Abtraksi
Manusia tidaklah selamanya berkecukupan harta, ada masa-masa dimana ia sangat
membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika melihat kenyataan di
masyakarat maka didapati banyak orang yang membutuhkan uang karena adanya suatu
keperluan mendesak. Gadai menjadi solusi bagi kebutuhan keuangan yang mendesak yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Sayangnya praktek gadai di masyarakat mengandung unsur
riba yang diharamkan oleh Islam, sehingga dibutuhkan adanya teori dan praktek riba yang
sesuai dengan syariah Islam.
Gadai dalam khazanah Islam disebut dengan rahn, ia adalah menggadaikan suatu
barang sebagai jaminan atas transaksi hutang yang dilakukannya. Karena sifatnya adalah
akad tabaru’ maka tidak boleh ada manfaat yang diambil oleh murtahin (orang yang
menerima gadai). Harta yang digadaikan sendiri adalah tetap menjadi milik dari rahin
(penggadai) sehingga tidak boleh digunakan tanpa adanya izin dari pemiliknya. Murtahin
diperbolehkan mengambil uang pemeliharaan dari rahin jika harta gadaian tersebut
membutuhkan pemeliharaan. Inti dari akad gadai dalam Islam adalah saling tolong-
menolong untuk meringankan beban orang lain.
pula dengan tulisan ini, kritik dan saran ﺟﻌﻞ ﻣﺎل وﺛﻴﻘﺔ ﻋﻠﻰ دﻳﻦ وﻳﻄﻠﻖ ﻋﻠﻰ اﻟﻌﲔ
yang bersifat konstruktif sangat kami .اﳌﺮﻫﻮﻧﺔ
tunggu bagi kesempurnaan pembahasan ini.
“Menjadikan harta sebagai jaminan
atas hutang, dan dimutlakan atas
B. Pengertian Gadai harta benda yang dijadikan jaminan“
4
Gadai berasal dari bahasa Arab yaitu
( ﺍﻟﺮﻫﻦAr-Rahnu) yang berarti ﺪﻭﺍﻡ2ﺍﻟﺜﺒﻮﺕ – ﺍﻟ
(Ats-Tsubut – Ad-Dawam) yaitu tetap dan Abdurrahman Al-Jazairi men-
terus menerus1. Imam Asy-Syaukani definisikan gadai dengan:
mengatakan bahwa rahn (gadai) dengan
ﺟﻌﻞ ﻋﲔ ﳍﺎ ﻗﻴﻤﺔ ﻣﺎﻟﻴﺔ ﰱ ﻧﻈﺮ اﻟﺸﺮع وﺛﻴﻘﺔ
fathah di awalnya dan huruf “ha“ disukun ﺑﺪﻳﻦ
menurut bahasa ﺎﺱ2( ﺍﻷﺣﺘﺒAl-Ihtibas) yang "Menjadikan nilai pada suatu
berarti menahan,2 dalam bentuk maf’ul bih barang yang bersifat harta benda
dengan sebutan masdar. Adapun kata ﺍﻟﺮﻫﻦ pada pandangan syar'i sebagai
jaminan hutang".5
(Ar-Ruhun) dengan dhomatain adalah
jama’nya, bentuk jama’ lainnya yaitu
Wahbah Zuhaili mendefinisikan
ﺎﻥ22( ﺍﻟﺮﻫAr-Rihan) dengan “ra“ dikasrah
gadai dengan :
seperti dalam kata ﺐ22( ﻛﺘkutubun) dari
mufrad kitab yang dapat dibaca dua- ﺣﺒﺲ ﺷﻰء ﲝﻖ ﳝﻜﻦ اﺳﺘﻴﻔﺎؤﻩ ﻣﻨﻪ
duanya. Seperti firman Allah dalam QS Al- “Menjaminkan sesuatu yang dapat
Mudatsir ayat 38 : dijadikan pembayaran hutang “.6
ٌﺖ َرِﻫﻴﻨَﺔ ِ ٍ ُﻛ ﱡﻞ ﻧـَ ْﻔ
ْ َﺲ ﲟَﺎ َﻛ َﺴﺒ Sayid Sabiq mendefinisikan gadai
“Tiap-tiap diri bertanggung jawab dengan menjadikan sesuatu yang bernilai
atas apa yang telah diperbuatnya “.
harta pada pandangan syara’ sebagai
Demikian juga sabda Nabi : jaminan hutang.7 Syaikh Shaleh bin Fauzan
Al-Fauzan mendefinisikan gadai dengan:
ﻧﻔﺲ اﳌﺆﻣﻦ ﻣﺮﻫﻮﻧﺔ ﺑﺪﻳﻨﻪ ﺣﱴ ﻳﻘﻀﻰ ﻋﻨﻪ
"Jiwa seorang mu'min itu tertahan ﺟﻌﻞ ﻋﲔ ﻣﺎﻟﻴﺔ وﺛﻴﻘﺔ ﺑﺪﻳﻦ
dengan hutangnya sampai dibayar- "Menjadikan nilai sebuah harta benda
kan" makna marhunah dalam sabda sebagai jaminan atas sebuah hutang".8
nabi ini adalah bahwa seseorang itu
tertahan di kubur dengan hutang- M. Ali Hasan menukil definisi yang
hutang yang ada padanya.3
ada dalam Ensiklopedi Indonesia
mengatakan bahwa yang dinamakan gadai
Sedangkan menurut istilah syara'
gadai adalah : 4
Al-Imam Ash-Shan'ani, Subul As-Salam Juz III,
Jam’iyah Ihya At-Turats Al-Islami : Kuwait,
1997, hal. 37.
5
* Dosen Jurusan Syari’ah STAI Al-Hidayah Bogor Abdurrahman Al-Jazairi, Fiqh ‘Ala Madzahibul
1
Sayid Sabiq, Fiqh As-Sunnah Jilid III, Darul Arba’ah Juz II, hal. 319.
6
Fath, Kairo : Mesir, 2000 hal. 131. Wahbah Zuhaili, Fiqh Al-Islam Wa Adilatuhu ,
2
Muhammad Asy-Syaukani, Nailul Authar Juz Darul Al-fikr : Damaskus, Suriah, 2002 / 1422
III, Darul Kalam Ath-Thayib : Beirut, 1999, hal. H, hal. 4207
7
650. Sayid Sabiq, Fiqh As-Sunnah, hal. 131
3 8
Abdurrahman Al-Jazairi, Fiqh ‘Ala Madzahibul Syaikh Shaleh bin Fauzan Al-Fauzan,
Arba’ah Juz II, Darul Ihya At-Turats Al-Arabi, Mulakhash Al-Fiqhi, Darul Ibnu Haitsam,
Beirut, Libanon, 1993, hal. 319. Kairo, 2003, hal. 325.
atau hak gadai adalah “ Hak atas benda menyembunyikannya, maka se-
terhadap benda bergerak milik si sungguhnya ia adalah orang yang
berhutang”9 Masjfuk Zuhdi mengatakan berdosa hatinya; dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu
bahwa gadai adalah “ Perjanjian (akad)
kerjakan.
pinjam-meminjam dengan menyerahkan
barang sebagai tanggungan utang “10 Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di
Dari pendapat para cendekiawan menyatakan tentang ayat ini bahwa Apabila
muslim di atas dapat disimpulkan bahwa kalian dalam perjalanan dan tidak
gadai ( rahn ) adalah akad hutang-piutang mendapatkan seorang penulis yang akan
dengan menjadikan suatu harta sebagai menuliskan akad hutang kalian maka dapat
jaminan hutang tersebut, dalam pengertian digantikan dengan adanya barang jaminan,
sempit, gadai juga bisa berarti harta yang sebagai bentuk gadai yang harta benda
menjadi jaminan atas hutang tersebut. tersebut dapat dipegang oleh murtahin.11
Sementara dalam Tafsir Jalalain disebutkan
1. Dasar Hukum Gadai bahwa "Sunnah menyatakan diperboleh-
Landasan hukum yang kannya jaminan itu di waktu mukim dan
membolehkan adanya praktek gadai adalah adanya penulis"12, hal ini mengindikasikan
firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam masyru'nya gadai ketika dalam perjalanan.
QS Al-Baqarah ayat 283 : Spirit yang ada dalam ayat ini adalah
◌ُ َوإِن ُﻛﻨﺘُ ْﻢ َﻋﻠَﻰ َﺳ َﻔ ٍﺮ َوَﱂْ َِﲡ ُﺪوا َﻛﺎﺗِﺒًﺎ ﻓَ ِﺮَﻫﺎ ُن bahwa dijadikannya harta benda sebagai
ﻀﺎ ﻓَـ ْﻠﻴُـ َﺆِّد
ً ﻀ ُﻜﻢ ﺑـَ ْﻌ
ِ
ُ ﻮﺿﺔُ ُ◌ ﻓَِﺈ ْن أَﻣ َﻦ ﺑَـ ْﻌ َ ُﱠﻣ ْﻘﺒ
jaminan (rahn) adalah sebagai bentuk
kepercayaan orang yang menghutangkan
اﻟﱠ ِﺬي ْاؤُﲤِ َﻦ أ ََﻣﺎﻧـَﺘَﻪُ َوﻟْﻴَـﺘ ِﱠﻖ ﷲَ َرﺑﱠﻪُ َوﻻَ ﺗَﻜْﺘُ ُﻤﻮا kepada orang yang berhutang, hal ini
ِ ِ dikarenakan tidak adanya penulis untuk
ُﱠﻬ َﺎدةَ َوَﻣﻦ ﻳَﻜْﺘُ ْﻤ َﻬﺎ ﻓَﺈﻧﱠﻪُ ءَاﰒُ ُ◌ ﻗَـ ْﻠﺒُﻪُ َوﷲ َ اﻟﺸ menuliskan akad hutang piutang tersebut,
◌ُ ﻴﻢ ِ ِ
ُ ﲟَﺎ ﺗَـ ْﻌ َﻤﻠُﻮ َن َﻋﻠ dengan adanya barang gadai ini maka dapat
Jika kamu dalam perjalanan (dan dijadikan jaminan jika sewaktu-waktu lalai,
bermu'amalah tidak secara tunai) atau tidak mampu membayarkan
sedang kamu tidak memperoleh hutangnya.
seorang penulis, maka hendaklah Sedangkan dalil dari As-Sunnah
ada barang tanggungan yang adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam
dipegang (oleh yang berpiutang).
Bukhary dan Muslim dari Aisyah katanya :
Akan tetapi jika sebagian kamu
mempercayai sebagian yang lain, أن رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ و اﻟﺴﻼم
maka hendaklah yang dipercayai itu ورﻫﻨﻪ درﻋﺎ ﻣﻦ,اﺷﱰى ﻣﻦ ﻳﻬﻮدي ﻃﻌﺎﻣﺎ
menunaikan amanatnya (hutangnya)
dan hendaklah ia bertakwa kepada
ﺣﺪﻳﺪ
Allah Tuhannya; dan janganlah "Bahwasanya Rasulullah membeli
kamu (para saksi) menyembunyikan makanan dari seorang Yahudi dan
persaksian. Dan barangsiapa yang
11
Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di, Taisir Karim
Ar-Rahman fi Tafsir kalam Al-Manan, Jam'iyyah
9
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Ihya At-Turats Al-Islami, Kuwait, 2003, hal.
dalam Islam ( Fiqh Muamalat ), PT Raja 140.
12
Grafindo Persada : Jakarta, 2003, hal. 253 Imam Jalaluddin Al-Mahali dan Jalaluddin As-
10
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, PT Gunung Suyuti, Tafsir Jalalain Juz I, Sinar Baru
Agung : Jakarta, 1997, hal. 123. Algesindo : Bandung, 1996, hal. 165.
14
Muhammad Asy-Syaukani, Nailul Authar Juz
13
Muhammad Asy-Syaukani, Nailul Authar Juz III, hal. 651.
15
III, hal. 651. As-San'any, Subul As-Salam Juz III, hal. 38
c. Shighat, yaitu lafadz yang terdiri dari karena akad gadai mirip dengan akad
ijab dan qabul dari kedua pihak yang jual beli.24 Adapun lafadz gadai dapat
m e l a k u k a n t r a n s a k s i g a d a i . 21 berupa ucapan "aku gadaikan harta
bendaku" dll. Boleh juga tanpa lafadz
Adapun syarat-syarat bagi sahihnya
tertentu namun tetap mengindikasi-
suatu akad gadai adalah sebagai berikut :
a. Syarat-syarat yang harus dipenuhi kan akad gadai.
d. Syarat Marhun Bih, marhun bih
oleh dua orang yang berakad adalah
adalah hak yang diberikan oleh
faham dengan akad yang
murtahin kepada rahin ketika terjadi
dilaksanakan, yang berarti sudah
baligh, berakal dan tidak gila. akad gadai, para ulama selain
Hanafiyah mensyaratkan bahwa
b. Syarat bagi barang jaminan adalah
marhun bih hendaknya adalah berupa
hendaknya barang tersebut ada ketika
hutang baik hutang ataupun barang,
akad berlangsung, namun boleh juga
dengan menunjukan bukti dan dapat dibayarkan (dikembalikan)
serta benda tersebut milik murtahin.25
kepemilikannya seperti surat-surat
tanah, kendaraan dll. Dan barang
3. Jenis-jenis Gadai
gadai tersebut dapat dipegang /
Gadai jika dilihat dari sah tidaknya
dikuasai oleh murtahin atau
22 akad terbagi menjadi dua yaitu gadai shahih
wakilnya. Selain itu, barang gadai
tersebut hendaknya adalah barang dan gadai fasid adapun rinciannya adalah
sebagai berikut:
yang bernilai harta dalam pandangan
a. Rahn Shahih / lazim, yaitu rahn yang
Islam, karena itu tidak sah
menggadaikan barang-barang haram benar karena terpenuhi syarat dan
semisal khamr (Minuman keras).23 rukunnya
b. Rahn Fasid, yaitu akad rahn yang
Demikian juga hendaknya barnag
tidak terpenuhi rukun dan
tersebut harus utuh, bukan hutang, 26
barang tersebut adalah barang yang syaratnya.
didagangkan atau dipinjamkan,
Apabila sebuah akad rahn telah
barang warisan dan barang tersebut
terpenuhi rukun dan syaratnya maka
hendaknya bukan barang yang cepat
membawa dampak yang harus dilakukan
rusak.
oleh murtahin dan juga rahin, diantara
c. Syarat pada sighat (lafadz),
dampak tersebut adalah:
hendaknya lafadz dalam ijab qabul itu
jelas dan dapat dipahami oleh pihak
a. Adanya hutang bagi rahin
yang berakad, Ulama Hanafiyah
(penggadai).
mensyaratkan bahwa sighat gadai
b. Penguasaan suatu barang yang
hendaknya tidak terkait dengan
berpindah dari rahin kepada
sesuatu syarat dan tidak dilakukan di
murtahin.
waktu yang akan datang. Hal ini
21 24
Abdurrahman Al-Jazairi, Fiqh ‘Ala Madzahibul Wahbah Zuhaili, Fiqh Al-Islam Wa Adilatuhu,
Arba’ah Juz II, hal. 320 hal. 4218.
22 25
Sayid Sabiq, Fiqh As-Sunnah Jilid III, hal. 132. Rahmat Syafe'i, Fiqh Muamalah, hal. 164.
23 26
Abdurrahman Al-Jazairi, Fiqh 'Ala Madzhahib Rahmat Syafe'i, Fiqh Muamalah, hal. 170, lihat
Al-Arba'ah Juz II, hal. 326 juga Wahbah Zuhaili hal. 4319.
33
Shaleh Al-Fauzan, Mulakhas Fiqhi Juz II, hal.
32
Shaleh Al-Fauzan, Mulakhas Fiqhi Juz II, hal. 328.
34
328. As-San'any, Subul As-Salam Juz III, hal. 37
ini menjadi kewajiban rahin, dan murtahin Pegadaian Syariah juga menyalurkan
berhak untuk meminta biaya perawatan uang pinjaman dengan jaminan barang
tersebut. bergerak. Prosedur untuk memperoleh
Karena itu buah dari pohon dan kredit gadai syariah sangat sederhana,
penghasilan dari sawah atau ladang adalah masyarakat hanya menunjukkan bukti
menjadi milik dari rahin, dan jika murtahin identitas diri dan barang bergerak sebagai
yang menggarap sawahnya maka harus jaminan, uang pinjaman dapat diperoleh
dengan izin dari rahin. dalam waktu yang tidak relatif lama
Selain itu kita mengenal adanya (kurang lebih 15 menit saja). Begitupun
Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian untuk melunasi pinjaman, nasabah cukup
yang ditetapkan dengan PP10/1990 tanggal dengan menyerahkan sejumlah uang dan
10 April 1990 serta PP 103 tahun 2000 surat bukti rahn saja dengan waktu proses
yang menjadi lembaga yang memberikan yang juga singkat.
pelayanan gadai milik pemerintah.43 Pola Di samping beberapa kemiripan dari
kerjanya adalah pihak pegadaian beberapa segi, jika ditinjau dari aspek
menyediakan dan menyalurkannya bagi landasan konsep; teknik transaksi; dan
masyarakat yang membutuhkan dana segar pendanaan, Pegadaian Syariah memilki ciri
dengan segera, adapun masyarakat tersendiri yang implementasinya sangat
menjadikan harta bendanya sebagai berbeda dengan Pegadaian konvensional.
jaminan (barang gadaian). Besarnya Dari beberapa perbedaan yang sangat urgen
pinjaman yang disediakan pegadaian adalah tidak adanya riba yang dikenakan
disesuaikan dengan taksiran harga barang bagi penggadai, karena riba adalah sesuatu
jaminan, dengan prosentasi 80 – 90 % yang diharamkan dalam Islam. Di antara
harga barang. Pihak pegadaian memungut landasan yang menjadi rujukan bagi
bunga dari pinjaman sesuai dengan pegadaian syari'ah selain sumber-sumber
besarnya. Untuk pinjaman Rp 5.000 hingga hukum Islam juga Fatwa Dewan Syariah
Rp 40.000 dikenakan bunga 1,25%. Untuk Nasional No: 25/DSN-MUI/III/2002
pinjaman Rp 40.100 hingga Rp 150.000 tanggal 26 Juni 2002 yang menyatakan
dikenakan bunga 1,5%, sedangkan untuk bahwa pinjaman dengan menggadaikan
pinjaman di atas Rp 150.100 dikenakan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk
bunga 1,75%.44 rahn diperbolehkan. Adapun ketentuannya
Dengan semakin berkembangnya sebagai berikut.
sistem ekonomi syari'ah maka saat ini 1. Murtahin (penerima barang) mem-
Perum Pegadaian juga telah membuka Unit punyai hak untuk menahan Marhun (
Pegadaian Syari'ah, yaitu pegadaian dengan barang ) sampai semua utang rahin
prinsip akad rahn yang bebas bunga dan (yang menyerahkan barang) dilunasi.
sesuai dengan prinsip Islam. Implementasi 2. Marhun dan manfaatnya tetap
operasional Pegadaian Syariah hampir menjadi milik Rahin. Pada prinsipnya
sama dengan Pegadaian konvensional. marhun tidak boleh dimanfaatkan
Seperti halnya Pegadaian konvensional, oleh murtahin kecuali seizin Rahin,
dengan tidak mengurangi nilai
marhun dan pemanfaatannya itu
43 sekedar pengganti biaya
http://www.sinarharapan.co.id
44
http://www.tabloidnova.com pemeliharaan perawatannya.
45
http://ulgs.tripod.com