Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

FARMASI
PEMBUATAN MEDIA

DISUSUN OLEH :

Natalince Marpaung (20180311144 )

KELOMPOK 3 Sesi 4 :

Ketua kelompok : Wahyu Darmawan ( 20180311085 )


Anggota kelompok : Natalince Marpaung (20180311144)
Angelica Anggia Dewi S ( 20180311106 )
Jumilah Amilia P (20180311087 )

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga saya pada akhirnya bisa menyelesaikan laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi
dengan judul Pembuatan Media tepat pada waktunya dan dapat tersusun hingga selesai. Terima
kasih juga kepada guru pembimbing yang selalu memberikan dukungan serta bimbingannya
sehingga laporan praktikum ini dapat disusun dengan baik dan kepada anggota kelompok tiga
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan materi maupun pikirannya. Harapan kami
semoga laporan praktikum ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi laporan
praktikum ini agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam laporan praktikum ini, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
laporan praktikum ini.

Jakarta, 24 September 2019

Natalince Marpaung
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB 1 Pendahuluan .........................................................................................1
1.1. Latar Belakang.........................................................................................1
BAB 2 Pembahasan ..........................................................................................2
2.1. Pengertian Flavanoid................................................................................2
2.2. Flavanoid dan efek biologisnya.................................................................3
2.3. Sifat Flavanoid ................................................................................4
2.4. Identifikasi (Secara Umum) .....................................................................4
BAB 3 Penutup .................................................................................................5
3.1. Kesimpulan ……………..........................................................................6
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................6
IDENTIFIKASI DAN DETERMINASI PENGECATAN GRAM BAKTERI

1. Tujuan Praktikum
Melihat bentuk sel,rangkaian sel, sifat gram ( gram negative dan gram positif )

2. Latar Belakang
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang
khas begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras
dengan air, dimana sel-sel bakteri yang ada di suspensikan. Salah satu cara unutk
mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah di identifikasi adalah dengan cara metode
pengenceran atau pewarnaan. Hal tersebut berfungsi untuk mengetahuisifat fisiologisnya
yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecetan atau
pewarnaan (Dwidjoseputro, 1998).
Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu basil (tongkat), coccus, spirilum. Bakteri yang
berbentuk tongkat maupun kokus dibagi menjadi beberapa macam. Pada bentuk basil
pembagiannya yaitu basil tunggal, diplobasil, dan tripobasil.Sedangkan pada coccus
dibagi menjadi monococcus, diplococcus, sampai stophylococcus. Khusus pada spirilum
hanya dibagi dua yaitu setengah melengkung dan melengkung (Dwidjoseputro.1998).
Pewarna gram atau metode gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang paling penting
dan luas yang digunakan untuk mengidentifikasikan bakteri. Dalam proses ini, olesan
bakteri yang sudah erfiksasi dikenai larutan-larutan berikut :zat pewarna kristal violet,
larutan iodium, larutan alkohol, dan zat pewarna tandinganberupa zat warna safranin.
Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuan Denmark Hans Christian Gram
(1853- 1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884, untuk membedakan
antara pneumokokus dan klebsiella pneumonieae. Bakteri yang terwarnai dengan metode
ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.
Bakteri gram positif akan mempertahankan zat pewarna kristal violet dan karenanya akan
tampak berwarna ungu tua dibawah mikroskop. Adapun gram negatif akan kehilangan zat
pewarna kristal violet setelah dicuci denan alkohol, dan sewaktu diberi zat pewarna
tandingannya yaitu dengan zat pewarna air safranin akan tampak berwarna merah.
Perbedan warna ini disebabkan oleh perbedaan dalam struktur kimiawi dindingselnya
( pelezar M J 1989).
Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, karena selain bakteri itu
tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Unutk mengatasi hal tersebut maka
dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri sehingga sel dapat terlihat jelas dan
mudah diamati. Oleh karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu
cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi (Dwidjoseputro, 1998).
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan praktikum kali ini unutk mengetahui teknik
pewarnaan mikroorganisme baik itu dengan cara pewarnaan sederhana, pengenceran
negative, maupun pengenceran gram serta mengetahui morfologi mikroorganisme
(Sutedjo, 1991).
Teknik Pewarnaan bukan pekerjaan yang sulit tapi perlu ketelitian dan kecermatan bekerja
serta mengikuti aturan dasar yang berlaku (Lay.1994)
Oleh karena itu yang melatar belakangi praktek ini yaitu untuk mengetahui teknik
pewarnaan mikroorganisme sehingga mempermudah dalam melihat bagian-bagian
bakteri.

3. Landasan teori
Bakteri adalah salah satu dari mikroorganisme yang memiliki ukuran yang relatif kecil
dan merupakan organisme uniselular (sel tunggal). Bakteri juga termasuk kelompok
organisme prokariotik, karena materi genetiknya tidak diselubungi oleh membran inti.
Bakteri memiliki berbagai macam bentuk, umumnya terbagi menjadi tiga, yaitu bentuk
basil (seperti batang), bentuk kokus (seperti bola atau oval), dan bentuk spiral. Ada juga
bakteri yang memiliki bentuk bintang dan kotak. Individu-individu bakteri dapat hidup
dengan membentuk pasangan, rantai, kluster, dan bentuk lainnya. Bentuk-bentuk tersebut
dapat menjadi dasar karakter suatu marga pada bakteri (Tortora dkk., 2010).

Sel bakteri memiliki struktur dinding sel. Namun, struktur dinding sel pada bakteri
berbeda dengan tumbuhan. Penyusun utama dinding sel pada bakteri adalah
peptidoglikan, sedangkan penyusun utama dinding sel pada tumbuhan adalah selulosa
(Tortora, 2010). Peptidoglikan adalah sebuah polisakarida yang terdiri dari dua macam
gula turunan, yaitu N-acetylglucosamine (NAG) dan N-acetylmuramic acid (NAM).
Selain itu, peptidoglikan juga disusun oleh beberapa asam amino, seperti D-alanine, L-
alanine, D-glutamic acid, lysine atau struktur mirip analog asam amino yang disebut DAP.
Semua komponen tersebut dikoneksikan sehingga membentuk struktur berulang yang
disebut glycan tetrapeptide (Madigan dkk., 2011).

Selain dinding sel, sel bakteri mempunyai struktur lain yang juga khas, seperti kapsul,
fimbriae, pili, flagela dan endospora. Kapsul merupakan lapisan polisakarida atau protein
yang terletak di bagian terluar dari sel. Kapsul secara khas berikatan dengan kuat pada
dinding sel atau berikatan secara kovalen pada peptidoglikan. Kapsul memiliki fungsi
seperti media untuk melekatkan diri pada substrat padat dan mencegah sel dari
kekeringan. Fimbriae dan pili adalah struktur filamen yang terbuat dari protein dan
memanjang dari permukaan sel. Fimbriae berfungsi untuk melekatkan pada permukaan
atau membentuk biofilm pada permukaan. Sementara itu, pili merupakan struktur mirip
fimbriae, namun ukurannya lebih panjang dan jumlahnya lebih sedikit dibadingkan
fimbriae. Pili berfungsi sebagai reseptor dari virus, memfasilitasi proses konjugasi, dan
media untuk melekatkan sel pada jaringan inang (Madigan dkk., 2011).

Banyak bakteri dapat bergerak dengan “berenang”. Pergerakan tersebut dibantu oleh
struktur yang disebut flagela. Cara kerjanya adalah dengan melakukan semacam rotasi
atau putaran yang menyebabkan sel dapat ditarik dan didorong sehingga sel dapat
berpindah tempat. Flagela bakteri tersusun atas protein yang disebut flagellin. Endospora
adalah struktur khas yang biasanya muncul pada saat sel bakteri berada di kondisi yang
tidak memungkinkan untuk melakukan pertumbuhan. Endospora terdehidrasi dan
mengandung sejumlah agen proteksi seperti kompleks calcium-diphicolinic acid dan acid-
soluble protein, yang tidak ada pada sel vegetatifnya. Endospora dapat tetap dorman
sampai tak terbatas tetapi dapat bergerminasi dengan cepat ketika kondisi memungkinkan
(Madigan dkk., 2011).

Bakteri telah dikelompokkan oleh para ahli berdasarkan tipe morfologi, fisiologi, dan
genetikanya. Sejumlah taksa yang telah dikenal pada bakteri yaitu Proteobacteria,
Actinobacteria, Spirochaetes, dan Cyanobacteria (Hogg, 2005). Selain pengelompokkan
yang telah resmi diterima dalam taksonomi, terdapat juga jenis pengelompokkan tertentu
yang didasarkan pada sifat yang khas dari sejumlah kelompok bakteri. Salah satu jenis
pembagian bakteri tersebut adalah dengan membagi bakteri menjadi bakteri gram positif
dan bakteri gram negatif (Hogg, 2005; Tortora dkk., 2010).

Perbedaan Bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif


Bakteri gram positif dan bakteri gram negatif dibedakan berdasarkan struktur dinding
selnya. Akibat struktur dinding sel yang berbeda, menimbulkan respon yang berbeda
ketika dilakukan pewarnaan gram. Bakteri gram positif memiliki beberapa lapisan
peptidoglikan sehingga lapisan peptidoglikannya tebal. Umumnya, 90% penyusun dinding
sel bakteri gram positif merupakan peptidoglikan. Dinding sel bakteri gram positif
mengandung teichoic acid. Ada dua tipe teichoic acid, yaitu lipoteichoic acid, yang
menjangkau lapisan peptidoglikan dan terhubung ke membran plasma, dan wall teichoic
acid, yang terhubung dengan lapisan peptidoglikan (Tortora dkk., 2010).

Berbeda halnya dengan bakteri gram negatif, yang memiliki lapisan peptidoglikan lebih tipis.
Namun, dinding sel bakteri gram negatif mempunyai membran luar. Membran luar terdiri dari
lipopolisakarida (LPS), lipoprotein, dan fosfolipid. Peptidoglikan terikat dengan lipoprotein di
membran luar dan periplasma, yaitu struktur seperti gel yang berada di antara membran luar dan
plasma membran. Selain itu, Dinding sel bakteri gram negatif tidak mengandung teichoic acid
(Tortora dkk., 2010).

Perbedaan selanjutnya antara bakteri gram positif dan bakteri gram negatif adalah respon yang
berbeda diantara keduanya ketika dilakukan pewarnaan gram.  Bakteri gram positif akan tetap
terwarnai kristal violet ketika dilakukan dekolorisasi dengan alkohol dan bakteri akan
menampakkan warna biru atau ungu.  Sebaliknya, bakteri gram negatif akan terdekolorisasi
dengan alkohol dan terganti dengan pewarna lawan (counterstain) seperti safranin sehingga
bakteri akan berwarna merah atau pink (Tortora dkk., 2010: 88).
Macam-Macam Pewarna Bakteri

Sel bakteri tidak berwarna sehingga sulit dan sukar diamati secara langsung. Untuk
mempermudah pengamatan morfologi bakteri diperlukan pewarnaan. Proses pewarnaan bakteri
lazim disebut pengecatan (Gandjar dkk., 1992). Zat yang digunakan untuk mewarnai bakteri
termasuk biological dye. Zat pewarna/cat yang digunakan untuk mewarnai bakteri mempunyai
dua sifat utama, yaitu mempunyai kelompok kromofor dan memiliki ikatan dengan sel secara
ionik, kovalen, atau hidrofobik.  Kromofor merupakan gugus pemberi warna dari biological dye
(Prescott dkk., 2002).  

Zat warna dapat dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan sifat muatannya, yaitu pewarna
asam (acidic dyes) dan pewarna basa (basic dyes). Pewarna basa terdiri dari methylen blue, basic
fuchsin, crystal violet, safranin yang memiliki muatan positif. Permukaan sel bakteri umumnya
bermuatan negatif, sehingga pewarna basa sering digunakan dalam pengecatan struktur bakteri.
Pewarna asam yakni eosin, rose bengal, acid fuchsin yang memiliki muatan negatif (Prescott
dkk., 2002). Pewarna asam tidak dapat berikatan dengan kebanyakan bakteri karena muatan
negatif pada zat warna akan ditolak dengan muatan negatif pada permukaan sel bakteri, sehingga
pewarna asam mewarnai latar belakangnya (background) saja (Tortora dkk., 2010).

Ada tiga macam pengecatan yang umum digunakan, yaitu pengecatan negatif, pengecatan
sederhana, dan pengecatan diferensial.  Pengecatan negatif dilakukan untuk mewarnai latar
belakang preparat dan bakteri tidak terwarnai.  Pengecatan sederhana dilakukan dengan memakai
satu macam larutan cat.  Sel bakteri akan berwarna sesuai dengan jenis cat yang dipakai.
Sementara itu, pengecatan diferensial dilakukan dengan memakai beberapa macam larutan zat.
Hasil dari pengecatan diferensial mengelompokkan bakteri ke dalam kelompok-kelompok
tertentu (Gandjar dkk., 1992).
Prinsip Pewarnaan Bakteri

Pengecatan negatif memiliki prinsip dasar, yaitu dengan mengkontraskan latar belakang sel
(dibuat menjadi lebih gelap) sehingga sel yang tidak bewarna menjadi lebih terlihat. Pewarna
yang digunakan adalah pewarna asam. Pengecatan negatif cocok digunakan untuk observasi
bentuk sel, ukuran sel, dan kapsul (Tortora dkk., 2010).

Pengecatan sederhana menggunakan satu macam zat warna.  Pengecatan sederhana biasanya
digunakan untuk melihat bentuk dan susunan sel bakteri.  Pewarna yang digunakan biasanya
pewarna basa. Terkadang pada pengecatan sederhana digunakan zat mordant, yaitu zat yang
dapat meningkatkan afinitas antara cat dengan sel bakteri sehingga sel bakteri lebih terwarnai
(Tortora dkk., 2010).

Pengecatan diferensial menggunakan beberapa zat warna dan hasilnya dapat mengelompokkan
bakteri ke dalam kelompok bakteri tertentu.  Salah satu macam pengecatan diferensial adalah
pengecatan gram.  Pengecatan gram menggunakan empat macam larutan.  Larutan pertama
adalah cat utama, yaitu kristal violet. Larutan kedua adalah mordant, yaitu Gram’s iodine.
Mordant berfungsi untuk meningkatkan afinitas antara cat dengan sel bakteri. Mordant akan
berikatan kuat dengan kristal violet.  Setelah diberi mordant, baik bakteri gram positif maupun
negatif, akan tampak berwarna ungu atau biru. Larutan ketiga adalah zat pendekolorisasi, yaitu
etanol atau aseton.  Fungsi zat pendekolorisasi adalah untuk meluruhkan warna ungu pada
bakteri gram negatif, sedangkan bakteri gram positif tetap berwarna ungu.  Larutan keempat
adalah zat pewarna lawan (counter stain), yaitu safranin.  Fungsi zat pewarna lawan adalah akan
memberikan warna pink pada bakteri gram negatif, sedangkan pada bakteri gram positif tetap
berwarna ungu (Benson, 2001; Tortora dkk., 2010)

Pewarnaan Negatif

Pengecatan negatif menggunakan tinta cina atau nigrosin.  Tinta cina atau nigrosin merupakan
jenis pewarna asam dan bermuatan negatif. Tinta cina tidak akan bisa berikatan dengan dinding
sel dari bakteri karena sama-sama bermuatan negatif, sehingga tinta cina hanya akan mewarnai
permukaan preparat atau dengan kata lain membuat gelap latar belakang dari bakteri. Prinsip dari
pengecatan negatif adalah membuat kontras latar belakang objek sehingga objek yang transparan
dan tidak terwarnai menjadi lebih jelas terlihat (Benson, 2001; Harley & Prescott, 2002; Tortora
dkk., 2010).

Pengecatan negatif tidak memerlukan proses fiksasi terlebih dahulu, karena proses fiksasi dapat
membuat sel menjadi mengkerut. Biasanya, pengecatan negatif berfungsi untuk melihat bentuk,
ukuran dan kapsul sel. Jika pada pengecatan negatif dilakukan juga proses fiksasi, akan membuat
perubahan pada ukuran sel sehingga ukuran sel menjadi tidak akurat. Lagipula, salah satu fungsi
dari proses fiksasi adalah untuk membuat proses pewarnaan bakteri menjadi lebih baik.
Sementara itu, pengecatan negatif hanya mewarnai latar belakang dan tidak akan mewarnai
permukaan sel sehingga proses fiksasi tidak perlu dilakukan (Benson, 2001). 

Faktor-faktor yang memengaruhi proses pewarnaan adalah faktor warna, dinding sel bakteri, dan
proses pewarnaan. Cat atau pewarna bisa bersifat asam atau basa, selanjutnya pemakaiannya
disesuaikan dengan pengecatan yang akan dibuat. Jika akan melakukan pengecatan negatif,
pewarna yang digunakan adalah pewarna asam karena pewarna asam tidak akan berikatan
dengan dinding sel. Sementara itu, proses pewarnaan dapat memengaruhi baik tidaknya hasil
pengecatan (Benson, 2001; Harley & Prescott, 2002).
Pewarnaan Sederhana

Contoh pewarnaan sederhana dengan menggunakan crystal violet. Permukaan sel bakteri akan
menjadi berwarna ungu setelah diwarnai dengan pewarna crystal violet. Crystal violet adalah
jenis pewarna basa yang bermuatan positif sehingga dapat berikatan dengan permukaan sel
bakteri (Tortora dkk., 2010).

Sebelum melakukan proses pewarnaan sederana, perlu dilakukan proses fiksasi. Proses fiksasi
mempunyai fungsi yang banyak dalam membantu proses pengecatan menjadi lebih baik. Salah
satu fungsi dari fiksasi yaitu dapat menginaktivasi enzim yang dapat merusak morfologi sel atau
menguatkan struktur sel sehingga dapat menyulitkan proses pewarnaan. Selain itu, fiksasi dapat
mempertahankan posisi sel, membunuh sel, dan melekatkan sel dengan preparat sehingga sel
bakteri tidak hilang ketika proses pencucian (Benson, 2001). Fiksasi dilakukan dengan cara
melewatkan gelas objek di atas nyala api sebanyak 3-4 kali (Gandjar dkk., 1992).

Faktor-faktor yang memengaruhi pewarnaan sederhana adalah faktor cat, permukaan sel bakteri
itu sendiri, dan faktor proses pewarnaan. Cat dan permukaan sel bakteri harus yang mempunyai
ion yang berlawanan sehingga cat dapat berikatan dengan permukaan sel bakteri. Sebagai
contoh, crystal violet yang memiliki ion bermuatan positif akan berikatan dengan permukaan sel
bakteri yang umumnya memiliki ion bermuatan negatif.  Proses pewarnaan sederhana yang
cukup penting adalah pada saat proses fiksasi. Pengerjaan proses fiksasi yang tidak benar akan
membuat pengecatan menjadi kurang baik, misalnya sel bakteri masih hidup, sel bakteri hilang
ketika proses pencucian, dan sel tidak mampu diwarnai oleh zat pewarna (Benson, 2001; Prescott
dkk., 2002; Tortora dkk., 2010). 
Pewarnaan Gram

Pewarnaan gram menggunakan empat jenis larutan, yaitu larutan gram A, gram B, gram C, dan
gram D. Setiap larutan tersebut mempunyai fungsi masing-masing yang dijelaskan sebagai
berikut:

1. Larutan gram A adalah cat utama, yaitu kristal violet. 


2. Larutan gram B adalah mordant, yaitu Gram’s iodine.  Mordant berfungsi untuk
meningkatkan afinitas antara cat dengan sel bakteri. Mordant akan berikatan kuat dengan
kristal violet. Setelah diberi mordant, baik bakteri gram positif maupun negatif, akan
tampak berwarna ungu atau biru. 
3. Larutan gram C adalah zat pendekolorisasi, yaitu etanol atau aseton. Fungsi zat
pendekolorisasi adalah untuk meluruhkan warna ungu pada bakteri gram negatif,
sedangkan bakteri gram positif tetap berwarna ungu. 
4. Larutan gram D adalah zat pewarna lawan (counter stain), yaitu safranin.  Fungsi zat
pewarna lawan adalah akan memberikan warna pink atau merah pada bakteri gram negatif,
sedangkan pada bakteri gram positif tetap berwarna ungu (Benson, 2001; Tortora dkk.,
2010).

Kompleks iodin-kristal violet akan terbentuk di dalam sel pada pewarnaan sel. Kompleks
iodin-kristal violet akan terekstraksi oleh alkohol dari bakteri gram negatif, namun tidak
pada bakteri gram positif. Hal tersebut disebabkan bakteri gram positif mempunyai
lapisan peptidoglikan yang tebal. Peptidoglikan akan terdehidrasi oleh alkohol,
menyebakan pori dinding tertutup dan mencegah kompleks iodin-kristal violet tidak
keluar dari sel. Sebaliknya, pada bakteri gram negatif, alkohol berpenetrasi melewati LPS
dan mengekstraksi kompleks iodin-kristal violet. Sebagai hasilnya, bakteri gram negatif
akan terlihat tidak berwarna dan akan terwarnai oleh zat pewarna lawan (safranin),
sedangkan bakteri gram positif akan tetap berwarna ungu (Madigan dkk., 2011).
Faktor-faktor yang memengaruhi proses pewarnaan gram adalah faktor cat, faktor dinding
sel, dan proses pewarnaan. Cat yang digunakan tidak boleh yang sudah lama karena dapat
memengaruhi hasil pengecatan.  Struktur dinding sel juga memengaruhi hasil pengecatan,
karena struktur dinding sel pada bakteri gram positif dan bakteri gram negatif berbeda.
Proses pengecatan sel juga harus diperhatikan, misalnya pada tahap fiksasi dan pencucian.
Umur biakan yang digunakan juga tidak boleh yang sudah tua, karena biakan yang sudah
tua lebih mudah terdekolorisasi dibandingkan biakan yang masih muda sehingga bakteri
gram positif bisa terlihat seperti bakteri gram negatif (Benson, 2001; Tortora dkk., 2010;
Madigan dkk., 2011).

4. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Praktikum dilaksanakan di laboratorium mikrobiologi pada hari selasa tanggal 10
september 2019 pukul 10.00 wib

Alat dan Bahan Praktikum


Adapun alat-alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
 Mikrokop cahaya
 Crytal violet (Gram A)
 Larutan iodine ( Gram B )
 Alcohol (Gram C)
 Safranin (Gram D )
 Minyak immersi
 Isolat murni bakteri tanah
 Gelas benda
 Jarum ose
 Lampu Bunsen
 Penjepit kayu

Posedur kerja

 Buatlah pulasan bakteri diatas objek gelas,keringkan dan fiksasi dengan api
 Teteskan cat crystal violet (Gram A ) dan diamkan selama 1 menit.
 Buanglah sisa cat dan cuci sisanya dengan air mengalir
 Teteskan larutan iodine (Gram B ) dan diamkan selama 1 menit.
 Cuci dengan air mengalir,kemudian di dekolarisasi (diberi larutan prluntur ) dengan
alcohol ( gram C ) kira kira 2 detik,hati hati jangan sampai berlebihan yang
mengakibatkan kesalahan hasil
 Cuci dengan air mengalir ,tambahkan safranin (Gram D ) selama 20 detik
 Cuci dengan air mengalir,angina anginkan dan amati dibawah mikroskop dengan
perbesaran kuat (1000x) menggunakan minyak immerse.
 Gambarkan hasil – hasil pengecatan dengan diberi keterangan mengenai warna sel
bakteri yang menunjukkan sifat gram dan bentuk sel.

HASIL PENGAMATAN

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini kami melakukan pewarnaan gram dan pengamatan morfologi
bakteri. Biakan murni yang digunakan yaitu E. Coli. Namun pada pratikum ini setelah dilakukan
pengamatan ternyata yang terlihat pada mikroskop ternyata bakteri Basillus. Hali ini terjadi
mungkin karena sudah terjadi kontaminasi sehingga bakteri yang terdapat dalam pengamatan
adalah Basillus. Sehingga dalam pembahasan praktikum ini kami lebih banyak membahas
bakteri Basillus dari pada E. Coli. Bacillus subtilis merupakan bakteri gram-positif yang
berbentuk batang,dan secara alami sering ditemukan di tanah dan vegetasi. Bacillus subtilis juga
telah berevolusi sehingga dapat hidup walaupun di bawah kondisi keras dan lebih cepat
mendapatkan perlindungan terhadap stres situasi seperti kondisi pH rendah (asam), bersifat
alkali, osmosa, atau oxidative kondisi, dan panas atau etanol. 
Pewarnaan Gram adalah pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan paling banyak
digunakan dalam laboratorium mikrobiologi, karena merupakan tahapan penting dalam langkah
awal identifikasi. Pewarnaan ini didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan di
dinding sel dan banyak sedikitnya lapisan lemak pada membran sel bakteri. Pewarnaan gram
menggunakan 4 macam zat pewarna yaitu meliputi Cibol Getian Violet sebagai pewarna primer,
Iodium sebagai pewarna sekunder, Alkohol sebagai larutan pemucat, Safranin sebagai pewarna
pembanding. Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan gram dibagi menjadi dua yaitu gram positif
dan gram negatif. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal dan membran sel selapis.
Sedangkan baktri gram negatif mempunyai dinding sel tipis yang berada di antara dua lapis
membran sel (Manurung, 
 Bakteri gram negative adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu
pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan warna ungu gelap
setelah dicuci dengan alcohol, sementara bakteri gram negative tidak. Bakteri gram positif adalah
bakteri yang mempertahankan zat warna metil ungu sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri
jenis ini akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram negative
akan berwarna merah muda. Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama
didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel bakteri. 
Umumnya bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena
sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa). Mikroba sulit dilihat dengan cahaya karena
tidak membiaskan cahaya hal tersebut menyebabkan zat warna digunakan untuk mewarnai
mikroorganisme. Zat warna dapat mengadsorbsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras
mikroba dengan sekelilingnya dapat ditingkatkan. Mengamati bakteri dalam kehidupan sangat
sulit sehingga dikembangkan teknik pewarnaan sel bakteri agar sel dapat terlihat jelas dan mudah
diamati (Karmana 2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi,
pelunturan warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat pewarna penutup.
Pada praktikum kali ini dilakukan teknik pewarnaan yaitu pewarnaan pada bakteri.
Diawali dengan mengoleskan isolat bakteri (Bacillus SP) dengan tujuan agar isolat bakteri dapat
merata dikaca preparat. Lalu dilakukan fiksasi untuk melekatkan mikroorganisme di kaca
preparat. Sedangkan pemberian Iodium bertujuan untuk memperkuat warna pada bakteri.
Alkohol 96% berfungsi sebagai pemucat atau peluntur warna pada bakteri. Dan tahap terakhir
yaitu pemberian safranin yang berfungsi untuk memberi warna kembali pada bakteri yang telah
kehilangan warna pada proses pemucatan dengan menggunakan alkohol. Pada bakteri di preparat
menunjukkan warna ungu. Hal ini membuktikan bahwa bakteri di preparat merupakan bakteri
gram positif dikarenakan pada bakteri ini mengandung banyak peptidogligan sehingga mudah
berikatan dengan kristal ungu. Jika berwarna merah muda menunjukan bakteri gram negatif
dikarenakan pada bakteri tersebut mengandung banyak lipid sehingga mudah berikatan dengan
safranin.
Hasil uji bakteri agar miring atau Bacillus sp dapat mempertahankan warna primernya
walaupun  mengalami dekolorisasi(pencucian) ketika ditambahkan alkohol sehingga bakteri
Bacillus sp merupakan kelompok bakteri gram positif. Prinsip pewarnaan gram didasarkan  pada
perbedaan struktur dinding sel sehingga menyebabkan perbedaan reaksi dengan perbedaan
permeabilitas zat warna dan penambahan larutan pencuci (Dwidjosapuro 2005).

      Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum ini kami dapat mengetahui dan memahami prosedur
pewarnaan gram dan pengelompokan bakteri. Basillus merupakan bakteri gram positif,
dikarenakan pada bakteri ini mengandung banyak peptidogligan sehingga mudah berikatan
dengan kristal ungu. Sehingga pada saat sampai pewarnaan terakhir bakteri berwarna biru atau
ungu.
           Daftar pustaka
Aditya, Mushoffa. 2010. Teknik Pewarnaan Bakteri. http : // mushoffaditya. blogspot.  
com/2010/01/teknik-pewarnaan-bakteri.html. 2 Juni 2014.
Dwidjoseputro.2005.Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta:PT Gramedia
Fajriana, Rizki. 2008. Mikrobiologi Umum Pewarnaan Gram. http //pewarnaan
bakteri\Mikroum…Pewarnaan Gram « RIZQI FAJRIANA BLOG’S.htm/. 11 November 2010.
Fitria, Bayu. 2009. Pewarnaan Gram (Gram positif dan Gram Negatif).
http://biobakteri.wordpress.com/2009/06/07/7-pewarnaan-gram-gram-positif-dan-gram-negatif.
11 November 2010.
Karmana.2007.Biologi.Jakarta:PT Grafindo Media Pratama
Manurung, Pebrin. 2010. Pengamatan Bentuk Bakteri. http: //pebrinmanurung. blogspot.
com/2010/10/pengamatan-bentuk-bakteri. html. 11 November 2010.
Pelezar chan. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press: Jakarta
Reyza, Muhammad. 2008. Metode Pewarnaan Gram. http: //qi206. wordpress. Com/
2008/10/17/ mikroba/pewarnaan/ 11 November 2010.
Rudi, 2010. Bakteri Gram dan Pewarnaannya. http: // rudyregobiz. wordpress.com/ bakteri-
gram-dan-pewarnaannya-2/. 11 November 2010.
Suriawiria. 2005. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. PT Gramedia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai