Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup saat ini merupakan salah satu
penyebab terjadinya peningkatan angka insidensi Penyakit Tidak Menular
(PTM). Berdasarkan laporan dari World Health Organization (WHO),
terdapat lima penyakit tidak menular dengan angka kesakitan dan
kematian paling tinggi di Asia Tenggara, yaitu penyakit jantung, kanker,
penyakit pernapasan kronis, diabetes mellitus, dan cidera (Nur &
Warganegara, 2016). Proses perkembangan penyakit tidak menular secara
umum lambat dan membutuhkan waktu yang panjang (Nugroho &
Kurniasari, 2019).
Diabetes melitus memerlukan pengelolaan khusus dan
berkelanjutan untuk mengendalikan kadar gula darah sehingga komplikasi
dapat dicegah (Fitriyanti, 2019). Berdasarkan data dari International
Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2014, prevelensi penderita diabetes
melitus secara global pada tahun 2012 sebesar 8,4% dari seluruh populasi
penduduk dunia, dan mengalami peningkatan menjadi 382 kasus pada
tahun 2013. International Diabetes Federation memperkirakan angka
insidensi penyakit diabetes melitus akan terus meningkat menjadi 55%
(592 juta) pada tahun 2035 usia penderita diabetes mellitus diantara 40-59
tahun (Anggeria & Siregar, 2014). Indonesia menjadi negara ke-4 dengan
jumlah penderita diabetes terbanyak pada tahun 2000 yaitu sebanyak 8,4
juta dan diperkirakan pada tahun 2030 jumlah penderita diabetes akan
bertambah menjadi 21,3 juta penduduk (WHO, 2016). Lima provinsi di
Indonesia dengan prevalensi penyakit diabetes
Tujuan

1. Tujuan Umum
Diketahuinya pengaruh penerapan perawatan luka dengan modern
dressing pada pasien ulkus diabetikum

2. tujuan khusus

a. Diketahuinya proses penyembukan luka diabetik menggunakan modern


dressing.

b. Diketahuinya prosedur perawatan luka dengan modern dressing untuk


ulkus diabetikum.

Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat teoritis Manfaat hasil penelitian secara teoritis diharapkan dapat


sebagai bahan masukan dan informasi bagi pembaca terkait dengan teknik
perawatan luka dengan modern dressing pada pasien ulkus diabetikum.

b. Manfaat praktis

1) Bagi perawat. Bagi profesi keperawatan diharapkan bermanfaat untuk


meningkatkan kualitas asuhan keperawatan untuk memberikan perawatan luka
bagi pasien ulkus diabetikum untuk mempercepat penyembuhan luka.

2) Bagi institusi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Jurusan Keperawatan Sebagai


bahan referensi dalam institusi pendidikan khususnya Ilmu Keperawatan
Medikal Bedah di Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 8 Jurusan Keperawatan
tentang pengaruh pemberian tindakan perawatan luka modern pada pasien ulkus
diabetikum untuk mencegah infeksi dan amputasi.

3) Bagi peneliti selanjutnya Sebagai bahan bacaan dan informasi bagi


pengembangan penelitian selanjutnya mengenai perawatan luka dengan modern
dressing pada pasien ulkus diabetikum
BAB II

KONSEP TEORITIS

A. Konsep Diabetes Melitus 1. Pengertian Diabetes melitus adalah gangguan


metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan
abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan
oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau
keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular,
makrovaskular, dan neuropati (Yuliana dalam NANDA, 2015)

Sel khusus pankreas menghasilkan sebuah hormon yang disebut insulin


untuk mengatur metabolisme.

Tanpa hormon ini, glukosa tidak dapat masuk sel tubuh dan kadar glukosa
darah meningkat. Akibatnya, individu dapat dapat mulai mengalami gejala
hiperglikemia. Secara sederhana, proses ini dinyatakan sebagai pembentukan
diabetes melitus. (Rosdahi, 2015).

Klasifikasi

Menurut Frykberg dalam Dafianto (2016), klasifikasi laserasi dapat


menfasilitasi pendekatan logis untuk pengobatan dan bantuan dalam prediksi
hasil. Beberapa sistem klasifikasi luka telah dibuat, berdasarkan parameter
seperti luasnya infeksi, neuropati, iskemia, kedalaman atau luasnya kehilangan
jaringan, dan lokasi.

Klasifikasi derajat ulkus diabetik dapat dibagi menjadi enam tingkatan menurut
sistem Wagner berdasarkan dalamnya luka, derajat infeksi, dan derajat gangren
(PERKENI dalam Dafianto, 2016)
Faktor Risiko Ulkus Diabetik

Menurut Kibachio dalam Dafianto (2016), dalam penelitiannya di Kenya


menunjukan bahwa kapalan pada kaki dan tekanan darah diatas 130/80 mmHg
berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus diabetik. Kondisi seperti sepatu yang
tepat, pemeriksaan kaki secara teratur, memiliki diet yang ditentukan, rencana
latihan, tidak memiliki infeksi jamur, dan memiliki pengetahuan tentang
perawatan kaki akan melindungi penyandang DM dari ulkus diabetik.
Berdasarkan penelitian Roza , et al.

Dalam Dafianto (2016), pasien DM dengan ulkus dan tanpa ulkus yang
masing-masing 27 orang di RSUP Dr. M. Djamil dan RSI Ibnu Sina Padang
menunjukan bahwa lama DM, neuropati, penyakit arteri perifer, riwayat trauma,
dan perawatan kaki merupakan faktor risiko terjadinya ulkus diabetik.
Penelitian tersebut menyatakan bahwa arteri perifer dan trauma merupakan
faktor yang paling berpengaruh terhadap ulkus diabetik. Faktor perawatan kaki,
neuropati motorik, penyakit arteri perifer, pengendalian kadar glukosa darah,
dan gangguan pengihatan merupakan faktor risiko terjadinya ulkus (Purwanti
dalam Dafianto, 2016).

Peran keluarga adalah

1) pengaturan diet DM: koordinator

2) pengaturan latihan fisik: motivator;

3) pengaturan manajemen obat: koordinator;

4) pemantauan kadar gula darah: motivator; dan

5) deteksi dini tanda/gejala komplikasi: pengawas pasif. Peran keluarga yang


variatif membantu klien mengendalikan kadar gula darahnya.
BAB III

TEKNIK PERAWATAN LUKA MODERN DAN KONVENSIONAL TERHADAP


KADAR INTERLEUKIN 1 DAN INTERLEUKIN 6 PADA PASIEN LUKA DIABETIK
(Modern and Convensional Wound Dressing to Interleukin 1 and Interleukin 6 in Diabetic
wound)

Werna Nontji*, Suni Hariati*, Rosyidah Arafat* Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin Jalan Perintis Kemerdekaan KM. 10, Kampus UNHAS
Tamalanrea Makassar E-mail:shekawai@yahoo.co.id

ABSTRAK Pendahuluan: perawatan luka secara holistik merupakan salah satu cara untuk
mencegah gangren dan amputasi, teknik rawat luka modern lebih efektif daripada
konvensional dengan cara meningkatkan perubahan faktor pertumbuhan dan sitokin, terutama
interleukin. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifi kasi efektivitas teknik rawat luka
modern dan Luka konvensional Dressing terhadap kadar Interleukin 1 (IL-1) dan Interleukin
6 (IL-6) pada pasien luka diabetik. Metode: Sebuah Kuasi eksperimental pre-post dengan
desain kelompok kontrol yang digunakan. Intervensi yang diberikan adalah pembalut luka
modern dan kelompok kontrol dengan pembalut luka konvensional, penelitian ini dilakukan
di Makassar dengan 32 sampel (16 di kelompok intervensi dan 16 kelompok kontrol). Hasil:
Hasil uji Pooled T menunjukkan bahwa p = 0,00 (p < 0,05), berarti ada signifi kansi korelasi
antara teknik rawat luka modern terhadap kadar Interleukin 1 (IL-1) dan Interleukin 6 (IL-6)
dari pada teknik rawat luka konvensional. Diskusi: Proses penyembuhan luka dipengaruhi
faktor pertumbuhan dan sitokin (IL-1 dan IL-6), hai ini akan dirangsang oleh pembalutan
luka, teknik pembalutan luka modern (Kalsium alginat) dapat menyerap luka drainase, non
oklusive, non adhesif, dan debridement autolitik. Kata kunci: pembalutan luka modern,
Interleukin 1 (IL-1), Interleukin 6 (IL-6)

ABSTRACT Introduction:Holistic wound care is one of the ways to prevent gangrene and
amputation, modern wound dressing is more effective than convensional with increasing
transforming growth factor and cytokine, especially interleukin. This study aims to identify
the effectiveness of Modern and Convensional Wound Dressing to Interleukin 1 (IL-1) and
Interleukin 6 (IL-6) in Diabetic wound. Method:A Quasi eksperimental pre-post with control
group design was used. The intervention given was modern wound dressing and Control
group by convensional wound dressing, This study was conducted in Makassar with 32
samples (16 in intervention group and 16 in control group). Result: The result of Pooled T-
test showed that p = 0.00 (p < 0.05), it means that there was signifi cant correlation between
modern wound dressing to IL-6 and IL-1 than Convensional wound dressing. Discussion:
Process of wound healing was produced growth factor and cytokine (IL-1 and IL-6), it will
stimulated by wound dressing, modern wound dressing (Calcium alginat) can absorb wound
drainage, non oklusive, non adhesif, and autolytic debridement. Keywords: Modern wound
dressing, Interleukin 1 (IL-1), Interleukin 6 (IL-6)
PENDAHULUAN merupakan beban yang kompleks dan
harus dibayar mahal oleh bangsa Indonesia
Masalah gizi di Indonesia merupakan dalam upaya pembangunan bidang
beban ganda bagi kebijakan pembangunan kesehatan, sumber daya manusia dan
kesehatan nasional. Di bidang kesehatan ekonomi. Meningkatnya masalah
bangsa Indonesia masih berjuang kelebihan gizi atau obesitas diikuti oleh
memerangi berbagai macam penyakit peningkatan prevalensi diabetes mellitus
infeksi dan kurang gizi yang saling tipe 2 yang sangat tajam dan peningkatan
berinteraksi satu sama lain. Namun, di ini diperkirakan akan terus berlanjut.
beberapa daerah atau kelompok Badan Kesehatan Dunia (WHO)
masyarakat lain terutama di kota-kota memprediksi penderita diabetes mellitus
besar, masalah kesehatan utama justru tipetipe di Indonesia meningkat pesat
dipicu oleh perubahan hidup akibat dalam 10 tahun terakhir karena pada tahun
urbanisasi dan modernisasi. yaitu obesitas. 2000 ada 8,4 juta penderita dan meningkat
Masih tingginya angka kurang gizi di jadi 21,3 juta orang tahun 2010. WHO
beberapa daerah dan meningkatnya tahun 2000 juga menunjukkan bahwa
prevalensi obesitas di daerah lain Indonesia merupakan

Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 133–137 ternyata penyakit ini juga bisa terjadi karena
konsumsi makanan yang banyak mengandung
negara dengan penderita diabetes terbanyak racun misal: singkong yang banyak terdapat
keempat di dunia setelah India (31,7 juta), pada daerah tropis (tropical diabetes).
China (20,8 juta) dan Amerika Serikat (17,7 Komplikasi yang paling sering terjadi pada
juta) (Medan Bisnis Daily, 2011). Secara penderita diabetik adalah terjadinya
epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun perubahan patologis pada anggota gerak
2030 prevalensi Diabetes Melitus (DM) di (Irwanashari, 2008). Salah satu perubahan
Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes patologis yang terjadi pada anggota gerak
Care, 2004). Sedangkan hasil Riset kesehatan ialah timbulnya luka. Luka yang timbul ini
dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh dapat berakibat fatal hingga amputasi pada
bahwa proporsi penyebab kematian akibat daerah luka. Penanganan luka secara
DM pada kelompok usia 45-54 tahun di komprehensif diperlukan agar tidak
daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 menimbulkan gangren dan amputasi. Salah
yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan, DM satu penanganan luka yang dewasa ini
menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%. digunakan adalah perawatan luka teknik
Prevalensi DM di perkotaan Sulawesi Selatan modern dengan menggunakan hidrokoloid.
adalah berkisar 4.6%. Diabetes mellitus Perawatan luka modern dipercaya lebih
merupakan suatu kelompok penyakit efektif dari perawatan luka konvensional
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia (menggunakan kassa steril) yang banyak
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin digunakan di rumah sakit. Penelitian yang
(ADA, 2003 dikutip dari Soegondo, 2007). dilakukan oleh kristianto menyimpulkan
Penyakit ini belakangan terjadi karena perawatan luka modern mempengaruhi
perubahan pola hidup atau gizi salah, namun
ekspresi transforming growth factor beta 1 pg/ml. HASIL Rata rata kadar interleukin 1
(TGF pi). Proses penyembuhan luka diabetik sebelum observasi penelitian berkisar 3,293
dipengaruhi oleh ekspresi transforming pg/ mLdan rata rata kadar interleukin setelah
growth factor beta 1 (TGF pi), interleukin 1 7 hari penelitian adalah 2.012 pg/mL. Ratarata
dan 6. Oleh karena itu kami ingin meneliti kadar interleukin 6 sebelum observasi
pengaruh teknik perawatan luka terhadap penelitian berkisar 16.6581 pg/mL dan
kadar interleukin 1 dan interleukin 6. BAHAN ratarata kadar interleukin setelah 7 hari
DAN METODE Penelitian ini merupakan penelitian adalah 27.8644 pg/mL. Terdapat
penelitian kuantitatif dengan menggunakan perbedaan ekspresi Interleukin 1 antara
quasiexperimental design dengan prepost kelompok perawatan luka konvensional dan
testcontrol group design untuk perawatan luka modern pada penderita ulkus
membandingkan tindakan yang dilakukan diabetik di Makasar. Hal ini dibuktikan dengan
sebelum dan sesudah eksperimen. Pada melihat P value < a (0,05) yaitu 0,00.
penelitian ini subjek dibagi menjadi dua Berdasarkan P value tersebut, maka dapat
kelompok yaitu kelompok yang menggunakan disimpulkan bahwa pada tingkat kepercayaan
perawatan luka teknik modern dan kelompok 95% terdapat perbedaan ekspresi kadar
kontrol yang menggunakan perawatan luka interleukin1 yang bermakna antara responden
konvensional. Teknik perawatan luka modern yang menggunakan perawatan luka modern
adalah teknik perawatan luka yang dan 135 Teknik Perawatan Luka Modern dan
menggunakan Calsium Alginat untuk menutup Konvensional (Werna Nontji, dkk.) responden
luka diabetik. Perawatan ini merupakan yang menggunakan perawatan luka
perawatan yang digunakan dan dipilih oleh konvensional Te rd apat pe rbe d a a n ek spre
responden (bukan atas intervensi peneliti). si interleukin 6 antara kelompok perawatan
Perawatan ini dilakukan selama 7 hari. Teknik luka konvensional dan perawatan luka
perawatan luka konvensional adalah teknik modern pada penderita ulkus diabetik di
perawatan luka yang menggunakan kasa Makasar. Hal ini dibuktikan dengan melihat P
untuk menutup ulkus diabetik. Perawatan ini value < a (0,05) yaitu 0,00. Berdasarkan P
merupakan perawatan yang digunakan dan value tersebut, maka dapat disimpulkan
dipilih oleh responden (bukan atas intervensi bahwa pada tingkat kepercayaan 95%
peneliti). Perawatan ini dilakukan selama 7 terdapat perbedaan ekspresi kadar interleukin
hari. Pengamatan interleukin 1 dan 6 yang bermakna antara responden yang
interleukin 6 pada pretest dan dianalisis menggunakan perawatan luka modern dan
dengan menggunakan metode Human responden yang menggunakan perawatan
Interleukin immunoassay (R & Dsystem) atau luka konvensional.
dengan teknik ELISA dan memiliki satuan
Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 133–137

dan drainaseluka, kondisi tepi luka, tujuan debridemen, dan jenis balutan yang
perawatan, kebutuhan pasien (kontrol diberikan sehingga memberikan respons
nyeri, kontrol bau), biaya, ketersediaan, nyeri. Hal ini didasarkan pada mekanisme
kemudahan dalam penggunaan. Kondisi pengangkatan sisa-sisa jaringan pada dasar
luka harus dimonitor setiap penggantian luka sehingga menstimulasi produksi
dressing dan dikaji secara berkala untuk mediator peradangan. Salah satu aspek
menentukan apakah jenis dressing diganti yang penting dalam perawatan luka adalah
atau dipertahankan. Pada perawatan luka pemilihan jenis balutan yang digunakan.
konvensional masih menggunakan balutan Pada penelitian ini, kelompok modern
kasa NaCl sedangkan pada perawatan luka digunakan jenis balutan calcium alginat
modern lebih banyak menggunakan yang memiliki sifat absorben, nonoklusif,
Hydrocoloid. Hydrocoloid terbukti jauh nonadhesif, bersifat autolitik debridemen.
lebih efektif dibandingkan kasa dalam hal Sedangkan pada kelompok konvensional
penurunan luas luka dan mempercepat laju digunakan metronidazole, iodin, H2O2 dan
penyembuhan bila dibandingkan dengan kompres kasa NaCl. Berdasarkan hasil
kasa NaCl (Werneret al, 2003). Payne, et pengamatan selama penelitian
al (2009) menemukan bahwa penggunaan menunjukkan bahwa tingkat kelembaban
foam dressing lebih murah cost efektif dan luka lebih dapat dipertahankan dan balutan
frekuensi penggantian balutan menjadi jarang dibuka pada kelompok modern
berkurang bila dibandingkan dengan kasa dibandingkan pada kelompok
NaCl. Dibutuhkan keterampilan perawat konvensional. Pada balutan konvensional
dalam mengambil keputusan klinis dalam cenderung memberikan dampak yang
memilih balutan untuk perawatan luka. buruk karena pemakaian kompres kasa
Salah satu faktor yang mempengaruhi sebagai upaya mempertahankan
penyembuhan luka adalah teknik kelembaban kurang dapat dipertahankan
perawatan luka yang diberikan. Teknik lebih lama sehingga luka lebih sering
perawatan luka DM telah berkembang diganti balutannya. Fenomena ini akan
pesat, yaitu teknik konvensional dan membawa dampak timbulnya cidera ulang
modern. Teknik konvensional pada dasar luka yang akan menstimulasi
menggunakan kasa, antibiotik, dan terjadinya infl amasi ulang pada dasar
antiseptik, sedangkan teknik modern luka. Penggunaan antiseptik, seperti iodine
menggunakan balutan sintetik seperti 1% dan H2O2 pada kelompok
balutan alginat, balutan foam, balutan konvensional dapat memicu rusaknya
hidropolimer, balutan hidrofi ber, balutan caloncalon kapiler darah. Berdasarkan
hidrokoloid, balutan hidrogel, balutan pengamatan di klinik menunjukkan bahwa
transparan fi lm, dan balutan absorben. penggantian balutan pada kelompok
Dampak teknik perawatan luka akan konvensional lebih sering dilakukan
mempengaruhi proses regenerasi jaringan dibandingkan kelompok modern. Hal ini
sebagai akibat dari prosedur membuka akan berpengaruh terhadap kondisi stress
balutan, membersihkan luka, tindakan jaringan yang sedang regenerasi sehingga
secara psikologis. pasien akan lebih sering SIMPULAN DAN SARAN
mengeluh kesakitan sebagai dampak
terjadinya cidera ulang pada dasar luka. Simpulan Perawatan luka modern lebih
Adanya respons tersebut maka tubuh akan efektif dari perawatan luka konvensional
mengaktifkan Hipotalamus-Pituitary- (menggunakan kasa steril), hal tersebut
Adrenal (HPA-Aksis) untuk melepaskan tampak dari ekskresi sitokin interleukin 1
hormon ACTH, CRF dan kortisol. Secara dan interleukin 6, pada perawatan luka
lokal akan terjadi pengaktifan mediator pro konvensional interleukin 1 mengalami
infl amasi, seperti IL-1, IL-8 and tumour peningkatan yang menunjukkan bahwa
necrosis factor (TNF) sehingga dapat proses fase inflamasi memanjang sehingga
terjadi proses infl amasi yang memanjang penyembuhan luka lambat. Saran Perawat
berakibat meningkatnya keparahan luka. diharapkan mampu memberikan perawatan
Kadar interleukin 1 pada penelitian ini luka diabetik yang terbaik bagi pasien
cenderung menurun pada kelompok yang dengan mempertimbangkan jenis
diberikan perawatan luka modern perawatan luka yang diberikan dan
dibandingkan kelompok yang memakai disesuaikan dengan kondisi luka pasien.
perawatan luka konvensional. Hal ini Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan
membuktikan bahwa pada kelompok yang penelitian terkait dengan berbagai jenis
memakai perawatan luka konvensional balutan modern dan efeknya terhadap
memiliki kadar interleukin 1 yang tinggi sitokin dan growth factor.
sehingga proses infl amasi yang terjadi KEPUSTAKAAN
akan memanjang dan berakibat pada
peningkatan keparahan luka. 137 Teknik Ebihara, N., Matsuda, A., Nakamura, S.,
Perawatan Luka Modern dan Matsuda, H., & Murakami, A. 2011. Role
Konvensional (Werna Nontji, dkk.) of the IL-6 Classic- and TransSignaling
Pathways in Corneal SterileInf lammation
and Wound Healing. (Online)
(http://www.iovs.org/
content/52/12/8549.long. diakses tanggal
12 Februari 2012, Jam 13.00 WIB) Japan
Guyton & Hall. 2006. Fisiologi
Kedokteran. Kovazs & Dipietro. 1994.
Fibrogeniccytokines and Connective
Tissue Production. USA: Loyola niversity.
Jakarta: EGC. Kristianto, H. 2010.
Perbandingan perawatan luka teknik
moderen dan konvensional terhadap
Transforming Growth FactorBeta (TGF 8)
dan respons nyeri pada luka diabetes
Mellitus. Depok: Makara UI. Lin, Kondo,
Ishida. 2003. Essential involvement of IL-
6 in the skin wound-healing process as
evidenced by elayedv wound healing in
IL-6-defi cient mice. (Online)
(http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/do Diabetik. Bogor: Wocare Publishing.
wnload?doi=10.1.1.328.8785&rep=rep1 Werner, S & Grose, R. 2003. Regulation
&type=pdf. Diakses tanggal 10 Maret of Wound Healing by Growth Factors and
2012, Jam 10.30 WIB) Naidu, K.A. 2003. Cytokines. Physiol Rev. 83: 835–870.
Vitamin C in human health and disease is (Online) (http://physrev.physiology.org/
still a mystery. Nutritional Journal; 2: 7; content/83/3/835.long. diakses tanggal 12
1475-2891. (Online) februari 2012, Jam 13.20 WIB) Yajing Hu
(http://www.nutritionj.com/ content/2/1/7. et al. 2007. The Role of Interleukin1 in
diakses tanggal 10 Maret 2012, Jam 10.49 Wound Biology. Part I: Murine In
WIB) Rolfe, K.J., Richardson, J., Vigor., Silicoand In Vitro Experimental Analysis.
C., rvine, L.M., Grobbelaar, A.O., & International Anesthesia ResearchSociety.
Linge, C. 2007. A Role for TGF-pi- (Online). (http://
inducedcellular responses during wound pt.wkhealth.com/pt/re/lwwgateway/
healingof the non-scarring early human landingpage.htm;jsessionid=Vs1J8t2B
fetus.Journal Investigative Dermatology; m3vpTFpQ1ySyTjfGRvlL7Lvjy5yQv7
127; 2656– 2667. (Online) 4JNj1hljG5J2n8!-1552477860!18119562
(http://www.nature.com/ 8!8091!-1?issn=00032999&volume=111
jid/journal/v127/n11/full/5700951a.html. &issue=6&spage=1525. 15 Maret 2012,
diakses tanggal 10 Maret 2012, Jam 10.45 jam 09.55 WIB)
WIB) Sri Gitarja. 2008. Perawatan Luka
BAB IV

Tujuan Penelitian
Diketahuinya pengaruh penerapan perawatan luka dengan modern dressing pada pasien
ulkus diabetikum
BAB V

SIMPULAN

Saat ini metode perawatan luka yang sedang berkembang berpegang pada
prinsip moisture balance disebut dengan modern wound dressing (Kartika,
2015). Prinsip tersebut berarti mempertahankan dan menjaga luka tetap lembap
untuk proses penyembuhan luka, mempertahankan kehilangan cairan jaringan
dan kematian sel (Handayani, 2016). Mempertahankan luka dalam kondisi
lembab dapat membantu proses penyembuhan hingga 45% serta dapat
mengurangi resiko komplikasi infeksi agar tidak menyebar ke organ yang lain
(Kusyati, 2016). Terdapat 7 faktor yang menghambat penyembuhan luka yaitu
usia, infeksi, hipovolemi, hematoma, benda asing, iskemia, diabetes dan
pengobatan (Cahyono dalam Kusyati 2016)
MAKALAH
TREND DAN ISU KEPERAWATAN KELUARGA
DALAM PERAWATAN DM MODREN DRESSING

NAMA:EAXCEJULYANPUTRI
NIM:1814201001

STIKES HARAPAN IBU JAMBI TAHUN AJARAN


2021-2022

Anda mungkin juga menyukai