. SAKINAH di RSI Sakinah Kabupaten Mojokerto
MOJOKERTO. Teknik sampling yang
digunakan adalah teknik non probability Frekuensi Presentase
No Pendidikan (%)
sampling dengan tipe consecutive sampling. (n)
Sampel adalah sebagian dari populasi 1 D3 27 28,4
(Notoadtmodjo, 2010). Sampel yang Keperawatan
digunakan dalam penelitian ini adalah 2 S1 68 71,6
sebagian tim code blue di RSI. SAKINAH Keperawatan
Mojokerto. Ners
HASIL PENELITIAN Jumlah 95 100
Penelitian dilakukan pada bulan Berdasarkan tabel 4.3 diketahui
Februari-Maret 2019 di RSI. sakinah bahwa sebagaian besar responden
Mojokerto. Adapun didapatkan hasil berpendidikan S1 Keperawatan yaitu 68
sebagai berikut : orang (71,6%)
DATA UMUM
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Tabel 4 Distribusi Frekuensi
Berdasarkan Usia Tim Code Blue di RSI Berdasarkan Pelatihan Tim Code Blue di
Sakinah Kabupaten Mojokerto RSI Sakinah Kabupaten Mojokerto

Frekuensi Presentase Presentase


No Usia (%) Frekuensi
(n) No Pelatihan (%)
(n)
1 < 20 0 0 1 Mengikuti 95 100
tahun pelatihan
2 21- 35 86 90,5 BTCLS
tahun 2 Tidak 0 0
3 > 35 9 9,5 mengikuti
tahun Pelatihan
Jumlah 95 100 Jumlah 95 100
Berdasarkan tabel 1 diketahui Berdasarkan tabel 4.4 diketahui
bahwa sebagian besar responden berumur bahwa semua responden mengikuti
21-35 tahun yaitu 86 orang (90,5 %)
pelatihan kegawatdaruratan yaitu 95 orang responden yang melakukan penanganan
(100%) kegawatdaruratan tidak sesuai SOP
Tabel 5 Distribusi Frekuensi yaitu 10 orang (10,5%).. Henti nafas
Berdasarkan Lama Kerja Tim code blue ditandai dengan tidak adanya gerakan
di RSI Sakinah Kabupaten Mojokerto dada dan aliran pernafasan dari korban /
pasien. Kondisi hipoksia tidak boleh
Lama Frekuensi Presentase dibiarkan berlangsung lama, untuk
No (%) mencegah rusaknya sel otak, yang akan
Kerja (n)
memberikan outcome yang tidak baik.
1 < 1 tahun 5 5,3
sistem code blue merupakan strategi
2 1-3 tahun 81 85,3 pencegahan kejadian henti jantung,
aktivasi sistem emergency dan
3 > 3 tahun 9 9,5
resusitasi kejadian henti jantung di
Jumlah 95 100 rumah sakit, yang melibatkan seluruh
komponen sumber daya manusia (medis
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui
dan non medis), sarana (peralatan dan
bahwa sebagian besar responden memiliki
lama kerja 1-3 tahun yaitu 81 orang
obat-obatan), sistem (SOP) serta
(85,3%) mekanisme kontrol dan evaluasi. Sistem
ini termasuk aktivasi sistem
DATA KHUSUS kegawatdaruratan di rumah sakit dengan
Tabel 1 Distribusi Frekuensi 1 nomor telepon aktivasi code blue
Berdasarkan Gambaran Tim Code Blue (contoh: 118) yang langsung terhubung
pada Penanganan Kegawatdaruratan dengan tim medis dengan kemampuan
Pasien Cardiac Arest di RSI Sakinah bantuan hidup lanjut (Intan maharani,
Kabupaten Mojokerto 2017).
Penanganan kegawatdaruratan
Penanganan Presenta setiap tim mempunyai kemampuan
N Frekuen
Kegawatdarurat se (%) berbeda-beda, tim yang melakukan
o si (n)
an penanganan kegawatdaruratan sesuai SOP
Tidak 0 ada 25 tim (3 tim pagi, siang, malam IGD
1 0
melakukan (observasi di lakukan berbeda hari), 1 tim
2 Tidak sesuai 10 10,5 pagi HD , 5 tim, pagi siang, malam
SOP ICU/ICCU (observasi dilakukan dalam
3 Sesuai SOP 85 89,5 berbeda hari, tim code blue siang dan
Jumlah 95 100 malam, melakukan 2 kali tindakan code
blue), 4 tim pagi siang malam Sunan Drajat
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui (observasi dilakukan berbeda hari pada
bahwa sebagian besar responden yang masing-masing shift pagi, siang, malam,
sesuai melakukan Penanganan pada tim malam melakukan 2 kali tindakan
Kegawatdaruratan sesuai SOP yaitu 85 code blue) , 3 tim Sunan Gunung Jati
orang (89,5%) (observasi dilakukan berbeda hari pada
masing-,masing shift pagi siang malam,
PEMBAHASAN pada tim siang melakukan 2 kali tindakan
code blue) 3 tim Sunan Bonang (observasi
1. Kesiapan Fisik di TK Raden Mas dilakukan berbeda hari pada masing-masing
Mejuwet Bojonegoro shift pagi, siang, malam, pada shift pagi
sebagian besar responden yang melakukan 2 kali tindakan code blue) dan 4
melakukan penanganan tim Walisongo (observasi dilakukan
kegawatdaruratan sesuai SOP yaitu 85 berbeda hari pada masing-masing shift pagi,
orang (89,5%) dan sebagian kecil siang, malam, pada shift siang melakukan 2
kali tindakan code blue) dikarenakan 1. Menambahkan fasilitas terkait
memiliki skill yang mumpuni, ketepatan dengan kegawatdaruratan
dalam melakukan rjp tepat, cepat, tanggap 2. Melakukan update pelatihan
dan tidak menunda dibandingkan 2 tim (1 kegawatdaruratan.
tim malam Sunan bonang dan 1 tim siang
Walisongo) yang melakukan penanganan
kegawatdaruratan, tidak sesuai SOP DAFTAR PUSTAKA
dikarenakan terlalu cepat saat melakukan
kompresi (siklus) dan kurang cekatan dalam Berg et al. (2010). Adult basic life
meminta bantuan tim code blue lainnya . support.http://circ.ahajournals.org/content/1
Total dari seluruh pasien cardiac arrest 22/18_suppl_3/S685.full.pdf+html.
sebanyak 30 orang ( 13 ada respon, 12 no Butterworth IV JF. (2013). Airway
respon, dan 5 keluarga tidak mengizinkan Management. new york: Morgan &
untuk di lakukan tindakan rjp) Mikhail’s Clinical Anesthesiology.
Hazinski MF. (2015). Highlights of
KESIMPULAN the 2015 American Heart Association
Berdasarkan hasil penelitian di RSI. Guidelines Update for CPR and ECC.
Sakinah Kabupaten Mojokerto sebagian AmericanHeart
besar responden melakukan penanganan Intan maharani. (2017). Buku
kegawatdaruratan code blue adalah sesuai panduan code blue final.docx.
dengan SOP . Tim yang sesuai SOP
melakukan penanganan kegawatdaruratan Notoatmodjo, S. (2010).
code blue memiliki kemampuan (skill) yang Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
mumpuni sehingga pasien yang mengalami Rineka Cipta.
cardiac arrest dapat tertolong, semakin
cepat melakukan penananganan code blue Serkan E. eroglu. (2014). blue code
maka akan menyelamatkan nyawa pasien : is it real emergency ?
cardiac arrest.

SARAN
1. Bagi Responden
Sebagai masukan untuk tim code blue
di RSI Sakinah Kabupaten Mojokerto
dalam melakukan tindakan code blue.
Lebih solid dan cekatan sesuai dengan
SOP.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya sebaiknya meneliti
tentang hubungan pengetahuan dengan
ketepatan melaksanakan code blue

3. Bagi Instansi
Penelitian ini dapat di jadikan sebagai
tambahan informasi dan sebagai acuan
di RSI Sakinah Kabupaten Mojokerto
sehingga menjadi masukan untuk
instansi Rumah Sakit.

Anda mungkin juga menyukai