Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah Holisme ditemukan oleh Jan smuts, seorang negarawan dari afrika
selatan, dalam bukunya yang berjudul Holism dan Evolution ( 1926 ). Smuts
membuat teori bahwa alam cenderung menyatukan sesuatu guna membentuk
Organisme yang utuh dan bahwa faktor penentu dialam dan evolusi adalah satu-
kesatuan, tidak terpisahkan. Konsep tersebut semakin diminati pada tahun 1940-
1950, saat dunbar ( 1945 ) seorang perintis pengobatan psikosomotis,
menerbitkan studi yang menghubungkan strees dan tipe keperibadian dengan
penyakit fisik, dan hans selye ( 1956 ) menerbitkan teori-teorinya tentang
psikofisiologi strees.

Dalam teori Holistik semua organisme hidup dipandang sebagai satu-


kesatuan yang utuh dan berinteraksi yang lebih dari sekedar jumlah bagian-
bagiannya. Menurut pandangan ini, setiap gangguan pada salah satu bagian
adalah gangguan pada keseluruhan sistem dengan kata lain gangguan tersebut
mempengaruhi makhluk secara utuh. Teori Holistik menyebutkan bahwa
kekuatan alam perlu dijaga agar seimbang atau selaras guna mempertahankan
kesehatan. Layanan kesehatan Holistik meliputi pendidikan kesehatan, promosi
kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pencegahan peyakit, dan perawatan
pemulihan rehabilitasi. Tujuan keperawatan Holistik adalah meningkatkan
kesembuhan individu yang utuh dari lahir hingga wafat. Perawat Holistik
mengenali dimensi Biopsikososial dan spiritual individu. Praktisi kesehatan
Holistik berfokus pada pemikiran otak yang utuh, perpaduan antara proses fikir
linear yang diatur oleh Hemisfer kiri otak tan proses pemikiran intuitif yang
diatur oleh hemisfer kanan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan definisi holisme?
2. apa definisi holism menurut erikkson?
3. apa definisi holism menurut tomlin?
4. apa definisi holism menurut swain?

C. Tujuan
a. Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui defenisi dari holisme
2. Untuk mengetahui definisi holism menurut erikkson
3. Untuk mengetahui definisi holism menurut tomlin
4. Untuk mengetahui definisi holism menurut swain
b. Tujuan Khusus
1. Mempelajari pengertian holistik lebih mendalam
BAB II

PEMBAHASAN

A.Penertian Holisme

Holisme menekankan bahwa organisme selalu bertingkah laku sebagai


kesatuan yang utuh, bukan sebagai rangkaian bagian/komponen yang berbeda. Jiwa
dan tubuh bukan dua unsur yang terpisah tetapi bagian dari satu kesatuan dan apa
yang terjadi di bagian satu akan mempengaruhi bagian lain. Pandangan holistik
dalam kepribadian, yang terpenting adalah:

1. Kepribadian normal ditandai oleh unitas, integrasi, konsistensi, dan koherensi (unity,
integration, consistency, dan coherence). Organisasi adalah keadaan normal dan
disorganisasi berarti patologik.
2. Organisme dapat dianalisis dengan membedakan tiap bagiannya, tetapi tidak ada
bagian yang dapat dipelajari dalam isolasi. Keseluruhan berfungsi menurut hukum-
hukum yang tidak terdapat dalam bagian-bagian.
3. Organisme memiliki satu drive yang berkuasa, yakni aktualisasi diri (self
actualization).
4. Pengaruh lingkungan eksternal pada perkembangan normal bersifat minimal. Potensi
organisme, jika bisa terkuak di lingkungan yang tepat, akan menghasilkan kepribadian
yang sehat dan integral.
5. Penelitian yang komprehensif terhadap satu orang lebih berguna daripada penelitian
ekstensif terhadap banyak orang mengenai fungsi psikologis yang diisolir.

a. Menolak Riset Binatang

Psikolog humanistik menekankan perbedaan antara tingkahlaku manusia


dengan tingkahlaku binatang. Riset binatang memandang manusia sebagai mesin
dan mata rantai refleks-kondisioning, mengabaikan karakteristik manusia yang unik
seperti idea, nilai-nilai, keberanian, cinta, humor, cemburu, dosa, serta puisi, musik,
ilmu, dan hasil kerja berfikir lainnya.

b. Manusia Pada Dasarnya Baik, Bukan Setan


Menurut Maslow, manusia memiliki struktur psikologik yang analog dengan
struktur fisik: mereka memiliki “kebutuhan, kemampuan, dan kecenderungan yang
sifat dasarnya genetik”. Beberapa sifat menjadi ciri umum kemanusiaan, sifat-sifat
lainnya menjadi ciri unik individual. Kebutuhan, kemampuan dan kecenderungan itu
secara esensial sesuatu yang baik, atau paling tidak sesutau yang netral, itu bukan
setan. Sifat setan yang jahat, destruktif dan kekerasan adalah hasil dari frustasi atau
kegagalan memuaskan kebutuhan dasar, dan bukan bagian dari hereditas.

c. Potensi Kreatif

Kreativitas merupakan ciri universal manusia, sejak dilahirkan. Itu adalah


sifat alami, sama dengan sifat biji yang menumbuhkan daun, burung yang terbang,
maka manusia kreatif. Kreativitas adalah potensi semua orang, yang tidak
memerlukan bakat dan kemampuan yang khusus. Sayangnya, umumnya orang justru
kehilangan kreativitas ini karena proses pembudayaan (enculturated).

d. Menekankan Kesehatan Psikologik

Pendekatan humanistik mengarahkan pusat perhatiannya kepada manusia


sehat, kreatif dan mampu mengaktualisasikan diri. Ilmu jiwa seharusnya
memusatkan analisisnya kepada tema pokok kehidupan manusia, yakni aktualisasi
diri. Maslow berpendapat psikopatologi umumnya hasil dari penolakan, frustasi,
atau penyimpangan dari hakekat alami seseorang. Dalam pandangan ini, apa yang
baik adalah semua yang memajukan aktualisasi diri, dan yang buruk atau abnormal
adalah segala hal yang menggagalkan atau menghambat atau menolak kemanusiaan
sebagai hakekat alami. Karena itu psikoterapi adalah usaha mengembalikan orang
ke jalur aktualisasi dirinya dan berkembang sepanjang lintasan yang diatur oleh
alam di dalam dirinya.

B. Motivasi: Teori Hirarki Kebutuhan

1.      Hubungan Antar Kebutuhan


Jenjang motivasi bersifat mengikat, maksudnya: kebutuhan pada tingkat
yang lebih rendah harus relatif terpuaskan sebelum orang menyadari atau dimotivasi
oleh kebutuhan yang jenjangnya lebih tinggi. Jadi, kebutuhan fisiologis harus
terpuaskan lebih dahulusebelum muncul kebutuhan rasa aman. Sesudah kebutuhan
fisiologis dan rasa aman terpuaskan, baru muncul kebutuhan kasih sayang, begitu
seterusnya sampai kebutuhan dasar terpuaskan – baru akan muncul kebutuhan meta.

2.      Kebutuhan Rendah versus Kebutuhan Tinggi

Pada umumnya kebutuhan yang lebih rendah mempunyai kekuatan atau


kecenderungan yang lebih besar untuk diprioritaskan. Namun bisa terjadi
perkecualian, akibat sejarah perkembangan perasaan, minat, dan pola berfikir sejak
anak-anak, orang yang kreatif lebih mementingkan ekspresi bakat khususnya alih-
alih memuaskan dorongan sosialnya, orang memprioritaskan kebutuhan kepuasan
self esteem di atas kebutuhan kasih sayang dan cinta, atau orang memprioritaskan
nilai-nilai/idea tertentu dan mengabaikan kebutuhan fisiologis dan rasa aman.

Perbandingan antara kebutuhan-kebutuhan itu dipostulatkan oleh Maslow sebagai


berikut;

1. Kebutuhan meta muncul belakangan dalam evolusi perkembangan manusia. Semua


makhluk hidup membutuhkan makan dan minum, tetapi hanya manusia yang
memiliki kebutuhan aktualisasi diri, mengetahui dan memahami.
2. Kebutuhan yang lebih tinggi muncul belakangan dalam perkembangan individu.
Aktualisasi diri mungkin baru akan muncul pada usia pertengahan.
3. Kebutuhan yang semakin lebih tinggi, semakin kurang kaitannya dengan usaha
mempertahankan kehidupan, perolehan kepuasannya bisa ditunda semakin lama.
4. Kebutuhan meta memberikan sumbangan yang lebih besar untuk tumbuh dan
berkembang, dalam bentuk kesehatan yang lebih baik, usia panjang, dan memperluas
efisiensi biologis.
5. Kebutuhan yang lebih rendah hanya menghasilkan kepuasan biologis, sedang
kebutuhan yang lebih tinggi memberi keuntungan biologis dan psikologis.
6. Kepuasan pada kebutuhan yang lebih tinggi melibatkan lebih banyak persyaratan dan
lebih kompleks dibanding kepuasan pada tingkat yang lebih rendah.
7. Kepuasan pada kebutuhan yang lebih tinggi memerlukan kondisi eksternal – sosial,
ekonomi, politik – yang lebih baik dibanding kepuasan pada tingkat yang lebih
rendah.

3.       Kebutuhan Dasar 1: Kebutuhan Fisiologis

Umumnya kebutuhan fisiologis bersifat homeostatik (usaha menjaga


keseimbangan unsur-unsur fisik) seperti makan, minum, gula, garam, protein, serta
kebutuhan istirahat dan seks. Kebutuhan fisiologis ini sangat kuat, dalam keadaan
absolut (kelaparan dan kehausan) semua kebutuhan lain ditinggalkan dan orang
mencurahkan semua kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan ini.

4.      Kebutuhan Dasar 2: Kebutuhan Keamanan (Safety)

Sesudah kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya, muncul kebutuhan


keamanan, stabilitas, proteksi, struktur hukum, keteraturan, batas, kebebasan dari
rasa takut dan cemas. Kebutuhan fisiologis dan keamanan pada dasarnya adalah
kebutuhan mempertahankan kehidupan. Kebutuhan fisiologis adalah pertahanan
hidup jangka pendek, sedang keamanan adalah pertahanan hidup jangka panjang.

Kebutuhan keamanan sudah muncul sejak bayi, dalam bentuk menangis dan
berteriak ketakutan karena perlakuan yang kasar atau karena perlakuan itu dirasa
sebagai sumber bahaya.

5.      Kebutuhan Dasar 3: Kebutuhan Dimiliki dan Cinta (Belonging dan Love)

Sesudah kebutuhan fisiologi dan keamanan relatif terpuaskan, kebutuhan


dimiliki atau menjadi bagian dari kelompok sosial dan cinta menjadi tujuan yang
dominan. Orang sangat peka dengan kesendirian, pengasingan, ditolak lingkungan
dan kehilangan sahabat atau kehilangan cinta. Kebutuhan dimiliki ini terus penting
sepanjang hidup.

Ada dua jenis cinta (dewasa) yakni Deficiency atau D-love dan Being atau B-
love. Kebutuhan cinta karena kekurangan, itulah D-love; orang mencintai sesuatu
yang tidak dimilikinya, seperti harg diri, seks, atau seseorang yang membuat dirinya
menjadi tidak sendirian. D-love adalah cintaa yang mementingkan diri sendiri, lebih
memperoleh daripada memberi.

B-love didasarkan pada penilaian mengenai orang lain apa adanya, tanpa
keinginan mengubah atau memanfaatkan orang itu. Cinta yang tidak berniat
memiliki, tidak mempengaruhi, dan terutama brtujuan memberi orang lain gambaran
positif, penerimaan diri dan perasaan dicintai, yang membuka kesempatan orang itu
untuk berkembang.

6.      Kebutuhan Dasar 4: Kebutuhan Harga Diri (Self Esteem)

Manakala kebutuhan dimiliki dan mencintai telah relatif terpuaskan,


kekuatan motivasinya melemah, diganti motivasi harga diri. Ada dua jenis harga
diri:

1. Menghargai diri sendiri (self respect): kebutuhan kekuatan, penguasaan, kompetensi,


prestasi, kepercayaan diri, kemandirian, dan kebebasan.
2. Mendapat penghargaan dari orang lain (respect from others): kebutuhan prestise,
penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, menjadi orang penting,
kehormatan, diterima dan apresiasi.

Kepuasan kebutuhan harga diri menimbulkan perasaan dan sikap percaya


diri, diri berharga, diri mampu, dan perasaan berguna dan penting di dunia.
Sebaliknya, frustasi karena kebutuhan harga diri tak terpuaskan akan menimbulkan
perasaan dan sikap inferior, canggung, lemah, pasif, tergantung, penakut, tidak
mampu mengatasi tuntutan hidup dan rendah diri dalam bergaul.

7.      Kebutuhan Meta: Kebutuhan Aktualisasi Diri

Akhirnya sesudah semua kebutuhan dasar terpenuhi, muncullah kebutuhan


meta atau kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan menjadi sesuatu orang itu mampu
mewujudkannya memakai (secara maksimal) seluruh bakat – kemampuan –
potensinya. Aktualisasi diri adalah keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan
dirinya sendiri (self fulfilment), untuk menyadari semua potensi dirinya, untuk
menjadi apa saja yang dia dapat melakukannya, dan untuk menjadi kreatif dan bebas
mencapai puncak prestasi potensinya. Manusia yang dapat mencapai tingkat
aktualisasi diri ini menjadi manusia yang utuh, memperoleh kepuasan dari
kebutuhan-kebutuhan yang orang lain bahkan tidak menyadari ada kebutuhan
semacam itu.

Kebutuhan Meta: Kebutuhan Estetik dan Kognitif


No Metaneed Karakter yang Sama/Berhubungan
1
Keanggunan Keindahan, keseimbangan bentuk,
(Beauty) menarik perhatian
2
Bersemangat Hidup, bergerak spontan, berfungsi penuh,
(Aliveness) berubah dalam aturan
3
Keunikan Keistimewaan, kekhasan, tidak ada yang
(Uniqueness) sama, kebaruan
4
Bermain-main Gembira, riang, senang, menggelikan,
(Playfullness) humor
5
Kesederhanaan Jujur, terbuka, menasar, tidak berlebihan,
(Simplicity) tidak rumit
6
Kebaikan Positif, bernilai, sesuai dengan yang
(Goodness) diharapkan
7
Teratur (Order) Rapi, terencana, mengikuti aturan,
seimbang
8
Kemandirian Otonom, menentukan diri sendiri, tidak
(Self tergantung
sufficiency)
9
Kemudahan Ringan, tanpa usaha, tanpa hambatan,
(Effortlessnes bergaya
s)
10
Kesempurnaan Mutlak, pantas, tidak berlebih dan tidak
(Perfection) kurang, optimal
11
Kelengkapan Selesai, tamat, sampai akhir, puas
(Completion) terpenuhi, tanpa sisa
12
Berisi (Richness) Kompleks, rumit, penuh, berat, semua
sama penting
13
Hukum (Justice) Tidak berat sebelah, menurut hukum, yang
seharusnya
14
Penyatuan Menerima perbedaan, perubahan,
(Dicotomy penggabungan
Transcenden
ce)
15
Keharusan Tak dapat ditolak, syarat sesuatu harus
(Necessity) seperti itu
16
Kebulatan Kesatuan, integrasi, kecenderungan
(Wholeness) menyatu, saling berhubungan
17
Kebenaran Kenyataan, apa adanya, faktual, tidak
(Truth) berbohong

8.      Kebutuhan Neurotik

Kebutuhan neurotik bersifat nonproduktif, mengembangkan gaya hidup yang


tidak sehat, gaya hidup yang tidak memiliki nilai dalam kaitannya dengan
perjuangan mencapai aktualisasi diri, gaya hidup reaktif, berperan sebagai
kompensasi dari kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi. Orang yang kebutuhan
keamanannya tidak terpuaskan, mungkin mengambangkan keinginan yang kuat
untuk menimbun uang dan harta benda. Dorongan menimbun semacam itu adalah
dorongan neurotik, tidak berharga sebagai motivator menuju kesehatan jiwa.

Kebutuhan neurotik berbeda dengan kebutuhan hirarkis karena kepuasan


kebutuhan neurotik tidak membuat orang berkembang menjadi sehat. Memberi
semua kekuatan yang diinginkan oleh orang kebutuhan neurotiknya haus kekuasaan,
tidak membuat neurotiknya mereda dan jenuh. Apakah kebutuhan neurotik itu
terpenuhi atau tidak, kesehatan jiwa tidak menjadi lebih baik.
C.    Mencapai Aktualisasi Diri

Aktualisasi diri dapat dipandang sebagai kebutuhan tertinggi dari suatu


hirarki kebutuhan, namun juga dapat dipandang sebagai tujuan final, tujuan ideal
dari kehidupan manusia. menurut Maslow, tujuan mencapai aktualisasi diri itu
bersifat alami, yang dibawa sejak lahir. Secara genetik manusia mempunyai potensi
dasar yang positif. Di samping itu manusia juga mempunyai potensi dasar jalur
perkembangan yang sehat untuk mencapai aktualisasi diri. Jadi orang yang sehat
adalah orang yang mengembangkan potensi positifnya mengikuti jalur
perkembangan yang sehat, lebih mengikuti hakekat alami di dalam dirinya, alih-alih
mengikuti pengaruh lingkungan di luar dirinya.

Aktualisasi sebagai tujuan final-ideal hanya dapat dicapai oleh sebagian


kecil dari populasi, itupun hanya dalam prosentase yang kecil. Menurut Maslow
rata-rata kebutuhan aktualisasi diri hanya terpuaskan 10%. Kebutuhan aktualisasi ini
jarang terpenuhi karena orang sukar menyeimbangkan antara kebanggaan dengan
kerendahan hati, antara kemampuan memimpin dengan tanggung jawab yang harus
dipikul, antara mencemburui kebesaran orang lain dengan perasaan kurang
berharga.

1.      Pengembangan Diri

Maslow mengemukakan dua jalur untuk mencapai aktualisasi diri; jalur


belajar (mengembangkan diri secara optimal pada semua tingkat kebutuhan hirarkis)
dan jalur pengalaman puncak. Ada delapan model tingkah laku yang harus dipelajari
dan dilakukan agar orang dapat mencapai aktualisasi diri melalui jalur belajar –
pengembangan diri, sebagai berikut:

1. Alami sesuatu dengan utuh, gamblang, tanpa pamrih. Masukkan diri ke dalam
pengalaman mengenai sesuatu, berkonsentrasi mengenainya seutuhnya, biarkan
sesuatu itu menyerapmu.
2. Hidup adalah perjalanan proses memilih antara keamanan (jauh dari rasa sakit dan
kebutuhan bertahan) dengan resiko (demi kemajuan dan perkembangan): buat pilihan
pertumbuhan “sesering mungkin tiap hari”.
3. Biarkan self tegak. Usahakan untuk mengabaikan tuntutan eksternal mengenai apa
yang seharusnya kamu fikirkan, rasakan dan ucapkan. Biasakan pengalaman
membuatmu dapat mengatakan apa yang sesugguhnya kamu rasakan.
4. Apabila ragu, jujurlah. Jika kamu melihat ke daam dirimu dan jujur, kamu akan
mengambil tanggung jawab, bertanggung jawab adalah aktualisasi diri.
5. Dengar dengan seleramu sendiri, bersiaplah untuk tidak populer
6. Gunakan kecerdasanmu, kerjakan sebaik mungkin apa yang ingin kamu kerjakan,
apakah itu latihan jari di atas  tuas piano, mengingat nama setiap tulang-otot-hormon.
7. Buatlah pengalaman puncak (peak experience) seperti terjadi, buang ilusi dan
pandangan salah, pelajari apa yang kamu tidak bagus dan kamu tidak potensial.
8. Temukan siapa dirimu, apa pekerjaanmu, apa yang kamu senangi, apa yang baik dan
buruk bagimu, kemana kamu pergi, apa misimu. Bukalah dirimu sampai kamu dapat
mengenali pertahanan dirimu, dan usahakan mendapat keberanian untuk menyerah.

2.      Pengalaman Puncak

Maslow menemukan dalam penelitiannya bahwa banyak orang yang


mencapai aktualisasi diri ternyata mengalami pengalaman puncak: suatu
pengalaman mistik mengenai perasaan dan sensasi yang mendalam, psikologik dan
fisiologik. Suatu keadaan di mana seseorang mengalami ekstasi-keajaiban-
terpesona-kebahagiaan yang luar biasa, seperti pengalaman keilahian yang
mendalam, di mana saat itu diri seperti hilang atau mengalami transendensi.
Pengalaman puncak itu bisa diperoleh dari mengalami sesuatu yang sempurna, nyata
dan luar biasa, menuju keadilan atau nilai yang sempurna. Maslow menerima
gambaran pengalaman puncak yang disusun oleh William James, sebagai berikut:

1. Tak terlukiskan (ineffability): subjek sesudah mengalami pengalaman puncak segera


mengatakan bahwa itu adalah ekspresi keajaiban, yang tidak dapat digambarkan
dengan kata-kata, yang tidak dapat dijelaskan kepada orang lain.
2. Kualitas kebenaran intelektual (neotic quality) pengalaman puncak adalah
pengalaman menemukan kebenaran dari hakekat intelektual.
3. Waktunya pendek (transiency): keadaan mistis tidak bertahan lama. Umumnya hanya
berlangsung 30 menit atau paling lama satu atau dua jam (jarang sekali ada yang
berlangsung lebih lama), pengalaman itu menjadi kabur dan orang kembali ke
dunianya sehari-hari.
4. Pasif (passivity): orang yang mengalami pengalaman mistis merasa kemauan dirinya
tergusur (abeyance) dan terkadang dia merasa terperangkap dan dikuasai oleh
kekuatan yang sangat besar.

Aktualisasi diri yang dicapai melalui pengalaman puncak membuat orang


lebih religius, mistikal, sholeh, dan indah (poetical) dibanding dengan aktualisasi
yang diperoleh melalui pengembangan diri (yang lebih praktis, membumi, terikat
dengan urusan keduniaan). Namun secara umum orang yang mencapai aktualisasi
diri mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Orientasinya realistik, memandag realitas secara efisien


2. Menerima diri, orang lain dan alam sekitar apa adanya
3. Spontan, sederhana, alami
4. Lebih memperhatikan masalah (problem-centered) alih-alih memperhatikan diri
sendiri (self-centered)
5. Berpendirian kuat dan membutuhkan privacy
6. Otonom dan bebas dari kultur lingkungan
7. Memahami orang dan sesuatu secara segar dan tidak stereotip
8. Memiliki pengalaman mistikal atau spiritual, walaupun tidak harus religius
9. Mengenal harkat kemanusiaan, memiliki minat sosial (gameinschaft)
10. Cenderung memiliki hubungan akrab dengan sedikit orang tercinta alih-alih hubungan
renggang dengan banyak orang
11. Memiliki nilai dan sikap demokratis
12. Tidak menggunakan sarana dengan tujuan
13. Rasa humornya filosofik, tidak berlebihan
14. Sangat kreatif
15. Menolak bersetuju dengan kultur
16. Luluh dengan lingkungan alih-alih sekedar menanganinya

D.    Organisasi Kepribadian

1.      Sindrom Kepribadian


Unit utama dari kepribadian adalah sindrom kepribadian (personality
cyndrome): sejumlah sifat-sifat yang berbeda-beda (tingkah laku, persepsi, fikiran,
dorongan untuk berbuat, dll) yang terstruktur, terorganisir dan saling berhubungan,
muncul bersama-sama. Maslow baru meneliti tiga sindrom yang terpenting, yakni
sindrom harga diri (self esteem), sindrom keamanan (security), dan sindrom
kecerdasan (intelectual). Penelitian dilakukan dengan memakai metoda holistik-
analitik. Pendekatan holistik menjelaskan bagaimana interaksi bagian-bagian dalam
organisasi dinamik dari individu sebagai satu kesatuan. Pendekatan analitik
memahami detail apa, bagaimana dan peran unsur-unsur yang terlibat di dalamnya.
Tentu saja, ketika menganalisis komponen-komponen suatu sindrom, harus tetap
diingat bahwa komponen-komponen itu menjadi bagian dari unit yang lebih besar
dan unit yang lebih besar itu menjadi bagian dari unit yang lebih besar lagi, berturut-
turut sampai ke unit yang paling besar, yaitu sindrom kepribadian.

2.      Kekurangan dan Menjadi (Deficiency – Being)

Menurut Maslow, orang behubungan dengan dunia luar dalam dua bentuk,
alam-kekuaranagn dan alam-menjadi. Alam kekurangan atau D-realm adalah D-
need, bisa berwujud D-love, D-value, dan D-lainnya, (D= deficiency=kekurangan);
merupakan bentuk hubungan di mana orang terlibat dengan kegiatan memuaskan
kebutuhan dasar untuk bertahan hidup – orang berusaha untuk mengatasi atau
menghindari kebutuhan kekurangan seperti makanan, minuman, tempat istirahat.
Alam menjadi, atau B-realm adalah B-need, bisa berwujud B-love, B-value, dan B-
lainnya (B= Being = menjadi) lainnya. Bentuk hubungan alam menjadi adalah
hubungan orang dengan dunia luarnya sesudah kebutuhan dan motiv dasar
terpenuhi. Orang kemudian terlibat dalam kegiatan mengembangkan aktualisasi diri
dan memperluas eksistensi.

 
DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Anda mungkin juga menyukai