Cover Tipoid
Cover Tipoid
Disusun Oleh
A. Definisi
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang BB < 2.500 gram. BBLR
dapat dibagi menjadi 2 golongan :
1. Prematur murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan BB sesuai dengan berat badan untuk masa
gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan.
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan BB kurang dari BB seharusnya untuk masa gestasi itu, berarti bayi
mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilannya.
(Indrasanto, 2008)
B. Etiologi
1. Faktor Ibu
a. Penyakit, penyakit yang berhubungan langsung dengan pasien misalnya perdarahan
antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia gravidarum, dan nefritis akut.
b. Usia ibu, angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan multi
gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia antara
26-35 tahun.
c. Keadaan sosial ekonomi, keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya
prematuritas. Kejadian tertinggi teradapat pada golongan social ekonomi rendah. Hal
ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang
kurang. Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan
yang tidak sah, ternyata lebih tinggi bila dibandingakan dengan bayi yang lahir
perkawinan yang sah.
d. Sebab lain, karena ibu merokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik.
2. Faktor Janin
Faktor janin diantaranya hidramnion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom
3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan di antaranya tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat
tertentu.
cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir
cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil
ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi
karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan
oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.
Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan
tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan
bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya.
Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR,
vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
prematur. Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsional paru-paru pada dasarnyakecil
berkaitan dengan ukuran bayi. Sebagai akibatnya sindrom gawat napas sering merupakan
penyebab umum kematian. Masalah besar lainnya pada bayi premature adalah pencernaan
dan absorpsi makanan yang inadekuat. Bila prematuritas bayilebih dari dua bulan, system
pencernaan dan absorpsi hampir selalu inadekuat. Absorpsi lemak juga sangat buruk
sehingga bayi premature harus menjalani diet rendah lemak. Lebih jauh lagi, bayi
premature memiliki kesulitan dalam absorpsi kalsium yang tidak lazim dan oleh karena
itu dapat mengalami rikets yang berat sebelum kesulitan tersebut dikenali. Imaturitas
organ lain yang sering menyebabkan kesulitan yang berat pada bayi premature meliputi
system imun yang menyebabkan daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena
rendahnya kadar IgG gamma globulin, serta bayi premature relatif belum sanggup
membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum
baik sehingga bayi premature beresiko mengalami infeksi, system integumen dimana
jaringan kulit masih tipis dan rawan terjadinya lecet, system termoregulasi dimana bayi
premature belum mampu mempertahankan suhu tubuh yang normal akibat penguapan
yang bertambah karena kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan pusat pengaturan
(Ngastiyah, 2005)
D.Pathway
Faktor Pencetus
BBLR
Kulit tipis dan lemak Imaturitas system pernafasan Reflek menelan dan menghisap
subcutan kurang blm sempurna
Sel-sel kekurangan
kedinginan O2 dalam sel darah rendah
nutrisi
Co2 tinggi
Kerusakan sel
hipotermi
Asidosis
respiratoris Penurunan
Gangguan BB/kematian
pertukaran gas
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
E.Manifestasi Klinis
G.Komplikasi
Menurut (Potter, 2005) komplikasi pada masa awal bayi berat lahir rendah antara lain yaitu :
1. Hipotermia.
2. Hipoglikemia.
4. Gangguan cairan dan elektrolit.
5. Hiperbilirubinemia.
6. Sindroma gawat nafas (asfiksia).
7. Paten suktus arteriosus.
8. Infeksi.
9. Perdarahan intraventrikuler.
10.Apnea of prematuruty.
11.Anemia
Komplikasi pada masa berikutnya yaitu :
1. Gangguan perkembangan.
2. Gangguan pertumbuhan.
3. Gangguan penglihatan (retionopati).
4. Gangguan pendengaran.
5. Penyakit paru kronis.
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit.
7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan.
H.Penatalaksanaan
Menurut Prawirohardjo (2005), penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah
adalah sebagai berikut :
1. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang
diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan
bayi harus dilakukan didalam incubator
2. Pelestarian suhu tubuh
I.Pengkajian
a. Pengkajian umum
1) Dengan menggunakan timbangan elektronik, timbang setiap hari, atau lebih sering
apabila diinstruksikan.
2) Ukur panjang dan lingkar kepala secara periodik.
3) Gambarkan bentuk dan ukuran tubuh umum, postur saat istirahat, kemudahan
bernafas, adanya edema, dan lokasinya.
4) Gambarkan adanya deformitas yang nyata.
5) Gambarkan adanya tanda disstres: warna buruk, mulut terbuka, kepala terangguk-
angguk, meringis, alis berkerut.
b. Pengkajian pernafasan
1) Gambarkan bentuk dada (barrel, cembung), kesimetrisan, adanya insisi, selang dada,
atau penyimpangan lain.
2) Gambarkan otot aksesori: pernafasan cuping hidung atau substansial, interkostal, atau
retraksi subklavikular.
3) Tentukan frekuensi dan keteraturan pernafasan.
4) Auskultasi dan gambarkan bunyi pernafasan: stridor, krekels, mengi, ronki basah, area
yang tidak ada bunyinya, mengorok, penurunan udara masuk, keseimbangan bunyi nafas.
5) Tentukan apakah penghisapan diperlukan.
6) Gambarkan tangisan bila tidak diintubasi.
7) Gambarkan oksigen ambien dan metode pemberian, bila diintubasi gambarkan ukuran
selang, jenis ventilator dan penyiapannya, serta metode pengamanan selang.
8) Tentukan saturasi oksigen dengan oksimetri nadi dan tekanan parsial oksigen dan
karbon dioksida dengan oksigen transkutan dan karbondioksida transkutan.
c. Pengkajian kardiovaskular
1) Tentukan frekuensi dan irama jantung.
2) Gambarkan bunyi jantung, termasuk adanya murmur.
3) Tentukan titik intensitas maksimum, titik di mana bunyi dan palpasi denyut jantung
yang terkeras (perubahan pada titik intensitas maksimum dapat menunjukkan pergeseran
mediastinal).
4) Gambarkan warna bayi: sianosis, pucat, pletora, ikterik, mottling.
5) Kaji warna kuku, membran mukosa, bibir.
6) Tentukan tekanan darah. Tunjukkan ekstremitas yang digunakan dan ukutan manset,
periksa setiap ekstremitas setidaknya sekali.
7) Gambarkan nadi perifer, pengisian kapiler (< 2 – 3 detik), perfusi perifer mottling.
8) Gambarkan monitor, parameternya, dan apakah alarm berada pada posisi “on”.
d. Pengkajian gastrointestinal
1) Tentukan distensi abdomen: lingkar perut bertambah, kulit mengkilat, tanda-tanda
eritema dinding abdomen, peristaltik yang dapat dilihat, lengkung susu yang dapat dilihat,
status umbilikus.
2) Tentukan adanya tanda-tanda regurgitasi dan waktu yang berhubungan dengan
pemberian makan.
3) Gambarkan jumlah, warna, konsistensi, dan bau dari adanya muntah.
4) Gambarkan jumlah, warna, dan konsistensi feses, periksa adanya darah samar dan
atau penurunan substansibila diinstruksikan atau diindikasikan dengan tampilan feses.
5) Gambarkan bisisng usus, ada atau tidak ada.
e. Pengkajian genitourinaria
1) Gambarkan adanya abnormalitas genetalia.
2) Gambarkan jumlah urin (warna, pH, dll).
3) Periksa BB (pengkajian paling akurat untuk hidrasi).
f. Pengkajian neurologis-muskuloskeletal
1) Gambarkan gerakan bayi: acak, bertujuan, gelisah, kedutan, spontan, menonjol,
tingkat aktivitas dengan stimulasi, evaliasi berdasarkan usia gestasi.
2) Gambarkan posisi atau sikap bayi: fleksi, ekstensi.
3) Gambarkan reflek yang diamati: moro, menghisap, Babinski, reflek plantar, dan reflek
yang diharapkan.
4) Tentukan perubahan pada lingkar kepala (bila diindikasikan).
g. Pengkajian suhu
1) Tentukan suhu kulit dan aksila.
2) Tentukan dengan suhu lingkungan.
h. Pengkajian kulit
1) Gambarkan adanya perubahan warna, area kemerahan, tanda iritasi, lepuh, abrasi atau
area gundul, khususnya di mana alat pemantau, infus, atau alat lain lontak dengan kulit,
periksa juga dan perhatikan adanya preparat kulit yang digunakan (misal plester,,
providin-iodin).
2) Tentukan tekstur dan turgor kulit: kering, halus, pecah-pecah, terkelupas, dll.
3) Gambarkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir.
4) Tentukan apakah kateter infus intravena atau jarum berada pada tempatnya dan amati
adanya tanda-tanda infiltrasi.
5) Gambarkan jalur pemadangn kateter infus intravena, jenis (arteri, vena, perifer,
umbilikus, sentral, vena sentral perifer), jenis infus (obat, salin, dekstrosa, elektrolit,
lemak, nutrisi parenteral total), jenis pompa infus dan frekuensi aliran, jenis jarum
(kupu=kupu, kateter), tampilan area insersi.
i. Pengkajian Fokus
1.Sirkulasi :
Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas normal (120-160 dpm).
Mur-mur jantung yang dapat didengar dapat menandakan duktusarteriosus paten (PDA).
2.Makanan/cairan
Berat badan kurang 2500 (5lb 8 oz).
3.Neuroensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran kepala besar dalam
hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin mudah digerakan, fontanel mungkin besar
atau terbuka lebar. Edema kelopak mata umum terjadi, mata mungkin
merapat(tergantung usia gestasi). Refleks tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi
dengan baik pada gestasi minggu 32; koordinasi refleks untuk menghisap, menelan, dan
bernafas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 32; komponen pertama dari refleks
Moro(ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan membuka tangan)tampak pada gestasi
minggu ke 28; komponen keduaa(fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar)
tampak pada gestasi minggu ke 32.Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi
antara minggu 24 dan 37.
4.Pernafasan
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur; pernafasan
diafragmatik intermiten atau periodik(40-60x/mt). Mengorok, pernafasan cuping hidung,
retraksi suprasternal dan substernal, atau berbagai derajat sianosis mungkin ada. Adanya
bunyi “ampelas” pada auskultasi, menandakan adaya sindrom distress pernafasan
(RDS).
5.Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah. Wajah mungkin memar,
mungkin ada kaput suksedoneum. Kulit kemerahan atau tembus pandang, warna
mungkin merah. muda/kebiruan, akrosianosis, atau sianosis/pucat. Lanugo terdistribusi
secara luas diseluruh tubuh. Ekstremitas mungkin tampak edema. Garis telapak kaki
mungkin tidak ada pada semua atau sebagian telapak. Kuku mungkin pendek.
6.Seksualita
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora, dengan klitoris
menonjol ; testis pria mungkin tidak turun, rugae mungkin banyak atau tidak ada pada
skrotum.
(IDAI, 2004)
J.Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan penumpukan cairan di rongga paru
4. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
lemahnya daya cerna dan absorbsi makanan.
(Ngastiyah, 2005)
K.Intervensi Keperawatan
NO TUJUAN INTERVENSI
1. Setelah mendapat tindakan 1.1. Monitor pernafasan (kedalaman,
keparawatan 3x24 jam tidak terjadi irama, frekuensi )
gangguan jalan nafas(nafas efektif) 1.2. Atur posisi kepala lebih tinggi
Kriteria Hasil : 1.3. Monitor keefektifan jalan nafas,
Akral hangat kalau kerlu lakukan suction.
Tidak ada 1.4. Lakukan auskultasi bunyi nafas tiap
sianosis 4 jam
Tangisan aktif 1.5. Perthankan pemberian O2
dan kuat 1.6. Pertahankan bayi pada inkubator
RR : 30-40x/mt dengan penghangat
Tidak ada 1.7. Kolaborasii untuk X foto thorax
retraksi otot pernafasan
2. 2.1. Pertahankan bayi pada inkubator
dengan kehangatan 37oC
2.2. Beri popok dan selimut sesuai
Setelah mendapatkan tindakan kondisi
keperawatan 3x24 jam tidak terjadi 2.3. Ganti segera popok yang basah
gangguan hipotermi oleh urine atau faeces
Kriteria Hasil : 2.4. Hindarkan untuk sering membuka
Badan hangat penutup karena akan menyebabkan
Suhu : 36,5-37oC fluktuasi suhu dan peningkatan laju
metabolisme
2.5. Atur suhu ruangan dengan panas
yang stabil
3. 3.1. Monitor tanda-tanda
infeksi(tumor,dolor,rubor,calor,fung
siolaesa)
Setelah mendapat tindakan 3.2. Lakukan cuci tangan sebelum dan
keperawatan 3x24 jam tidak terjadi sesudah kontak dengan bayi
infeksi 3.3. Anjurkan kepada ibu bayi untuk
Kriteria Hasil : memakai jas saat masuk ruang bayi
Tidak ada tanda- dan sebelum dan/sesudah kontak
tanda cuci tangan
infeksi(tumor,dolor,rubor,calor,fu 3.4. Barikan gizi (ASI/PASI) secara
ngsiolaesa) adekuat
Suhu tubuh normal 3.5. Pastikan alat yang kontak dengan
(36,5-37oC) bayi bersih/steril
3.6. Berikan antibiotika sesuai program
3.7. Lakukan perawatan tali pusat setiap
hari
DAFTAR PUSTAKA
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 Mei 2019 Pukul 14.00 WIB
1. Identitas Data
Nama : By. Ny. S
Tanggal Lahir/ Umur : 2 Mei 2019
Nama Ayah/Ibu : Tn. D
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Pendidikan Ayah : SD
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Ibu : SD
Alamat : RT 4 RW 6 Rama Oetama Seputih Raman Lam-Teng
Suku : Jawa
Agama : Islam
2. Keluhan Utama
Bayi menangis lemah, reflek hisap belum ada, berat bayi lahir sangat rendah yaitu
1200 gram. Bayi lahir pada tanggal 2 Mei 2019 di bidan setempat secara spontan di usia
kehamilan 28 minggu.Selain itu setelah lahir bayi tidak langsung menangis dengan nilai
apgar score yaitu 4-5-6 (asfiksia sedang).
c. Post Natal
Setelah kelahiran bayi sempat tidak menangis dengan nilai apgar score 4-5-6,
keadaan lemah, nafas tidak teratur.
Keterangan
= Laki-laki = Pasien
= Perempuan = Tinggal serumah
5. Riwayat Sosial
a. Yang Merawat
Saat ini klien diwarat diruang perinatologi RSUD Demang S.R dan dirawat oleh
perawat dan bidan
b. Hubungan dengan Keluarga
Keluarga klien bisa mengunjungi, melihat bayinya saat berkunjung mskipun bayi
dalam incubator.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Lemah, kurang aktif, menangis lemah,
perawatan dalam inkubator
b. Tanda-tanda Vital
- Nadi : 118 x per menit
- Pernafasan : 42 x per menit
- Suhu : 36,4°C
- SpO2 : 97%
c. Antropometri
- Panjang Badan : 34 cm
- Berat Lahir : 1200 gram
- Lingkar Dada : 26 cm
- Lingkar Kepala : 23 cm
d. Kepala : Fontanel anterior lunak, wajah simetris,
rambut hitam
e. Mata : Simetris antara kanan dan kiri, sclera tidak
ikterik
f. Hidung : Terpasang C-PAP Ventilator 2 lt/menit
g. Mulut : Reflek hisap belum ada, terpasang selang
OGT, mukosa kering
h. Telinga : Simetris kanan dan kiri, tidak ada luka
i. Dada : Tidak ada luka, warna kecoklatan
j. Jantung
- Inspeksi : Tampak ictus cordis
- Palpasi : Ictus cordis teraba dengan getaran
- Perkusi : Tak terkaji
- Auskultasi : BJ I & II regular, tidak terdengar gallop
k. Paru
- Inspeksi : Gerakan pernafasan kanan-kiri simetris,
RR : 42 x per menit
- Palpasi : Rabaan gerak pernafasan simetris
- Perkusi : Redup/ Dullness
- Auskultasi : Ronchi
l. Abdomen
- Inspeksi : Pusar insersi ditengah, buncit, terpasang
infus umbilical
- Auskultasi : Peristaltik usus 18 x per memit
- Palpasi : Lunak, tidak ada pembesaran hati/limfa
- Perkusi : Tympani
m. Punggung : Bentuk tulang belakang semi fleksi
n. Genetalia : Jenis kelamin perempuan, labia mayora
belum menutupi labia minora, anus paten
o. Ekstremitas
- Atas : Lengkap, tidak ada kelainan
- Bawah : Lengkap, tidak ada kelainan, kaki kanan
terpasang SPO2, akral sedikit dingin
p. Kulit : Warna kulit coklat gelap, tidak ikterik,
turgor kulit cukup
B. ANALISA DATA
NO DATA PROBLEM ETIOLOGI
1 DS : - Resiko hipotermi Jaringan lemak
DO : subkotis tipis
- Akral sedikit dingin
- Lahir premature 28 minggu
- BB 1200 gram
- Suhu tubuh 36,4°C
- Perawatan dalam inkubator
2 DS : - Resiko Infeksi Prematuritas dan
DO : system imun yang
- Keadaan umum lemah tidak adekuat
- Lahir premature 28 minggu
- BB 1200 gram
- Suhu tubuh 36,4°C
- Lekosit 37/uL
3 DS : - Ketidakseimbangan Prematuritas,
DO : nutrisi : kurang dari ketidakmampuan
- Terpasang selang OGT kebutuhan tubuh mengabsorbsi nutrisi
- Reflek hisap lemah
- BB 1200 gram
- Terpasang infus D10%
4cc/jam
4 DS : - Ketidakefektifan Penumpukan cairan
DO : jalan nafas di rongga paru
- Terpasang ventilator
2lt/menit
- RR 42x/menit
- Perkusi paru dullness
- Auskultsi paru ronkhi
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF
1 10/5/2019 Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan cairan dirongga paru
2 10/5/2019 Resiko hipotermi berhubungan dengan jaringan
subkotis tipis
3 10/5/2019 Ketidakefektifan nutrisi : kurang darin kebutuhan
tubuh berhubungan dengan prematuritas,
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi
4 10/5/2019 Resiko infeksi berhubungan dengan Prematuritas
dan system imun yang tidak adekuat
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA INTERVENSI KEPERAWATAN
NO TT
KEPERAWATAN TUJUAN TINDAKAN RASIONAL
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan - Observasi - Sebagai
pola nafas tindakan TTV, acuan
berhubungan keperawatan cuping penatalaksa
dengan selama 3x24 jam hidung, naan
penumpukan cairan jalan nafas retraksi dada tindakan
dirongga paru, adekuat, dengan - Berikan - Mensuplai
penurunan ekspansi kriteria hasil : terapi O2 O2 dalam
paru - Pernafasan 2lt/menit tubuh
adekuat 16-30 - Jaga - Jalan nafas
x/menit kepatenan tidak ada
- Perkusi paru jalan nafas : sumbatan
sonor suction
- Auskultasi
vesikuler
- Tidak ada
penumpukan
cairan di paru
2 Resiko hipotermi Setelah dilakukan -Pantau suhu - Sebagai
berhubungan tindakan setiap 3 jam acuan
dengan jaringan keperawatan sekali penatalaksa
subkotis tipis selama 3x24 jam
naan
hipotermi tubuh
stabil , dengan tindakan
kriteria hasil : -Atur suhu - Mengikuti
- Suhu tubuh incubator program
normal 36- sesuai indikasi yang
37,5°C -Hindarkan dianjurkan
- Akral hangat bayi kontak
- Bayi tidak langsung
menggigil dengan
sumber
dingin/panas
-Ganti popok - Menjaga
bila basah kenyamanan
klien
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO TANGGAL
TINDAKAN RESPON KLIEN TT
DX JAM
1,2, 10/5/2019
3,4 14.30 WIB - Mengobservasi TTV,cuping S:-
hidung retraksi dada O : Nadi : 118x/mnt ,
RR : 42x/mnt , S : 36,4
11/5/2019
3 08.30 WIB -mengkaji reflek hisap S:-
O : Reflek hisap klien
tampak lemah
3 08.45 WIB -Berkolaborasi dengan ahli gizi S:-
untuk pemberian nutrisi O : klien mendapat diit
ASI 15cc/2Jam (OGT)
1 10.00 WIB - menjaga kepatenan jalan nafas : S:-
suction O : Cairan dalam
tabung suction tampak
jernih
1,2, 11.00 WIB - mengobservasi ttv,cuping hidung S:-
3,4 retraksi dada O : Suhu : 36°C Nadi :
100x/menit, RR :
40/menit
4 14.00 WIB - memberikan anti biotik sesuai S:-
advis dokter O : klien mendapat
terapi Inj. Gentamicin
6 mg/36 jam
F. EVALUASI
NO TANGGAL
EVALUASI TT
DX JAM
1 10-5-2019 S:-
16.00 WIB O : Klien tampak terpasang ventilator O2 2ltr/mnt dengan
SPO2 98% , auskultasi paru : ronchi
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Berikan terapi O2 2lt/m
- Jaga kepatenan jalan napas (suction)
- Observasi ttv,cuping hidung,retraksi dada
2 16.00 WIB S:-
O : Suhu : 36,4
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Atur suhu incubator sesuai indikasi
- Pantau suhu setiap 3 jam sekali
- Ganti popok bila basah
- Hindarkan bayi kontak langsung dengan
sumber dingin/panas
3 16.00 WIB S:-
O : BB : 1200gram
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor BB klien
- Monitor asupan intake dan output cairan
- Kaji kemampuan reflek hisap
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian nutrisi
4 16.00 WIB
S:-
O : Hasil leukosit klien 37
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- pantau tanda gejala infeksi suhu , lekosit,
penurunan BB
- berikan antibiotic sesuai advis dokter
- gunakan tekhnik aseptic selama
berinteraksi dengan klien
1 11-5-2019
16.00 WIB S:-
O : Cairan dalam tabung suction tampak jernih
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Berikan terapi O2 2lt/m
- Jaga kepatenan jalan napas (suction)
- Observasi ttv,cuping hidung,retraksi dada
2 16.00 WIB
S:-
O : Suhu : 36^C
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Atur suhu incubator sesuai indikasi
- Pantau suhu setiap 3 jam sekali
- Ganti popok bila basah
- Hindarkan bayi kontak langsung dengan
sumber dingin/panas
3 16.00 WIB
S:-
O : Klien tampak masih terpasang OGT dengan diit ASI
15cc/jam
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor BB klien
- Monitor asupan intake dan output cairan
- Kaji kemampuan reflek hisap
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian nutrisi
1
S:-
O : Klien tampak terpasang ventilator O2 2ltr/mnt dengan
SPO2 97% , auskultasi : ronchi
A : Masalah belum teratasi
12-5-2019 P : Lanjutkan intervensi
16.00 wib - Berikan terapi O2 2lt/
- Jaga kepatenan jalan napas (suction)
- Observasi ttv,cuping hidung,retraksi dada
3
S:-
O : BB : 1200gram
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
16.00 WIB - Monitor BB klien
- Monitor asupan intake dan output cairan
- Kaji kemampuan reflek hisap
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian nutrisi