Anda di halaman 1dari 16

1

STUNTING

MAKALAH

Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Microteaching

OLEH :
xxxxxxxxxxx
NPM. 190102114P

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
2021
KATA PENGANTAR
2

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Hidayah dan
Karunia-Nya, sehingga penyusunan makalah dengan tema Stunting ini dapat
terselesaikan. Penyelesaian ini juga berkat dorongan dan bantuan dari berbagai
pihak. Pada kesempatan ini perkenankan penulis mengaturkan rasa terima kasih
kepada yang terhormat :

1. Sukarni, S. ST. M. Kes., selaku ketua yayasan Aisyah Lampung.


2. Hardono, S. Kep., Ners., M. Kep., selaku Rektor Universitas Aisyah
Pringsewu Lampung.
3. Feri Kameliawati, S. Kep., Ns., M. Kep., selaku Dekan fakultas kesehatan
Universitas Asiyah Pringsewu.
4. Eka Triwulandari, S ST., M. Keb., selaku ketua Program Studi Ilmu
Kebidanan Universitas Aisyah Pringsewu.
5. Riona Sanjaya, S.ST., M.Keb. selaku dosen pengampu mata kuliah
microteaching.
6. Teman-teman sejawat yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi
ini.

Semoga Allah SWT berkenan membalas kebaikan serta bantuan yang telah
diberikan dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat.

Pringsewu, Maret 2021

Penulis

DAFTAR ISI
3

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Tujuan............................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinajaun Teori.............................................................................. 4
1. Stunting................................................................................... 4
a. Pengertian.......................................................................... 4
b. Etiologi.............................................................................. 4
c. Faktor Resiko.................................................................... 5
d. Dampak............................................................................. 7
e. Pencegahan........................................................................ 8
f. Intervensi........................................................................... 8
g. Pengukuran....................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan anak merupakan salah satu masalah yang menjadi fokus

utama seluruh dunia. Pemeliharaan kesehatan anak merupakan suatu bentuk

upaya guna meningkatkan status kesehatan anak serta menciptakan generasi

masa depan yang sehat, cerdas, kreatif, dan inovatif. Upaya pemeliharaan

kesehatan anak yang berkualitas sangat penting bagi kehidupan anak karena

diharapkan upaya ini dapat menurunkan angka kematian anak. Kesehatan anak

merupakan hal yang penting, mengingat anak merupakan generasi penerus

bangsa yang meneruskan pembangunan bangsa ke arah yang lebih baik

(Kemenkes RI, 2015).

Anak merupakan fase emas dalam proses pertumbuhan dan

perkembangan. Anak terutama fase bayi juga merupakan masa kritis

perkembangan karena pada masa ini bayi sangat peka terhadap lingkungan

dan masa bayi berlangsung sangat singkat dan tidak dapat diulang kembali.

Upaya menghadirkan generasi emas Indonesia ini dibayangi kehadiran

berbagai permasalahan terkait faktor gizi salah satunya Stunting yang masih

mengancam (KDPDTT, 2017).

Stunting masih merupakan ancaman permasalahan gizi di dunia. Data

World Health Organization (WHO) terdapat 165 juta anak 5 tahun dalam

kondisi pendek dan 90% lebih berada di Afrika dan Asia (Triyono, 2015).
5

Prevalensi Stunting di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Tahun

2013 jumlah balita pendek dan sangat pendek mencapai 37,2 % kemudian

sebesar 30,8% pada tahun 2018, sementara di Provinsi Lampung jumlah balita

dengan kategori pendek dan sangat pendek pada tahun 2018 hampir mencapai

angka 30% (Kemenkes RI, 2018).

Stunting merupakan malnutrisi kronis yang terjadi di dalam rahim dan

selama dua tahun pertama kehidupan anak dapat mengakibatkan rendahnya

intelegensi dan turunnya kapasitas fisik yang pada akhirnya menyebabkan

penurunan produktivitas, perlambatan pertumbuhan ekonomi dan

perpanjangan kemiskinan. Stunting juga dapat berdampak pada sistem

kekebalan tubuh yang lemah dan kerentanan terhadap penyakit kronis seperti

diabetes, penyakit jantung, dan kanker serta gangguan reproduksi maternal di

masa dewasa (Fikawati, dkk, 2017).

Preventif untuk menurunkan angka kejadian Stunting akan lebih efektif

bila dimulai sebelum kelahiran melalui perinatal care dan gizi ibu, kemudian

preventif tersebut dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun. Periode kritis

dalam mencegah Stunting dimulai sejak janin sampai anak berusia 2 tahun

yang biasa disebut dengan periode 1.000 hari pertama kehidupan. Intervensi

berbasis evidence diperlukan untuk menurunkan angka kejadian Stunting di

Indonesia. Gizi maternal perlu diperhatikan melalui monitoring status gizi ibu

selama kehamilan melalui ANC serta pemantauan dan perbaikan gizi anak

setelah kelahiran, juga diperlukan perhatian khusus terhadap gizi ibu

menyusui. Pencegahan kurang gizi pada ibu dan anak merupakan investasi
6

jangka panjang yang dapat memberi dampak baik pada generasi sekarang dan

generasi selanjutnya (Fikawati, dkk, 2017).

Permasalahan gizi terutama Stunting menjadi permasalah yang sulit

diatasai. Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya

disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak

balita. Faktor sebelum kelahiran seperti gizi ibu selama kehamilan dan faktor

setelah kelahiran seperti asupan gizi anak saat masa pertumbuhan, sosial

ekonomi, ASI eksklusif, penyakit infeksi, pelayanan kesehatan dan berbagai

faktor lainnya (Fikawati dkk, 2017).

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memahami konsep umum Stunting.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu memahami pengertian Stunting.

b. Mahasiswa mampu memahami etiologi Stunting.

c. Mahasiswa mampu memahami fakor resiko Stunting

d. Mahasiswa mampu memahami dampak Stunting.

e. Mahasiswa mampu memahami pencegahan Stunting.

f. Mahasiswa mampu memahami intervensi Stunting.

g. Mahasiswa mampu memahami pengukuran Stunting


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Stunting

a. Pengertian

Stunting adalah status gizi yang didasarkan pada indeks BB/U atau

TB/U dimana dalam standar antropometri penilaian status gizi anak, hasil

pengukuran tersebut berada pada ambang batas (Z-Score) <-2 SD sampai

dengan -3 SD (pendek/stunted) dan <-3 SD (sangat pendek/severely

stunted) (Trihono, dkk, 2015).

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh

asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian

makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi

mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak

berusia dua tahun (Supariasa, 2012).

b. Etiologi

Pertumbuhan manusia merupakan hasil interaksi antara faktor

genetik, hormon, zat gizi, dan energi dengan faktor lingkungan. Proses

perumbuhan manusia merupakan fenomena yang kompleks yang

berlangsung selama kurang lebih 20 tahun lamanya, mulai dari

kandungan sampai remaja yang merupakan hasil interaksi antara faktor

genetik dan lingkungan. Pada anak-anak, penambahan tinggi badan


8

pada tahun pertama kehidupan merupakan yang paling cepat

dibandingkan periode waktu setelahnya. Pada usia 1 tahun, anak akan

mengalami peningkatan tinggi badan sampai 50% dari panjang badan

lahir. Kemudian tinggi badan tersebut akan meningkat 2 kali lipat pada

usia 4 tahun dan 3 kali lipat pada usia 13 tahun.

Periode pertumbuhan paling cepat pada masa anak-anak juga

merupakan masa dimana anak berada pada tingkat kerentanan paling

tinggi. Kegagalan pertumbuhan dapat terjadi selama masa gestasi

(kehamilan) dan pada 2 tahun pertama kehidupan anak atau pada masa

1000 hari pertama kehidupan anak. Stunting merupakan indikator akhir

dari semua faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangan anak pada 2 tahun pertama kehidupan yang selanjutnya

akan berdampak buruk pada perkembangan fisik dan kognitif anak saat

bertambah usia nantinya (Fikawati dkk, 2017).

c. Faktor Resiko Stunting

Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya

disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun

anak balita. Faktor sebelum kelahiran seperti gizi ibu selama

kehamilan dan faktor setelah kelahiran seperti asupan gizi anak saat

masa pertumbuhan, sosial ekonomi, ASI eksklusif, penyakit infeksi,

pelayanan kesehatan dan berbagai faktor lainnya (Fikawati dkk, 2017).


9

1) Faktor ibu

Faktor ibu dapat dikarenakan nutrisi yang buruk selama

prekonsepsi, kehamilan, dan laktasi. Selain itu juga dipengaruhi

perawakan ibu seperti usia ibu terlalu muda atau terlalu tua,

pendek, infeksi, kehamilan muda, kesehatan jiwa, BBLR, IUGR

dan persalinan prematur, jarak persalinan yang dekat, dan

hipertensi.

2) Faktor sosial ekonomi

Status ekonomi yang rendah dianggap memiliki dampak yang

signifikan terhadap kemungkinan anak menjadi kurus dan pendek.

Status ekonomi keluarga yang rendah akan meningkatkan risiko

kurang gizi.

3) Asupan makanan

Kualitas makanan yang buruk meliputi kualitas micronutrient

yang buruk, kurangnya keragaman dan asupan pangan yang

bersumber dari pangan hewani, kandungan tidak bergizi, dan

rendahnya kandungan energi pada complementary foods.

4) Pemberian ASI Eksklusif

Masalah-masalah terkait praktik pemberian ASI meliputi

Delayed Initiation, tidak menerapkan ASI eksklusif, dan

penghentian dini konsumsi ASI. Sebuah penelitian membuktikan

bahwa menunda inisiasi menyusu (Delayed initiation) akan

meningkatkan kematian bayi.


10

5) Faktor infeksi

Beberapa contoh infeksi yang sering dialami yaitu infeksi

enterik seperti diare, enteropati, dan cacing, dapat juga disebabkan

oleh infeksi pernafasan (ISPA), malaria, berkurangnya nafsu

makan akibat serangan infeksi, dan inflamasi.

d. Dampak

Stunting merupakan malnutrisi kronis yang terjadi di dalam

rahim dan selama dua tahun pertama kehidupan anak dapat

mengakibatkan rendahnya intelegensi dan turunnya kapasitas fisik

yang pada akhirnya menyebabkan penurunan produktivitas,

perlambatan pertumbuhan ekonomi, dan perpanjangan kemiskinan.

Selain itu, Stunting juga dapat berdampak pada sistem kekebalan tubuh

yang lemah dan kerentanan terhadap penyakit kronis seperti diabetes,

penyakit jantung, dan kanker serta gangguan reproduksi maternal di

masa dewasa.

Proses Stunting disebabkan oleh asupan zat gizi yang kurang dan

infeksi yang berulang yang berakibat pada terlambatnya perkembangan

fungsi kognitif dan kerusakan kognitif permanen. Pada wanita,

Stunting dapat berdampak pada perkembangan dan pertumbuhan janin

saat kehamilan, terhambatnya proses melahirkan serta meningkatkan

risiko underweight dan Stunting pada anak yang dilahirkannya, yang

nantinya juga dapat membawa risiko kepada gangguan metabolisme

dan penyakit kronis saat anak tumbuh dewasa (Fikawati dkk, 2017).
11

e. Pencegahan

Preventif untuk menurunkan angka kejadian Stunting seharusnya

dimulai sebelum kelahiran melalui perinatal care dan gizi ibu,

kemudian preventif tersebut dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun.

Periode kritis dalam mencegah Stunting dimulai sejak janin sampai

anak berusia 2 tahun yang biasa disebut dengan periode 1.000 hari

pertama kehidupan. Intervensi berbasis evidence diperlukan untuk

menurunkan angka kejadian Stunting di Indonesia. Gizi maternal perlu

diperhatikan melalui monitoring status gizi ibu selama kehamilan

melalui ANC serta pemantauan dan perbaikan gizi anak setelah

kelahiran, juga diperlukan perhatian khusus terhadap gizi ibu

menyusui. Pencegahan kurang gizi pada ibu dan anak merupakan

investasi jangka panjang yang dapat memberi dampak baik pada

generasi sekarang dan generasi selanjutnya (Fikawati, dkk, 2017).

f. Intervensi Stunting

Intervensi pada pasien Stunting menurut Trihono (2015) antara

lain :

1) Intervensi 1000 hari pertama kehidupan

Intervensi pada 1000 hari pertama kehidupan yakni 270 hari

(9 bulan) masa kehamilan ibu, ditambah 730 hari (usia 0-2 tahun)

setelah anak lahir. Pada periode emas tidak bisa tergantikan.


12

2) Menjadi anggota JKN

Menjadi anggota JKN berarti mengurangi gap ekonomi untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan.

3) Program pemberian paket makanan TKPM

Mengingat sebagian besar ibu hamil kekurangan energi,

protein dan juga mikronutrien, maka program pemberian makanan

tambahan TKPM (tinggi kalori, protein dan mikronutrien) bagi ibu

hamil harus segera diprogramkan, untuk seluruh sasaran ibu hamil.

4) Kualitas pemeriksaan ibu hamil

Peningkatan kualitas pemeriksaan ibu hamil adalah suatu

keharusan. Rasanya sudah layak diprogramkan agar pemeriksaan

kehamilan bukan hanya 4 kali, tetapi minimal sebulan sekali dan

lebih sering lagi menjelang persalinan.

5) Persalinan ditolong nakes di fasilitas kesehatan

Ibu yang melahirkan di fasilitas kesehatan, pasti kecepatan

merujuk lebih baik, sehingga pertolongan yang berkualitas makin

cepat pula dan jumlah kematian bisa dikurangi.

6) Deteksi dini penyakit menular maupun tidak Menular

Deteksi dini penyakit yang diderita ibu hamil amat penting,

agar dari awal sudah bisa dipersiapkan upaya penanganan yang

terbaik. Malaria berpotensi memperberat anemia serta hipertensi

yang tidak terkontrol bisa mengarah ke pre-eklamsi dan eklamsi

yang sangat berbahaya buat ibu maupun janinnya.


13

7) Pendidikan kesehatan reproduksi bagi ibu hamil (buku KIA)

Pendidikan kesehatan reproduksi untuk ibu hamil mutlak

diperlukan. Perlu perluasan wilayah yang diintervensi, sehingga

makin banyak sasaran ibu hamil yang mendapat penyuluhan

kesehatan reproduksi, sehingga selamat kehamilannya sehat pula

anaknya.

8) IMD dan ASI eksklusif

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sudah mulai digalakkan, ini

merupakan media yang baik untuk menyampaikan bahwa ASI

adalah yang terbaik buat sang bayi. ASI Eksklusif harus terus

dianjurkan agar bayi terjamin tumbuh-kembangnya.

9) Ikut KB (Keluarga Berencana)

Ibu yang melahirkan di usia muda berpotensi besar untuk

melahirkan bayi yang pendek juga, karena ibu melahirkan sebelum

proses pertumbuhan berhenti. Usia ibu hamil yang terlalu tua

biasanya juga berpengaruh kepada janin yang dikandung, karena

kondisi terbaik ibu untuk melahirkan adalah antara 20-30 tahun.

Jarak antar kehamilan serta anak terlalu banyak anak biasanya

membuat asupan zat gizi berkurang dan perawatan tidak optimal.

10) Pemberantasan kecacingan

Kecacingan pada anak menyebabkan terganggunya

penyerapan zat-zat yang bergizi pada usus halus, sehingga anak

akan mengalami gangguan pertumbuhan karena zat yang

bermanfaat dicuri oleh cacing.


14

g. Pengukuran Stunting

Klasifikasi status gizi berdasarkan indikator tinggi badan

terhadap usia menurut Trihono (2015) adalah sebagai berikut :

1) Sangat pendek : Zscore <-3,0

2) Pendek : Zscore ≥- 3,0 s/d Zscore < -2,0

3) Normal : Zscore ≤-2,0

Tabel 2.1
Standar panjang badan Anak Laki-laki umur 12-24 Bulan

Umur Berat Badan (Kg)


(Bulan)
-3 SD -2 SD -1 SD Median 1 SD 2 SD 3 SD
0 44,2 46,1 48,0 49,9 51,8 53,7 55,6
1 48,9 50,8 52,8 54,7 56,7 58,6 60,6
2 52,4 54,4 56,4 58,4 60,4 62,4 64,4
3 55,3 37,3 59,4 61,4 63,5 65,6 67,6
4 57,6 59,7 61,8 63,9 66,0 68,0 70,1
5 59,6 61,7 64,8 65,9 68,0 70,1 72,2
6 61,2 63,3 65,5 67,6 69,8 71,9 74,0
7 62,7 64,6 67,0 69,2 71,3 73,5 75,7
8 54,0 66,2 68,4 70,6 72,8 75,0 77,2
9 65,2 67,5 69,7 72,0 74,2 76,5 78,7
10 65,4 66,7 71,0 73,3 75,6 77,9 80,1
11 67,6 69,9 72,2 74,6 76,9 79,2 81,5
12 68,6 71,0 73,4 75,7 78,1 80,5 82,9
13 69,6 72,1 74,5 76,9 79,3 81,8 84,2
14 70,6 73,1 75,6 78,0 80,5 83,0 85,5
15 71,6 74,1 76,6 79,1 81,7 84,2 86,7
16 72,5 76,0 77,6 80,2 82,8 85,4 88,0
17 73,3 76,0 78,6 81,2 83,9 86,5 89,2
18 74,2 76,9 79,6 82,3 85,0 87,7 90,4
19 75,0 77,7 80,5 83,2 86,0 88,8 91,5
20 75,8 78,6 81,4 84,2 87,0 89,8 92,6
21 76,5 79,4 82,3 85,1 88,0 90,9 93,8
22 77,2 80,2 83,1 86,0 89,0 91,9 94,9
23 78,0 81,0 83,9 86,9 88,9 92,9 95,9
24 78,7 81,7 84,4 87,8 90,9 93,9 97,0

Tabel 2.2
15

Standar panjang badan Anak Perempuan umur 12-24 Bulan

Umur Berat Badan (Kg)


(Bulan)
-3 SD -2 SD -1 SD Median 1 SD 2 SD 3 SD
0 43,6 45,4 47,3 49,1 51,0 52,9 54,7
1 47,8 49,6 51,7 53,7 55,6 61,1 59,5
2 51,0 53,0 55,0 57,1 59,1 6,1 63,2
3 53,5 55,6 57,7 59,8 61,9 64,0 66,1
4 55,6 57,8 59,9 62,1 64,3 66,4 68,6
5 57,4 59,6 61,8 64,0 66,2 68,5 70,7
6 58,9 61,2 63,5 65,7 68,0 70,3 72,5
7 60,3 62,7 65,0 67,3 69,6 71,9 74,2
8 61,7 64,0 66,4 68,7 71,1 73,5 75,8
9 62,9 65,3 67,7 70,1 72,6 75,0 77,4
10 64,1 66,5 69,0 71,5 73,9 76,4 78,9
11 65,2 67,7 70,3 72,8 75,3 77,8 80,3
12 66,3 68,9 71,4 74,0 76,6 79,2 81,7
13 67,3 70,0 72,6 75,2 77,8 80,5 83,1
14 68,3 71,0 73,7 76,4 79,1 81,7 84,4
15 69,3 72,0 74,8 77,5 80,2 83,0 85,7
16 70,2 73,0 75,8 78,6 81,4 84,2 87,0
17 71,7 74,0 76,8 79,7 82,5 85,4 88,1
18 72,0 74,9 77,8 80,7 83,6 86,5 89,4
19 72,8 75,8 78,8 81,7 84,7 87,6 90,6
20 73,7 76,7 79,7 82,7 85,7 88,7 91,7
21 74,5 77,5 80,6 83,7 86,7 89,5 92,9
22 75,2 78,4 81,5 84,6 87,7 90,8 94,0
23 76,0 79,2 82,3 85,5 88,7 91,9 95,0
24 76,7 80,0 83,2 86,4 89,6 92,9 96,1

Kemenkes RI (2011)
16

DAFTAR PUSTAKA

Fikawati, S. dkk. (2017). Gizi Anak dan Remaja. Depok : Rajawali Pers.

Kemenkes RI. (2015). Kesehatan dalam Kerangka  Sustainable Development


Goals. (SDGs). Jakarta.

Kemenkes RI. (2011). Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.


Kemenkes RI.

Kemenkes RI. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta: Kementrian


Kesehatan RI

KDPDTT. (2017). Buku saku Desa Dalam Penanganan Stunting. Kementrian


Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.

Supariasa, dkk. (2012). Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta.

Trihono, A. (2015). Pendek (Stunting) di Indonesia Masalah dan Solusinya.


Badan penelitian dan Penngembangan Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai