Penyelesaian Sistem Persamaan Tak Linier Dengan Metode Newton-Raphson
Penyelesaian Sistem Persamaan Tak Linier Dengan Metode Newton-Raphson
SKRIPSI
oleh:
KHUTWATUN NASIHA
NIM: 03110240
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
MALANG
2008
PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN TAK LINIER
DENGAN METODE NEWTON-RAPHSON
SKRIPSI
Diajukan kepada:
Universitas Islam Negeri (UIN) Malang
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S. Si)
Oleh:
KHUTWATUN NASIHA
NIM: 03110240
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
MALANG
2008
PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN TAK LINIER
DENGAN METODE NEWTON-RAPHSON
SKRIPSI
Oleh:
KHUTWATU NASIHA
NIM: 03110240
Pembimbing I Pembimbing II
SKRIPSI
Oleh:
KHUTWATUN NASIHA
NIM: 03110240
Sri Harini, M. Si
NIP. 150 318 321
MOTTO
Satu-
Satu-nya Kata Difikirkan
Satu-
Satu-nya Langkah Direnungkan
!"
# $
# # " $$$$$$$
! $% !" $
# # & $$$$$$
!" $
' (
' $ $$$ $
$
! "
)* + , - + #
. #
$- $
!
- ' , ) ' *
' $ $$$$
# $ %%%%%
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT, yang
berbagai pihak yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi serta
kritikan yang konstruktif dalam menyusun skripsi ini, oleh karena itu penulis
Negeri Malang
2. Bapak Prof. Dr. Sutiman Bambang Sumitro, SU, DSc, selaku Dekan
3. Ibu Sri Harini, M.Si, selaku Ketua Jurusan Matematika Fakultas Sains dan
terselesaikan.
6. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Ahmad Baihaqi dan Ibu Sholihatun
7. Cak Ali yang selalu sabar dan tabah menemaniku selama kuliah, makasi
10. Serta semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu yang
Semoga atas bantuan dan dorongan yang dicurahkan kepada penulis akan
menjadi catatan amal ibadah yang diterima di sisi Allah SWT. Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan laporan penelitian ini jauh dari kesempurnaan, semua
ada, namun saran dan kritik selalu penulis harapkan demi perbaikan pada
penelitian berikutnya.
Akhirnya semoga hasil dari laporan penelitian ini dapat bermanfaat untuk
dijadikan pelajaran yang bermakna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... viii
ABSTRAK ......................................................................................................... ix
BAB I. PENDAHULUAN
Tak Linier...........................................................................................34
Newton-Raphson........................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
alam semesta tercipta sebelum matematika itu ada. Alam semesta serta segala
isinya diciptakan Allah dengan ukuran-ukuran yang cermat dan teliti, dengan
rapi (Abdussyakir, 2006). Sebagaimana telah dijelaskan dalam Firman Allah SWT
Menurut ayat di atas semua yang ada di alam ini ada ukurannya, ada
dan ukuran-ukuran yang telah ditetapkan oleh Allah tersebut, maka siklus
kehidupan yang ada di bumi berjalan sangat teratur. Bumi kita yang berputar 24
jam satu hari satu malam tidak lebih tidak kurang. Hal ini berakibat baik bagi
manusia karena tidak ada bagian bumi yang terlalu kering karena akibat terus
menerus disorot sinar matahari. Juga tidak ada yang kekurangan cahaya terlalu
persamaan tak linear yang tidak bisa diselesaikan dengan analitik, dan persamaan
persaman tersebut.
Dari uraian di atas, dapat diketahui betapa luasnya ilmu Allah dan betapa
sayangnya Allah pada manusia. Karena Allah telah menciptakan bantuan kepada
diselesaiakan. Sebagaimana yang terdapat dalam Firman Allah SWT pada QS: Al-
menunjang pengetahuan yang lain. Dapat dilihat misalnya dalam bidang Teknik,
Ekonomi, ilmu Sosial, serta Matematika dalam ilmu pengetahuan itu sendiri
(Yahya, 2004). Pada kenyataannya Matematika sebagai ilmu eksakta yang sangat
erat dengan rumus dan perhitungan yang dapat dijadikan sebagai alat bantu untuk
Akan tetapi jika suatu permasalahan dalam matematika itu sulit diselesaikan
dengan metode analitik, maka metode numerik-lah yang berperan penting di sini.
Metode numerik adalah salah satu cabang atau bidang matematika, khususnya
pemecahan masalah belum meluas dalam berbagai bidang. Itu dikarenakan pada
masa tersebut alat bantu hitungan berupa komputer belum banyak digunakan.
sehingga metode numerik sering diselesaikan dengan komputer, selain itu juga
menyelesaikan suatu persamaan yang besar, tidak linier dan sangat komplek yang
sistem tak linier. Persamaan tak linier yang diselesaikan tidak hanya satu,
sehingga membentuk sebuah sistem yang disebut sistem persamaan tak linier
simultan. Sedangkan penyelesaian sistem persamaan tak linier ini tidak dapat
halnya persamaan yang telah digunakan oleh penulis yaitu beberapa persamaan
yang berbentuk tak linier atau disebut juga dengan sistem persamaan tak linier
(Munir, 2006:113). Sistem persamaan tak linier adalah kumpulan dari dua atau
lebih persamaan tak linier. Adapun persamaan yang digunakan dalam skripsi ini
yaitu berbentuk
3 ln x − x + y 2 = 0
5 x − 2 x 2 + xy − 1 = 0 (1. 1)
x + cos( xy ) − z 2 − 1,1 = 0
x 2 − 10 y − e y z + 0,8 = 0 (1. 2)
xz + y − z − 0,3 = 0
2
sini yaitu metode yang digunakan untuk menyelesaikan sistem persaman tak
persamaan tak linier dan karena adanya keilmuan yang sulit bahkan tidak dapat
tentang penyelesaian sistem tak linier. Dalam penelitian ini penulis memakai
bantuan program MATHLAB 5.3 karena bahasa pemogramannya lebih mudah
dan salah satu program yang sesuai untuk menganalisis numerik. Maka dalam
Untuk lebih jelasnya dan terarah pada sasaran yang diharapkan dalam
pembahasan skripsi ini, maka diperlukan adanya pembatasan masalah yang akan
dibahas yaitu:
Digunakan 2 sistem persamaan tak linier, sistem persamaan tak linier yang
pertama terdiri dari 2 persamaan tak linier dengan 2 variabel, sedangkan yang
kedua terdiri dari 3 persamaan tak linier dengan 3 variabel. Adapun sistem
f 1 ( x1 , x 2 ) = 0
(1. 3)
f 2 ( x1 , x 2 ) = 0
f 1 ( x1 , x 2 , x3 ) = 0
f 2 ( x1 , x 2 , x3 ) = 0 (1. 4)
f 3 ( x1 , x 2 , x3 ) = 0
1.4 Tujuan Penulisan
a. Bagi penulis
Raphson.
a. Bagi pembaca
• Merumuskan Masalah
berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
Pada bab ini terdiri dari latar belakang masalah, Rumusan Masalah, Batasan
Pada bab ini difokuskan pada masalah yaitu Sistem persamaan tak linier,
Pada bab ini adalah pembahasan yang berisi tentang Prosedur Metode
Pada bab penutup ini berisi kesimpulan dari hasil analisis yang sudah
dilakukan. Selain itu juga berisi saran yang perlu bagi orang-orang yang bergelut
di bidang tersebut
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Sistem persamaan tak linier adalah kumpulan dari dua atau lebih
f1 ( x1 , x 2 , , xn ) = 0
f 2 ( x1 , x 2 , , xn ) = 0
f n ( x1 , x 2 , xn ) = 0
simultan memberikan semua persamaan tersebut nilai yang sama dengan nol.
f ( x) = a1 x1 + a 2 x 2 + + an xn − c = 0 (2. 1)
aljabar dan transenden yang tidak cocok dengan bentuk di atas, maka disebut
Contoh:
x 2 + xy = 10 dan y + 3xy 2 = 57
Contoh di atas adalah dua persamaan tak linier simultan dengan dua bilangan
u ( x, y ) = x 2 + xy − 10 = 0
v ( x, y ) = y + 3 xy 2 − 57 = 0
jadi penyelesaiannya akan berupa nilai-nilai x dan y yang membuat fungsi u(x,y)
(Triatmodjo, 2002:1).
jawab pendekatan yang berbeda dari jawab yang eksak sebesar suatu nilai yang
merupakan nilai perkiraan atau pendekatan dari penyelesaian analitik atau eksak
(Djojodihardjo, 2000:3).
2.3 Galat
memberikan nilai perkiraan yang mendekati nilai eksak (yang benar) dari
penyelesaian analitik. Jadi dalam penyelesaian numerik tersebut terdapat
terhadap solusi sejatinya. Semakin kecil galatnya, semakin teliti solusi numerik
yang didapatkan. Kita harus memahami dua hal: (a) bagaimana mengitung galat,
∧
Misalkan a adalah nilai hampiran terhadap nilai sejati a, maka selisih
∧
ε = a−a (2. 2)
∧
disebut galat. Sebagai contoh, jika a = 10,5 adalah nilai hampiran dari a = 10,49,
maka galatnya adalah ε = −0,01 . Jika tanda (positif atau negatif) tidak
∧
ε = a−a (2. 3)
besar galat itu dibandingkan dengan nilai sejatinya. Sebagai contoh, seorang anak
melaporkan panjang sebatang kawat 99 cm, padahal panjang sebenarnya 100 cm.
galatnya adalah 100 – 99 = 1 cm. anak yang lain melaporkan panjang sebatang
pensil 9 cm, padahal panjang sebenarnya 10 cm, sehingga galatnya juga 1 cm.
pengukuran panjang pensil lebih berarti dari pada galat 1 cm pada pengukuran
panjang kawat. Jika tidak ada informasi mengenai panjang sesungguhnya, kita
mungkin menganggap kedua galat tersebut sama saja. Untuk mengatasi intepretasi
nilai galat ini, maka galat harus dinormalkan terhadap nilai sejatinya. Gagasan ini
ε
εR = (2. 4)
a
ε
εR = x 100% (2. 5)
a
dalam praktek kita mengetahui nilai sejati a, karena itu galat ε seringkali
ε
ε RA = ∧
(2. 6)
a
Contoh:
Misalkan nilai sejati = 10/3 dan nilai hampiran = 3,333. hitunglah galat,
Penyelesaian:
nilai a (dalam praktek kita jarang sekali mengetahui nilai sejati a). Oleh karena
itu, perhitungan galat relatif hampiran menggunakan nilai pendekatan lain. Pada
a r +1 − a r
ε RA = (2. 7)
a r +1
yang dalam hal ini a r +1 adalah nilai hampiran lelaran sekarang dan a r adalah
ε RA < ε S
yang dalam hal ini ε S adalah toleransi galat yang dispesifikasikan. Nilai ε S ,
Contoh:
− x2 + 3
x r +1 = , r = 0, 1, 2,…
6
Lelaran dihentikan bila kondisi ε RA < ε S . Dalam hal ini ε S adalah toleransi
pada lelaran ke-5, ε RA < ε S sudah terpenuhi sehingga lelaran dapat dihentikan.
x − x0 ( x − x0 ) 2
f ( x) = f ( x0 ) + f '( x0 ) + f ''( x 0 ) + ...
1! 2!
( x − x0 ) m
+ f m ( x0 ) + ...
m!
(2. 8)
(Munir, 2005:18)
beberapa maksud. Justru bagaimana kita akan sampai pada titik ini akan menjadi
jelas pada akhir bagian ini. Dalam setiap kasus kita gunakan Theorema Taylor,
y ''
y ( x) = y m + y '( x − x m ) + m
( x − x m ) 2 + ...
2!
y m( j ) y ( j +1) (ξ )
+ ( x − xm ) j + m ( x − x m ) j +1 ( 2. 9 )
j! ( j + 1)!
xm < ξ < x
( j +1)
h 2 '' yj y (ξ ) j +1
y m +1 = y m + hy '
m+ y m + ... + m h j + m h (2.10)
2! j! ( j + 1)!
kesalahan pemendekan yang lebih baik. Dalam setiap kasus, perlu untuk
y '= f ( x m , y m ) (2.11)
∂ ∂
y ''= ( f ( x, y ) + f ) + f ( x, y ) f ( x, y ) (2.12)
∂x ∂y
Sehingga
y ''= f x + ff y (2.13)
Dimana subscript terakhir menyatakan turunan parsial terhadap variabel
∂f
fx =
∂x
y = ym .
h 2 '' y '''(ξ ) 3
y m +1 = y m + hy '
m+ ym + h
2 6
h y '''(ξ ) 3
y m +1 = y m + h f + ( f x + ff y ) + h (2.14)
2 6
h
y m+1 = y m + h f + ( f x + ff y ) (2.15)
2
Kesalahan pemendekan
y '''(ξ ) 3
et = h
6
et = Kh 3 (2. 16)
pemendekan (2.16) terakulasi dalam setiap langkah. Kita harus mencari metode
xm , ym .
Kesulitan praktis metode ini ialah akan sulit pada kenyataanya dalam
jika ingin memperoleh pemendekan yang lebih baik, yaitu dengan kesalahan
y m''' = ff xx + 2 ff xy + f 2 f yy + f x f y + ff y2
Turunan beruntun akan menjadi lebih kompleks. Ingat juga bahwa setiap
Contoh:
Penyelesaian
dan seterunya.
Dari persamaan (2.9) dan (2.10) sin ( x) dihampiri dengan deret Taylor
sebagai berikut:
( x − 1) ( x − 1) 2
sin ( x) = sin (1) + cos(1) + (− sin(1)) +
1! 2!
( x − 1) 3 ( x − 1) 4
(− cos(1)) + (sin(1)) + ...
3! 4!
h2
sin ( x) = sin (1) + cos(1)h + (− sin(1)) +
2
h3 h4
(− cos()) + (sin( x)) + ...
6 24
Karena suku-suku deret taylor tidak terhingga banyaknya, maka untuk alas
an praktis deret taylor dipotong suku orde tertentu. Deret taylor yang dipotong
sampai suku orde ke-n yang dinamakan deret taylor terpotong, yang potongannya
Definisi:
dan didefinisikan det (A) sebagai jumlah semua hasil kali elementer bertanda dari
1998:3)
a11 a12
det = a11 a 22 − a12 a 21 (2.17)
a 21 a 22
bawah ini:
Aturan (2.19) di atas disebut juga sebagai aturan sarrus yang dikhususkan
mengurangkan hasil entri-entri pada panah yang mengarah ke kiri. Rumus kedua
dalam aturan di atas didapatkan dengan menyalin kembali kolom pertama dan
kemudian di hitung dengan hasil kali pada panah-panah yang mengarah ke kiri.
Contoh:
1 2 3
3 1
A= dan B = 4 5 6
4 −2
−7 −8 9
Teorema: Jika AX-B adalah sistem yang terdiri dari n persamaan linier
b1
b2
B=
bn
Bukti:
C11 C 21 C n1 b1
1 1 C12 C 22 Cn2 b2
X = A −1 B = adj ( A) B =
det ( A) det ( A)
C1n C 2 n C nn bn
b1C11 + b2 C 21 + + bn C n1
1 b1C12 + b2 C 22 + + bn C n 2
X =
det ( A)
b1C1n + b2 C 2 n + + bn C nn
Sekarang misalkan
a11 + a 21 + + a1 j −1 b1 a1 j +1 a1n
a12 + a 22 + + a 2 j −1 b2 a 2 j +1 a2n
Aj =
a1n + a n 2 + + a nj −1 bn a nj +1 a nn
Karena A j berbeda dari A hanya dalam kolom ke-j, maka kovaktor dari
entri-entri yang bersesuaian dalam kolom ke-j dari a. Perluasan kofaktor det ( A j )
= b1C1 j + b2 C 2 j + + bn C nj .
b1 C1 j + b2 C 2 j + + bn C n det ( A j )
xj = maka akan memberikan x j = terbukti.
det ( A) det ( A)
Contoh:
x1 + 2 x3 = 6
− 3 x1 + 4 x 2 + 6 x3 = 30
− x1 − 2 x 2 + 3 x3 = 8
Penyelesaian:
1 0 2 6 0 2
A = −3 4 6 A1 = 30 4 6
−1 − 2 3 8 −2 3
1 6 2 1 0 6
A2 = − 3 30 6 A3 = − 3 4 30
−1 8 3 −1 − 2 8
Maka
det ( A1 ) − 40 − 10
x1 = = =
det ( A) 44 11
det ( A2 ) 72 18
x2 = = =
det ( A) 44 11
det ( A3 ) 152 38
x3 = = = (Anton, 1987:83)
det ( A) 44 11
rumus penemuan akar. Metode ini dapat diturunkan berdasarkan tafsiran geometri
(gambar 2. 1). jika tebakan awal dari akar adalah xi , sebuah garis singgung dapat
ditarik dari titik [xi , f(xi)]. Titik dimana garis singgung ini memotong sumbu x
biasanya menyatakan akar yang lebih baik (xi+1). Turunan pertama pada xi adalah
(c+h-f(c+h)
c,f(c) f(c+h)-f(c)
x
c h c+h
Gambar 2. 1 Pelukisan Grafik Turunan
Turunan fungsi f adalah fungsi lain f’(dibaca ”f aksen”) yang nilainya pada
f ( c + h ) − f (c )
f '(c) = lim
h →0 h
Adapun keekivalenan terhadap kemiringan tersebut, dapat digambarkan
sebagai berikut:
Kemiringan = f’( xi )
f(x)
f(xi)
f(xi)
x
xi+1 xi
xi-xi+1
Gambar 2. 2 Pelukisan Grafik MetodeNewton-Raphson
kemiringan:
f ( xi ) − f ( xi +1 ) f ( xi ) − 0
f '( xi = = atau
xi − xi +1 xi − xi +1
f ( xi )
xi +1 = xi − (2. 21)
f '( xi )
dikembangkan dari teknik ekspansi deret Taylor. Ekspansi (uraian) deret Taylor
secara lengkap:
f'
'(xi ) f n (xi )
f (xi+1 ) = f (xi ) + f '
(xi )(xi+1 − xi ) + (xi+1 − xi ) 2 + + (xi+1 − xi ) n + Rn
2! n!
f n +1 (ξ )
dimana suku Rn = ( xi +1 − xi ) n +1 dengan ξ terletak sebarang dalam selang
(n + 1)!
xi sampai xi+1. Suatu versi hampiran dapat diperoleh dengan memotong deret
f ( xi )
xi +1 = xi −
f '( xi )
Contoh:
h'
(x)= 4 cos (x) + 3sin (x)
h( x )
xi +1 = xi −
h'( x)
h( x1 = 3) = 4 * sin(3) − 3 * cos(3)
= 4 * (0,141) − 3 * (-0,99)
= 0,564480032 + 2,96997749
= 3,5345
h'( x1 = 3) = 4 * cos(3) + 3 * sin(3)
= 4 * (-0,99) + 3 * (0,141)
= -3,9599 + 0,4233
= -3,5366
h( x1 )
x 2 = x1 −
h'( x1 )
3,5345
x 2 = 30 − = 3 + 0,9994 = 3,9994
- 3,5366
langkah berikutnya ditetapkan x2 = 3,9994
h( x 2 = 3,9994) = 4 * sin(3,9994) − 3 * cos(3,9994)
= 4 * (-0,7564) − 3 * (-0,654097585)
= -3,02564 + 1,9623
= -1,06335
h'( x 2 = 3,9994) = 4 * cos(3,9994) + 3 * sin(3,9994)
= 4 * (−0,6541) + 3 * (−0,7564)
= -2,616390339 - 2,2692
= -4,8856
f ( x2 )
x3 = x 2 −
f '( x 2 )
− 1,06335
x3 = 3,9994 −
− 4,8856
Hasil perhitungan selanjutnya akan diberikan pada tabel 2.1 berikut ini:
1 3 3,534458 -3,53661 0
5 3,785094 0 -5 -1,2E-08
6 3,785094 0 -5 0
U 1 = f 1 ( x1 , x 2 , , xn ) = 0
U 2 = f 2 ( x1 , x 2 , , xn ) = 0
(2. 22)
U n = f n ( x1 , x 2 , xn ) = 0
simultan memberikan semua persamaan tersebut nilai yang sama dengan nol.
f ( xi +1 ) = f ( xi ) + ( xi +1 − xi ) f '( xi )
atau
∂ (U 1 )i ∂ (U 1 )i ∂ (U 1 )i
∂x1 ∂x 2 ∂x n
(U 1 )i +1 − (U 1 )i (x1 )i +1 − (x1 )i
∂ (U 2 )i ∂ (U 2 )i ∂ (U 2 )i
(U 2 )i +1 − (U 2 )i (x 2 )i +1 − (x 2 )i
= ∂x1 ∂x 2 ∂x n (2.23)
(U n )i +1 − (U n )i (x n )i +1 − (x n )i
∂ (U n )i ∂ (U n )i ∂ (U n )i
∂x1 ∂x 2 ∂x n
dengan mengambil U 1 ( ) i +1
, (U 2 )i +1 , , (U n )i +1 sama dengan nol maka
− ( f1 ( x1 , x 2 , , x n ))i δx1
− ( f 2 ( x1 , x 2 , , x n ))i δx 2
=J (2.24)
− ( f n ( x1 , x 2 , , x n ))i δx n
dimana
multidimensional.
(xn )i +1 (x n )i δx n
aturan cramer atau dengan kofaktor (Chapra dan Canale, 1988). Jika nilai
nilai pendekatan yang didapat sebagai nilai tebakan awal untuk iterasi selanjutnya.
di langit dan di bumi. Ayat-ayat tersebut diantaranya yaitu: Surat Yunus ayat 101,
sebagai berikut:
$%$ " #
diterapkan pada dunia fisik. Simbol-simbol yang diciptakan oleh pikiran manusia
cocok untuk membongkar misteri-misteri alam semesta dan memberikan pada kita
kendali atas dunia fisik. Hal itu yang harus dilakukan sekarang, karena dengan
sehingga tidak salah jika kemudian ada yang menyebut matematika adalah ilmu
hitung atau ilmu al-hisab. Dalam hal hitung-menghitung, Allah adalah rajanya.
Allah sangat cepat dalam menghitung dan sangat teliti. Karena ilmu hitung dalam
bilangan, diantaranya terdapat dalam Firman Allah SWT yaitu QS: Al-Anfal : 65,
sebagai berikut:
6 "4 # !
Artinya:”Hai Nabi, Kobarkanlah semangat Para mukmin untuk berperang.
jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka
akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. dan jika ada
seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat
mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-
orang kafir itu kaum yang tidak mengerti”.
Ayat di atas mengandung angka-angka di dalamnya, disebutkan bahwa 20
orang mukmin yang sabar akan mengalahkan 200 orang kafir (1:10). Maka akan
sulit disimpulkan berapa yang dapat dikalahkan oleh 30, 50 atau 100 orang
mukmin yang sabar. Ternyata Al-Qur’an denga tegas menyatakan bahwa 100
orang mukmin akan mengalahkan 1000 orang kafir (1:10). Jadi menunjukkan
Jika kemudian ada pertanyan berapa orang mukmin yang diperlukan untuk
mengalahkan 2000, 3000, atau 5000 orang kafir? Untuk menentukan banyaknya
orang mukmin yang diperlukan untuk mengalahkan 2000, 3000 atau 5000 orang
banyaknya orang mukmin yang sabar dan y menyatakan banyaknya orang kafir
(Abdussyakir, 2006:86).
Dari uraian di atas, sudah jelas bahwa penggunaan matematika ada di dalam
persamaan tersebut susah didapat atau bahkan tidak bisa diselesaikan dengan
rumus matematika, maka metode numerik-lah yang berperan penting dalam kasus
ini. Karena dengan metode numerik seseorang dapat lebih mudah mencari
menggunakan metode numerik. Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT yang di
langkahnya harus teliti, untuk memperoleh hasil yang tepat dalam perhitungan
diperlukan bagi para ahli matematika. Mereka harus bekerja keras menghitung
merasakan hasil yang benar. Tidak boleh ada selisih dalam perhitungan. Semua
yang sahih. Semangat inilah yang sangat ditekankan oleh Al-Qur’an. Ketepatan
dalam perhitungan yang dilakukan oleh ahli matematika bukan saja dilakukan
demi menjamin keadilan kepada siapa saja yang berkepentingan, melainkan juga
sulit diselesaikan secara analitis, maka penyelesaian dapat dilakukan dengan cara
pendekatan dari hasil persamaan tersebut. Hasil tersebut dalam ilmu matematika
setiap aspek kehidupan manusia, terlebih lagi dalam hal ketetapan dan keakuratan
penentuan angka dan bilangan yang menjadi dasar bagi beroperasinya bidang
industri dan sains. Sebagai seorang ahli matematika harus bekerja keras membuat
perhitungan dengan akurasi yang tinggi, ada Allah Yang Maha Menghitung (Al-
PEMBAHASAN
Sistem persamaan tak linier tidak dapat diselesaikan secara analitik. Oleh
sebab itu terdapat metode khusus yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
penulis menggunakan 2 contoh sistem persamaan tak linier. Sistem persamaan tak
linier yang pertama terdiri dari 2 persamaan tak linier dengan 2 variabel,
sedangkan yang kedua terdiri dari 3 persamaan tak linier dengan 3 variabel.
Tak Linier
7. Mencari nilai selesaian yang lebih tepat dari nilai awal, dengan
Prosedur di atas, dapat dibuat alur bagan atau flow chart untuk
sebagai berikut:
Start
Tentukan
Tebakan Awal
Mencari Nilai-nilai
Deviasi
Memenuhi
Maks Iterasi Tidak
ya
Nilai Tebakan
ya Baru
Yang Memenuhi
Stop
Gambar 3.1: Bagan alur untuk sistem persamaan tak linier dengan Metode
Newton-Raphson
3.2 Penyelesaian Sistem Persamaan Tak Linier Dengan Metode Newton-
Raphson
Dalam bagian ini penulis memberikan dua contoh sistem persamaan tak
linier yaitu sistem yang terdiri dari 2 persaman tak linier dengan 2 variabel dan
Adapun contoh yang diberikan oleh penulis disini yaitu sistem yang berupa
gabungan dari persamaan transenden dan aljabar yang berbentuk tak linier.
3 ln x − x + y 2 = 0
5 x − 2 x 2 + xy − 1 = 0
(3. 1)
dan
x + cos( xy ) − z 2 − 1,1 = 0
x 2 − 10 y − e y z + 0,8 = 0
xz + y 2 − z − 0,3 = 0 (3. 2)
(Munif, 1995:147).
Newton-Raphson.
Contoh 1
3 ln x − x + y 2 = 0
5 x − 2 x 2 + xy − 1 = 0
diuraikan yaitu:
Langkah 1: System persamaan tak linier di atas dapat ditulis sebagai berikut:
F ( x, y ) = 3 ln ( x ) − x + y 2 = 0
G ( x, y ) = 5 x − 2 x 2 + xy − 1 = 0
Iterasi 1
yaitu: x0 = 0, 4 dan y 0 = 2, 5
Langkah 3: Mencari nilai fungsi dari kedua persamaan F (x, y) = 0 dan G(x, y) =
F (0,4;2,5) = 3 ln( x) − x + y 2
= 3 ln(0,4) − (0,4) + (2,5) 2
= 3,101
G (0,4;2,5) = 5 x − 2 x 2 + xy − 1
= 5(0,4) − 2(0,4) 2 + 0,4(2,5) − 1
= 1,68
variabelnya, yaitu:
∂F 3 ∂F
= −1 + = 2y
∂x x ∂y
∂G ∂G
= 5 − 4x + y =x
∂x ∂y
Langkah 5: Menghitung nilai-nilai fungsi dari turunan yang telah didapat dari
∂F 3 3 ∂F
= −1 + = − 1 + = 6,5 = 2 y = 2 (2,5) = 5
∂x x 0,4 ∂y
∂G ∂G
= 5 − 4 x + y = 5 − 4(0,4) + 2,5 = 5,9 = x = 0,4
∂x ∂y
s1, terlebih dahulu turunan fungsi beserta nilai fungsi sistem persamaan tak linier
dibentuk menjadi:
6,5 5 r1 3,101
=−
5,9 0,4 s1 1,68
6,5 5 − 3,101 5
A= A1 =
5,9 0,4 − 1,68 0,4
6,5 − 3,101
A2 =
5,9 − 1,68
− 3,101 5
det A1 − 1,68 0,4 (−3,101 × 0,4) − (−1,68 × 5)
r1 = = = = −0,266
det A 6,5 5 (6,5 × 0,4) − (5,9 × 5)
5,9 0,4
6,5 − 3,101
det A2 5,9 − 1,68 (6,5 × −1,68) − (5,9 × −3,101)
s1 = = = = −0,274
det A 6,5 5 (6,5 × 0,4) − (5,9 × 5)
5,9 0,4
Langkah 7: Setelah mendapatkan nilai r1 dan s1 di atas, akan dicari nilai
pendekatan yang lebih tepat dari nilai awal, dengan menggunakan persamaan di
bawah ini:
x1 = x0 + r1 y1 = y 0 + s1
= 0,4 + (−0,266) = 2,5 + (−0,274)
= 0,134 = 2,226
Nilai x1 = 0,134 dan y1 = 2,226 akan digunakan sebagai tebakan awal untuk
langkah berikutnya.
Iterasi 2
F (0,134;2,226) = 3 ln( x) − x + y 2
= 3 ln(0,134) − (0,134) + (2,226) 2
=− 1,214
G (0,134;2,226) = 5 x − 2 x 2 + xy − 1
= 5(0,134) − 2(0,134) 2 − 4(2,226) − 1
= −0,066
∂F 3 3 ∂F
= −1 + = − 1 + = 21,39 = 2 y = 2 (2,226) = 4,452
∂x x 0,134 ∂y
∂G ∂G
= 5 − 4 x + y = 5 − 4(0,134) + 2,226 = 6,69 = x = 0,134
∂x ∂y
21,39 1,214
A2 =
6,69 0,066
1,214 4,452
r2 =
det A1
=
0,066 0,134
=
(1,214 × 0,134) − (0,066 × 4,452) = 0,00514
det A 21,39 4,452 (21,39 × 0,134) − (6,69 × 4,452)
6,69 0,134
21,39 1,214
s2 =
det A2
=
6,69 0,066
=
(21,39 × 0,066 ) − (6,69 × 1,214 ) = 0,25
det A 21,39 4,452 (21,39 × 0,134 ) − (6,69 × 4,452 )
6,69 0,134
x 2 = x1 + r2 y2 = y1 + s2
= 0,134 + (0,00514) = 2,226 + (0,25)
= 0,13914 = 2,476
Nilai x2 = 0,13914 dan y2 = 2,476 akan digunakan sebagai tebakan awal untuk
langkah berikutnya
Iterasi 3
Langkah 3: Mencari nilai fungsi dari kedua persamaan F (x, y) = 0 dan G(x, y) =
F (0,13914;2,476) = 3 ln ( x ) − x + y 2
= 3 ln(0,13914) − (0,13914) + (2,476) 2
= 0,07536
G (0,13914;2,476) = 5 x − 2 x 2 + xy − 1
= 5(0,13914) − 2(0,13914) 2 − 4(2,476) − 1
= 1,0015
∂F 3 3 ∂F
= −1 + = − 1 + = 20,561 = 2 y = 2 (2,476)
∂x x 0,13914 ∂y
= 4,952
∂G ∂G
= 5 − 4 x + y = 5 − 4(0,13914) + 2,2476 = 6,91944 = x = 0,13914
∂x ∂y
20,561 − 0,07536
A2 =
6,91944 − 0,0015
r3 =
det A1
=
− 0,0015 0,13914
=
(− 0,07536 × 0,13914) − (− 0,0015 × 4,952)
det A 20,561 4,952 (20,561 × 0,13914) − (6,91944 × 4,952)
6,91944 0,13914
= 0,00009718
20,561 − 0,07536
s3 =
det A2
=
6,91944 − 0,0015
=
(20,561× −0,0015) − (6,91944× −0,07536) = −0,0156
det A 20,561 4,952 (20,561× 0,13914) − (6,91944× 4,952)
6,91944 0,13914
x3 = x 2 + r3 y 3 = y 2 + s3
= 0,13914 + (0,0009718) = 2,476 + (−0,0156)
= 0,14011 = 2,4604
Iterasi 4
Langkah 3: Mencari nilai fungsi dari kedua persamaan F (x, y) = 0 dan G(x, y) =
∂F 3 3 ∂F
= −1 + = − 1 + = 20,41 = 2 y = 2 (2,4604) = 4,9208
∂x x 0,14011 ∂y
∂G ∂G
= 5 − 4 x + y = 5 − 4(0,14011) + 2,4604 = 6,89996 = x = 0,14011
∂x ∂y
20,41 − 0,0184
A2 =
6,89996 − 0,006
− 0,0184 4,9208
det A1 − 0,006 0,14011 (− 0,0184× 0,14011) − (− 0,006× 4,9208)
r4 = = = = −0,0008665
det A 20,41 4,9208 (20,41× 0,14011) − (6,89996× 4,9208)
6,89996 0,14011
20,41 − 0,0184
s4 =
det A2
=
6,89996 − 0,006
=
(20,41 × −0,006 ) − (6,89996 × −0,0184 )
det A 20 , 41 4 ,9208 (20,41 × 0,1411) − (6,89996 × 4,9208 )
6,89996 0,14011
= −0,000144
x 4 = x3 + r4 y 4 = y3 + s 4
= 0,14011 + (−0,0008665) = 2,4604 + (−0,000144)
= 0,1392435 = 2,460256
Iterasi 5
Langkah 3: Mencari nilai fungsi dari kedua persamaan F (x, y) = 0 dan G(x, y) =
F (0,1392435;2,460256) = 3 ln ( x) − x + y 2
= 3 ln(0,1392435) − (0,1392435) + (2,460256) 2
= −0,0009435
G (0,1392435;2,460256) = 5 x − 2 x 2 + xy − 1
= 5(0,11392435) − 2(0,1392435) 2 − 4(2,460256) − 1
= −0,000008
20,545 0,0009435
A2 =
6,903282 0,000008
0,0009435 4,920512
det A1 0,000008 0,1392435 (0,0009435× 0,1392435) − (0,000008× 4,920512)
r5 = = =
det A 20,545 4,920512 (20,545 × 0,1392435) − (6,903282× 4,920512)
6,903282 0,1392435
= −0,000005488677
20,545 0,0009435
s5 =
det A2
=
6,903282 0,000008
=
(20,545 × 0,000008 ) − (6,903282 × 0,0009435 )
det A 20,545 4,920512 (20,545 × 0,1392435 ) − (6,903282 × 4,920512 )
6,903282 0,1392435
= 0,0000156434 5
x5 = x4 + r5 y5 = y 4 + s5
= 0,1392435 + (−0,000005488677) = 2,460256 + 0,000011564345)
= 0,139238011 = 2,460257156
Sekarang penulis membandingkan metode Newton-Raphson yang sudah
==========================================================
=============Program Penyelesaian Persamaan Tak Liner===========
================Dengan Metode Newton-Raphson================
====================Khutwatun Nasiha=======================
==========================(03110240)=======================
==========================================================
f=
Inline function:
f(x,y) = (3*log(x))-(x)+(y*y)
g=
Inline function:
g(x,y) = (5*x)-(2*x*x)+(x*y)-1
fx =
Inline function:
fx(x,y) = -1+(3/x)
fy =
Inline function:
fy(x,y) = (2*y)
gx =
Inline function:
gx(x,y) = (5)-(4*x)+(y)
gy =
Inline function:
gy(x,y) = (x)
Masukkan Tebakan Awal x0:0,4
Masukkan Tebakan Awal y0:2,5
Masukkan Toleransi Maksimum nilai Fungsi = 5
Kolom 1 sampai 4
----------------------------------------------------------------------------------
Iterasi x y f(xy)
---------------------------------------------------------------------------------
1 1,3384576661e-001 2,2257749425e+000 -1,21297e+000
2 1,3917431349e-001 2,4726256723e+000 5,86192e-002
3 1,3923603437e-001 2,4605154921e+000 1,46362e-004
4 1,3923680881e-001 2,4604825166e+000 1,04098e-009
5 1,3923680882e-001 2,4604825164e+000 -8,88178e-016
-----------------------------------------------------------------------------------------
Kolom 5 sampai 7
-----------------------------------------------------------------------------------------
Iterasi g(xy) galat(x) galat(y)
-----------------------------------------------------------------------------------------
1 -6,86900e-002 Nan Nan
2 1,25857e-003 5,32855e-003 2,46851e-001
3 -7,55070e-007 6,17209e-005 -1,21102e-002
4 -2,67373e-011 7,74447e-007 -3,29755e-005
5 -1,11022e-016 8,88796e-012 -2,48649e-010
-----------------------------------------------------------------------------------------
konvergensi nilai x konvergensi nilai y konvergensi nilai f(xy)
2.5 0.5
0.14
0
2.4
-0.5
0.135 2.3
-1
2.2 -1.5
0 5 0 5 0 5
-3
konvergensi nilai g(xy) konvergensi
x 10 nilai galat(x) konvergensi nilai galat(y)
0.02 6 0.3
0
0.2
4
-0.02
0.1
-0.04
2
0
-0.06
-0.08 0 -0.1
0 5 0 2 4 0 2 4
dengan nilai tebakan awal x = 0,4, dan y = 2,5, telah didapat nilai selesaian x =
kekonvergenen nilai x dan y pada nilai x = 0,1 dan y = 2,5, dan telah didapat nilai
selesaian dari f(xy) = -8,88178e-016 dan g(xy) = -1,11022e-016 dan nilai galat x =
Contoh 2
x + cos( xy ) − z 2 − 1,1 = 0
x 2 − 10 y − e yz + 0,8 = 0
xz + y 2 − z − 0,3 = 0
Penyelesaian dari contoh tersebut menggunakan prosedur yang sudah
diuraikan yaitu:
Langkah 1: Sistem persamaan tak linier di atas dapat ditulis sebagai berikut:
Yaitu: x 0 = 0, y 0 = 0 dan z 0 = 0
z)=0 dan H(x, y, z) = 0 dengan nilai tebakan awal x 0 , y 0 dan z 0 yang telah
variabelnya
∂F ∂F ∂F
= 1 − y sin( xy ) = − x sin( xy ) = −2 z
∂x ∂y ∂z
∂G ∂G ∂G
= 2x = −10 − ze y z = − ye xy
∂x ∂y ∂z
∂H ∂H ∂H
=z = 2y = x −1
∂x ∂y ∂z
Langkah 5: Menghitung nilai-nilai fungsi dari turunan yang telah didapat dari
∂F ∂F ∂F
= 1 − y sin( xy ) = − x sin( xy ) = −2 z
∂x ∂y ∂z
= 1 − (0) sin(0) = −0 sin(0) = −2(0)
=1 =0 =0
∂G ∂G ∂G
= 2x = −10 − ze y z = − ye xy
∂x ∂y ∂z
= 2( 0) = −10 − (0)e 0 = − ( 0) e 0
=0 = −10 =0
∂H ∂H ∂H
=z = 2y = x −1
∂x ∂y ∂z
=0 = 2( 0) = 0 −1
=0 = −1
Langkah 6: Mencari nilai-nilai deviasi, dalam hal ini nilai-nilai deviasi dari x, y,
beserta nilai fungsi sistem persamaan tak linier di atas dibentuk menjadi:
1 0 0 r1 − 0,1
0 − 10 0 s1 = - − 0,2
0 0 −1 t1 − 0,3
kemudian perhitungan dilanjutkan dengan mencari matriks A, A 1 , A 2 dan A 3
1 0 0 0,1 0 0
A= 0 − 10 0 A1= 0,2 − 10 0
0 0 −1 0,3 0 −1
1 0,1 0 1 0 0,1
A2 = 0 0,2 0 A 3 = 0 − 10 0,2
0 0,3 −1 0 0 0,3
det A1
r1 =
det A
det A2
s1 =
det A
(1 × 0,2 × −1) + (0,1 × 0 × 0) + (0 × 0 × 0,3) −
=
(0 × 0,2 × 0) − (1 × 0 × 0,3) − (0,1 × 0 × −1)
(1 × −10 × −1) + (0 × 0 × 0) + (0 × 0 × 0) −
(0 × −10 × 0) − (1 × 0 × 0) − (0 × 0 × −1)
= -0,02
det A3
t1 =
det A
(1 × −10 × 0,3) + (0 × 0,2 × 0) + (0,1 × 0 × 0) −
=
(0,1 × −10 × 0) − (1 × 0,2 × 0) − (0 × 0 × 0,3)
(1 × −10 × −1) + (0 × 0 × 0) + (0 × 0 × 0) −
(0 × −10 × 0) − (1 × 0 × 0) − (0 × 0 × −1)
= -0,3
pencarian nilai-nilai pendekatan yang lebih tepat dari tebakan awal. Adapun nilai
x1 = x 0 + r1 y1 = y 0 + s1 z1 = z 0 + t1
= 0 + 0,1 = 0 + −0,02 = 0 + −0,3
= 0,1 = −0,02 = −0,3
Iterasi 2
∂F ∂F ∂F
= 1 − y sin( xy ) = − x sin( xy ) = −2 z
∂x ∂y ∂z
= 1 − (−0,02) sin( −0,002) = −0,1sin( −0,002) = −2(−0,3)
= 0,999999302 = 0,0000034906 = 0,6
∂G ∂G ∂G
= 2x = −10 − ze y z = − ye xy
∂x ∂y ∂z
= 2(0,1) = −10 − (−0,3)e 0,006 = −(−0,3)e −0,002
= 0,2 = −9,698195 = −0,02012036
∂H ∂H ∂H
=z = 2y = x −1
∂x ∂y ∂z
= −0,3 = 2(−0,02) = 0,1 − 1
= −0,04 = −0,9
det A1
r2=
det A
det A2
s2 =
det A
= 0,03078
det A3
t2 =
det A
= -0,07878
x 2 = x1 + r2 y 2 = y1 + s 2 z 2 = z1 + t 2
= 0,1 + 0,1372 = −0,02 + 0,003078 = −0,3 + −0,07878
= 0,2372 = −0,01692 = −0,37878
Iterasi 3
∂F ∂F ∂F
= 1 − y sin( xy ) = − x sin( xy ) = −2 z
∂x ∂y ∂z
= 1 − (−0,01692) sin(−0,004013) = 0,2372 sin(−0,004013) = −2(−0,37878)
= 0,999999881416 = 0,00000166269 = 0,757564
∂G ∂G ∂G
= 2x = −10 − ze y z = − ye xy
∂x ∂y ∂z
= 2(0,2372) = −10 − (−0,37878)e 0, 006409 = −(−0,3)e − 0, 002
= 0,2474538 = −9,618782 = 0,017030
∂H ∂H ∂H
=z = 2y = x −1
∂x ∂y ∂z
= −0,378778 = 2(−0,01692) = 0,2372 − 1
= −0,03384 = 0,76275
det A1
r3 =
det A
(0,062065 × −9,618782 × −0,76273) + (0,0000166269 × 0,017030 ×
0,0108049) + (0,757564 × −0,019086 × −0,03384) − (0,757564 ×
− 9,6187582 × −0,0108049) − (0,062065 × 0,017030 × −0,03284) −
(0,0000166269 × −0,019086 × −0,76273)
(0,999999881416 × −9,618782 × 0,76275) + (0,0000166269 × 0,017030 ×
− 0,03384) + (0,757564 × 0,474538 × −0,03384) − (0,757564 × −9,618782 ×
− 0,37878) − (0,999999881416 × 0,017030 × −0,03384) −
(0,0000166269 × 0,474538 × 0,76273)
= 0,0274
det A2
s3 =
det A
= 0,03282
det A3
t3 =
det A
(0,999999881416 × −9,618782 × −0,0108049) + (0,0000166269 × −0,019086
× −0,37878) + (0,062065 × 0,4745438 × −0,03384) − (0,062065 × −9,6187582
× −0,37878) − (0,999999881416 × −0,01086 × −0,03284) − (0,0000166269 ×
0,474538 × −0,0108049)
(0,999999881416 × −9,618782 × 0,76275) + (0,0000166269 × 0,017030
× −0,03384) + (0,757564 × 0,474538 × −0,03384) − (0,757564 × −9,618782
× −0,37878) − (0,999999881416 × 0,017030 × −0,03384) − (0,0000166269 ×
0,474538 × 0,76273)
= -0,27884
Langkah 6: Mencari nilai x, y dan z berikutnya
x3 = x 2 + r3 y3 = y 2 + s3 z3 = z 2 + t3
= 0,2372 + 0,0274 = (−0,01692) + 0,003282 = (−0,37878) + (−0,027884)
= 0,2646 = −0,013638 = −0,4066
Iterasi 4
∂G ∂G ∂G
= 2x = −10 − ze y z = − ye xy
∂x ∂y ∂z
= 2(0,2646) = −10 − (−0,4066)e 0,0055452 = −(−0,013638)e −0,0036086
= 0,5292 = −9,59107 = 0,13714
∂H ∂H ∂H
=z = 2y = x −1
∂x ∂y ∂z
= −0,4066 = 2(−0,013638) = 0,2646 − 1
= −0,0272 = −0,7354
det A1
r4 =
det A
= 0,02937
det A2
s4 =
det A
det A3
t4 =
det A
= -0,00272
x 4 = x3 + r4 y 4 = y3 + s4 z 4 = z3 + t 4
= 0,2646 + 0,002937 = −0,013638 + 0,000245 = (−0,4066) + −0,00272
= 0,267537 = −0,013393 = −0,40932
Iterasi 5
∂F ∂F ∂F
= 1 − y sin( xy ) = − x sin( xy ) = −2 z
∂x ∂y ∂z
= 1 − (−0,013393) sin( −0,003583) = −0,267537 sin( −0,003583) = −2(−0,40932)
= 0,999999162 = 0,00001673 = 0,8186
∂G ∂G ∂G
= 2x = −10 − ze y z = − ye xy
∂x ∂y ∂z
= 2(0,267537) = −10 − (−0,40932)e 0,005482 = −(−0,013393)e − 0,003583
= 0,53507 = −9,58842 = 0,01346
∂H ∂H ∂H
=z = 2y = x −1
∂x ∂y ∂z
= −0,40932 = 2(−0,013393) = 0,267537 − 1
= −0,0267 = −0,7324
= 0,000029072
det A2
s5 =
det A
= 0,0000025523
det A3
t5 =
det A
= -0,000026902
Langkah 6: Mencari nilai x, y dan z berikutnya
x5 = x 4 + r5 y 5 = y 4 + s5
= 0,267537 + 0,000029072 = −0,0133893 + 0,0000025523
= 0,267566 = −0,0133905
z5 = z 4 + t5
= −0,40932 + (−0,000026902)
= −0,409349
yang lebih tepat, maka dibutuhkan nilai r yang sekecil mungkin atau mendekati
nol. Iterasi selanjutnya akan dihitung memakai program mathlab 5.3, yang
=========================================================
========Program Penyelesaian Sistem Persamaan Tak Linier=========
=============Dengan Metode Newton-Raphson===================
================== Khutwatun Nasiha========================
=====================03110240============================
========================================================
f=
Inline function:
f(x,y,z) = (x)+(cos(x*y*pi/180))-(z^2)-(1,1)
g=
Inline function:
g(x,y,z) = (x^2)-(10*y)-exp(y*z)+(0,8)
h=
Inline function:
h(x,y,z) = (x*z)+(y^2)-(z)-(0,3)
fx =
Inline function:
fx(x,y,z) = (1)-(y*sin(x*y*pi/180))
fy =
Inline function:
fy(x,y,z) = (-x)*(sin(x*y*pi/180))
fz =
Inline function:
fz(x,y,z) = (-2*z)
gx =
Inline function:
gx(x,y,z) = (2*x)
gy =
Inline function:
gy(x,y,z) = (-10)-(z*exp(y*z))
gz =
Inline function:
gz(x,y,z) = (-y*exp(y*z))
hx =
Inline function:
hx(x,y,z) = z
hy =
Inline function:
hy(x,y,z) = (2*y)
hz =
Inline function:
hz(x,y,z) = (x-1)
masukkan tebakan awal x0:0
masukkan tebakan awal y0:0
masukkan tebakan awal z0:0
masukkan toleransi nilai fungsi = 6
kolom 1 sampai 3
-------------------------------------------------------------------------------
Iterasi x y z
--------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------
kolom 3 sampai 6
---------------------=---------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------
kolom 7 sampai 9
-------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------
-0.015 -0.4
0.2
-0.02 -0.5
0 5 10
konvergensi nilai f(xyz) 0 5 10
konvergensi nilai g(xyz) 0 5nilai h(xyz)
konvergensi 10
0 0.02 0
-0.01
-0.05 0.01
-0.02
-0.1 0 -0.03
0
konvergensi 5nilai galat(x)
10 0 -3
konvergensi 5nilai galat(y)
10 konvergensi
0 5nilai galat(z)
10
x 10
0.2 4 0
0.1 2 -0.05
0 0 -0.1
0 5 0 5 0 2 4
Gambar 3.3: Grafik Kekonvergenan Metode Newton Raphson
3.3 Analisis Hasil Komputasi Dari Selesaian Sistem Persamaan Tak Linier
sebagai berikut:
Pada sistem persamaan tak linier yang terdiri dari 2 persamaan tak linier
dengan 2 variabel dengan tebakan awal x = 0,4 dan y = 2,5 didapat nilai selesaian
persamaan tak linier yang terdiri dari 3 persamaan tak linier dengan 3 variabel
6.
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, untuk menyelesaikan sistem
persamaan tak linier yang terdiri dari 2 dan 3 persamaan tak linier dengan 2 dan 3
menentukan nilai tebakan awal dan mencari turunan fungsi terhadap masing-
perhitungan aljabar matriks yaitu matriks jacobian dan aturan cramer. Untuk
penulis, masih dapat dihitung dan diselesaikan dengan aturan cramer, akan tetapi
untuk matriks yang berordo lebih dari 3 x 3 belum tentu dapat diselesaikan dengan
aturan cramer. Dan jika pada perhitungan tersebut nilai-nilai deviasi yang
diperoleh semakin kecil, maka nilai selesaiannyapun juga akan semakin tepat.
Sehingga hasil yang diperoleh akan mendekati nilai sebenarnya. Disamping itu,
nilai-nilai deviasi juga dapat disebut dengan nilai galat iterasi. Nilai galat iterasi
di sini diperoleh dari selisih antara nilai iterasi sesudahnya dikurangi nilai iterasi
sebelumnya. Karena nilai deviasi sama dengan nilai galat iterasi, maka semakin
kecil galatnya, maka semakin tepat juga nilai selesaian yang diperoleh.
metode ini merupakan metode numerik yang mudah dipahami dan proses
manual dan Matlab terdapat kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihannya jika
dikerjakan dengan manual yaitu proses dan langkah-langkah dalam pengerjaan
dipahami, akan tetapi juga terdapat kelemahannya yaitu terlalu lama dalam proses
persamaan tersebut berbentuk tak linier, dimana persamaan tak linier tidak dapat
metode yang ada dalam metode numerik yang sesuai yaitu Metode Newton-
Raphson. Adapun hasil dari penelitian ini yaitu pada persamaan 1 dan 2 didapat
hampiran, maka dalam penelitian ini juga didapatkan hasil yang berupa nilai
perhitungan, karena tidak selamanya hasil yang eksak (pasti) itu dapat diperoleh.
Bahkan ada Ayat yang menjelaskan bahwa Allah SWT itu juga menggunakan
nilai pendekatan atau hampiran. Yaitu pada Al-Qur’an Surat: Ash-Shaaffat: 147,
sebagai berikut:
$ B 6 " * $ +7 $ 1/ A *) $
Artinya:”Dan Kami utus Dia kepada seratus ribu orang atau lebih.”
Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa Nabi Yunus diutus kepada umatnya
yang jumlahnya 100000 orang atau lebih. Jika membaca ayat itu secara seksama,
ada keraguan dalam menentukan jumlah umat Nabi Yunus. Mengapa harus
menyatakan 100000 orang atau lebih. Mengapa tidak menyatakan dengan jumlah
yang sebenarnya. Bukankah Allah SWT maha mengetahui yang ghaib dan yang
nyata. Bukankah Allah SWT Maha mengetahui segala sesuatu, termasuk jumlah
umat nabi Yunus. Jawaban terhadap pertanyaan tersebut adalah “Inilah nilai
tidak hanya manusia yang menggunakan nilai hampiran atau taksiran, akan tetapi
kepada umat-Nya. Karena nilai eksak tidak selamanya akan diperoleh dalam
Misalnya saja ketika ada permaslahan yang meminta untuk menentukan hasil 97 x
sehingga memperoleh hasil 90 x 20 = 1800. Dari sini dapat dilihat bahwa nilai
pendekatan atau hampiran juga digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai
dengan cara perhitungan yang teliti. Bahwasanya telah disebutkan dalam bab
menjelaskan yaitu firman Allah SWT dalam Al-qur’an Surat: Maryam: 94 sebagai
berikut:
terambil dari kata yang terdiri dari huruf-huruf ha’, shad dan ya’, yang
(dengan teliti) dan mampu, dari sini lahir makna mengetahui, mencatat dan
memelihara, dan 3) Sesuatu bagian dari tanah, dari sini lahir kata Hashaa yang
bermakna batu.
Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa Allah yang dilukiskan sebagai
ahshaahum atau dalam istilah hadits Asma’ al-Husna adalah al-Mushi, dipahami
oleh banyak ulama sebagai Dia yang mengetahui kadar setiap peristiwa dan
rinciannya, baik yang dapat dijangkau oleh manusia maupun yang tidak. Seperti
hembusan nafas, rincian perolehan rizki dan kadarnya untuk masa kini dan
mendatang. Alhasil Allah adalah Dia yang mengetahui dengan amat teliti rincian
segala sesuatu dari segi jumlah dan kadarnya, panjang dan lebarnya, jauh dan
dekatnya, tempat dan waktunya, kadar cahaya dan gelapnya, saat wujudnya dan
bagi para ahli matematika. Mereka harus bekerja keras menghitung bilangan-
bilangan secara tepat sehingga adil bagi semua pihak yang berkepentingan. Hal itu
prosen”.
Para ahli matematika harus tepat dan teliti dalam perhitungan, tidak hanya
disampaikan kepada mereka, untuk mencari keadilan bagi semua pihak dalam
supaya mendapatkan hasil yang benar-benar tepat. Dari persamaan di atas didapat
atas sudah dikerjakan dengan teliti, maka hasilnya sesuai apa yang diharapkan.
mengerjakan secara teliti dan tepat terhadap problema angka berdasarkan data
dengan Kholik-nya lewat hasil-hasil yang diperoleh. Itulah sebabnya, maka ilmu
islam.
selalu bersyukur dan sadar. Sesungguhnya ilmu yang dimilikinya itu berasal dari
Allah. Seperti halnya ilmu matematika, matematika tidak lain adalah ilmu yang
kekuasaan Allah. Matematika itu tidak lain adalah makhluk dan Allah adalah
numerik dan persamaan yang lain, bahkan apa yang Belum diketahui dan Belum
Sangat luas tiada batas, Allah mengetahui apa-apa yang belum diketahui. Ilmu
yang dimiliki manusia itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan ilmu Allah.
Dari uraian di atas sudah jelas bahwa jika seseorang telah mempelajari
tentang alam, hendaknya harus mendekati alam dengan iman kepada Tuhan,
karena imannya akan diperkuat oleh kegiatan ilmiahnya. Jika tidak demikian
kajian tentang alam tidak dengan sendirinya akan membawa kepada Tuhan. Ini
metafisik dari si ilmuwan, meskipun mungkin dia tidak menyadarinya. Jadi kajian
kealaman hanya bisa membawa orang kepada Tuhan jika kerangka kerja
metafisiknya bersesuaian.
Oleh sebab itu dengan adanya ilmu matematika, hendaknya seseorang lebih
mendekat dengan Allah. Karena matematika memiliki dasar metafisika yang sama
gejala alam, mereka akan menjauh dari Allah. Bahkan mereka sombong dan
menganggap ilmunya itu berasal dari dirinya dan tidak membutuhkan Tuhan
sebagai penciptanya.
Akan tetapi tidak bagi orang-orang yang berpikir, mereka akan melihat
kehebatan Allah, Tuhan yang Maha luhur, yang telah menciptakan alam semesta
Allah, maka baginya tidak ada tempat untuk berlindung kecuali hanya kepada-
Nya. Sesungguhnya yang seperti itu yang disebut umat Ulul Albab. Umat seperti
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
masing variabel, mencari nilai fungsi sistem persamaan tak linier dengan nilai
yang telah didapat dengan menggunakan tebakan awal, mencari nilai-nilai deviasi
fungsi dengan matriks jacobian dan menghitungnya dengan aturan cramer. Setelah
rumus: Tebakan baru = Tebakan lama + deviasi. Kemudian melakukan proses iterasi
dengan mengulang proses iterasi sampai didapatkan nilai deviasi sekecil mungkin.
iterasi ke-5. Sedangkan pada sistem persamaan tak linier yang berbentuk
yang diperoleh, semakin kecil nilai deviasi atau nilai galat yang didapat, maka
nilai selesaiannya juga semakin tepat. Untuk memperoleh nilai deviasi atau nilai
galat yang semakin kecil, dibutuhkan proses perhitungan yang lama, sehingga
4.2 Saran
Berdasarkan temuan penelitian dan analisis maka saran yang dapat kami
Yahya, Yusuf . dkk. 2004. Matematika Dasar Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Ghali Indonesia.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
clc;clear;
format long;
disp('==========================================================')
disp('=========program penyelesaian sistem persaman tak linier==')
disp('================dengan metode newton-raphson =============')
disp('===================Khutwatun Nasiha=======================')
disp('==========================================================')
disp(' ')
f=inline('(3*log(x))-(x)+(y*y)','x','y')
g=inline('(5*x)-(2*x*x)+(x*y)-1','x','y')
fx=inline('-1+(3/x)','x','y')
fy=inline('(2*y)','x','y')
gx=inline('(5)-(4*x)+(y)','x','y')
gy=inline('(x)','x','y')
x=input('Masukkan Tebakan Awal x0:');
y=input('Masukkan Tebakan Awal y0:');
e=input('Masukkan Toleransi Maksimum nilai Fungsi= ');
disp('------------------------------------------------------------
---')
fprintf('Iterasi x y f(xy)
g(xy) galat(x) galat(y)\n' )
fprintf('---------------------------------------------------------
-\n')
for i=1:e
r=((-f(x,y)*gy(x,y))+(g(x,y)*fy(x,y)))/((fx(x,y)*gy(x,y))-
(gx(x,y)*fy(x,y)));
s=((-g(x,y)*fx(x,y))+(f(x,y)*gx(x,y)))/((fx(x,y)*gy(x,y))-
(gx(x,y)*fy(x,y)));
x=x+r;
y=y+s;
a=f(x,y);
b=g(x,y);
if i==1
gl(i)=nan;
gk(i)=nan;
else
gl(i)=x-(x-r);
gk(i)=y-(y-s);
end
fprintf(' %g %2.10e %2.10e %2.5e %2.5e %2.5e
%2.5e\n',i,x,y,a,b,gl(i),gk(i))
figure(1)
n=[1.3384576661e-001 1.3917431349e-001 1.3923603437e-001
1.3923680881e-001 1.3923680882e-001 ];
s=[2.2257749425e+000 2.4726256723e+000 2.4605154921e+000
2.4604825166e+000 2.4604825164e+000 ];
t=[-1.21297e+000 5.86192e-002 1.46362e-004 1.04098e-009 -
8.88178e-016];
u=[-6.86900e-002 1.25857e-003 -7.55070e-007 -2.67373e-011 -
1.11022e-016];
v=[5.32855e-003 6.17209e-005 7.74447e-007 8.88796e-012];
w=[2.46851e-001 -1.21102e-002 -3.29755e-005 -2.48649e-010];
subplot(3,2,1); plot(n,'-*'); title('konvergensi nilai x'); grid
on
subplot(3,2,2); plot(s,'-*'); title('konvergensi nilai y'); grid
on
subplot(3,2,3); plot(t,'-*'); title('konvergensi nilai f(xy)');
grid on
subplot(3,2,4); plot(u,'-*'); title('konvergensi nilai g(xy)');
grid on
subplot(3,2,5); plot(v,'-*'); title('konvergensi nilai galat(x)');
grid on
subplot(3,2,6); plot(w,'-*'); title('konvergensi nilai galat(y)');
grid on
end
clc;clear;
disp('==================================================')
disp('==program penyelesaian sistem persaman tak linier=')
disp('=============dengan metode newton-raphson=========')
disp('================== Khutwatun Nasiha===============')
disp('=====================03110240=====================')
disp('==================================================')
disp(' ')
f=inline('(x)+(cos(x*y*pi/180))-(z^2)-(1.1)','x','y','z')
g=inline('(x^2)-(10*y)-exp(y*z)+(0.8)','x','y','z')
h=inline('(x*z)+(y^2)-(z)-(0.3)','x','y','z')
fx=inline('(1)-(y*sin(x*y*pi/180))','x','y','z')
fy=inline('(-x)*(sin(x*y*pi/180))','x','y','z')
fz=inline('(-2*z)','x','y','z')
gx=inline('(2*x)','x','y','z')
gy=inline('(-10)-(z*exp(y*z))','x','y','z')
gz=inline('(-y*exp(y*z))','x','y','z')
hx=inline('z','x','y','z')
hy=inline('(2*y)','x','y','z')
hz=inline('(x-1)','x','y','z')
x=input('masukkan tebakan awal x0:');
y=input('masukkan tebakan awal y0:');
z=input('masukkan tebakan awal z0:');
e=input('masukkan toleransi nilai fungsi = ');
disp('------------------------------------------------------------
---')
fprintf('Iterasi x y z f(xyz)
g(xyz) z(xyz) galat(x) galat(y) galat(z)\n')
fprintf('---------------------------------------------------------
-\n')
for i=1:e
r=((-f(x,y,z)*gy(x,y,z)*hz(x,y,z))+(fy(x,y,z)*gz(x,y,z)*-
h(x,y,z))+(fz(x,y,z)*-g(x,y,z)*hy(x,y,z))-
(fz(x,y,z)*gy(x,y,z)*-h(x,y,z))-(-
f(x,y,z)*gz(x,y,z)*hy(x,y,z))-(fy(x,y,z)*-
g(x,y,z)*hz(x,y,z)))/((fx(x,y,z)*gy(x,y,z)*hz(x,y,z))+(fy(x,y,z
)*gz(x,y,z)*hx(x,y,z))+(fz(x,y,z)*gx(x,y,z)*hy(x,y,z))-
(fz(x,y,z)*gy(x,y,z)*hx(x,y,z))-
(fx(x,y,z)*gz(x,y,z)*hy(x,y,z))-
(fy(x,y,z)*gx(x,y,z)*hz(x,y,z)));
s=((fx(x,y,z)*-g(x,y,z)*hz(x,y,z))+(-
f(x,y,z)*gz(x,y,z)*hx(x,y,z))+(fz(x,y,z)*gx(x,y,z)*-h(x,y,z))-
(fz(x,y,z)*-g(x,y,z)*hx(x,y,z))-(fx(x,y,z)*gz(x,y,z)*-
h(x,y,z))-(-
f(x,y,z)*gx(x,y,z)*hz(x,y,z)))/((fx(x,y,z)*gy(x,y,z)*hz(x,y,z))
+(fy(x,y,z)*gz(x,y,z)*hx(x,y,z))+(fz(x,y,z)*gx(x,y,z)*hy(x,y,z)
)-(fz(x,y,z)*gy(x,y,z)*hx(x,y,z))-
(fx(x,y,z)*gz(x,y,z)*hy(x,y,z))-
(fy(x,y,z)*gx(x,y,z)*hz(x,y,z)));
t=((fx(x,y,z)*gy(x,y,z)*-h(x,y,z))+(fy(x,y,z)*-
g(x,y,z)*hx(x,y,z))+(-f(x,y,z)*gx(x,y,z)*hy(x,y,z))-(-
f(x,y,z)*gy(x,y,z)*hx(x,y,z))-(fx(x,y,z)*-g(x,y,z)*hy(x,y,z))-
(fy(x,y,z)*gx(x,y,z)*-
h(x,y,z)))/((fx(x,y,z)*gy(x,y,z)*hz(x,y,z))+(fy(x,y,z)*gz(x,y,z
)*hx(x,y,z))+(fz(x,y,z)*gx(x,y,z)*hy(x,y,z))-
(fz(x,y,z)*gy(x,y,z)*hx(x,y,z))-
(fx(x,y,z)*gz(x,y,z)*hy(x,y,z))-
(fy(x,y,z)*gx(x,y,z)*hz(x,y,z)));
x=x+r;
y=y+s;
z=z+t;
a=f(x,y,z);
b=g(x,y,z);
c=h(x,y,z);
if i==1
gl(i)=nan;
gk(i)=nan;
gm(i)=nan;
else
gl(i)=x-(x-r);
gk(i)=y-(y-s);
gm(i)=z-(z-t);
end
fprintf(' %g %2.8e %2.8e %2.8e %2.8e %2.8e %2.8e
%2.8e %2.8e %2.5e\n',i,x,y,z,a,b,c,gl(i),gk(i),gm(i))
Mengetahui,
Ketua Jurusan Matematika
LAMPIRAN-LAMPIRAN
clc;clear;
format long;
disp('==========================================================')
disp('=========program penyelesaian sistem persaman tak linier==')
disp('================dengan metode newton-raphson =============')
disp('===================Khutwatun Nasiha=======================')
disp('==========================================================')
disp(' ')
f=inline('(3*log(x))-(x)+(y*y)','x','y')
g=inline('(5*x)-(2*x*x)+(x*y)-1','x','y')
fx=inline('-1+(3/x)','x','y')
fy=inline('(2*y)','x','y')
gx=inline('(5)-(4*x)+(y)','x','y')
gy=inline('(x)','x','y')
x=input('Masukkan Tebakan Awal x0:');
y=input('Masukkan Tebakan Awal y0:');
e=input('Masukkan Toleransi Maksimum nilai Fungsi= ');
disp('------------------------------------------------------------
---')
fprintf('Iterasi x y f(xy)
g(xy) galat(x) galat(y)\n' )
fprintf('---------------------------------------------------------
-\n')
for i=1:e
r=((-f(x,y)*gy(x,y))+(g(x,y)*fy(x,y)))/((fx(x,y)*gy(x,y))-
(gx(x,y)*fy(x,y)));
s=((-g(x,y)*fx(x,y))+(f(x,y)*gx(x,y)))/((fx(x,y)*gy(x,y))-
(gx(x,y)*fy(x,y)));
x=x+r;
y=y+s;
a=f(x,y);
b=g(x,y);
if i==1
gl(i)=nan;
gk(i)=nan;
else
gl(i)=x-(x-r);
gk(i)=y-(y-s);
end
fprintf(' %g %2.10e %2.10e %2.5e %2.5e %2.5e
%2.5e\n',i,x,y,a,b,gl(i),gk(i))
figure(1)
n=[1.3384576661e-001 1.3917431349e-001 1.3923603437e-001
1.3923680881e-001 1.3923680882e-001 ];
s=[2.2257749425e+000 2.4726256723e+000 2.4605154921e+000
2.4604825166e+000 2.4604825164e+000 ];
83
clc;clear;
disp('==================================================')
disp('==program penyelesaian sistem persaman tak linier=')
disp('=============dengan metode newton-raphson=========')
disp('================== Khutwatun Nasiha===============')
disp('=====================03110240=====================')
disp('==================================================')
disp(' ')
f=inline('(x)+(cos(x*y*pi/180))-(z^2)-(1.1)','x','y','z')
g=inline('(x^2)-(10*y)-exp(y*z)+(0.8)','x','y','z')
h=inline('(x*z)+(y^2)-(z)-(0.3)','x','y','z')
fx=inline('(1)-(y*sin(x*y*pi/180))','x','y','z')
fy=inline('(-x)*(sin(x*y*pi/180))','x','y','z')
fz=inline('(-2*z)','x','y','z')
gx=inline('(2*x)','x','y','z')
gy=inline('(-10)-(z*exp(y*z))','x','y','z')
gz=inline('(-y*exp(y*z))','x','y','z')
hx=inline('z','x','y','z')
hy=inline('(2*y)','x','y','z')
hz=inline('(x-1)','x','y','z')
x=input('masukkan tebakan awal x0:');
y=input('masukkan tebakan awal y0:');
z=input('masukkan tebakan awal z0:');
e=input('masukkan toleransi nilai fungsi = ');
disp('------------------------------------------------------------
---')
fprintf('Iterasi x y z f(xyz)
g(xyz) z(xyz) galat(x) galat(y) galat(z)\n')
fprintf('---------------------------------------------------------
-\n')
84
for i=1:e
r=((-f(x,y,z)*gy(x,y,z)*hz(x,y,z))+(fy(x,y,z)*gz(x,y,z)*-
h(x,y,z))+(fz(x,y,z)*-g(x,y,z)*hy(x,y,z))-
(fz(x,y,z)*gy(x,y,z)*-h(x,y,z))-(-
f(x,y,z)*gz(x,y,z)*hy(x,y,z))-(fy(x,y,z)*-
g(x,y,z)*hz(x,y,z)))/((fx(x,y,z)*gy(x,y,z)*hz(x,y,z))+(fy(x,y,z
)*gz(x,y,z)*hx(x,y,z))+(fz(x,y,z)*gx(x,y,z)*hy(x,y,z))-
(fz(x,y,z)*gy(x,y,z)*hx(x,y,z))-
(fx(x,y,z)*gz(x,y,z)*hy(x,y,z))-
(fy(x,y,z)*gx(x,y,z)*hz(x,y,z)));
s=((fx(x,y,z)*-g(x,y,z)*hz(x,y,z))+(-
f(x,y,z)*gz(x,y,z)*hx(x,y,z))+(fz(x,y,z)*gx(x,y,z)*-h(x,y,z))-
(fz(x,y,z)*-g(x,y,z)*hx(x,y,z))-(fx(x,y,z)*gz(x,y,z)*-
h(x,y,z))-(-
f(x,y,z)*gx(x,y,z)*hz(x,y,z)))/((fx(x,y,z)*gy(x,y,z)*hz(x,y,z))
+(fy(x,y,z)*gz(x,y,z)*hx(x,y,z))+(fz(x,y,z)*gx(x,y,z)*hy(x,y,z)
)-(fz(x,y,z)*gy(x,y,z)*hx(x,y,z))-
(fx(x,y,z)*gz(x,y,z)*hy(x,y,z))-
(fy(x,y,z)*gx(x,y,z)*hz(x,y,z)));
t=((fx(x,y,z)*gy(x,y,z)*-h(x,y,z))+(fy(x,y,z)*-
g(x,y,z)*hx(x,y,z))+(-f(x,y,z)*gx(x,y,z)*hy(x,y,z))-(-
f(x,y,z)*gy(x,y,z)*hx(x,y,z))-(fx(x,y,z)*-g(x,y,z)*hy(x,y,z))-
(fy(x,y,z)*gx(x,y,z)*-
h(x,y,z)))/((fx(x,y,z)*gy(x,y,z)*hz(x,y,z))+(fy(x,y,z)*gz(x,y,z
)*hx(x,y,z))+(fz(x,y,z)*gx(x,y,z)*hy(x,y,z))-
(fz(x,y,z)*gy(x,y,z)*hx(x,y,z))-
(fx(x,y,z)*gz(x,y,z)*hy(x,y,z))-
(fy(x,y,z)*gx(x,y,z)*hz(x,y,z)));
x=x+r;
y=y+s;
z=z+t;
a=f(x,y,z);
b=g(x,y,z);
c=h(x,y,z);
if i==1
gl(i)=nan;
gk(i)=nan;
gm(i)=nan;
else
gl(i)=x-(x-r);
gk(i)=y-(y-s);
gm(i)=z-(z-t);
end
fprintf(' %g %2.8e %2.8e %2.8e %2.8e %2.8e %2.8e
%2.8e %2.8e %2.5e\n',i,x,y,z,a,b,c,gl(i),gk(i),gm(i))