OLEH :
KELAS :D
JURUSAN AKUNTANSI
KENDARI
2021
BAB 1
1. Bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan tidak mencari laba atas
aktivitas-aktivitas yang dilakukan;
2. Memberikan pelayanan-pelayanan dalam bidang-bidang tertentu seperti bidang
pendidikan, keamanan, transportasi, dan penegakan hukum;
3. Memiliki sumber pendanaan yang berasal dari pajak, retribusi, hutang, laba
BUMN/BUMD, dan pendapatan-pendapatan yang lain selama tidak bertentangan
dengan peraturan yang berlaku; dan
4. Memiliki struktur organisasi yang bersifat birokratis dan berjenjang.
Fungsi pelayanan publik kepada masyarakat adalah kegiatan pemberian produk dan
jasa yang dapat membantu masyarakat dalam melaksanakan urusannya, yang tidak
dilaksanakan oleh organisasi lain. Fungsi pemberdayaan masyarakat adalah aktivitas dalam
instansi pemerintah yang dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan kualitas
hidupnya, seperti menampung serta menyalurkan para gelandangan dan anak jalanan ke
kegiatan-kegiatan tertentu yang bersifat produktif. Fungsi pembangunan dapat berupa
kegiatan pembangunan yang bersifat fisik yang dilaksanakan oleh Kementrian Pekerjaan
Umum maupun kegiatan pembangunan yang bersifat nonfisik oleh instansi pemerintah
tertenty, sehingga dapat memberikan nilai tambah dan meningkatkan produktivitas
masyarakat.
Kinerja sejatinya adalah pencapaian sebuah kegiatan yang telah melebih standar
atau sasaran yang ditetapkan. Di dalam konteks organisasi pemerintah, kinerja juga dapat
bermakna kegiatan yang dilaksanakan telah dapat memberikan manfaat bagi masyarakat,
sebagi stakeholder utama pemerintah.
Dimensi kinerja dalam instansi pemerintah ditunjukkan ketika instansi tersebut dapat
memperoleh input dengan harga ekonomis, dapat melaksanakan kegiatan dengan efisien
dan dapat menghasil output sebagaimana yang diharapkan. Kinerja di dalam sebuah
instansi pemerintah itu sendiri meliputi kinerja dalam aspek keuangan, kinerja dalam aspek
kuantitatif, dan kinerja dalam aspek kualitatif.
1. Kegiatan yang dilaksanakan dapat menghasilkan barang dan jasa yang berkualitas;
2. Kegiatan yang dilaksanakan dapat menghasilkan barang dan jasa yang sesuai dengan
target atau bahkan melebih target yang ditetapkan;
3. Kegiatan yang dilaksanakan dapat memberikan kontribusi riil dan nyata bagi
masyarakat;
4. Adanya penghematan biaya di dalam pelaksanaan kegiatan.
1. Perencanaan strategis
2. Perjanjian kinerja
3. Pengukuran kinerja
4. Pengelolaan data kinerja
5. Pelaporan kinerja
6. Review dan evaluasi kinerja.
Indikator kinerja merupakan alat untuk menilai kinerja dalam proses penilaian kinerja
sebuah organisasi.
Indikator kinerja di dalam instansi pemerintah yang umum digunakan adalah SMART.
Indikator SMART yang dimaksud memiliki penjelasan sebagai berikut:
1. Specific. Indikator kinerja instansi pemerintah yang ditetapkan harus bersifat spesifik.
2. Measurable. Indikator kinerja harus dapat diukur dengan baik dan tidak bias.
3. Attainable. Indikator kinerja harus bersifat menantang namun dapat docapai oleh pihak-
pihak di dalam instansi pemerintah.
4. Result oriented. Indikator kinerja harus berorientasi pada hasil.
5. Time bound. Indikator kinerja harus memiliki jangka waktu tertentu.
1. Indikator kinerja input: yaitu segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan program
dan kegiatan dapat berjalan agar dapat menghasilkan output.
2. Indikator kinerja proses: adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk
menghasilkan output yang diharapkan, dengan menggunakan berbagai macam input
yang dimiliki.
3. Indikator kinerja output: yaitu segala sesuatu berupa produk atau jasa sebagai hasil
langsung dari pelaksanaan suatu program atau kegiatan yang dihasilkan dengan
menggunakan berbagai macam input yang ada.
4. Indikator kinerja outcome: yaitu segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya
output kegiatan, berupa perubahan dan peningkatan yang dihasilkan oleh proses yang
dilaksanakan.
Indikator kinerja tersebut (input, proses, output dan outcome) adalah konsep yang
akan digunakan dalam pengukuran tingkat ekonomis, efisiensi, dan efektivitas sebuah
kegiatan dalam instansi pemerintah. Ketiga tingkat tersebut (ekonomis, efisiensi dan
efektivitas) merupakan parameter kinerja utama bagi entitas pemerintah.
Aspek Ukuran
Ekonomis Barang dan jasa dapat diperoleh dengan harga lebih murah daripada standar
yang berlaku.
Efisien Waktu pelaksanaan kegiatan dapat dilaksanakan dengan lebih cepat dan tidak
ada pemborosan.
Efektif Kegiatan dapat menghasilkan output sebagaimana yang dikehendaki dan
masyarakat dapat merasakan manfaat dari kegiatan yang dilaksanakan.
1. Audit keuangan. Audit keuangan adalah audit yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
menilai laporan keuangan sebuah instansi pemerintah.
2. Audit kinerja. Audit kinerja adalah audit yang dilakukan untuk menilai aspek ekonomis,
efisiensi, dan efektivitas berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan dalam sebuah instansi
pemerintah. Tujuan audit ini adalah untuk memberikan opini independen apakah input
telah diperoleh secara ekonimis atau tidak, input telah digunakan dengan efisiensi atau
tidak, dan apakah kegiatan telah dilaksanakan dengan efektif atau tidak.
3. Audit dengan tujuan tertentu adalah jenis audit-audit lain, di luar audit keuangan dan
audit kinerja.
Filosofi utama audit kinerja adalah nilai tambah. Itulah esensi audit kinerja, yaitu
untuk memberikan nilai tambah yang riil bagi auditan. Audit harus benar-benar dapat
memberikan nilai tambah bagi auditan agar auditan dapat mencapai kinerja yang lebih baik.
Dengan demikian, audit akan dapat memberikan jaminan bahwa kegiatan yang
dilaksanakan auditan memang dapat mendorong peningkatan kesejahteraan dan
peningkatan kualitas hidup masyarakat.
1. Evaluasi proses. Evaluasi proses (process evaluation) dilakukan untuk menilai apakah
proses telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau tidak. Di dalam
evaluasi proses, akan dilakukan pemetaan proses bisnis dan bagaimanakah
pelaksanaan proses bisnis tersebut.
2. Evaluasi outcome. Evaluasi outcome (outcome evaluation) dilakukan untuk menilai
apakah proses dan kegiatan yang dilakukan dapat mencapai outcome yang diharapkan
atau tidak. Outcome yang dimaksud tentu dapat meliputi outcome yang direncanakan
maupun outcome yang tidak direncanakan (spill over effect).
3. Evaluasi dampak. Evaluasi dampak (impact evaluation). Dilaukan dengan cara
membandingkan antara outcome yang dihasilkan dari sebuah kegiatan dengan estimasi
tentang keadaan seperti apa yang akan terjadi apabila kegiatan tersebut tidak
dilakukan.
4. Cost-benefit evaluation. Evaluasi ini dilaksanakan dengan cara membandingkan antara
output dan outcome yang dihasilkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk
menghasilkan output dan outcome tersebut.
5. Cost effectiveness evaluation. Cost effectiveness evaluation akan menilai apakah
kegiatan dapat mencapai tujuan yang diinginkan, dengan melakukan pengeluaran yang
sekecil mungkin. Evaluasi ini akan menilai apakah tujuan telah dicapai dengan
mengeluarkan biaya yang serendah mungkin.
1. Barang dan jasa yang diperoleh untuk melaksanakan berbagai macam program,
aktivitas, fungsi, dan kegiatan telah diperoleh dengan harga lebih murah dibandingkan
dengan barang jasa yang sama; atau
2. Barang atau jasa yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan telah diperoleh dengan
kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan jenis barang/jasa serupa dengan harga
yang sama.
1. Program, aktivitas, fungsi, dan kegiatan telah dikelola, diatur, diorganisasikan dan
dilaksanakan secara efisien.
2. Jasa pelayanan oleh pemerintah telah diberikan dengan kualitas terbaik, berorientasi
pada kebutuhan masyarakat, dan diberikan dengan tepat waktu.
Audit efektivitas kegiatan terdiri atas audit atas capaian output dan audit atas capaian
outcome. Audit atas capaian output dapat dilakukan dengan mempertimbangkan aspek
kualitas dan kuantitas output yang dihasilkan. Audit terhadap capaian outcome umumnya
dilakukan dengan membandingkan antara outcome yang dihasilkan dari sebuah kebijakan,
program dan kegiatan dengan tujuan dari program dan kegiatan tersebut melalui analisis
pencapaian tujuan (goal achievement analysis).