Anda di halaman 1dari 19

Asuhan Keperawatan Syok

Dosen Pengampu:

Disusun oleh:

Kelompok II

Hilda Mariyana (183112420140096)

Nurul Hidayah (183112420140193)

Santi Julinda K.D (183112420140188)

Program Studi Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Nasional

Jakarta
1

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat meyelesaikan
Makalah “Asuhan Keperawatan dengan Syok” dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam penulisan makalah ini kami berusaha
menyajikan bahan dan bahasa yang sederhana,singkat dan mudah dipahami isinya oleh para pembaca,khususnya untuk mahasiswa S1
keahlian di bidang Keperawatan.

Kami menyadari makalah ini jauh dari sempurna serta masih terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat di terima dengan baik.

Jakarta, 30 Maret 2021


2

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................................................................................................3


1.2 Tujuan.....................................................................................................................................................................................3
1.3 Sistematika Penulisan.............................................................................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi...................................................................................................................................................................5


2.2 Pengertian...............................................................................................................................................................................6
2.3 Klasifikasi...............................................................................................................................................................................6
2.4 Etiologi....................................................................................................................................................................................8
2.5 Manifestasi Klinik...................................................................................................................................................................9
2.6 Patofisiologi/Patoflowdiagram................................................................................................................................................9
2.7 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................................................................................................9
2.8 Komplikasi.............................................................................................................................................................................10
2.9 Penatalaksanaan.....................................................................................................................................................................10
2.10 Diagnosa Keperawatan..............................................................................................................................................14
2.11 Nursing Care Plan dan rasionalisasinya....................................................................................................................15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................................................................16
3.2 Saran............................................................................................................................................................................................16

LAMPIRAN.....................................................................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................................................18
3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit tentunyabutuh pertolongan yang cepat dan tepat, untuk itu
perlu adanya standar dalam memberikan pelayanan gawat darurat sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat
menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan respons time yang cepat dan tepat (KepMenKes, 2010). Sebagai salah satu
penyedia layanan pertolongan, dokter dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang cepat dan tepat agar dapat menangani
kasus-kasus kegawatdaruratan (Herkutanto, 2007; Napitupulu, 2015).

Salah satu kasus kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan segera adalah syok. Syok merupakan gangguan sirkulasi yang
diartikan sebagai tidak adekuatnya transpor oksigen ke jaringan yang disebabkan oleh gangguan hemodinamik. (Hardisman,
2013).

Jumlah insiden syok semakin semakin meningkat di Indonesia. Tidak jarang kita temui insiden seperti ini. Mahasiswa
keperawatan harus mampu mengenal tanda dan gejala syok dan melaksanakan penatalaksanaan pada pasien syok. Sehingga
ketika menemukan kasus syok mahasiswa mampu memberikan pertolongan pertama pada klien. Oleh karena itu, mahasiswa perlu
mempelajari tentang syok dan penatalaksaannya.

Tujuan

1. Menjelaskan Anatomi Fisiologi dari jantung


2. Menjelaskan pengertian syok, klasifikasi syok dan etiologinya
3. Menjelaskan apa saja manifestasi klinik pada pasien syok
4. Menjelaskan patofisiologi/patoflowdiagram pada pasien syok
5. Mejelaskan bagaimana pemeriksaan penunjang pada pasien syok
6. Menjelaskan komplikasi pada pasien syok
7. Menjelaskan penatalaksanaan pada pasien syok
8. Menentukan diagnosa Keperawatan pada pasien syok
9. Membuat Nursing Care Plan dan rasionalisasinya

1.2 Sistematika penulisan

Analisis dalam makalan ini dilakukan dengan deskriptif argumentatif. Kemudian dalam mensintesis dilakukan tahap tahap sebagai
berikut:

1. Pengkajian terhadap sistem anatomi yang bersangkutan.


2. Mengidentifikasi dan merumuskan permasalahan yang terkait masalah syok pada manusia.
3. Mengumpulkan landasan teori dan materi terkait dengan fokus masalah yang diangkat sebagai bahan referensi untuk
mendukung ketepatan dan ketajaman analisis permasalahan.
4. Menyusun metode penulisan agar karya tulis tersusun secara sistematis.
4

5. Menganalisis dan membahas serta memberikan solusi terkait permasalahan yang sudah diangkat.
6. Menarik kesimpulan dan memberi saran berdasarkan rumusan masalah dan hasil analisis pemabahasan yang dilakukan.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi

Sistem kardiovaskuler terdiri dari jantung, pembuluh darah dan darah. Secara sederhana, fungsi utamanya untuk diatribusi
oksigen dan nutrisi (misalnya glukosa, asam amino) ke semua jaringan tubuh, pengangkutan CO2 dan produk limbah metabolik
(misalnya urea) dari jaringan ke paru-paru dan organ eksretoris, distribusi air,elektrolit dan hormon di seluruh sel tubuh, dan juga
berkontribusi terhadap infrastruktur sistem kekebalan tubuh dan termoregulasi. (Aaroson et al, 2013)

Jantung memiliki berat sekitar 300 gr, meskipun berat dan ukurannya dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, berat badan, beratnya
aktifitas fisik, dll. Jantung dewasa normal berdetak sekitar 60 sampai 80 kali per menit, menyemburkan sekitar 70 ml darah dari
kedua ventrikel per detakan, dan keluaran totalnya sekitar 5 L/ menit . Jantung terletak di dalam rongga mediastinum dari rongga
dada (thoraks), diantara kedua paru. Selaput yang mengitari jantung disebut pericardium, yang terdiri atas 2 lapisan, yauitu
pericardium parietalis, merupakan lapisan luar yang melekat pada tulang dada dan selaput paru. dan pericardium viseralis, yaitu
lapisan permukaan dari jantung itu sendiri, yang juga disebut epikardium. (Tortora, 2014)

Di dalam lapisan jantung tersebut terdapat cairan pericardium, yang berfungsi untuk mengurangi gesekan yang timbul akibat gerak
jantung saat memompa. Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan, yaitu lapisan luar yang disebut pericardium, lapisan tengah atau
miokardium merupakan lapisan berotot, dan lapisan dalam disebut endokardium. Organ jantung terdiri atas 4 ruang, yaitu 2 ruang
yang berdinding tipis, disebut atrium, dan 2 ruang yang berdinding tebal disebut ventrikel. (Lazenby et al, 2011).

a) Atrium
6

1) Atrium kanan, berfungsi sebagai tempat penampungan darah yang rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir
melalui vena cava superior, vena cava inferior, serta sinus koronarius yang berasal dari jantung sendiri. Kemudian darah dipompakan
ke ventrikel kanan dan selanjutnya ke paru.

2) Atrium kiri, berfungsi sebagai penerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian
darah mengalir ke ventrikel kiri, dan selanjutnya ke seluruh tubuh melalui aorta. (Wibowo,2015)

b) Ventrikel (bilik)

permukaan dalam ventrikel memperlihatkan alur-alur otot yang disebut trabekula. Beberapa alur tampak menonjol, yang disebut
muskulus papilaris. Ujung muskulus papilaris dihubungkan dengan tepi daun katup atrioventrikuler oleh serat-serat yang disebut
korda tendinae.

1) Ventrikel kanan, menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis.

2) Ventrikel kiri, menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan ke seluruh tubuh melalui aorta. Kedua ventrikel ini dipisahkan
oleh sekat yang disebut septum ventrikel. (Wibowo, 2015)

Untuk menghubungkan antara ruang satu dengan yang lain, jantung dilengkapi dengan katup-katup, diantaranya :

a) Katup atrioventrikuler.

Oleh karena letaknya antara atrium dan ventrikel, maka disebut katup atrio-ventrikuler, yaitu :

1) Katup trikuspidalis, merupakan katup yang terletak di antara atrium kanan dan ventrikel kanan, serta mempunyai 3 buah daun
katup.

Katup mitral/ atau bikuspidalis,merupakan katup yang terletak di antara atrium kiri dan ventrikel kiri, serta mempunyai 2 buah katup.
Selain itu katup atrioventrikuler berfungsi untuk memungkinkan darah mengalir dari masing-masing atrium ke ventrikel pada fase
diastole ventrikel, dan mencegah aliran balik pada saat sistole ventrikel (kontraksi). (Wibowo, 2015)

b) Katup semilunar.

1) Katup pulmonal.

Terletak pada arteri pulmonalis, memisahkan pembuluh ini dari ventrikel kanan.

2) Katup aorta.

Terletak antara ventrikel kiri dan aorta. Kedua katup semilunar ini mempunyai bentuk yang sama, yakni terdiri dari 3 daun katup
yang simetris disertai penonjolan menyerupai corong yang dikaitkan dengan sebuah cincin serabut. Adapun katup semilunar
memungkinkan darah mengalir dari masingmasing ventrikel ke arteri pulmonalis atau aorta selama sistole ventrikel, dan mencegah
aliran balik waktu diastole ventrikel. (Wibowo, 2015)

2.2 Pengertiaan

Syok adalah sindrom dinamis yang mengancam kehidupan seseorang. Secara klinis syok dikenal dengan penurunan tekanan darah
yang terkait dengan tanda dan gejala penurunan perfusi ke sirkulasi. Keadaan ini disebabkan pengiriman oksigen yang tidak adekuat
ke jaringan atau penurunan primer utilisasi oksigen oleh sel. Gangguan hemodinamik juga dapat berupa penurunan tahanan vaskuler
sistemik, berkurangnya darah balik, penurunan pengisian ventrikel, dan sangat kecilnya curah jantung. (Hardisman, 2013).

Hipoperfusi dapat terjadi pada keadaan tidak terdapat hipotesi signifikan. Hipoperfusi organ menyebabkan perubahan status mental,
oliguria atau asidosis laktat. Hipoperfusi organ kritikal akan menyebankan gangguan patofisiologi serius yang dapat menyebabkan
kematian. Mendeteksi hipotensi atau hipoperfusi sangat penting untuk menentukan waktu yang tepat dalam tatalaksana dan
memperbaiki keadaan pasien. (Dr. Robert Sirait, Sp.An) (FK.UKI, 2017).

2.3 Klasifikasi

Klasifikasi berat ringannya terkait kondisi klinis:

Derajat syok Klas Klas II Klas III Klas IV


7

Darah hilang/cc < 750 750 -1500 1500-2000 >2000


Darah hilang/% EBV <15 15-30 30-40 >40
Nadi <100 >100 >120 >140
Tekanan darah N N
Tekanan Nadi N
Respirasi 14-20 20-30 30-40 >35
Produksi urin / cc >30 20-30 5-15 Tak ada
Kesadaran Agak gelisah Gelisah , Bingung dan
gelisah bingung letargik
Cairan pengganti kritaloid kristaloid Kristaloid + Kristaloid + darah
darah

Klasifikasi syok antara lain:

1. Syok Hipovolemik

Ini adalah syok yang paling umum ditemui, terjadi karena kekurungan volume sirkulasi yang disebabkan karena kehilangan
darah dan juga cairan tubuh. Kehilangan darah dibagi menjadi dua yaitu perdarahan yang tampak dan tidak tampak. Perdarahan
yang tampak misal perdarahan dari luka dan hematemesis, sedangkan perdarahan yang tak tampak misal perdarahan pada saluran
cerna seperti perdarahan tukak duodenum, cedera limpa, patah tulang. Kehilangan cairan terjadi pada luka bakar yang luas
dimana terjadi kehilangan cairan pada permukaan kulit yang hangus atau terkumpul didalam kulit yang melepuh. Muntah hebat
dan diare juga mengakibatkan kehilangan banyak cairan intrvaskuler. Obstruksi ileus juga bisa menyebabkan banyak kehingan
cairan, juga pada sepsis berat dan peritonitis bisa menyebabkan kehingan cairan. (Promkes,2019)

Jenis cairan yang hilang


1. Darah
2. Plasma
3. Cairan ekstrasel

Penyebab:
1. perdarahahn
2. luka bakar
3. cedera yang luas
4. dehidrasi
5. kehilangan cairan pada muntah, diare, ileus

2. Syok Distributif
Syok distributif adalah syok yang terjadi karena kekurangan volume darah yang bersifat relative, dalam artian jumlah darah
didalam pembuluh darah cukup namun terjadi dilatasi pembuluh darah sehingga seolah-olah volume darah didalam pembuluh
darah berkurang. (Promkes,2019)

Syok distributive ada 3 jenis:

1. Syok septik: disebabkan karena infeksi yang menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah. Contoh infeksi karena
bakteri gram negative seperti Escherichiacoli.
Tanda dan gejala shock septic: Gejala sama dengan syok hipovolemik, namun untuk tahap syok septik diawali dengan:
demam atau suhu yang rendah, disebabkan oleh infeksi bakteri vasodilatasi dan peningkatan cardiac output

2. Syok anafilaktik: disebabkan karena reaksi anfilaktik terhadap allergen, antigen, obat, benda asing yang
menyebabkan pelepasan histamine yang menyebabkan vasodilatasi. Juga memudahkan terjadinya hipotensi dan
peningkatan permeabilitas kapiler.
Tanda dan gejala syok anafilaktik : erupsi kulit dan edema local terutama pada muka
nadi cepat dan lemah batu dan sesak nafas karena penyumbatan jalan nafas dan radang tenggorok
8

3.Syok neurogenik : ini adalah shock yang jarang terjadi. Disebabkan oleh trauma pada medulla spinalis, terjadi
kehilangan mendadak pada reflek otonom dan motorik dibawah lesi. Tanpa adanya stimulasi simpatis, dinding pembuluh
darah vasodilatasi yang tak terkontrol, hasilnya penurunan resistensi pembuluh darah perifer sehingga menyebabkan
vasodilatasi dan hypotensi. Tanda dan gejala syok neurogenik sama dengan syok hipovolemik. (Promkes,2019)

3. Syok Obstruktif
Terdapat penyumbatan yang menyebabkan aliran darah terganggu, pada beberapa kondisi hal ini bisa menyebabkan
timbulnya syok. Syok obstruktif bisa dikatakan sama dan dapat dengan mudah dibedakan dari syok kardiogenik dengan
mempertimbangkan gambaran klinis yang lebih besar dalam konteks data kateter PA (atau ekokardiografi).
(Dr.Faisal, Sp.An -KIC ,2019)

Syok obstruktif ada 3 jenis:


1. Cardiac tamponade: biasanya terjadi karena pericarditis yang menyebabkan penimbunan cairan didalam rongga
pericardium, cairan yang banyak menekan jantung sehingga venus return menurun. Hal ini menyebabkan jantung tak
mampu mensuplai darah sesuai kebutuhan tubuh. Akibatnya tubuh bisa kekurangan oksigen, terutama pada organ
sehingga bisa menimbulkan shock
2. Tension pneumotorax : peningkatan tekanan intratorak sehingga venous return terhambat, cardic output pun berkurangnya
syok
3. Emboli massive paru : mengurangi aliran darah dari paru ke jantung, cardiac output menurunnya syok.
4. Stenosis aorta : sebabkan aliran darah keluar dari ventrikel terhambat  perfusi berkurangnya syok.

Tanda dan gejala sama dengan shock hypovolemic tapi ditambah dengan peningkatan JVP pulsus paradoksus karena tamponade
jantung (Dr. Faisal, Sp.An -KIC,2019)

4. Syok Kardiogenik

Syok tipe ini adalah syok yang terjadi karena kagagalan efektivitas fungsi pompa jantung. Hal ini disebabkan karena kerusakan otot
jantung, paling sering yaitu infark pada myocard. Syok kardiogenik juga bisa disebabkan aritmia.(Promkes, 2019)

Tanda dan gejala syok kardiogenik sama dengan syok hipovolemik ditambah dengan:

1. Takikardi dengan nadi yang sangat lemah


2. Hepatomegali
3. Gallop
4. Murmur
5. Rasa berat di precordial
6. Kardiomegali
7. Hipertrofi jantung
8. Distensi V. Jugularis, dan peningkatan JVP
9. ECG abnormar

2.3 Etiologi

Penyebab utama shock adalah kehilangan darah .Syok dapat disebabkan oleh kegagalan jantung dalam memompa darah (serangan
jantung atau gagal jantung), pelebaran pembuluh darah yang abnormal (reaksi alergi, infeksi), dan kehilangan volume darah dalam
jumlah besar (perdarahan hebat). (Wibowo, 2015)
9

2.4 Manifestasi Klinik

1. Sistem Kardiovaskuler
a. Gangguan sirkulasi perifer mengakibatkan pucat, ekstremitas dingin. Kurangnya pengisian vena perifer lebih
bermakna dibandingkan penurunan tekanan darah. Nadi cepat dan halus.
b. Tekanan darah rendah. Hal ini kurang bisa menjadi pegangan, karena adanya mekanisme kompensasi sampai terjadi
kehilangan 1/3 dari volume sirkulasi darah.
c. Vena perifer kolaps. Vena leher merupakan penilaian yang paling baik.
d. CVP rendah.
2. Sistem Respirasi
a. Pernapasan cepat dan dangkal.
3. Sistem saraf pusat
a. Perubahan mental pasien syok sangat bervariasi. Bila tekanan darah rendah sampai menyebabkan hipoksia otak,
pasien menjadi gelisah sampai tidak sadar,ansietas berlebih Obat sedatif dan analgetika jangan diberikan sampai
yakin bahwa gelisahnya pasien memang karena kesakitan.
4. Sistem Saluran Cerna
a. Bisa trjadi mual dan muntah.
5. Sistem Saluran kemih
a. Produksi urin berkurang. Normal rata-rata produksi urin pasien dewasa adalah 60 ml/jam (0,5-1 ml/kg/jam). Pada
anak 1-2ml/kg/jam. (Tortora,2014)

2.5 Patofisiologi/Patoflowdiagram

2.6 Pemeriksaan Penunjang

- Syok Hipovolemik

Pasien datang dengan tingkat kesadaran yang turun atau kehilangan kesadaran, akan dilakukan pemeriksaan seperti ada tidaknya
halangan di saluran pernapasan, frekuensi napas, tekanan darah, denyut nadi, dan suhu tubuh.

-Pemeriksaan laboratorium untuk syok kardiogenik

Pemeriksaan darah lengkap, profil biokimia, enzim jantung, analisa gas darah dan pemeriksaan jantung EKG

2.7 Komplikasi
10

Komplikasi Syok Septik

• Kegagalan multi organ akibat penurunan aliran darah dan hipoksia jaringan yang berkepanjangan

• Sindrom distres pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan alveolus kapiler karena hipoksia

Komplikasi Syok Kardiogenik

- Cardiopulmonary arrest

- Disritmi

- Gagal multisistem organ

- Stroke

- Tromboemboli

2.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan sesuai klasifikasinya antara lain:

1. Penatalaksanaan mengatasi syok hipovolemik

Memulihkan volume intravascular untuk membalik urutan peristiwa sehingga tidak mengarah pada perfusi jaringan yang tidak
adekuat, meredistribusi volume cairan, dan memperbaiki penyebab yang mendasari kehilangan cairan secepat mungkin.

a.Pengobatan penyebab yang mendasar

Jika pasien sedang mengalami hemoragi, upaya dilakukan untuk menghentikan perdarahan. Mencakup pemasangan tekanan pada
tempat perdarahan atau mungkin diperlukan pembedahan untuk menghentikan perdarahan internal.

b.Penggantian Cairan dan Darah

Pemasangan dua jalur intra vena dengan kjarum besar dipasang untuk membuat akses intra vena guna pemberian cairan. Maksudnya
memungkinkan pemberian secara simultan terapi cairan dan komponen darah jika diperlukan.

Contohnya : Ringer Laktat dan Natrium clorida 0,9 %, Koloid (albumin dan dekstran 6 %).

c.Redistribusi cairan
11

Pemberian posisi trendelenberg yang dimodifikasi dengan meninggikan tungkai pasien, sekitar 20 derajat, lutut diluruskan, trunchus
horizontal dan kepala agak dinaikan. Tujuannya, untuk meningkatkan arus balik vena yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi

d.Terapi Medikasi

Medikasi akan diresepkan untuk mengatasi dehidarasi jika penyebab yang mendasari adalah dehidrasi. Contohnya, insulin akan
diberikan pada pasien dengan dehidrasi sekunder terhadap hiperglikemia, desmopresin (DDVP) untuk diabetes insipidus, preparat
anti diare untuk diare dan anti emetic untuk muntah-muntah.

e.Military anti syoc trousersn(MAST)

Adalah pkain yang dirancang untuk memperbaiki perdarahan internal dan hipovolemia dengan memberikan tekanan balik disekitar
tungkai dan abdomen. Alat ini menciptakan tahanan perifer artificial dan membantu menahan perfusi coroner.

2. Penatalaksanaan mengatasi syok distributif antara lain:

1. Syok Septik

1. Pengumpulan spesimen urin, darah, sputum dan drainase luka dilakukan dengan tekhnik aseptik.
2. Pemberian suplementasi nutrisi tinggi kandungan protein secara agresif dilakukan selama 4 hari dari awitan syok.
3. Pemberian cairan intravena dan obat-obatan yang diresepkan termasuk antibiotik Dopamin, dan Vasopresor untuk
optimalisasi volume intravaskuler

2. Syok Anafilatik

Penatalaksanaan syok anafilaktik memerlukan tindakan cepat sebab penderita berada pada keadaan gawat. Sebenarnya, pengobatan
syok anafilaktik tidaklah sulit, asal tersedia obat-obat emergensi dan alat bantu resusitasi gawat darurat serta dilakukan secepat
mungkin. Hal ini diperlukan karena kita berpacu dengan waktu yang singkat agar tidak terjadi kematian atau cacat organ tubuh
menetap.

Kalau terjadi komplikasi syok anafilaktik setelah kemasukan obat atau zat kimia, baik peroral maupun parenteral, maka tindakan
yang perlu dilakukan, adalah:

1. Segera baringkan penderita pada alas yang keras. Kaki diangkat lebih tinggi dari kepala untuk
meningkatkan aliran darah balik vena, dalam usaha memperbaiki curah jantung dan menaikkan tekanan
darah.
2. Penilaian C,A,Bdari tahapan resusitasi jantung paru, yaitu:
a. Circulation support, yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri besar (a. karotis, atau a. femoralis),
segera lakukan kompresi jantung luar.
b. Airway (membuka jalan napas). Jalan napas harus dijaga tetap bebas, tidak ada sumbatan sama
sekali. Untuk penderita yang tidak sadar, posisi kepala dan leher diatur agar lidah tidak jatuh ke
belakang menutupi jalan napas, yaitu dengan melakukan ekstensi kepala, tarik mandibula ke
depan, dan buka mulut.
c. Breathing support, segera memberikan bantuan napas buatan bila tidak ada tanda-tanda
bernapas, baik melalui mulut ke mulut atau mulut ke hidung. Pada syok anafilaktik yang disertai
udem laring, dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi jalan napas total atau parsial. Penderita
yang mengalami sumbatan jalan napas parsial, selain ditolong dengan obat-obatan, juga harus
diberikan bantuan napas dan oksigen. Penderita dengan sumbatan jalan napas total, harus segera
ditolong dengan lebih aktif, melalui intubasi endotrakea, krikotirotomi, atau trakeotomi.

1. Penilaian C,A,B ini merupakan penilaian terhadap kebutuhan bantuan hidup dasar yang penatalaksanaannya sesuai dengan
protokol resusitasi jantung paru.
a. Segera berikan adrenalin 0.3–0.5 mg larutan 1 : 1000 untuk penderita dewasa atau 0.01 mk/kg untuk
penderita anak-anak, intramuskular. Pemberian ini dapat diulang tiap 15 menit sampai keadaan membaik.
Beberapa penulis menganjurkan pemberian infus kontinyu adrenalin 2–4 ug/menit.
12

b. Dalam hal terjadi spasme bronkus di mana pemberian adrenalin kurang memberi respons, dapat
ditambahkan aminofilin 5–6 mg/kgBB intravena dosis awal yang diteruskan 0.4–0.9 mg/kgBB/menit
dalam cairan infus.
c. Dapat diberikan kortikosteroid, misalnya hidrokortison 100 mg atau deksametason 5–10 mg intravena
sebagai terapi penunjang untuk mengatasi efek lanjut dari syok anafilaktik atau syok yang membandel.
d. Bila tekanan darah tetap rendah, diperlukan pemasangan jalur intravena untuk koreksi hipovolemia akibat
kehilangan cairan ke ruang ekstravaskular sebagai tujuan utama dalam mengatasi syok anafilaktik.
Pemberian cairan akan meningkatkan tekanan darah dan curah jantung serta mengatasi asidosis laktat.
Pemilihan jenis cairan antara larutan kristaloid dan koloid tetap merupakan perdebatan didasarkan atas
keuntungan dan kerugian mengingat terjadinya peningkatan permeabilitas atau kebocoran kapiler. Pada
dasarnya, bila memberikan larutan kristaloid, maka diperlukan jumlah 3–4 kali dari perkiraan kekurangan
volume plasma. Biasanya, pada syok anafilaktik berat diperkirakan terdapat kehilangan cairan 20–40%
dari volume plasma. Sedangkan bila diberikan larutan koloid, dapat diberikan dengan jumlah yang sama
dengan perkiraan kehilangan volume plasma. Tetapi, perlu dipikirkan juga bahwa larutan koloid plasma
protein atau dextran juga bisa melepaskan histamin.
e. Dalam keadaan gawat, sangat tidak bijaksana bila penderita syok anafilaktik dikirim ke rumah sakit,
karena dapat meninggal dalam perjalanan. Kalau terpaksa dilakukan, maka penanganan penderita di
tempat kejadian sudah harus semaksimal mungkin sesuai dengan fasilitas yang tersedia dan transportasi
penderita harus dikawal oleh dokter. Posisi waktu dibawa harus tetap dalam posisi telentang dengan kaki
lebih tinggi dari jantung.
f. Kalau syok sudah teratasi, penderita jangan cepat-cepat dipulangkan, tetapi harus diawasi/diobservasi dulu
selama kurang lebih 4 jam. Sedangkan penderita yang telah mendapat terapi adrenalin lebih dari 2–3 kali
suntikan, harus dirawat di rumah sakit semalam untuk observasi.

3.Syok neurogenik

Konsep dasarnya untuk mengurangi daerah vaskuler dengan penyempitan sfingter prekapiler dan vena kapasitan untuk mendorong
keluar darah yang berkumpul ditempat tersebut.

1.Baringkan pasien dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki (posisi Trendelenburg).

Posisi Trendelenburg

2.Pertahankan jalan nafas dengan memberikan oksigen, sebaiknya dengan menggunakan masker. Pada pasien dengan distress
respirasi dan hipotensi yang berat, penggunaan endotracheal tube dan ventilator mekanik sangat dianjurkan. Langkah ini untuk
menghindari pemasangan endotracheal yang darurat jika terjadi distres respirasi yang berulang. Ventilator mekanik juga dapat
menolong menstabilkan hemodinamik dengan menurunkan penggunaan oksigen dari otot-otot respirasi.

3.Untuk keseimbangan hemodinamik, sebaiknya ditunjang dengan resusitasi cairan. Cairan kristaloid seperti NaCl 0,9% atau Ringer
Laktat sebaiknya diberikan per infus secara cepat 250-500 cc bolus dengan pengawasan yang cermat terhadap tekanan darah, akral,
turgor kulit, dan urin output untuk menilai respon terhadap terapi.

4.Bila tekanan darah dan perfusi perifer tidak segera pulih, berikan obat-obat vasoaktif (adrenergik; agonis alfa yang indikasi kontra
bila ada perdarahan seperti ruptur lien) :

a. Dopamin

Merupakan obat pilihan pertama. Pada dosis > 10 mcg/kg/menit, berefek serupa dengan norepinefrin. Jarang terjadi takikardi.

b. Norepinefrin
Efektif jika dopamin tidak adekuat dalam menaikkan tekanan darah. Monitor terjadinya hipovolemi atau cardiac output yang rendah
jika norepinefrin gagal dalam menaikkan tekanan darah secara adekuat. Pada pemberian subkutan, diserap tidak sempurna jadi
sebaiknya diberikan per infus. Obat ini merupakan obat yang terbaik karena pengaruh vasokonstriksi perifernya lebih besar dari
13

pengaruh terhadap jantung (palpitasi). Pemberian obat ini dihentikan bila tekanan darah sudah normal kembali. Awasi pemberian
obat ini pada wanita hamil, karena dapat menimbulkan kontraksi otot-otot uterus.

c. Epinefrin
Pada pemberian subkutan atau im, diserap dengan sempurna dan dimetabolisme cepat dalam badan. Efek vasokonstriksi perifer sama
kuat dengan pengaruhnya terhadap jantung Sebelum pemberian obat ini harus diperhatikan dulu bahwa pasien tidak mengalami syok
hipovolemik. Perlu diingat obat yang dapat menyebabkan vasodilatasi perifer tidak boleh diberikan pada pasien syok neurogenik

d. Dobutamin
Berguna jika tekanan darah rendah yang diakibatkan oleh menurunnya cardiac output. Dobutamin dapat menurunkan tekanan darah
melalui vasodilatasi perifer.

Pasien-pasien yang diketahui/diduga mengalami syok neurogenik harus diterapi sebagai hipovolemia. Pemasangan kateter untuk
mengukur tekanan vena sentral akan sangat membantu pada kasus-kasus syok yang meragukan.

3.Penatalaksanaan mengatasi Syok Obstruktif dan Kardiogenik

Syok obstruktif memiliki banyak kesamaan dengan syok kardiogenik , dan keduanya sering dikelompokkan bersama, syok obstruktif
dapat dengan mudah dibedakan dari syok kardiogenik dengan mempertimbangkan gambaran klinis yang lebih besar dalam konteks
data kateter PA (atau ekokardiografi) yg umum dapat dilakukan:

a. Cardiac temponade: Dengan perikardiosintesis adalah prosedur medis untuk menguras atau menyedot cairan berlebih dari
perikardium menggunakan jarum khusus.
b. Tension pnemumothorax: Dengan chest tube insertion yaitu pemasangan tabung kecil dalam ruang pleura Anda (ruang antara
paru-paru dan tulang rusuk Anda) untuk menguras udara atau cairan.
c. Emboli paru: Terapi trombolitik yaitu pengobatan untuk melarutkan gumpalan berbahaya dalam pembuluh darah,
melancarkan aliran darah, dan mencegah kerusakan jaringan dan organ
d. Jika pasien mengalami perdarahan, tutup dan sumbat area yang berdarah dengan kain;
e. Jika pasien mengalami muntah atau mengeluarkan darah dari mulut, ubah posisinya menjadi menyamping supaya tidak
tersedak.
14

2.9 Diagnosa Keperawatan

PENGKAJIAN

a)Identitas

nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan

b)Aktivitas atau istirahat

kelemahan umum, keletihan.

c)Sirkulasi

hipotensi, nadi lemah atau lembut , takikardia

d)Eliminasi

konstipasi, atau kadang diare, penurunan volume urin, warna gelap atau pekat, oliguria

e)Makanan atau cairan

Haus, anoreksia, mual / muntah, penurunan BB >2%-8% dari BB, haluaran urin berkurang, membran mukosa kering, kulit kering
tugor buruk atau pucat, lembab, dingin (syok)

f)Neurosensoris

Perubahan prilaku, ansietas,gelisah, perubahan fungsi mental, sinkop

g)Pernapasan

Takipnea, pernapasan cepat dan dangkal

h)Keamanan

Suhu biasanya abnormal, meskipun demam mungkin terjadi

i)Aspek psikologis

Perlu dikaji apakah ada perilaku atau emosional yang dapat meningkatkan resiko gangguan cairan dan elektrolit

j)Aspek sosiokultural

Pada aspek ini, faktor sosial, budaya, finansial, atau pendidikan yang mempengaruhi terjadinya gangguan PKCnya

k)Aspek spiritual
15

Apakah klien mempunyai keyakinan, nilai-nilai yang dapat mempengaruhi PKCnya, contoh: apakah klien mempunyai pantangan
untuk tidak mnerima transfusi darah manusia

Diagnosa:

1. Defisit volume cairan b/d kehilangan darah aktif,perpindahan cairan ke intertisial

2.Penurunan curah jantung b/d perubahan preload;kontraktilitas;afterload;blokade simpatis

3. Defisit nutrisi b/d peningkatan kebutuhan metabolik

2.10 Nursing Care Plan dan rasionalisasinya

DX. LUARAN INTERVENSI RASIONAL

1.Penurunan curah Luaran utama: a.Edukasi tentang pemberian a. . Diharapkan dapat meningkatnya cairan vaskuler.
jantung b/d terapi
Curah jantung b. Diharapkan pendukung mekanisme kompensasi
perubahan preload
b.Beri terapi Oksigen klien.
Luaran tambahan:
c.Beri dukungan keluarga c. Diharapkan dapat mencegah komplikasi iskemia.
Dukungan keluarga
d.Beri Vasoconstrictor agent : d. menjamin perfusi miokard yang adekuat
Dopamin, Epinephrine, NE,
Vasopressin

e.Beri Agen yang meningkatkan


kontraksi mokard : Dobutamin,
Epinephrine, Iso proterenol.

f.Beri Agen yang menambah


perfusi miokard : Nitrogilserin,
Nitropruside, Isosorbid dinitrat

2.Defisit nutrisi Luaran utama: a.Edukasi pemberian nutrisi a.Diharapkan dapat meningkatkan pemenuhan
b/d peningkatan kebutuhan
Status nutrisi b.Beri makanan lunak dan hangat
kebutuhan
b.Diharapkan dapat meningkatkan nafsu makan
metabolik Luaran tambahan: b.Beri diit sesuai kebutuhan

Nafsu makan c.Beri suplemen/vitamin


makanan

3.Hipovolemia Luaran utama: a.Edukasi tentang pemberian a. Diharapkan dapat mengembalikan kebutuhan cairan
b/d kehilangan terapi elektrolit
Status cairan
cairan/darah aktif
b.Beri terapi intravena (sesuai b.Diharapkan dapat mengembalikan volume plasma
Luaran tambahan:
jenis shock) dan mengembaliakn tekanan osmosis
Tingkat ansietas
- Kristaloid: RL, ringer Acetat,
Normosal

- Kolloid: WB, PRC, plasma


(plasmanat, dekstran, dll).
16

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Syok adalah syndrome gawat akut akibat ketidakcukupan perfusi dalam memenuhi kebutuhan tubuh. Hal ini disebabkan oleh
peningkatan kebutuhan metabolik (kebutuhan oksigen) atau penurunan pasokan metabolik. Ketidakcukupan akan pasokan
oksigen mengakibatkan tubuh merespon dengan merubah metabolisme energi sel menjadi anaerobic, akibatnya dapat terjadi
asidosis laktat. Jika perfusi oksigen ke jaringan terus berkurang maka respon system endokrin, pembuluh darah, inflamasi,
metabolisme, seluler dan sistemik akan muncul dan mengakibatkan pasien menjadi tidak stabil.

Tanda dan gejala syock terlihat berbeda beda tergantung pada tahapan syock yang dialami. Namun secara umum Diagnosa
klinis syock dinyatakan bila : sistolik kurang dari 80 mmhg, oliguria, asidosis metabolic, dan perfusi jaringan jelek. Sedang
ditingkat sel, fenomena akibat suplai oksigen yang tidak adekuat yaitu terjadinya : metabolisme anaerob, akumulasi asam laktat
mikokondria bengkak, sel tidak mampu menggunakan substrat untuk membuat ATP, mikrosom bengkak dan membran ruptur
sehingga terjadi digesti intraseluler
Jenis syok dapat dikenal melalui penyebabnya yaitu syok hipovolemik, distributif,obstruktif dan kardiogenik.

3.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka kami selaku penulis berpesan kepada semua khusunya bagi tenaga kesehatan agar di dalam
setiap tindakan keperawatan selalu mendahulukan kebutuhan klien sebagaimana mestinya. Bagi seorang mahasiswa perawat
hendaknya dapat mempelajari lebih dalam tentag syok secara teoritis.Aagar terwujud suatu lembaga kesehatan yang memiliki sarana
dan prasarana yang memadai maka penulis menyarankan kepada lembaga kesehatan hendaknya lebih mengutamakan fasilitas
kebutuhan oksigenasi sebagai kebutuhan utama manusia
17

LAMPIRAN

syok hipovolemik

syok

CPR
18

DAFTAR PUSTAKA

Bonanno, FG. (2011). Physiopathology of Shock. Journal of Emergencies, Trauma and Shock.
(https://www.onlinejets.org/article.asp?issn=0974-
2700;year=2011;volume=4;issue=2;spage=222;epage=232;aulast=Bonanno).

Cotran,ramzi S.; Kumar,Vinay;Nelson Fausto: Robbin,Stanley,;Abbas,Abul K (2015) Dasar Patologis Penyakit:141

Elliott, doug dkk. 2010. Critical Care Nursing. Australia:.Elsevier.


Jevon Philip , Ewen Beverley.2008.Pemamntauan Pasien Kritis Edisi kedua. Jakarta:Erlangga.

TIM PPGD. 2010. Penanggulangan Penderita Gawar Darurat Basic Trauma & Cardiac Life Support. Bukittinggi.

O’Grady, Eileen. 2010. A Nurses’s Guide to Caring for Cardiac Intervention Patients.England.
http://nursingbegin.com/penatalaksanaan-syok/. Diakses tanggal 26 Maret 2021
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=3&jd=Segala+Hal+tentang+Syok+Jantung&dn=
20090307204557. Diakses tanggal 28 Maret 2011

Hand,H (2010) Shock,Nursing Standart,15,48,45-52

Smeltzer,S.C.,& Bare, b.g (2010) Brunner & Suddart text books of medical surgary nursing. Philadelphia Lippincott

Sole,et al(2011) Introduction to critical care nursing, 4th. Ed. St.Louis;Elsevier

Anda mungkin juga menyukai