Anda di halaman 1dari 6

Banyaknya produk yang beredar dipasaran membuat konsumen disajikan oleh berbagai

alternative pilihan merk/tipe sepatu. Konsumen dihadapkan alternative kualitas, harga maaupun
kebutuhan. Semua tergantung selera konsumen. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumen dalam pengambilan produk sepatu adalah :

1.Keluarga

Lingkungan inti dimana seseorang hidup dan berkembang, terdiri dari ayah, ibu dan anak. Dalam
keluarga perlu dicermati pola perilaku pembelian yang menyangkut:

– Siapa yang mempengaruhi keputusan untuk membeli.

– Siapa yang membuat keputusan untuk membeli.

– Siapa yang melakukan pembelian.

– Siapa pemakai produknya.

2. Harga barang itu sendiri

Pertimbangan pemilihan harga yang lebih ekonomis adalah faktor dominan dalam pengambilan
keputusan konsumen dalam membeli produk sepatu. Selain sisi fashion branded kenyamanan dan
faktor lingkungan. Untuk ukuran mahasiswa harga yang ekonomis lah adalah bahan
pertimbangan nomor 1.

3. Kualitas barang

Pertimbangan konsumen adalah nomor 2 kualitas / keunikan yang ditawarkan. Biasanya


konsumen tidak terlalu mempertibangkan kualitas untuk jangka panjang. Yang terlihat dimata
konsumen produk tersebut sekilas dari penglihatan mata bagus maka itu yang dipilih. Dengan
mengsampingan kualitas dan mempertimbangkan harga.

4. Brand and Style Decision (Keputusan atas merek dan gaya).

Pilihan konsumen untuk memutuskan secara terperinci mengenai produk apa yang sebenarnya
ingin dibeli.

5. Harga barang-barang lain yang bersifat substitutif terhadap barang tersebut


Konsumen akan cenderung mencari barang atau jasa yang harganya relatif lebih murah untuk
dijadikan alternatif penggunaan. Contohnya: bila seseorang yang ingin membeli produk sepatu
untuk kuliah merk donatello original. Tetapi harganya melonjak sedangkan tipe merk yang sama
tapi kualitas rendah dan dengan harga lebih murah, maka konsumen cenderung akan memilih
sepatu yg lebih murah untuk menghemat biaya. Dan sepatu kw tersebut sebagai subtitusi dari
merk yang asli.

6. Pendapatan rumah-tangga atau pendapatan masyarakat

Orang yang punya gaji dan tunjangan yang besar maka dia dapat membeli banyak barang yang
dia inginkan, tetapi jika pendapatannya rendah maka seseorang mungkin akan mengirit
pemakaian barang yang dibelinya sehingga tidak terlalu banyak pengeluarannya.

7. Selera dan prilaku seseorang atau masyarakat

Selera konsumen terhadap produk sepatu mempengaruhi minat seseorang untuk membeli produk
yang diingikan. Seklaipun harganya selangit dan dengan kualitas terbaik jika keinginan
konsumen itu tinggi maka harga bukan faktor penghalang.

Ø Tahapan konsumen membeli produk Sepatu :

Pengenalan Kebutuhan

Merupakan tahap pertama proses keputusan pembeli, yaitu ketika konsumen mengenali adanya
masalah atau kebutuhan.

Pencarian Informasi

Tahap yang merangsang konsumen untuk mencari informasi lebih banyak, konsumen mungkin
hanya meningkatkan perhatian atau mungkin aktif mencari informasi:

a) Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan

b) Sumber komersial: Iklan, wiraniaga, agen, kemasan, pajangan

c) Sumber publik: media massa, organisasi penilai konsumen


d) Sumber pengalaman: penanganan, pemeriksaan dan menggunakan produk

Evaluasi Alternatif : Tahap ketika konsumen menggunkan informasi untuk mengevaluasi merek
alternative dan perangkat pilihan.

Pemilihan : Tahap pemilihan yang terabaik, sesuai kebutuhan dan sesuai anggaran.

Keputusan Membeli Tahap, ketika konsumen benar-benar membeli produk. Setelah melalui
proses diatas, siswi tersebut pun memutuskan membeli sepasang sepatu yang sesuia dengan
piliannya.

Tingkah Laku Pasca Pembelian : Tahap ketika konsumen mengambil tindakan lebih lanjut
setelah membeli berdasarkan pada rasa puas dan tidak puas.

Kesadaran : Konsumen menjadi sadar akan produk baru, tetapi kurang informasi mengenai
produk tersebut.

Tertarik : Konsumen mencari informasi mengenai produk baru.

Evaluasi : Konsumen mempertimbangkan apakah masuk akal untuk mencoba produk baru.

Mencoba: Konsumen mencoba produk baru dalam skala kecil untuk meningkatkan perkiraannya
mengenai nilai produk tersebut.

Adopsi: Konsumen memutuskan untuk menjadi pengguna produk baru sepenuhnya dan teratur
(loyal).

Empat tipe proses pembelian produk ‘Sepatu’:

Proses “ Complex Decision Making “, terjadi bila keterlibatan kepentingan tinggi pada
pengambilan keputusan yang terjadi. Konsumen secara aktif mencari informasi untuk
mengevaluasi dan mempertimbangkan pilihan beberapa merek dengan menetapkan kriteria
tertentu. Subjek pengambilan keputusan yang komplek adalah sangat penting. Konsep perilaku
kunci seperti persepsi, sikap, dan pencarian informasi yang relevan untuk pengembangan
stratergi pemasaran. Seperti produk sepatu yang di gunakan oleh seorang karyawati yang bekerja
disuatu perkantoran, maka ia harus memiliki sepatu yang nyaman di pakai, bagian depan sepatu
tertutup, bertumit tinggi dan kelihatan elegan dan smart. Jadi, sang karyawati harus
menyempatkan waktu dan anggaran untuk menyari sepatu yang sesuai dengan keinginannya.

Proses “ Brand Loyalty “. Ketika pilihan berulang, konsumen belajar dari pengalaman masa lalu
dan membeli merek yang memberikan kepuasan dengan sedikit atau tidak ada proses
pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Loyalitas merek muncul dari kepuasan pembelian
yang lalu. Sehingga, pencarian informasi dan evaluasi merek terbatas atau tidak penting
keberadaannya dalam konsumen memutuskan membeli merek yang sama. Seperti sepatu yang
digunakan oleh seorang artis yang harus tampil di depan fans atau yang menonton artis tersebut.
Ia harus memiliki sepatu yang cocok, nyaman dan mewah, maka dari itu ia memiliki perancang
sepatu langanan untuk menunjang penmpilannya. Yang mana sang perancang sudah tahu detai
serta kebutuhan sang artis.

Proses “ Limited Decision Making “. Konsumen kadang-kadang mengambil keputusan walaupun


mereka tidak memiliki keterlibatan kepentingan yang tinggi, mereka hanya memiliki sedikit
pengalaman masa lalu dari produk tersebut. Pengambilan keputusan terbatas juga terjadi ketika
konsumen mencari variasi. Keputusan itu tidak direncanakan, biasanya dilakukan seketika
berada dalam toko. Seperti sepatu yang dipakai oleh mahasiswi yang setiap hari bertampilan
berbeda, maka dari itu ia harus memiliki sepatu yang cocok di padu–padankan dengan
pakaiannya. Jadi, jika ia pergi ke mall berniat membeli buku dan ditenggah jalan ia meliahat
sepasang sepatu yang bagus dan ia belum punya, maka ia akan membelinya.

Proses “ Inertia “. Tingkat kepentingan dengan barang adalah rendah dan tidak ada pengambilan
keputusan. Inertia berarti konsumen membeli merek yang sama bukan karena loyal kepada
merek tersebut, tetapi karena tidak ada waktu yang cukup dan ada hambatan untuk mencari
alternatif, proses pencarian informasi pasif terhadap evaluasi dan pemilihan merek. Robertson
berpendapat bahwa dibawah kondisi keterlibatan kepentingan yang rendah “ kesetiaan merek
hanya menggambarkan convenience yang melekat dalam perilaku yang berulang daripada
perjanjian untuk membeli merek tersebut” contoh pembelian sayur dan kertyas tisu.
Ø Tahap-tahap Pengambilan Keputusan : (Sumber : Kotler, 2000)

A. Citra Merek (Brand Image)

Merek menjadi tanda pengenal bagi penjual atau pembuat suatu produk atau jasa. Menurut
Kotler (2005), merek adalah suatu simbol rumit yang dapat menyampaikan hingga enam tingkat
pengertian sebagai berikut :

1) Atribut : suatu merek dapat mengingatkan pada atribut-atribut tertentu.

2) Manfaat : atribut-atribut harus diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional.

3) Nilai :suatu merek juga mengatakan sesuatu tentang nilai produsennya.

4) Budaya : suatu merek mungkin juga melambangkan budaya tertentu

5) Kepribadian : suatu merek dapat mencerminkan kepribadian tertentu.

6) Pemakai : suatu merek menyiratkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan suatu
produk.

Hubungan Citra Merek dengan Keputusan Pembelian

Wicaksono (2007) mengemukakan pentingnya pengembangan citra merek dalam keputusan


pembelian. Brand image yang dikelola dengan baik akan menghasilkan konsekuensi yang positif,
meliputi:

1) Meningkatkan pemahaman terhadap aspek-aspek perilaku konsumen dalam mengambil


keputusan pembelian.

2) Memperkaya orientasi konsumsi tehadap hal-hal yang bersifat simbolis lebih dari fungsi-
fungsi produk.

3) Meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk.


4) Meningkatkan keunggulan bersaing berkelanjutan, mengingat inovasi teknologi

sangat mudah untuk ditiru oleh pesaing.

B. Kualitas Produk

Kottler (2000) menyatakan bahwa pencapaian kualitas yang baik bagi suatu perusahaan
dibutuhkan beberapa ukuran untuk merumuskan kebijakan mengenai kualitas produk yaitu :

1) Fungsi barang

Mempengaruhi kepuasan konsumen, maka harus memproduksi barang yang mutunya sesuai
dengan fungsi serta kegunaanya, daya tahanya, peralatanya dan kepercayaanya.

2) Wujud luar seperti bentuk, warna dan susunanya.

Bila wujud luar dari barang tersebut tidak menarik meskipun kualitas barangnya baik maka
belum tentu konsumen tertarik.

3) Biaya barang

Pada umumnya biaya dan harga suatu barang akan dapat menentukan mutu suatu barang
tersebut.

Hubungan Kualitas Produk dengan Keputusan Pembelian

Suatu perusahaan yang mengetahui hal tersebut, tentu tidak hanya menjual produk itu sendiri,
tetapi juga manfaat dari produk tersebut dimana pada akhirnya hal tersebut membentuk
perusahaan untuk meningkatkan penjualan karena akan berpengaruh pada keputusan pembelian
yang dilakukan oleh konsumen. Melihat hal tersebut pada akhirnya akan dapat ditarik suatu
kesimpulan untuk dijadikan suatu hipotesis bahwa kualitas produk berpengaruh positif terhadap
keputusan pembelian konsumen.

Anda mungkin juga menyukai