Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HAKIKAT ILMU AKHLAK

DOSEN PENGAMPU
M. Sholihin, M.Pd.I

DISUSUN OLEH KELOMPOK I


Fida Abdurrofi 20060015
Fatonah Ulfa 20060033

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMPUNG


FAKULTAS AGAMA ISLAM
EKONOMI SYARIAH
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara historis akhlak tasawwuf adalah pemandu perjalanan hidup umat
manusia agar selamat dunia dan akhirat, itu di karenakan Akhlak Tasawuf
merupakan salah satu khazanah intelektual Muslim yang kehadirannya hingga
saat ini semakin dirasakan. Tidaklah berlebihan jika misi utama kerasulan
Muhammad saw. adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, dan
sejarah mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau itu
antara lain karena dukungan akhlaknya yang prima.
Melihat betapa pentingnya akhlak tasawuf dalam kehidupan ini tidaklah
menghe-rankan jika akhlak tasawuf ditentukan sebagai mata kuliah yang wajib
diikuti oleh kita semua. Sebagai upaya untuk menanggulangi kemerosotan
moral yang tengah dialami bangsa ini.
Untuk mengungkap segala permasalahan yang terkait dengan Akhlak
Tasawuf, kami akan mencoba menguraikannya dalam makalah singkat yang
berjudul “Hakikat Ilmu Akhlak”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Ilmu Akhlak?
2. Bagaimana ruang lingkup Ilmu Akhlak?
3. Apa manfaat mempelajari Ilmu Akhlak?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui makna Ilmu Akhlak.
2. Untuk mengetahui ruang lingkup pembahasan Ilmu Akhlak.
3. Untuk mengetahui manfaat mempelajari Ilmu Akhlak.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Ilmu Akhlak

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai


budi pekerti atau kelakuan. Kata akhlak meskipun diambil dari bahasa
Arab (yang biasa berartikan tabiat, perangai kebiasaan, bahkan agama),
namun kata seperti itu tidak ditemukan dalam Al-Quran. Yang ditemukan
hanyalah bentuk tunggal kata tersebut yaitu khuluq yang tercantum dalam
Al-Quran.

‫َو ِإ َّن َو َو َو َو ٰى ُخ ُخ ٍق َو ِإ ٍقي‬


dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS Al-
Qalam 68: 4)

Ayat tersebut dinilai sebagai konsiderans pengangkatan Nabi Muhammad


Saw. sebagai Rasul. Sedangkan menurut istilah, para pakar dalam bidang ini
mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut:

1. Menurut ibn Miskawaih (w.421 H) seorang pakar bidang akhlak


terkemuka:

‫َو ْف َو ِإ َو ِإ ْف َو ْف ِإ ِإ ْف ٍق َو َو ُخ ِإ َو ٍقت‬ ‫َو ِإ َوتٌل َو َو ِإ ٰى‬ ‫َو ٌلا ِإ لَّن ْف ِإ‬


Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

2. Menurut hujjatul islam Imam al Ghozali (w.505 H) dalam kitab Ihya


Ulumiddin:
‫س ُخ ْفو ٍقت َو ُخ ْفس ِإ ِإ ْف َو ْف ِإ َو َوج ٍقت‬ ‫َو ِإس َوختٌل َو ْفل َو تَو ْف‬
‫صدُخ ُخ ْف ْف َو ُخا ِإب ُخ‬ ‫لَّن ْف ِإ‬ ‫ِإ َوب َو ة ٌل َو ْف َوه ْفئَو ٍقت ِإ‬
‫ِإ ٰى ِإ ْف ٍق َو ُخ ْف َو ٍقت‬
Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan
dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

3. Ibrahim Anis

‫ِإ ْف ٍق‬ ‫ش ٍق ِإ ْف َو ْف ِإ َو َوج ٍقت ِإ ٰى‬ ‫َو ِإس َوختٌل تَو ْف‬
‫صدُخ ُخ َو ْفل َو ْف َو ْف َو ُخا ِإ ْف َو ْف ٍق َو ْف َو‬ ‫َو ٌلا ِإ لَّن ْف ِإ‬
‫َو ُخ ْف َو ٍقت‬
Sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam
perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.

4. Prof. Dr. Ahmad Amin

‫ش ْفأ ً َو َو َوت ُخ َو‬ ‫ْف تَو َو ْف‬


‫ث َو‬ ‫ض ُخ ُخي ْف ُخخ ُخ َو بِإأ َو َّنهُخ َو َوة ُخ ْف ِإ َو َوةِإ َو ْفلِإ أَو َّنن ْفْل َو َوةَو ِإذَو‬ ‫ف بَو ْف ُخ‬ ‫َو َّن َو‬
‫س َّن ة ُخ بِإ ْف ُخخ ُخ ِإ‬
‫ِإه َو ْف ُخ َو‬
Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa yang disebut akhlak ialah
kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan
sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak.

Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang


penting, sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh
bangunya suatu masyarakat tergantung bagaimana akhlaknya. Apabila
akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir dan batinnya, apabila akhlaknya
rusak, maka rusaklah lahir dan batinnya.

Didalam bukunya Drs. M. Yatimin Abdullah, M.A menuliskan. Akhlak


menurut bahasa (etimologi) perkataan akhlak ialah bentuk jamak dari khuluk
(khuluqun) yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.
Akhlak disamakan kesusilaan, sopan santun. Khuluk merupakan gambaran
sifat batin manusia, gambaran bentuk lahiriah manusia, seperti raut wajah,
gerak anggota badan dan seluruh tubuh. Sedangkan dalam bahasa
Yunani khuluq ini disamakan dengan kata ethicos atau ethos, artinya adab
kebiasaan, perasaan batin, kecendrungan hati untuk melakukan
perbuatan. Ethhicos kemudian berubah menjadi etika.

Dilihat dari sudut istilah (terminologi), para ahli para ahli berbeda
pendapat, namun intinya sama yaitu tntang prilaku manusia. Pendapat-
pendapat para ahli tersebut dihimpun sebagai berikut.

Abdul Hamid mengatakan akhalak ialah ilmu tetang keutamaan yang harus
dilakukan dengan cara mengikutinya sehingga jiwannya terisi dengan
kebaikan, dan tentang keburukan yang harus dihindarinya sehingga jiwanya
kosong (bersih) dari segala bentuk keburukan.

Ibrahim Anis mengatakan akhlak ialah ilmu yang obyeknya membahas


nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia, dapat disifatkan dengan
baik dan buruknya.

Soegarda Poerbawatja mengatakan akhlak ialah budi pekerti, watak,


kesusilaan, dan kelakuan baik yang merupakan akibat dan sikap jiwa yang
benar terhadap khaliknya dan terhadap sesame manusia.

Imam Ghazali mengatakan akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa
yang menimbulkan bermacam-macam perbuatan dengan gampang dan
mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

Ibnu Miskawaih (w. 1020 M) mendefinisikan akhlak sebagai suatu


keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang berbuat dengan mudah tanpa
melalui proses pemikiran atau pertimbangan (kebiasaan sehari-hari).

Khuluq atau akhlaq berarti suatu perangai (watak, tabiat) yang menetap
kuat didalam jiwa seseorang dan merupakan sumber timbulnya perbuatan-
perbuatan tertentu dari dirinya, secara mudah dan ringan, tanpa perlu
dipikirkan atau direncanakan sebelumnya. Maka apabila dari perangai
tersebut timbul perbuatan-perbuatan yang baik dan trpuji menurut akal sehat
dan syariat, dapatlah ia disebut perangai atau khuluq yang baik dan.
Sebaliknya, apabila yang timbul darinya adalah perbuatan-perbuatan yang
buruk, maka disebut khuluq yang buruk pula.

Menurut Imam al-Ghazali, bahwa akhalak yang disebutnya dengan tabiat


manusia dapat dilihat dalm dua bentuk, yaitu : 1) tabiat-tabiat fitrah, kekuatan
tabiat pada asal kesatuan tubuh dan berkelanjutan selama hidup. Sebagai
tabiat tersebut lebih kuat dan lebih lama dibandingkan dengan tabiat lainnya.
Seperti tabiat syahwat yang ada pada manusia sejak ia dilahirkan, lebih kuat
dan lebih sulit diluruskan dan diarahkan dibandingkan tabiat marah . 2)
Akhlak yang muncul dari perangai yang banyak diamalkan dan ditaati,
sehingga menjadi bagian dari adat kebiasaan yang berurat berakar pada
dirinya.

Akhlak menurut pengertian Islam adalah salah satu dari iman dan ibadat,
karena iman dan ibadat manusia tidak sempurna kecuali dari situ sendiri
muncul akhlak yang mulia. Maka akhlak dalm Islam bersumber pada iman
dan taqwa dan mempunyai tujuan langsung, yang dekat yaitu harga diri dan
tujuan jauh, yaitu ridho Allah swt.

Adapun ciri-ciri akhlak Islam antara lain :

1. Bersifat mnyeluruh (universal). Akhlak Islam adalah suatu metode


(minhaj) yang sempurna, meliputi seluruh gejala aktivitas biologis
perorangan dan masyarakat. Melipti segala hubungan manusia dalam
segala segi kehidupannya, baik hubungan dengan Tuhan, dengan
manusia, makhluk lainnya dan dengan alam.
2. Ciri-ciri keseimbangan Islam dengan ajaran-ajaran dan akhlaknya
menghargai tabiat manusia yang terdiri dari berbagai dimensi
memperhatikan seluruh tuntutannya dan kemaslahatan dunia dan
akhirat.
3. Bersifat sederhana. Akhlak dalam Islam berciri kesederhanaan dan
tidak berlebihan pada salah satu aspek. Ciri ini memastikan manusia
berada pada posisi pertengahan, tidak berlebih-lebihan dalam suatu
urusan dan tidak pula bakhil.
4. Realitis. Akhlak Islam sesuai dengan kemampuan manusia dan sejalan
dengan naluri yang sehat. Islam tidak membebankan manusia kecuali
dengan kemampuaanya dan dalam batas-batas yang masuk akal.
5. Kemudahan. Manusia tidak dibebani kecuali dalam batas-batas
kesanggupan dan kekuatannya, ia tidak dianggap bertanggung jawab
dari akhlak (moral) dan syara kecuali jika berada dalam keamanan,
kebebasan dan kesadaran akal yang sempurna.
6. Mengikat kepercayaan dengan amal, perkataan dan perbuatan, teori,
dan praktek.
7. Tetap dalam dasar-dasar dan prinsip-prinsip akhlak umum. Akhlak
Islam kekal sesuai dengan zaman dan cocok dalam segala waktu ia
tidak tunduk pada perubahan dan pertukaran sesuai dengan hawa
nafsu.

2. Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Akhlak

Ruang lingkup pembahasan ilmu akhlak adalah membahas tentang seluruh


aspek kehidupan dan perbuatan manusia, baik bersifat individu (perorangan)
atau kolektif (kelompok), yang kemudian ditetapkan kriterianya apakah
perbuatan tersebut tergolong perbuatan yang baik atau yang buruk.

Perbuatan yang menjadi obyek ilmu akhlak tersebut harus memiliki ciri-
ciri:

1. Perbuatan yang bersifat sadar, atas kemauan dan kehendak sendiri,


bukan atas paksaan dan tekanan.
2. Perbuatan tersebut dilakukan secara kontinyu dan mendarah
daging. Perbuatan yang tidak masuk obyek ilmu akhlak:
3. Perbuatan alami (bernafas, makan ketika lapar dll) perbuatan yang
dilakukan tidak disertai kesadaran dan kemauan sendiri: seperti;
perbuatan orang gila, orang tertidur, anak kecil, orang lupa dan
orang yang dipaksa.

Pokok-pokok masalah yang membahas mengenai ilmu akhlak pada


dasarnya adalah perbuatan manusia. Yang kemudian perbuatan tersebut
menentukan apakah masuk kriteria akhlak baik atau buruk. Ahmad Amin
mengatakan bahwa obyek ilmu akhlak adalah membahas perbuatan manusia
yang kemudian perbuatan tersebut akan ditentukan baik atau buruk.

Banyak contoh yang masuk kedalam perbuatan akhlak, akhlak tidak dapat
dijadikan sebagai perbuatan akhlak, jika hal tersebut tidak dilakukan secara
kontinue atau terus menerus.

Adapun ruang lingkup akhlak diantaranya adalah:

a. Akhlak Pribadi
Yakni akhlak yang paling dekat dengan diri sendiri, oleh karena itu
kita mesti menyadari diri sendiri karena pangkal kesempurnaan dari
akhlak adalah budi yang tinggi. Selain itu, manusia terdiri dari jasmani
dan rohani sehingga memiliki kelebihan dan dimanapun pasti
melakukan perbuatan.
b. Akhlak Berkeluarga
Yakni akhlak yang terdiri dari kewajiban orang tua, anak dan juga
karib kerabat. Dalam Islam sendiri ada beberapa akhlak orang tua
untuk memberikan pertanggung jawaban untuk mengarahkan dan
mendidik anak-anaknya. Begitupun sebaliknya sebagai seorang anak
harus mengetahui akhlak yang baik untuk kedua orang tua dengan cara
menghormati, menyayangi, memiliki sopan santun yang baik.
c. Akhlak Bermasyarakat
Yakni akhlak dalam bermasyarakat, bagaimana kita bisa memposisikan
diri dalam masyarakat. Jika kita melihat tetangga susah maka kitapun
ikut merasakannya, jika senang maka kitapun ikut merasakan
kesenangan dan kegembiraan. Kitabharus saling membantu dan tentu
saling menghargai. Dalam kehidupan bermasyarakat tentu ada tata
tertib yang harus diikuti, sehingga kita sebagai anggota dari
masyarakat harus mengikuti aturan tersebut dengan baik dan bijak.
d. Akhlak Bernegara
Yakni akhlak dalam menyikapi suatu negara dan berbakti pada negara.
Karena mereka yang bersamamu adalah warga masyarakat yang
berbahasa yang sama denganmu, tidak segan berkorban untuk
kemuliaan tanah airmu, engkau hidup bersama mereka dengan nasib
dan penanggungan yang sama.
e. Akhlak Beragama
Yakni akhlak terhadap agama dan Tuhannya. Dimana kita harus
melakukan perbuatan yang baik sesuai dengan yang diajarkan oleh
agama, dan melakukan segala perbuatan yang diperintah oleh Allah
dan menjauhi segala yang dilarang oleh Allah SWT. Akhlak memiliki
cakupan yang sangat luas yakni mencakup seluruh aspek kehidupan,
baik secara vertikal (dengan Tuhan) dan secara horizontal.

Dari definisi ilmu akhlak diatas, kita dapat mengetahui bahwa ruang
lingkup pembahasan ilmu akhlak yaitu membahas tentang perbuatan manusia,
kemudian menetapkan apakah perbuatan tersebut termasuk perbuatan baik atau
perbuatan buruk. Ahmad Amin dalam bukunya yang berjudul Kitab al-
Akhaq mengatakan bahwa objek ilmu akhlak adalah membahas perbuatan
manusia yang selanjutnya perbuatan tersebut ditentukan baik atau buruk.
Sedangkan Imam al-Ghazali dalam kitabnya Khuluq al-Muslimin mengatakan
bahwa kawasan pembahasan ilmu akhlak adalah seluruh aspek kehidupan
manusia, baik sebagai seorang individu maupun sebagai sebuah kelompok.
Abuddin Nata dalam bukunya yang berjudul Akhlak Tasawuf
menyebutkan bahwa yang dijadikan objek kajian ilmu akhlak adalah perbuatan
yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut, yaitu berbuatan yang dilakukan atas
kehendak dan kemauan sebenarnya, mendarah daging dan telah dilakukan
secara kontinyu atau terus-menerus sehingga mentradisi dalam kehidupannya.
Perbuatan yang tidak memiliki ciri-ciri tersebut tidak dapat disebut sebagai
perbuatan yang dijadikan garapan ilmu akhlak.

Dari beberapa pendapat diatas dapat kita simpulkan bahwa yang termasuk
ruang lingkup pembahasan ilmu akhlak adalah segala tingkah laku manusia
yang tidak ada rekayasa dalam melakukannya, dan dilakukan atas kemauan
sendiri, tidak ada unsur paksaan dalam melakukannya. Sedangkan perbuatan
yang alami juga tidak dapat dimasukkan kedalam ruang lingkup pembahasan
ilmu akhlak karena hal itu merupakan sudah sewajarnya dilakukan oleh setiap
manusia. Contohnya adalah ketika seseorang merasa lapar, maka ia akan
makan. Hal seperti ini memang sudah sewajarnya dilakukan oleh setiap
manusia oleh karena itu hal ini disebut sebagai perbuatan yang alami, dan tidak
dapat digolongkan sebagai ruang lingkup pembahasan ilmu akhlak.

3. Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak

Mempelajari suatu ilmu, tentunya kita harus mengetahui apa manfaat dari
mempelajari ilmu tersebut. Tujuannya adalah supaya kita dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Berkenaan dengan hal ini,
berikut penjelasan dari manfaat mempeajari ilmu akhlak menurut para ahli.

Berkenaan dengan manfaat mempelajari Ilmu Akhlak ini, Ahmad Amin


mengatakan sebagai berikut:

“Tujuan mempelajari Ilmu Akhlak dan permasalahannya menyebabkan kita


dapat menetapkan sebagian perbuatan lainnya sebagai yang baik dan sebagian
perbuatan lainnya sebagai yang buruk. Bersikap adil termasuk baik, sedangkan
berbuat zalim termasuk perbuatan buruk, membayar hutang kepada pemiliknya
termasuk perbuatan baik, sedangkan mengingkari hutang termasuk perbuatan
buruk”.

Seseorang yang mempelajari ilmu ini akan memiliki pengetahuan tentang


kriteria perbuatan baik dan buruk, dan selanjutnya ia akan banyak mengetahui
perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk.

Ilmu akhlak atau akhlak yang mulia juga berguna dalam mengarahkan dan
mewarnai berbagai aktivitas kehidupan manusia disegala bidang. Seseorang
yang memiliki IPTEK yang maju disertai akhlak yang mulia, niscaya ilmu
pengetahuaan yang Ia miliki itu akan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk
kebaikan hidup manusia. Sebaliknya, orang yang memiliki ilmu pengetahuan
dan teknologi modern, memiliki pangkat, harta, kekuasaan, namun tidak
disertai dengan akhlak yang mulia, maka semuanya itu akan disalah gunakan
yang akibatnya akan menimbulkan bencana dimuka bumi.

Demikian juga dengan mengetahui akhlak yang buruk serta bahaya-bahaya


yang akan ditimbulkan darinya, menyebabkan orang enggan untuk
melakukannya dan berusaha menjauhinya. Orang yang demikian pada akhirnya
akan terhindar dari berbagai perbuatan yang dapat membahyakan dirinya.

Akhlak juga merupakan mutiara hidup yang membedakan makhluk


manusia dengan makhluk lainnya. Setiap orang tidak lagi peduli soal baik atau
buruk, soal halal dan haram. Karena yang berperan dan berfungsi pada diri
masing-masing manusia adalah elemen syahwat (nafsu) nya yang telah dapat
mengalahkan elemen akal pikiran, oleh karena itu Imam Al-Ghazali dalam
kitabnya “Mukasyafatul Qulub” menyebutkan bahwa Allah menciptakan
manusia (anak Adam) lengkap dengan elemen akal dan syahwat (nafsu). Maka
barang siapa yang nafsunya mengalahkan akalnya, hewan melata lebih baik
dari pada manusia itu. Sebaliknya bila manusia dengan akalnya dapat
mengalahkan nafsunya, maka dia derajatnya di atas malaikat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Akhlak adalah Kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan


dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran
terlebih dahulu.

Tasawuf adalah suatu kehidupan rohani yang merupakan fitrah manusia


dengan tujuan untuk mencapai hakikat yang tinggi, berada dekat atau sedekat
mungkin dengan Allah dengan jalan menyucikan jiwanya, dengan melepaskan
jiwanya dari noda-noda sifat dan perbuatan tercela.

Akhlak dan Tasawuf saling berkaitan. Akhlak dalam pelaksanaannya


mengatur hubungan horizontal antara sesama manusia, sedangkan tasawwuf
mengatur jalinan komunikasi vertical antara manusia dengan Tuhannya.
Akhlak menjadi dasar dari pelaksanaan tasawwuf, sehingga dalam prakteknya
tasawwuf mementingkan akhlak.

B. Saran
Manusia tidak selamanya tepat pertimbangannya, adil sikapnya, kadang-
kadang manusia berbuat yang tidak masuk akal. Oleh sebab itu, manusia perlu
sekali tahu mengenai diri.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan.
Masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik
yang kami sengaja maupun yang tidak kami sengaja. Maka dari itu sangat
kami harapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga dengan berbagai kekurangan yang ada ini
tidak mengurangi nilai-nilai dan manfaat dari mempelajari Ilmu Akhlak
Tasawuf.
DAFTAR PUSTAKA

Saebani, B. A. 2010. Ilmu Akhlak. Bandung: CV. Pustaka Setia


Hufy, A. M. 1978. Akhlak Nabi Muhammad saw. Jakarta: Bulan Bintang.
Ya’qub, H. 1988. Etika Islam. Bandung: CV. Diponegoro
Ghazali, A. 2005. Ihya ulumuddin. Kairo: Dr al-Gad al-Jad
Syamhudi, M. Hasyim. 2015. Akhlak Tasawuf. Malang; Madani Media
Al-Qur’an Terjemahan Depag

Anda mungkin juga menyukai