Anda di halaman 1dari 14

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
Rumah Sakit Umum Daerah Bendan kota Pekalongan adalah
Lembaga teknisi daerah yang didirikan berdasarkan Perda Kota Pekalongan
No. 5 Tahun 2008. RSUD Bendan diresmikan pada tanggal 21 Mei 2009
oleh Wakil Presiden RI Bapak Jusuf Kalla dan di dampingi oleh Direktur
Jendral Pelayanan Medis Bapak Farid W. Husain.
Lokasi RSUD Bendan Kota Pekalongan luas keseluruhan ± 1,35 Ha
terletak di Jalan Sriwijaya No. 2 Pekalongan yang termasuk dalam wilayah
Kelurahan Bendan Kecamatan Pekalongan Barat dan berjarak 300 m dari
Pemerintah Kota Pekalongan. Luas bangunan gedung utama dan

penunjangnya adalah ± 12.000 m2 terdiri dari bangunan 4 lantai ditambah 1


lantai basement.
Ruangan buketan RSUD Bendan kota pekalongan adalah ruang khusus
kelas 3 di RSUD Bendan. Jumlah tempat tidur di ruangan ini adalah 46
tempat tidur dan terdapat kurang lebih 17 perawat yang berada di ruang
Buketan RSUD Bendan. Fasilitas yang terdapat di ruangan ini sudah cukup
memadai antara lain terdapat ruang perawatan pasien, ruang tunggu untuk
keluarga pasien, kamar mandi dll.
Berisi hasil “Pengelolaan Keperawatan pada Nn. S dan Sdr. S dengan
Thypus Abdominalis dengan Fokus Studi Hipertermi di Ruang Buketan
RSUD Bendan Kota Pekalongan”. Bab ini dimulai dan pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan
evaluasi keperawatan. Pengkajian dimulai pada hari Senin tanggal 11 Maret
2019 pukul 16.00 W1B dan pada hari Kamis tanggal 14 Maret 2019 pukul
15.30 WIB.
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Pasien I
Pasien bernama Nn. S berusia 36 tahun, berjenis kelamin
perempuan, suku bangsa Jawa Indonesia, beragama islam, pendidikan
terakhir SMA, pekerjaan Buruh, alamat Kelurahan. Kramatsari Kota
Pekalongan dengan diagnosa medis Thypoid. Pasien masuk rumah
sakit pada tanggal 10 Maret 2019.
Penanggung jawab pasien adalah Tn. S berumur 65 tahun,
pendidikan terakhir SD, pekerjaan sebagai Buruh, alamat Kelurahan
Kramatsari Kota Pekalongan, status Tn. A adalah ayah pasien.
Pasien II
Pasien bernama Sdr. S berusia 17 tahun, berjenis kelamin laki-
laki, suku bangsa Jawa Indonesia, beragama islam, pendidikan terakhir
SMP, pekerjaan pelajar, alamat Kelurahan Bandengan Kota
Pekalongan dengan diagnosa medis Thypoid. Pasien masuk rumah
sakit pada tanggal 13 Maret 2019.
Penanggung jawab pasien adalah Tn. R berumur 36 tahun,
pendidikan terakhir SMP, pekerjaan sebagai Buruh, alamat Kelurahan
Medono Kota Pekalongan, status Tn. R adalah paman pasien.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Pasien I
Pasien mengeluh menggigil, pusing dan mual.
Pasien II
Pasien mengeluh lemas, pusing dan mual.
2) Riwayat Keperawatan
Pasien I
Menurut keterangan pasien, Hari Minggu, tanggal 10 Maret
2019 jam 17.00 WIB, pasien masuk ke RSUD Bendan Kota
Pekalongan, dengan keluhan mual, menggigil, pusing selama 3
hari. Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan
keluarganya. Jam 20.00 WIB pasien dipindahkan di ruang
Buketan. Kesadaran pasien composmentis Glasgow Coma Scale
(GCS) 15. ID 110/70 mmhg, respiratory rate 20 x/menit, Nadi 80
kali x/menit, suhu 38,7°C.
Pasien II
Menurut keterangan pasien, pada hari r a b u tanggal 13
Maret 2019 pukul 11.00 pasien mengeluh pusing, lemas, mual
kemudian pasien memeriksakan diri ke IGD RSUD Bendan Kota
Pekalongan. Pasien disarankan oleh dokter untuk menjalani rawat
inap. Keluarga pasien menerima saran dokter. Pasien masuk
ruangan Buketan pukul 14.30 WIB.
Kesadaran pasien composmentis Glasgow Coma Scale
(GCS) 15. TD 120/80 mmhg, respiratory rate 22 x/menit, Nadi 84
kali x/menit, suhu 38,9°C.

3) Riwayat Kesehatan Dahulu


Pasien I
Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami penyakit yang
dialami sekarang ini. Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit.
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-
obatan maupun alergi terhadap makanan
Pasien II
Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami penyakit yang
dialami sekarang ini. Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit.
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-
obatan maupun alergi terhadap makanan
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien I
Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak memiliki
riwayat penyakit yang seperti dialaminya. Di keluarganya tidak ada
yang mempunyai penyakit keturunan maupun penyakit menular
seperti diabetes mellitus, hipertensi dan tuberkulosis.
Pasien II
Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak memiliki
riwayat penyakit yang seperti dialaminya. Di keluarganya tidak ada
yang mempunyai penyakit keturunan maupun penyakit menular
seperti diabetes melitus, hipertensi dan tuberkulosis.
c. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien I
Pasien mengatakan sakit yang dialami akan sembuh. Pasien
berusaha menjalani pengobatan dengan sebaik mungkin dan
melakukan hal yang dianjurkan tenaga kesehatan agar cepat
sembuh.

Pasien II
Pasien mengatakan sakit yang dialami akan sembuh. Pasien
berusaha menjalani pengobatan dengan sebaik mungkin dan
melakukan hal yang dianjurkan tenaga kesehatan agar cepat
sembuh.
2) Pola Nutrisi dan Metabolik
Pasien I
Sebelum sakit : frekuensi makan 3x sehari, nafsu makan
baik, makan habis satu porsi, jenis makanan nasi, sayur, lauk. Saat
sakit : frekuensi makan 3x sehari, pasien hanya menghabiskan ½
porsi makanan, jenis makanan nasi, sayur, lauk.
Minum :
Sebelum sakit : pasien minum 6-7 gelas per hari, jenis
minuman air putih dan teh. Selama sakit pasien minum 4-5 gelas
per hari, jenis minuman air putih dan teh.
Pasien II
Sebelum sakit : frekuensi makan 3x sehari, nafsu makan
baik, makan habis satu porsi, jenis makanan nasi, sayur, lauk. Saat
Sakit : frekuensi makan 3x sehari, makan habis satu porsi, jenis
makanan bubur, lauk dan sayuran.
Minum: pasien minum 6-7 gelas per hari, jenis minuman air
putih. Selama sakit pasien minum 5-7 gelas per hari, jenis
minuman air putih dan teh.
3) Pola Eliminasi
Pasien I
Eliminasi BAK dan BAB sebelum pasien sakit yaitu BAB
1-2 x sehari dengan padat, warna kuning, bau khas feses. Pasien
mengatakan BAK  5-6 x sehari, berwana kuning jernih, bau khas
urin. Saat sakit BAB 1 x sehari dengan padat, warna kuning, bau
khas feses. BAK ± 6-7 x sehari, benvana kuning jernih, bau khas
urin
Pasien II
Eliminasi BAK dan BAB sebelum pasien sakit yaitu BAB
1-2x sehari dengan konsistensi padat, warna kuning, bau khas
feses. Pasien mengatakan BAK  6-7 x sehari, berwana kuning
jernih, bau khas urin. Saat sakit BAB 1 x sehari dengan padat,
warna kuning, bau khas feses. BAK 6-7 x sehari, berwana kuning
jernih, bau khas urin
4) Pola Aktifitas dan Latihan
Pasien I
Sebelum sakit pasien merupakan Buruh, setiap hari pasien
melakukan aktivitas secara mandiri, makan. mandi, berangkat kerja
dan lain-lain. Saat sakit pasien mengatakan aktivitas pasien masih
dibantu orang lain seperti makan dan mandi. Pasien tampak
bedrest.
Pasien II
Sebelum sakit pasien merupakan pelajar, setiap hari pasien
melakukan aktivitas secara mandiri, makan. mandi, berangkat
sekolah dll. Saat sakit pasien mengatakan aktivitas pasien masih
dibantu orang lain seperti makan dan mandi Pasien tampak bedrest.
5) Pola Istirahat dan Tidur
Pasien I
Sebelum sakit, pasien mengatakan tidur kurang lebih 7-8
jam sehari. Kualitas tidur nyenyak.
Pasien mengatakan tidak memiliki kebiasaan khusus menjelang
akan tidur. Saat sakit pasien mengatakan tidur kurang lebih 6-7 jam
sehari.
Pasien II
Sebelum sakit, pasien mengatakan tidur kurang lebih 7-8
jam sehari. Kualitas tidur nyenyak. Pasien mengatakan tidak
memiliki kebiasaan khusus menjelang akan tidur. Saat sakit pasien
mengatakan tidur kurang lebih 6-7 jam sehari.

6) Pola Kognitif Sensori


Pasien I
Pasien sadar penuh atau composmentis, pasien dapat
berkomunikasi dan berbicara normal, pendengar dan penglihatan
baik. Pasien tampak lemah.
Pasien II
Pasien sadar penuh atau composmentis, pasien dapat
berkomunikasi dan berbicara normal, pendengar dan penglihatan
baik, pasien tampak lemas.
7) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Pasien I
Pasien menyadari kondisinya yang sedang sakit dan
bersyukur karena penyakit yang dialami masih bisa disembuhkan.
Pasien berharap cepat sembuh supaya pasien dapat kembali
beraktivitas seperti biasanya.
Pasien II
Pasien mengatakan yakin dirinya akan sembuh dan dapat
beraktivitas seperti biasanya apabila menjalankan pengobatan
dengan baik.
8) Pola Peran Hubungan
Pasien I
Pasien tidak memiliki hambatan dalam berhubungan
dengan orang lain. Hubungan pasien dengan keluarga, tetangga,
saudara, dan teman baik.
Pasien II
Pasien tidak memiliki hambatan dalam berhubungan
dengan orang lain. Hubungan pasien dengan keluarga, tetangga,
saudara, dan teman baik.
9) Pola Seksual dan Reproduksi
Pasien seorang perempuan berusia 36 tahun (pasien I) dan
17 tahun (pasien II) dan keduanya belum menikah.
10) Pola Koping dan Toleransi Stress
Pasien I
Orang terdekatnya adalah bapaknya. Pasien sering
menceritakan masalah yang dialami dan meminta pendapat kepada
orangtuanya.
Pasien II
Orang terdekatnya adalah pamannya. Pasien sering
menceritakan masalah yang dialami dan meminta pendapat kepada
pamannya.
11) Pola Keyakinan dan Kepercayaan
Pasien I
Pasien beragama islam, selama di rumah sakit pasien tetap
menunaikan ibadah dengan berbaring di tempat tidur.
Pasien II
Pasien beragama islam, selama di rumah sakit pasien tetap
menunaikan ibadah dengan berbaring di tempat tidur.
d. Pemeriksaan Fisik
Pasien I
Hasil pemeriksaan fisik Nn. S sebagai berikut keadaan umum
lemah, kesadaran pasien composmentis Glasgow Coma Scale (GCS)
15. Tanda - tanda vital, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit,
respiratory rate 20 x/menit, suhu 38,7°C.
Pemeriksaan kepala Nn. M dari inspeksi, kepala Nn. M kepala
mesochepal, rambut bersih, tidak ada ketombe, sedangkan hasil palpasi
yang didapatkan tidak ada nyeri tekan. Mata, melalui inspeksi kondisi
mata simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, reaksi
pupil isokor, pandangan baik. Pada telinga dari inspeksi di dapatkan
data telinga simetris kanan kiri, tidak ada serumen berlebih, fungsi
pendengaran baik. Hidung pasien simetris, dan tidak ada polip. Mulut
dan tenggorokan pada Nn. M, mulut berwarna kemerahan, tidak ada
stomatitis, tidak caries gigi. Pemeriksaan leher tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid. Kemudian thorak atau pare pasien diperiksa dan
didapatkan hasil bentuk dada simetris kanan kiri, respiratory rate
20x/menit, terlihat kembang kempis dada, palpasi menunjukan getaran
dinding dada kanan kiri sama. Pada saat dilakukan perkusi bunyi paru
sonor dan auskultasi bunyi nafas vesikuler. Setelah itu dilakukan
pemeriksaan jantung, jantung tidak mengalami pembesaran, saat di
palpasi tidak terdapat nyeri tekan, perkusi pada jantung didapatkan
suara jantung pekak, auskultasi bunyi jantung lup dup. Perkusi di
dapatkan data suara ketuk abdomen timpani dan pemeriksaan
auskultasi pada abdomen adanya bising usus  8 x/menit. Pada
pemeriksaan genetalia Nn. S didapatkan data jenis kelamin perempuan.
Kebersihan kulit baik tidak ada kelainan pada genetalia. Pada
ekstremitas atas Nn. S tidak ada pembengkakan, tidak ada kelainan,
terpasang infus RL 20 tetes per menit di tangan kanan, daerah sekitar
infus tidak terdapat kemerahan, gatal, bengkak, maupun pamas. Pada
ekstremitas bawah tidak terdapat pembengkakan maupun kelainan.
Pasien II
Hasil pemeriksaan fisik Sdr. S sebagai berikut keadaan umum
sedang, kesadaran pasien composmentis Glasgow Coma Scale (GCS)
15. Tanda - tanda vital, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84 x/menit,
respiratory rate 22 x/menit, suhu 38,9°C. Pemeriksaan kepala Sdr. S
dari inspeksi, kepala Sdr. S kepala mesochepal, rambut bersih, tidak
ada ketombe, sedangkan hasil palpasi yang didapatkan tidak ada nyeri
tekan. Mata, melalui inspeksi kondisi mata simetris, sklera tidak
ikterik, konjungtiva tidak anemis, reaksi pupil isokor, pandangan baik.
Pada telinga dari inspeksi di dapatkan data telinga simetris kanan kiri,
tidak ada serurnen berlebih, fungsi pendengaran baik. Hidung pasien
simetris.
Mulut dan tenggorokan pada Sdr. S mulut berwarna
kemerahan, tidak ada stomatitis, tidak caries gigi. Pemeriksaan leher
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. Kemudian thorak atau paru
pasien diperiksa dan didapatkan hasil bentuk dada simetris kanan kiri,
respiratory rate 22 x/menit, terlihat kembang kempis dada, palpasi
menunjukan getaran dinding dada kanan kiri sama. Pada saat
dilakukan perkusi bunyi paru sonor dan auskultasi bunyi nafas
vesikuler. Setelah itu dilakukan pemeriksaan jantung, jantung tidak
mengalami pembesaran, saat di palpasi tidak ditemukan nyeri tekan,
perkusi pada jantung didapatkan suara jantung pekak, auskultasi bunyi
jantung lup dup. Pada pemeriksaan genetalia Sdr. S didapatkan data
jenis kelamin laki-laki. Kebersihan kulit baik tidak ada kelainan pada
genetalia.
Pada ekstremitas atas Sdr. S tidak ada pembengkakan, tidak
ada kelainan, terpasang infus RL 20 tetes per menit di tangan kanan,
daerah sekitar infus tidak terdapat kemerahan, gatal, bengkak, maupun
pamas. Pada ekstremitas bawah tidak terdapat pembengkakan maupun
kelainan.
e. Pemeriksaan Penunjang
Pasien I
Pemeriksaan laboratorium Nn. S pada tanggal 11 Maret 2019 di
dapatkan data Hematologi : Hemoglobin L 13,3 gr/dl, Hematokrit L
36,7%, Leukosit 5,44 10^3/ul, Trombosit 327 10^3u1, Eritosit 4,75
10^6u1, MCV L 77,3 Fl, MCH 28,0 pg, MCHC 36,2 g/dl, Eosinofil
3,1 %, Basofil 0.0 %, Neutrofil 52,3 %, Limfosit 32,0 %, Monosit
22,0%. Pemeriksaan kimia klinik didapatkan data Ureum 17.0 Mg/d1,
Creatinin 0,8 Mg/d1, SGOT 25 U/L, SGPT 24 U/L, Salmonella Thypi
IGM H 4. Salmonella (+)
Pasien II
Pemeriksaan laboratorium Sdr. S pada tanggal 13 Maret 2019
di dapatkan data Hematologi : Hemoglobin L 12,3 gr/dl, Hematokrit L
34,7%, Leukosit 5,3 10^3/ul, Trombosit 317 10^3u1, Eritosit 3,75
10^6u1, MCV L 76,3 Fl, MCH 27,0 pg, MCHC 35,2 g/dl, Eosinofil
3,4 %, Basofil 0.0 %, Neutrofil 51,3 %, Limfosit 31,0 %, Monosit
24,0%. Pemeriksaan kimia klinik didapatkan data Ureum 16.0 Mg/dl,
Creatinin 0.7 Mg/d1, SGOT 24 U/L, SGPT 22 U/L, Salmonella Thypi
IGM H 3. Salmonella (+)
f. Terapi
Pasien I
Pasien mendapatkan terapi injeksi dan oral setelah thypoid.
Injeksi tanggal 11 Maret 2019 -13 Maret 2019 injeksi Ceftriaxone 1 gr/
12 jam, Ondancentron 4 mg/8 jam, Pantoprazole 2x1 40 mg/l 2 jam,
Paracetamol 3x1 500 mg dan infus cairan ringer laktat 20 tetes
permenit. Obat oral meliputi: methylprednisolone 2x 1 .
Pasien II
Pasien mendapatkan terapi injeksi dan oral setelah thypoid.
Injeksi tanggal 11 Maret 2019 -13 Maret 2019 injeksi Ceftriaxone lgr/
12 jam, Ondancentron 4 mg/8 jam, Paracetamol 3x1 500 mg dan infus
cairan ringer laktat 20 tetes permenit. Obat oral meliputi:
methylprednisolone 2x 1.
2. Diagnosa Keperawatan
Pasien I
Berdasarkan hasil pengkajian di atas ditemukan data subyektif
yaitu pasien mengeluh pusing, mual, menggigil. Data obyektif yaitu suhu
38,7°C, pasien tampak lemas . Berdasarkan data subyektif dan obyektif
tersebut dirumuskan diagnosa keperawatan Hipertermi berhubungan
dengan proses penyakit.
Pasien II
Berdasarkan hasil pengkajian di atas ditemukan data subyektif
yaitu pasien mengeluh pusing, lemas dan mual. Data obyektif yaitu pasien
tampak lemas dan suhu 38,9°C. Berdasarkan data subyektif dan obyektif
tersebut di rumuskan diagnosa keperawatan Hipertermi berhubungan
dengan proses penyakit.

3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan disusun pada tanggal 11 Maret 2019 (pasien I) dan 14
Maret 2019 (pasien II) dengan diagnosa Hipertermi berhubungan dengan
proses penyakit. Tujuan yang ingin dicapai penulis yaitu suhu dalam
rentang normal setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan pusing berkurang dan suhu dalam rentang normal dengan
kriteria hasil : tanda-tanda vital dalam rentang normal, tidak ada pusing
dan perubahan pada warna kulit.
Tujuan dan kriteria hasil yang telah disusun penulis sesuai dengan
Nanda NIC NOC dengan intervensi keperawatan yang dilakukan pada Nn.
S dan Sdr. S adalah monitor suhu minimal tiap 2 jam, monitor tanda-tanda
vital, kompres pasien dibagian dahi, lipat paha atau axila, tingkatkan
intake cairan dan nutrisi. dan anjurkan untuk istirahat total.
Monitor suhu dan monitor tanda-tanda vital berguna dalam
pengawasan suhu tubuh dan kemajuan penyembuhan. Kompres hangat
memberikan rasa hangat untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman,
mengurangi atau membebaskan rasa sakit di kepala, mengurangi atau
mencegah spasme otot dan memberikan rasa hangat pada daerah tertentu.
Meningkatkan intake cairan dan nutrisi sangat penting untuk
membantu kesembuhan pasien, meningkatkan istirahat dan mengurangi
aktivitas. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberikan theraphy obat.

4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan dimulai dari tanggal 11 Maret
2019 sampai 13 Maret 2019 (pasien I) 14 Maret 2019 sampai 16 Maret
2019 (pasien II). Tindakan keperawatan penulis laksanakan untuk
mengatasi hipertermi pada Nn. S dan Sdr. S adalah melakukan monitor
suhu minimal tiap 2 jam, monitor tanda-tanda vital, kompres pasien
dibagian dahi, lipat paha atau axila, tingkatkan intake cairan dan nutrisi,
dan anjurkan untuk istirahat total.
Pelaksanaan tindakan keperawatan yang penulis lakukan sudah
sejalan dengan perencanaan yang telah dibuat. Penulis melaksanakan
tindakan keperawatan monitor suhu minimal tiap 2 jam, monitor tanda-
tanda vital, kompres pasien dibagian dahi, lipat paha atau axila, tingkatkan
intake cairan dan nutrisi, dan anjurkan untuk istirahat total. Kemudian
penulis menganjurkan pasien melakukan relaksasi nafas dalam setelah
penulis mengajarkan cara melakukannya. Hal ini dikarenakan untuk
mengurangi rasa sakit di kepala, pasien telah memahami dan hafal cara
melakukan relaksasi nafas dalam. Penulis tidak perlu mengajarkan
relaksasi nafas dalam kembali.
Pelaksanaan tindakan keperawatan mengajarkan teknik relaksasi
nafas dalam direspon oleh pasien dengan pasien dapat menerima tindakan
keperawatan yang telah diajarkan dan menerapkannya.
Tindakan keperawatan yang dilaksanakan penulis untuk mengatasi
hipertermi adalah dengan kompres hangat, menganjurkan untuk istirahat
total dan tingkatkan intake nutrisi.
Penulis juga melaksanakan tindakan keperawatan untuk mengatasi
hipertermi yaitu berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian theraphy
obat. Obat yang diberikan adalah obat analgetik dan antipiretik untuk
menurunkan panas seperti paracetamol dengan dosis 3x1 500 mg.
Pemberian obat dilakukan sesuai dengan jam pemberian. Dalam
pemberian obat ini selama 24 jam pertama pasien sudah menunjukan
penurunan suhu. Respon pasien dalam 24 jam kedua yaitu pasien
mengatakan pusing sudah berkurang dan lebih nyaman dari kemarin. Pada
24 jam ketiga suhu pasien berkurang dan sesuai dengan kriteria basil yang
ditetapkan. Ditunjukan dengan respon pasien, pasien mengatakan pusing
sudah berkurang, suhu 36,9°C (pasien 1) dan 36,7°C (pasien 2) lebih
nyaman dari kemarin dan bisa jalan dengan leluasa karena pusing
berkurang. Penurunan suhu pada pasien sesuai dengan rencana
keperawatan dan terjadi peningkatan kenyamanan. Hal ini dikarenakan
motivasi pasien yang besar untuk sembuh. Pasien juga melaksanakan
manajemen nyeri dengan baik salah satunya yaitu melakukan relaksasi
nafas dalam ketika pusing/sakit kepala muncul.
Data tersebut mendukung tercapainya tujuan sesuai dengan rencana
keperawatan. Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah Hipertermi
berhubungan dengan proses penyakit telah penulis lakukan dari tanggal 11
Maret 2019 sampai 13 Maret 2019 (pasien I) 14 Maret 2019 sampai 16
Maret 2019 (pasien II) sesuai dengan perencanaan yang telah penulis buat
pada tanggal 11 Maret 2019 (pasien I) dan 14 Maret 2019 (pasien II).
Motivasi yang besar pada din pasien untuk sembuh serta kooperatifnya
pasien dan keluarga yang berespon baik terhadap pelaksanaan
keperawatan sehingga tindakan keperawatan dapat dilakukan tanpa adanya
hambatan dan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
5. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam dan
tanggal 11 Maret 2019 sampai 13 Maret 2019 (pasien I) dan 14 Maret
2019 sampai 17 Maret 2019 (pasien II), maka pada tanggal 13 Maret 2019
(pasien I) dan 16 Maret 2019 (pasien II) dilakukan evaluasi dari tindakan
keperawatan Hipertermi pada pasien dengan Thypus Abdominalis adalah
suhu dalam rentang normal, melaporkan bahwa pusing berkurang,
menyatakan tidak lemas lagi.
Evaluasi akhir mengenai asuhan keperawatan Hipertermi
berhubungan dengan proses penyakit pada Nn. S dan Sdr. S dilakukan
pada tanggal 13 Maret (pasien I) dan 16 Maret 2019 (pasien II) didapatkan
data subyektif pasien mengatakan pusing berkurang, suhu dalam rentang
normal dan lebih nyaman dari kemarin. Data obyektif pasien 1 suhu
36,9°C, pasien 2 suhu 36,7°C. Analisis masalah, masalah hipertermi
teratasi (pasien melaporkan bahwa pusing berkurang). Planing untuk
pasien yaitu pertahankan intervensi, anjurkan pasien meningkatkan
istirahat total dan meningkatkan intake cairan dan nutrisi, anjurkan pasien
minum obat secara rutin sesuai dosis yang diberikan. Masalah suhu dan
pusing teratasi, hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh
NANDA NIC NOC.

Anda mungkin juga menyukai