Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

Disusun Oleh

Anice Sari, S.Kep


Desti Hayana,S.Kep
Dina Hanifa, S.Kep
Heri Sumarlin, S.Kep
Septina Rahmayati, S.Kep
Septi Puspitaningsih, S.Kep

PROGRAM STUDI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


(STIKes) MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2018/2019
LAPORAN PENDAHULUAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH
(BBLR)

A. Definisi
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang BB < 2.500 gram. BBLR
dapat dibagi menjadi 2 golongan :
1. Prematur murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan BB sesuai dengan berat badan untuk masa
gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan.
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan BB kurang dari BB seharusnya untuk masa gestasi itu, berarti bayi
mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilannya.
(Indrasanto, 2008)

B. Etiologi
1. Faktor Ibu
a. Penyakit, penyakit yang berhubungan langsung dengan pasien misalnya perdarahan
antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia gravidarum, dan nefritis akut.
b. Usia ibu, angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan multi
gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia antara
26-35 tahun.
c. Keadaan sosial ekonomi, keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya
prematuritas. Kejadian tertinggi teradapat pada golongan social ekonomi rendah. Hal
ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang
kurang. Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan
yang tidak sah, ternyata lebih tinggi bila dibandingakan dengan bayi yang lahir
perkawinan yang sah.
d. Sebab lain, karena ibu merokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik.
2. Faktor Janin
Faktor janin diantaranya hidramnion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom
3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan di antaranya tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat
tertentu.

(Suryadi dan Yuliani, 2006 )


C. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum

cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir

cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil

ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi

karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan

oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-

keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.

Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak

mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.

Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan

tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan

bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya.

Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR,

vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.

Sistem pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang pada bayi

prematur. Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsional paru-paru pada dasarnyakecil

berkaitan dengan ukuran bayi. Sebagai akibatnya sindrom gawat napas sering merupakan

penyebab umum kematian. Masalah besar lainnya pada bayi premature adalah pencernaan

dan absorpsi makanan yang inadekuat. Bila prematuritas bayilebih dari dua bulan, system

pencernaan dan absorpsi hampir selalu inadekuat. Absorpsi lemak juga sangat buruk

sehingga bayi premature harus menjalani diet rendah lemak. Lebih jauh lagi, bayi

premature memiliki kesulitan dalam absorpsi kalsium yang tidak lazim dan oleh karena

itu dapat mengalami rikets yang berat sebelum kesulitan tersebut dikenali. Imaturitas

organ lain yang sering menyebabkan kesulitan yang berat pada bayi premature meliputi

system imun yang menyebabkan daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena

rendahnya kadar IgG gamma globulin, serta bayi premature relatif belum sanggup

membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum

baik sehingga bayi premature beresiko mengalami infeksi, system integumen dimana
jaringan kulit masih tipis dan rawan terjadinya lecet, system termoregulasi dimana bayi

premature belum mampu mempertahankan suhu tubuh yang normal akibat penguapan

yang bertambah karena kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan pusat pengaturan

suhu yang belum berfungsi sebagaimana mestinya sehingga beresiko mengalami

hipotermi atau kehilangan panas dalam tubuh

(Ngastiyah, 2005)
D.Pathway

Faktor Pencetus

Faktor Ibu Faktor Janin Faktor


1. Hydroamnion Lingkungan
1. Faktor penyakit 2. Kehamilan
(toksemia 1. Tempat tinggal di
multiple/ganda dataran tinggi
gravidarum,
3. Kelainan 2. Radiasi
trauma fisik, dll)
kromosom 3. Zat-zat beracun
2. Faktor usia

BBLR

Kulit tipis dan lemak Imaturitas system pernafasan Reflek menelan dan menghisap
subcutan kurang blm sempurna

Tidak dapat Pernafasan belum Intake nutrisi tidak


menyimpan panas sempurna adekuat

Asupan gizi kurang


Mudah kehilangan O2 dalam darah CO2
panas

Sel-sel kekurangan
kedinginan O2 dalam sel darah rendah
nutrisi
Co2 tinggi

Kerusakan sel
hipotermi
Asidosis
respiratoris Penurunan
Gangguan BB/kematian
pertukaran gas
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
E.Manifestasi Klinis

Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :


1. Berat kurang dari 2500 gram
2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6. Kepala lebih besar
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
8. Otot hipotonik lemah
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
11. Kepala tidak mampu tegak
12. Pernapasan 40 – 50 kali / menit
13. Nadi 100 – 140 kali / menit
(Prawirohardjo. 2005)
F.Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia


2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
3. Titer Torch sesuai indikasi
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
5. Pemantauan elektrolit
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax )
(Ngastiyah, 2005)

G.Komplikasi
Menurut (Potter, 2005) komplikasi pada masa awal bayi berat lahir rendah antara lain yaitu :
1. Hipotermia.
2. Hipoglikemia.
4. Gangguan cairan dan elektrolit.
5. Hiperbilirubinemia.
6. Sindroma gawat nafas (asfiksia).
7. Paten suktus arteriosus.
8. Infeksi.
9. Perdarahan intraventrikuler.
10.Apnea of prematuruty.
11.Anemia
Komplikasi pada masa berikutnya yaitu :
1. Gangguan perkembangan.
2. Gangguan pertumbuhan.
3. Gangguan penglihatan (retionopati).
4. Gangguan pendengaran.
5. Penyakit paru kronis.
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit.
7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan.

H.Penatalaksanaan
Menurut Prawirohardjo (2005), penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah
adalah sebagai berikut :
1. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang
diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan
bayi harus dilakukan didalam incubator
2. Pelestarian suhu tubuh

Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan


suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan
antara 35,50 C s/d 370 C.
Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal
tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah yang
dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan
0
secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000
gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
3. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur
perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan
bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C,
untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,2 0C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat
dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat
bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
4. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR,
akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O 2yang diberikan sekitar 30- 35 %
dengan menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjang
akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan
kebutaan
5. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang
berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk
mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan
sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan
tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.
6. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya
hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan
melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah.
Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan
dengan bayi preterm.
7. Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan

Umur/hari Jmlh ml/kg BB


1 50- 65
2 100
3 125
4 150
5 160
6 175
7 200
14 225
21 175
28 150

I.Pengkajian
a. Pengkajian umum
1)   Dengan menggunakan timbangan elektronik, timbang setiap hari, atau lebih sering
apabila diinstruksikan.
2)   Ukur panjang dan lingkar kepala secara periodik.
3)   Gambarkan bentuk dan ukuran tubuh umum, postur saat istirahat, kemudahan
bernafas, adanya edema, dan lokasinya.
4)   Gambarkan adanya deformitas yang nyata.
5)   Gambarkan adanya tanda disstres: warna buruk, mulut terbuka, kepala terangguk-
angguk, meringis, alis berkerut.
b.   Pengkajian pernafasan
1)   Gambarkan  bentuk dada (barrel, cembung), kesimetrisan, adanya insisi, selang dada,
atau penyimpangan lain.
2)   Gambarkan otot aksesori: pernafasan cuping hidung atau substansial, interkostal, atau
retraksi subklavikular.
3)   Tentukan frekuensi dan keteraturan pernafasan.
4)   Auskultasi dan gambarkan bunyi pernafasan: stridor, krekels, mengi, ronki basah, area
yang tidak ada bunyinya, mengorok, penurunan udara masuk, keseimbangan bunyi nafas.
5)   Tentukan apakah penghisapan diperlukan.
6)   Gambarkan tangisan bila tidak diintubasi.
7)   Gambarkan oksigen ambien dan metode pemberian, bila diintubasi gambarkan ukuran
selang, jenis ventilator dan penyiapannya, serta metode pengamanan selang.
8)   Tentukan saturasi oksigen dengan oksimetri nadi dan tekanan parsial oksigen dan
karbon dioksida dengan oksigen transkutan dan karbondioksida transkutan.
c.    Pengkajian kardiovaskular
1)   Tentukan frekuensi dan irama jantung.
2)   Gambarkan bunyi jantung, termasuk adanya murmur.
3)   Tentukan titik intensitas maksimum, titik di mana bunyi dan palpasi denyut jantung
yang terkeras (perubahan pada titik intensitas maksimum dapat menunjukkan pergeseran
mediastinal).
4)   Gambarkan warna bayi: sianosis, pucat, pletora, ikterik, mottling.
5)   Kaji warna kuku, membran mukosa, bibir.
6)   Tentukan tekanan darah. Tunjukkan ekstremitas yang digunakan dan ukutan manset,
periksa setiap ekstremitas setidaknya sekali.
7)   Gambarkan nadi perifer, pengisian kapiler (< 2 – 3 detik), perfusi perifer mottling.
8)   Gambarkan monitor, parameternya, dan apakah alarm berada pada posisi “on”.
d.   Pengkajian gastrointestinal
1)   Tentukan distensi abdomen: lingkar perut bertambah, kulit mengkilat, tanda-tanda
eritema dinding abdomen, peristaltik yang dapat dilihat, lengkung susu yang dapat dilihat,
status umbilikus.
2)   Tentukan adanya tanda-tanda regurgitasi dan waktu yang berhubungan dengan
pemberian makan.
3)   Gambarkan jumlah, warna, konsistensi, dan bau dari adanya muntah.
4)   Gambarkan jumlah, warna, dan konsistensi feses, periksa adanya darah samar dan
atau penurunan substansibila diinstruksikan atau diindikasikan dengan tampilan feses.
5)   Gambarkan bisisng usus, ada atau tidak ada.
e.    Pengkajian genitourinaria
1)   Gambarkan adanya abnormalitas genetalia.
2)   Gambarkan jumlah urin (warna, pH, dll).
3)   Periksa BB (pengkajian paling akurat untuk hidrasi).
f.     Pengkajian neurologis-muskuloskeletal
1)   Gambarkan gerakan bayi: acak, bertujuan, gelisah, kedutan, spontan, menonjol,
tingkat aktivitas dengan stimulasi, evaliasi berdasarkan usia gestasi.
2)   Gambarkan posisi atau sikap bayi: fleksi, ekstensi.
3)   Gambarkan reflek yang diamati: moro, menghisap, Babinski, reflek plantar, dan reflek
yang diharapkan.
4) Tentukan perubahan pada lingkar kepala (bila diindikasikan).
g.   Pengkajian suhu
1)   Tentukan suhu kulit dan aksila.
2)   Tentukan dengan suhu lingkungan.
h.   Pengkajian kulit
1)   Gambarkan adanya perubahan warna, area kemerahan, tanda iritasi, lepuh, abrasi atau
area gundul, khususnya di mana alat pemantau, infus, atau alat lain lontak dengan kulit,
periksa juga dan perhatikan adanya preparat kulit yang digunakan (misal plester,,
providin-iodin).
2)   Tentukan tekstur dan turgor kulit: kering, halus, pecah-pecah, terkelupas, dll.
3)   Gambarkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir.
4)   Tentukan apakah kateter infus intravena atau jarum berada pada tempatnya dan amati
adanya tanda-tanda infiltrasi.
5)   Gambarkan jalur pemadangn kateter infus intravena, jenis (arteri, vena, perifer,
umbilikus, sentral, vena sentral perifer), jenis infus (obat, salin, dekstrosa, elektrolit,
lemak, nutrisi parenteral total), jenis pompa infus dan frekuensi aliran, jenis jarum
(kupu=kupu, kateter), tampilan area insersi.

i. Pengkajian Fokus
1.Sirkulasi :
Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas normal (120-160 dpm).
Mur-mur jantung yang dapat didengar dapat menandakan duktusarteriosus paten (PDA).
2.Makanan/cairan
Berat badan kurang 2500 (5lb 8 oz).
3.Neuroensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran kepala besar dalam
hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin mudah digerakan, fontanel mungkin besar
atau terbuka lebar. Edema kelopak mata umum terjadi, mata mungkin
merapat(tergantung usia gestasi). Refleks tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi
dengan baik pada gestasi minggu 32; koordinasi refleks untuk menghisap, menelan, dan
bernafas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 32; komponen pertama dari refleks
Moro(ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan membuka tangan)tampak pada gestasi
minggu ke 28; komponen keduaa(fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar)
tampak pada gestasi minggu ke 32.Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi
antara minggu 24 dan 37.
4.Pernafasan
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur; pernafasan
diafragmatik intermiten atau periodik(40-60x/mt). Mengorok, pernafasan cuping hidung,
retraksi suprasternal dan substernal, atau berbagai derajat sianosis mungkin ada. Adanya
bunyi “ampelas” pada auskultasi, menandakan adaya sindrom distress pernafasan
(RDS).
5.Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah. Wajah mungkin memar,
mungkin ada kaput suksedoneum. Kulit kemerahan atau tembus pandang, warna
mungkin merah. muda/kebiruan, akrosianosis, atau sianosis/pucat. Lanugo terdistribusi
secara luas diseluruh tubuh. Ekstremitas mungkin tampak edema. Garis telapak kaki
mungkin tidak ada pada semua atau sebagian telapak. Kuku mungkin pendek.
6.Seksualita
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora, dengan klitoris
menonjol ; testis pria mungkin tidak turun, rugae mungkin banyak atau tidak ada pada
skrotum.
(IDAI, 2004)

J.Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan penumpukan cairan di rongga paru

2. Resiko hipotermi berhubungan dengan jaringan lemak subkotis tipis

3. Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan immaturitas fungsi imunologik.

4. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
lemahnya daya cerna dan absorbsi makanan.

(Ngastiyah, 2005)

K.Intervensi Keperawatan
NO TUJUAN INTERVENSI
1. Setelah mendapat tindakan 1.1. Monitor pernafasan (kedalaman,
keparawatan 3x24 jam tidak terjadi irama, frekuensi )
gangguan jalan nafas(nafas efektif) 1.2. Atur posisi kepala lebih tinggi
Kriteria Hasil : 1.3. Monitor keefektifan jalan nafas,
 Akral hangat kalau kerlu lakukan suction.
 Tidak ada 1.4. Lakukan auskultasi bunyi nafas tiap
sianosis 4 jam
 Tangisan aktif 1.5. Perthankan pemberian O2
dan kuat 1.6. Pertahankan bayi pada inkubator
 RR : 30-40x/mt dengan penghangat
 Tidak ada 1.7. Kolaborasii untuk X foto thorax
retraksi otot pernafasan
2. 2.1. Pertahankan bayi pada inkubator
dengan kehangatan 37oC
2.2. Beri popok dan selimut sesuai
Setelah mendapatkan tindakan kondisi
keperawatan 3x24 jam tidak terjadi 2.3. Ganti segera popok yang basah
gangguan hipotermi oleh urine atau faeces
Kriteria Hasil : 2.4. Hindarkan untuk sering membuka
 Badan hangat penutup karena akan menyebabkan
 Suhu : 36,5-37oC fluktuasi suhu dan peningkatan laju
metabolisme
2.5. Atur suhu ruangan dengan panas
yang stabil
3. 3.1. Monitor tanda-tanda
infeksi(tumor,dolor,rubor,calor,fung
siolaesa)
Setelah mendapat tindakan 3.2. Lakukan cuci tangan sebelum dan
keperawatan 3x24 jam tidak terjadi sesudah kontak dengan bayi
infeksi 3.3. Anjurkan kepada ibu bayi untuk
Kriteria Hasil : memakai jas saat masuk ruang bayi
 Tidak ada tanda- dan sebelum dan/sesudah kontak
tanda cuci tangan
infeksi(tumor,dolor,rubor,calor,fu 3.4. Barikan gizi (ASI/PASI) secara
ngsiolaesa) adekuat
 Suhu tubuh normal 3.5. Pastikan alat yang kontak dengan
(36,5-37oC) bayi bersih/steril
3.6. Berikan antibiotika sesuai program
3.7. Lakukan perawatan tali pusat setiap
hari

4. 4.1. Kaji refleks menghisap dan


menelan
4.2. Monitor input dan output
4.3. Berikan minum sesuai program
lewat sonde/spin
Setelah tindakan keperawatan 3x24 4.4. Sendawakan bayi sehabis minum
jam tidak terjadi gangguan nutrisi 4.5. Timbang BB tiap hari.
Kriteria Hasil :
 Diet yang diberikan
habis tidak ada residu
 Reflek menghisap
dan menelan kuat
 BB meningkat 100
gr/3hr.

DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC.


Prawirohardjo, Sarwono. 2005. ILMU KEBIDANAN. Jakarta : YBP-SP.
Indrasanto Eriyati. Dkk. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergency
Komprehensif (PONEK) : Asuhan Neonatal Esensial. Jakarta : JNPK, KR, IDAI, POGI.
Judith M. Wilkinson & Nancy R. Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9.
Jakarta : EGC.
Suriyadi, Yuliani. 2006. Buku Pegangan Praktik Asuhan Keperawatan Pada Anak. Ed.2. Jakarta
: CV. Agung Seto.
Potter, P. A, Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik. Ed.4 Vol.2. Jakarta : EGC.
PROSES KEPERAWATAN PADA BAYI Ny. S
DENGAN BBLR

Nama Mahasiswa : Heri Sumarlin, S.Kep


Tempat Praktik : Ruang Perinatalogi/Nuban RSUD Demang S.R
Tanggal : 10 Mei 2019

A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 Mei 2019 Pukul 14.00 WIB
1. Identitas Data
Nama : By. Ny. S
Tanggal Lahir/ Umur : 2 Mei 2019
Nama Ayah/Ibu : Tn. D
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Pendidikan Ayah : SD
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Ibu : SD
Alamat : RT 4 RW 6 Rama Oetama Seputih Raman Lam-Teng
Suku : Jawa
Agama : Islam

2. Keluhan Utama
Bayi menangis lemah, reflek hisap belum ada, berat bayi lahir sangat rendah yaitu
1200 gram. Bayi lahir pada tanggal 2 Mei 2019 di bidan setempat secara spontan di usia
kehamilan 28 minggu.Selain itu setelah lahir bayi tidak langsung menangis dengan nilai
apgar score yaitu 4-5-6 (asfiksia sedang).

3. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


a. Pre Natal
Ibu klien mengatakan selama hamil memeriksakan kehamilannya 7 kali di bidan
tiap 1 bulan sekali.. HPHT : 2 Oktober 2018 . G : 1 P : 0 A : 0. Data BB(Kg) selama
hamil : 42.42.41,5.41,5.43.45.48
b. Intra Natal
Bayi lahir secara spontan di usia kehamilan 28 minggu, ditandai dengan ketuban
pecah sebelum persalinan.. lama persalinan 1 jam.Panjang lahir 34 cm dan berat lahir
1200 gram.

c. Post Natal
Setelah kelahiran bayi sempat tidak menangis dengan nilai apgar score 4-5-6,
keadaan lemah, nafas tidak teratur.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Genogram

Keterangan
= Laki-laki = Pasien
= Perempuan = Tinggal serumah
5. Riwayat Sosial
a. Yang Merawat
Saat ini klien diwarat diruang perinatologi RSUD Demang S.R dan dirawat oleh
perawat dan bidan
b. Hubungan dengan Keluarga
Keluarga klien bisa mengunjungi, melihat bayinya saat berkunjung mskipun bayi
dalam incubator.

6. Keadaan Kesehatan saat ini


a. Diagnosa Medis : BBLSR dengan asfiksia
b. Nutrisi dan Metabolisme
Saat ini pasien mendapat diit ASI 2 jam sekali 10 cc – 15 cc melalui selang OGT
c. Obat-obatan
- DS ¼ NS 7cc/gram
- Inj. Vicilin 60 mg/12 jam
- Inj. Gentamicin 6 mg/36 jam
- Inj. Aminofilin 3mg/12 jam
d. Tindakan keperawatan yang dilakukan
- Observasi k.u pasien
- Monitoring suhu pasien
- Monitoring alat alat yang terpasang pada pasien (OGT,Infus,CPAP)
- Memberikan nutrisi sesuai diit pasien
e. Pemeriksaan penunjang ( Laboratorium )
a. Tanggal 2 Mei 2019
- hemoglobin : 18.6g/dl (15.2-23,6)
- hematokrit : 55.8 ( 35,0-43,0)
- eritrosit : 5.05 x 10^6 ( 3,8-5,2)
- jumlah leukosit : - 13.37x10^3 (9,4-34)
- 110dl (80-100)
- 37pg (26-34)
- jumlah trombosit : 164x10^3 (150-440)
- golongan darah : O
- glukosa POCT : 38mg/dl (60-200)
b. Tanggal 7 Mei 2019
- glukosa POCT : 100mg/dL (60-200)
- bilirubin total : 10.15mg/dl ( <10.3 )
- bilirubin indirect : 9.75mg/dl (0,00-1.10)
- bilirubin direct : 0.40mg/dl (0,00-0,20)

7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Lemah, kurang aktif, menangis lemah,
perawatan dalam inkubator
b. Tanda-tanda Vital
- Nadi : 118 x per menit
- Pernafasan : 42 x per menit
- Suhu : 36,4°C
- SpO2 : 97%
c. Antropometri
- Panjang Badan : 34 cm
- Berat Lahir : 1200 gram
- Lingkar Dada : 26 cm
- Lingkar Kepala : 23 cm
d. Kepala : Fontanel anterior lunak, wajah simetris,
rambut hitam
e. Mata : Simetris antara kanan dan kiri, sclera tidak
ikterik
f. Hidung : Terpasang C-PAP Ventilator 2 lt/menit
g. Mulut : Reflek hisap belum ada, terpasang selang
OGT, mukosa kering
h. Telinga : Simetris kanan dan kiri, tidak ada luka
i. Dada : Tidak ada luka, warna kecoklatan
j. Jantung
- Inspeksi : Tampak ictus cordis
- Palpasi : Ictus cordis teraba dengan getaran
- Perkusi : Tak terkaji
- Auskultasi : BJ I & II regular, tidak terdengar gallop
k. Paru
- Inspeksi : Gerakan pernafasan kanan-kiri simetris,
RR : 42 x per menit
- Palpasi : Rabaan gerak pernafasan simetris
- Perkusi : Redup/ Dullness
- Auskultasi : Ronchi
l. Abdomen
- Inspeksi : Pusar insersi ditengah, buncit, terpasang
infus umbilical
- Auskultasi : Peristaltik usus 18 x per memit
- Palpasi : Lunak, tidak ada pembesaran hati/limfa
- Perkusi : Tympani
m. Punggung : Bentuk tulang belakang semi fleksi
n. Genetalia : Jenis kelamin perempuan, labia mayora
belum menutupi labia minora, anus paten
o. Ekstremitas
- Atas : Lengkap, tidak ada kelainan
- Bawah : Lengkap, tidak ada kelainan, kaki kanan
terpasang SPO2, akral sedikit dingin
p. Kulit : Warna kulit coklat gelap, tidak ikterik,
turgor kulit cukup
B. ANALISA DATA
NO DATA PROBLEM ETIOLOGI
1 DS : - Resiko hipotermi Jaringan lemak
DO : subkotis tipis
- Akral sedikit dingin
- Lahir premature 28 minggu
- BB 1200 gram
- Suhu tubuh 36,4°C
- Perawatan dalam inkubator
2 DS : - Resiko Infeksi Prematuritas dan
DO : system imun yang
- Keadaan umum lemah tidak adekuat
- Lahir premature 28 minggu
- BB 1200 gram
- Suhu tubuh 36,4°C
- Lekosit 37/uL
3 DS : - Ketidakseimbangan Prematuritas,
DO : nutrisi : kurang dari ketidakmampuan
- Terpasang selang OGT kebutuhan tubuh mengabsorbsi nutrisi
- Reflek hisap lemah
- BB 1200 gram
- Terpasang infus D10%
4cc/jam
4 DS : - Ketidakefektifan Penumpukan cairan
DO : jalan nafas di rongga paru
- Terpasang ventilator
2lt/menit
- RR 42x/menit
- Perkusi paru dullness
- Auskultsi paru ronkhi

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF
1 10/5/2019 Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan cairan dirongga paru
2 10/5/2019 Resiko hipotermi berhubungan dengan jaringan
subkotis tipis
3 10/5/2019 Ketidakefektifan nutrisi : kurang darin kebutuhan
tubuh berhubungan dengan prematuritas,
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi
4 10/5/2019 Resiko infeksi berhubungan dengan Prematuritas
dan system imun yang tidak adekuat

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA INTERVENSI KEPERAWATAN
NO TT
KEPERAWATAN TUJUAN TINDAKAN RASIONAL
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan - Observasi - Sebagai
pola nafas tindakan TTV, acuan
berhubungan keperawatan cuping penatalaksa
dengan selama 3x24 jam hidung, naan
penumpukan cairan jalan nafas retraksi dada tindakan
dirongga paru, adekuat, dengan - Berikan - Mensuplai
penurunan ekspansi kriteria hasil : terapi O2 O2 dalam
paru - Pernafasan 2lt/menit tubuh
adekuat 16-30 - Jaga - Jalan nafas
x/menit kepatenan tidak ada
- Perkusi paru jalan nafas : sumbatan
sonor suction
- Auskultasi
vesikuler
- Tidak ada
penumpukan
cairan di paru
2 Resiko hipotermi Setelah dilakukan -Pantau suhu - Sebagai
berhubungan tindakan setiap 3 jam acuan
dengan jaringan keperawatan sekali penatalaksa
subkotis tipis selama 3x24 jam
naan
hipotermi tubuh
stabil , dengan tindakan
kriteria hasil : -Atur suhu - Mengikuti
- Suhu tubuh incubator program
normal 36- sesuai indikasi yang
37,5°C -Hindarkan dianjurkan
- Akral hangat bayi kontak
- Bayi tidak langsung
menggigil dengan
sumber
dingin/panas
-Ganti popok - Menjaga
bila basah kenyamanan
klien

3 Ketidakefektifan Setelah dilakukan - Monitor BB - mengetahui


nutrisi : kurang dari tindakan klien perkembang
kebutuhan tubuh keperawatan an nutrisi
berhubungan selama 3x24 bayi
dengan kebutuhan nutrisi
prematuritas, terpenuhi , - Pasang - membantu
ketidakmampuan dengan kriteria selang OGT suplai
mengabsorbsi hasil : nutrisi untuk
nutrisi - BB seimbang tubuh
2500-3500 - Kaji - indikasi bayi
gram kemampuan mampu
- Reflek hisap reflek hisap menyerap
kuat nutrisi
- Intake ASI - Monitor - mengatur
adekuat asupan keseimbang
intake dan an cairan
output pada klien
cairan
- Kolaborasi - asupan
dengan ahli nutrisi bayi
gizi untuk bisa
pemberian tercukupi
nutrisi
4 Resiko infeksi Setelah dilakukan - Pantau tanda - Sebagai
berhubungan tindakan gejala acuan
dengan keperawatan infeksi : penatalaksa
Prematuritas dan selama 3x24 tidak suhu, naan
system imun yang terjadi infeksi, lekosit, tindakan
tidak adekuat dengan kriteria penurunan
hasil : BB
- Tidak ada - Batasi - Memberi
tanda tanda jumlah kenyamanan
infeksi pengunjung pada klien
- Jumlah
lekosit dalam
batas normal - Gunakan - Agar tidak
teknik terjadinya
aseptic infeksi pada
selama klien
berinteraksi
dengan klien
- Bersihkan - Menjaga
incubator incubator
secara tetap terjaga
berkala kebersihann
ya
- Berikan anti - Mencegah
biotik sesuai penyebaran
advis dokter infeksi

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO TANGGAL
TINDAKAN RESPON KLIEN TT
DX JAM
1,2, 10/5/2019
3,4 14.30 WIB - Mengobservasi TTV,cuping S:-
hidung retraksi dada O : Nadi : 118x/mnt ,
RR : 42x/mnt , S : 36,4

1 15.00 WIB -Memberikan terapi O2 2ltr/menit S:-


O : klien tampak
terpasang ventilator O2
2ltr/mnt dengan SPO2
97%

2 15.30 WIB -Memantau suhu klien S:-


O : Suhu klien 36,4’C

3 15.45 WIB -Memonitor BB klien S:-


O : BB : 1200 gram ,
LD : 26 cm , PB :
34cm , LK : 23cm

4 16.00 WIB -Membersihkan incubator secara S:-


berkala O : Incubator tampak
bersih

11/5/2019
3 08.30 WIB -mengkaji reflek hisap S:-
O : Reflek hisap klien
tampak lemah
3 08.45 WIB -Berkolaborasi dengan ahli gizi S:-
untuk pemberian nutrisi O : klien mendapat diit
ASI 15cc/2Jam (OGT)
1 10.00 WIB - menjaga kepatenan jalan nafas : S:-
suction O : Cairan dalam
tabung suction tampak
jernih
1,2, 11.00 WIB - mengobservasi ttv,cuping hidung S:-
3,4 retraksi dada O : Suhu : 36°C Nadi :
100x/menit, RR :
40/menit
4 14.00 WIB - memberikan anti biotik sesuai S:-
advis dokter O : klien mendapat
terapi Inj. Gentamicin
6 mg/36 jam

2 15.00 WIB - mengatur suhu incubator S:-


O : Terlihat suhu
incubator klien 34^C
3 16.00 WIB - Memonitor asupan intake dan S:-
output cairan O : terlihat diit yang
diberikan habis, tidak
ada residu
1,2, 12 Mei 2019 - mengobservasi ttv,cuping hidung S:-
3,4 10.00 WIB retraksi dada O : suhu : 36^C , nadi :
100x/menit RR :
30x/menit

3 14.00 WIB -Memonitor BB klien S:-


O : BB : 1200 gram ,
LD : 26 cm , PB :
34cm , LK : 23cm

F. EVALUASI
NO TANGGAL
EVALUASI TT
DX JAM
1 10-5-2019 S:-
16.00 WIB O : Klien tampak terpasang ventilator O2 2ltr/mnt dengan
SPO2 98% , auskultasi paru : ronchi
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Berikan terapi O2 2lt/m
- Jaga kepatenan jalan napas (suction)
- Observasi ttv,cuping hidung,retraksi dada
2 16.00 WIB S:-
O : Suhu : 36,4
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Atur suhu incubator sesuai indikasi
- Pantau suhu setiap 3 jam sekali
- Ganti popok bila basah
- Hindarkan bayi kontak langsung dengan
sumber dingin/panas
3 16.00 WIB S:-
O : BB : 1200gram
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor BB klien
- Monitor asupan intake dan output cairan
- Kaji kemampuan reflek hisap
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian nutrisi

4 16.00 WIB
S:-
O : Hasil leukosit klien 37
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- pantau tanda gejala infeksi suhu , lekosit,
penurunan BB
- berikan antibiotic sesuai advis dokter
- gunakan tekhnik aseptic selama
berinteraksi dengan klien

1 11-5-2019
16.00 WIB S:-
O : Cairan dalam tabung suction tampak jernih
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Berikan terapi O2 2lt/m
- Jaga kepatenan jalan napas (suction)
- Observasi ttv,cuping hidung,retraksi dada
2 16.00 WIB
S:-
O : Suhu : 36^C
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Atur suhu incubator sesuai indikasi
- Pantau suhu setiap 3 jam sekali
- Ganti popok bila basah
- Hindarkan bayi kontak langsung dengan
sumber dingin/panas
3 16.00 WIB
S:-
O : Klien tampak masih terpasang OGT dengan diit ASI
15cc/jam
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor BB klien
- Monitor asupan intake dan output cairan
- Kaji kemampuan reflek hisap
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian nutrisi
1

S:-
O : Klien tampak terpasang ventilator O2 2ltr/mnt dengan
SPO2 97% , auskultasi : ronchi
A : Masalah belum teratasi
12-5-2019 P : Lanjutkan intervensi
16.00 wib - Berikan terapi O2 2lt/
- Jaga kepatenan jalan napas (suction)
- Observasi ttv,cuping hidung,retraksi dada
3

S:-
O : BB : 1200gram
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
16.00 WIB - Monitor BB klien
- Monitor asupan intake dan output cairan
- Kaji kemampuan reflek hisap
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian nutrisi

Anda mungkin juga menyukai