FRAKTUR FACIAL
DISUSUN OLEH
Talitha Azalia
030.14.188
PEMBIMBING
dr. Danny Wicaksono Sp.BP-RE
i
LEMBAR PENGESAHAN
FRAKTUR FACIAL
Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah
di Rumah Sakit TNI AL MINTOHARDJO .
Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nya yang begitu
besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas makalah referat
yang berjudul “ FRAKTUR FACIAL“ pada kepaniteraan klinik Ilmu Bedah
RUMKITAL MINTOHARDJO.
Pertama-tama kami ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini, terutama
kepada dr. Danny Wicaksono Sp.BP-RE selaku pembimbing yang telah
memberikan ilmu dan bimbingannya sehingga makalah referat ini dapat
terselesaikan. Penulis berharap makalah referat ini dapat menambah pengetahuan
dan pememahan para tenaga kesehatan lebih lanjut mengenai penyakit hipertensi
dalam kehamilan salah satunya untuk memenuhi tugas yang diberikan pada
kepaniteraan klinik di RUMKITAL MINTOHARDJO.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah referat ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu, segala kritik dan saran dari semua pihak yang
membangun guna menyempurnakan makalah ini sangat penulis harapkan.
Demikian yang penulis dapat sampaikan, semoga makalah referat ini dapat
bermanfaat bagi berbagai pihak.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN..............................................................5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................6
2.1 DEFINISI....................................................................6
2.2 ANATOMI TULANG FACIAL.................................6
2.3 Epidemiologi fraktur facial.........................................9
2.4 Klasifikasi fraktur facial...........................................10
2.5 Penegakan Diagnosa................................................16
2.5.1 Anamnesis..............................................................16
2.5.2 Pemeriksaan fisik...................................................17
2.5.3 Gejala klinis...........................................................18
2.5.4 Pemeriksaan penunjang.........................................19
2.6 Tatalaksana...............................................................21
2.7 komplikasi.................................................................23
BAB III
KESIMPULAN...............................................................24
DAFTAR PUSTAKA.......................................................25
TABEL GAMBAR
Melalui penelitian data rekam medik di SMF Bedah BLU RSU Prof. Dr.
R.D. Kandou Manado periode Januari 2012 sampai Desember 2012. Hasil
penelitian: Jumlah penderita fraktur fasial yang dirawat di SMF Bedah periode
Januari 2012-Desember 2012 sebanyak 156 kasus (5,60%) dari total 2786 trauma
fasial yang dirawat. Usia terbanyak fraktur fasial 20-29 tahun yaitu 78 (50,00%).3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
GAMBAR I
Tulang-tulang tengkorak pada wajah dapat dibedakan menjadi bagian
kranium dan bagian wajah. Kranium terdiri dari sejumlah tulang yang menyatu
pada sendi yang tidak bergerak yang disebut sutura. Mandibula adalah suatu
perkecualian karena menyatu dengan kranium melalui artikulasio
temporomandibularis yang dapat bergerak . 5
Tulang wajah terdiri atas:
- os zygomaticum (2 buah)
- maksila (2 buah)
- os nasale (2 buah)
- os lacrimale (2 buah)
- os vomer (1 buah)
- os palatinum (2 buah)
- konka nasalis inferior (2 buah)
- os mandibula (1 buah)
Os frontale melengkung ke bawah, membentuk margo superior orbita. Di
bagian medial, os frontale berartikulasi dengan procesus frontalis maksila dan os
nasale. Di bagian lateral, berartikulasi dengan os zygomatikum. Margo orbitalis
superior dibentuk oleh os frontale, lateral oleh os zygomatikum, inferior oleh
maksila dan medila oleh procesus maksilaris dan os frontale. 5
Kedua os nasales membentuk batang hidung. Tepi bawahnya bersama
maksila membentuk apertura nasalis anterior. Cavum nasi dibagi dibagi dua oleh
septum nasale bertulang yang sebagian besar dibentuk oleh vomer. Konka
superior dan media dari os ethmoidale pada setiap sisi, menonjol ke dalam cavum
nasi; sedangkan konka inferior merupakan tulang tersendiri.5
Kedua maksila membentuk rahang atas, pars anterior palatum durum,
sebagian dinding lateral rongga hidung dan sebagian dasar orbita. Os
zygomatikum membentuk tonjolan pipi dan bagian dari dinding lateral serta dasar
orbita. Di medial, berartikulasi dengan maksila dan di lateral dengan prosesus
zygomatikus ossis temporalis membentuk arkus zygomatikus. Os zygomatikum
ditembus oleh dua foramen untuk n. Zygomatikofasialis dan
zygomatikotemporalis. Mandibula terdiri atas, corpus horisontal dan dua ramus
vertikal. Korpus menyatu dengan ramus pada angulus mandibula. Foramen
mentale bermuara pada permukaan anterior korpus mandibula, di bawah gigi
5
premolar kedua.
Vaskularisasi wajah
GAMBAR II
A.Karotis externa mensuplai darah ke kepala dan leher di luar rongga
cranial.Cabang-cabangnya : a.tiroidea Superior, a.faringeaasenden, a.lingualis,
a.facialis, a.oksipitalis, a.auricularis, a.temporalissuperfisialis, a.maxilaris.
A.Karotis interna memasuki rongga cranial melalui saluran karotis
temporal.Cabangnya yaitu a.optalmika , a.cerebri anterior, a.serebri media. Arteri
cerebri membentuk bagian lingkaran willis yang mensuplai darah ke bagian dasar
otak.Sinus karotis dan bagian karotis terletak di percabangan a.carotis interna &
externa.A.vertebralis yang mendarahi batang otak. Sedangkan A.facialis keluar
dari trigonum caroticus yang terletak sedikit di atas a.lingualis. A.facialis berjalan
naik pada leher,keluar dari glandula submandibularis. menuju wajah pada tepi
bawah mandibula,pada daerah ini denyutan a.facialis dapat dengan mudah di
raba.A.maxilaris : cabang terminal a.carotis externa yang terbagi menjadi 3 bagian
melaluihubungannya dengan m.pterygoideus lateralis. Cabang terbesar yang
pertama adalaha.alveolaris inferior.Pada region gigi premolar,a.alveolaris inferior
akan berakhir sebagai rami mentales &rami incisivus.Vena yang mendrainase
pipi &labium oris berdrainase baik ke v.facialis ataupunmelalui v.profunda
facialis ke plexus venosus pterygoideus.v.angularis (bag.terminalv.facialis
anterior) berhubungan dengan vena-vena orbita.6
Palatum mole,mendapat pendarahan dari Aa.palatini minors,beberapa
cabanga.pharyngea assendens & palatine assendens,rami dorsales linguae.
Palatum durum di pendarahi oleh a.palatina major & a.incisiva dari
a.nasalis.Arteri-arteri ini merupakan cabang a.maxilaris.Pipi,pendarahan dari
a.buccalis,rami a.alveolaris superior posterior,a.facialis,a.mentalis& a.infra
orbitalis. Labium oris :- Inferius,dari a.labialis inferior & Superius,dari a.labialis
superior Lingua,mendapat pendarahan dari a.lingualis dasar mulut,mendapat
pendarahan dari a.sublingualis cabang a.lingualis & di bawah m.mylohyoideus di
perdarahi oleh a.submentalis cabang a.facialis & a.mylohyoideacabang
a.alveolaris inferior.6
Pada 1977, Schulz mencatat bahwa cedera atletik mencakup 11% dari
semua fraktur wajah dan bahwa cedera wajah terjadi pada 2% dari semua atlet. [4]
Baru-baru ini, Reehal mencatat bahwa fraktur wajah menyumbang 4-18% dari
semua cedera olahraga. Sebuah tinjauan oleh Romeo mengenai fraktur wajah yang
diderita oleh atlet selama partisipasi olahraga mencatat bahwa aktivitas olahraga
menyumbang 3-29% dari cedera wajah dan 10-42% dari semua fraktur wajah.
Tanaka dan rekannya menunjukkan bahwa 10,4% dari semua fraktur
maksilofasial terkait dengan olahraga. 7
Dalam laporan lain, Laskin menyatakan bahwa 250.000 orang, banyak di
antaranya adalah anak-anak, mengalami trauma wajah saat terlibat dalam kegiatan
atletik. Ulasan oleh Hwang et al menunjukkan bahwa atlet berusia 11-20 tahun
adalah populasi yang bertanggung jawab atas sebagian besar (40,3%) patah tulang
wajah terkait olahraga. Selain itu, diperkirakan lebih dari 100.000 cedera terkait
olahraga dapat dicegah dengan mengenakan pelindung kepala dan wajah yang
tepat. 8
Analisis retrospektif menunjukkan dominasi laki-laki yang signifikan (13,75: 1) di
antara atlet yang mengalami patah tulang wajah terkait olahraga. Olahraga yang
paling sering dikaitkan dengan fraktur wajah adalah sepak bola (38,1%), baseball
(16,1%), bola basket (12,7%), seni bela diri (6,4%), dan ski / snowboarding
(4,7%). 7
Hampir 75% dari fraktur wajah terjadi pada rahang bawah, zygoma, dan
hidung. fraktur mandibular pada olahraga yang paling sering terjadi (31,5%),
diikuti oleh kecelakaan kendaraan bermotor (27,2%). Sebuah studi tentang fraktur
wajah yang terjadi selama baseball dan softball menunjukkan bahwa zygoma atau
lengkung zygomatik adalah subtipe fraktur yang paling umum, diikuti oleh fraktur
tengkorak temporoparietal dan fraktur blow-out orbital. Sejumlah penelitian
dalam literatur medis, bagaimanapun, menunjukkan bahwa tulang hidung adalah
tulang yang paling sering retak di wajah, tetapi karena banyak dari pasien ini tidak
mencari perawatan medis atau cedera hanya ditangani dengan rawat jalan ,
sehingga data statistic tidak mencatat hal ini. Kemungkinan tulang hidung lebih
sering patah karena tingkat kekuatan yang lebih rendah yang diperlukan untuk
patah tulang. 7
Fraktur orbita terjadi lebih sering pada pria dewasa muda dan remaja: usia
rata-rata untuk pria dewasa adalah 32 tahun; usia rata-rata untuk anak-anak, 12,5
tahun, dan sebagian besar fraktur orbital terjadi pada anak laki-laki. Selain cedera
yang berhubungan dengan olahraga, cedera yang diderita pada tabrakan kendaraan
bermotor, serangan, dan cedera akibat pekerjaan merupakan penyebab sebagian
besar fraktur orbital.7
Fraktur wajah dapat dikaitkan dengan cedera kepala dan tulang belakang
leher. Sebuah ulasan oleh Boden et al dari cedera katastropik yang terkait dengan
bisbol sekolah menengah dan perguruan tinggi menunjukkan 1,95 cedera
katastropik langsung setiap tahun, termasuk cedera kepala parah, cedera serviks,
dan fraktur wajah yang terkait.9
Patah tulang wajah membutuhkan kekuatan yang signifikan. Dokter harus
mempertimbangkan mekanisme cedera serta temuan pemeriksaan fisik saat
menilai pasien.9
Nasal fracture
Zygoma fractures
Mandibular (angle) fractures
Frontal region fractures
Maxillary (midline) fractures
Mandibular (midline) fractures
Supraorbital rim fractures
GAMBAR III
fraktur os nasal
Hidung adalah bagian yang paling menonjol dari struktur wajah dan
merupakan tulang tulang wajah yang paling sering patah. Sepertiga hidung
didukung oleh tulang hidung berpasangan dan proses frontal rahang atas,
sedangkan dua pertiga bagian bawah hidung dijaga oleh struktur tulang rawan.
Cedera yang lebih serius, fraktur nasoorbitoethmoid, terjadi dengan trauma pada
jembatan hidung. Cedera ini melibatkan perluasan hingga tulang frontal dan
maksila dan dapat mengakibatkan gangguan plat kribiform dan mengakibatkan
rhinorrhea 11
Klasifikasi Stranc 12
Lateral oblique
Fraktur unilateral os nasal dengan depresi tulang.
Depresi unilateral dan lateralisasi kontralateral os nasal
Fraktur bilateral os nasal dengan fraktur maksilla
Frontal
Tipe 1: Tidak memanjang posterior ke garis yang ditarik dari tulang
hidung bagian bawah ke tulang belakang maksila
Tipe 2: flattening struktur tulang rawan dan tulang, fraktur septum, dan
cedera mukosa intranasal
Tipe 3: Kerusakan parah pada tulang hidung dan tulang rawan lateral atas
dengan teleskop septum. Cidera intrakranial dan orbital dapat terjadi
GAMBAR IV
fraktur mandibula
Fraktur mandibula dapat melibatkan simfisis, corpus , sudut, ramus dan
kondilus, dan daerah subkondil. Fraktur tubuh mandibula, kondilus, dan sudut
terjadi dengan frekuensi yang hampir sama, diikuti oleh fraktur ramus dan proses
koronoid. Secara umum, kecelakaan kendaraan bermotor mengakibatkan fraktur
kondilus dan daerah simfisis karena gaya diarahkan pada dagu, sedangkan cedera
tinju lebih cenderung terletak di sudut mandibula, sebagai akibat dari pukulan
tangan kanan. . Lebih dari 50% fraktur mandibula multipel; adanya satu fraktur
mandat mandat evaluasi untuk fraktur tambahan, mungkin kontralateral ke sisi
yang terkena.10
GAMBAR V
Fraktur zygomaticomaxilary
Zygoma, seperti tulang hidung, adalah tulang wajah yang menonjol dan,
karenanya, rentan terhadap cedera. Umumnya, kerusakan pada area ini melibatkan
depresi sentral dengan fraktur pada kedua ujungnya. Fragmen sentral dapat
mengenai otot-otot temporalis, menghasilkan trismus. Karena ketebalannya,
fraktur terisolasi zygoma jarang terjadi, sering melibatkan ekstensi ke tulang yang
lebih tipis dari orbit atau rahang atas, atau dikenal sebagai zygomaticomaxillary
(yaitu, fraktur tetrapod atau tripod) 10
2. Tipe II: MCT menempel pada fragmen sentral yang telah pecah namun
dapat diatasi atau MCT menempel pada fragmen yang cukup besar untuk
memungkinkan osteosynthesis.
3. Tipe III: MCT menempel pada sentral fragmen yang pecah dan tidak dapat
diatasi atau fragmen terlalu kecil untuk memungkinkan terjadinya
osteosynthesis atau telah terlepas total.
Cedera pada kepala dan leher sering melibatkan jalan napas atau pembuluh
darah besar. Oleh karena itu, penilaian awal harus dimulai dengan jalan napas,
pernapasan, dan sirkulasi (ABC).Pertama, lindungi jalan napas dengan
mengeluarkan benda asing dan dengan menempatkan pasien dalam posisi duduk
atau di samping untuk memudahkan pengeluaran darah. Jika ada trauma
maksilofasial yang parah, atlet berisiko mengalami obstruksi jalan napas karena
kurangnya dukungan lidah dari struktur mandibula. Pertimbangkan untuk
menempatkan jalan napas oral atau, jika perlu, melakukan intubasi endotrakeal.
Kedua, nilai atlet untuk bernafas dan sirkulasi. Terakhir, evaluasi tulang belakang
leher. Dalam literatur, cedera tulang belakang leher telah terbukti hadir pada 1-4%
pasien dengan fraktur wajah. Karena kekuatan yang diperlukan untuk patah tulang
wajah, orang harus mempertimbangkan tulang belakang leher retak sampai
terbukti sebaliknya, dan imobilisasi tulang belakang leher harus dipertahankan.
Setelah stabilisasi awal ABC, pemeriksa harus melanjutkan dengan riwayat dan
pemeriksaan fisik. Selain mendapatkan riwayat dasar cedera dan masalah medis
masa lalu, dokter harus berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :16
Bisakah Anda bernapas dari kedua sisi hidung?
Apakah Anda kesulitan berbicara?
Apakah Anda memiliki penglihatan ganda atau masalah lain dengan
penglihatan Anda?
Apakah pendengaran Anda normal?
Apakah Anda mengalami mati rasa di wajah Anda?
Pernahkah Anda mengalami cedera atau operasi wajah sebelumnya,
termasuk prosedur untuk memperbaiki penglihatan (misalnya, LASIK
[laser-dibantu in situ keratomileusis])?
Apakah gigi Anda menyatu seperti biasanya?
Apakah ada gigi Anda yang sakit atau longgar?
Pasien harus ditanyai mengenai mekanisme cedera, adanya mati rasa atau
rasa sakit di bagian wajah, dan gangguan penglihatan.
Pemerikasaan lab
Pertimbangkan untuk melakukan tes laboratorium pra operasi, seperti
jumlah sel darah lengkap (CBC), waktu protrombin / waktu tromboplastin parsial
aktif (PT / aPTT), dan golongan darah dan crossmatch, untuk konsultasi kepada
dokter bedah 17
2.6 Tatalaksana
2.7 komplikasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Burkitt HG, Quick CRG. Head and Maxillofacial Injuries. Dalam Essential
Surgery Problems, Diagnosis and Management. Spanyol: Churchill
Livingstone, 2002
2. Steward C., Fiechtl JF, Wolf SJ. Maksilofacial Trauma.: Challenges in ED
Diagnosis and Management. An Evidence- Based approach to Emergency
Medicine. Emergency Medicine Practice. Volume 10. Num.2. p.1-2
8. Laskin DM. Protecting the faces of America. J Oral Maxillofac Surg. 2000
Apr. 58(4):363.
9. Boden BP, Tacchetti R, Mueller FO. Catastrophic injuries in high school
and college baseball players. Am J Sports Med. 2004 Jul-Aug. 32(5):1189-
96
10. Reehal P. Facial injury in sport. Curr Sports Med Rep. 2010 Jan-Feb.
9(1):27-34.