Anda di halaman 1dari 4

HAL 4

Khutbah Jumat: Memperingati Isra’


Mi’raj Untuk Menjaga Kualitas Shalat
Posted by admin on 17 May, 2013

Bulan Rajab Kita memperingati Isra’ Mi’raj dan dengan memperingati Isra’Mi’raj Kita
menjaga Kualitas Shalat kita. Bulan Rajab kita mengenang peristiwa bersejarah dimana
perintah Shalat Wajib Lima Waktu diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad
Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam. Bulan Rajab merupakan satu-satunya bulan yang bersejarah
bagi Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam sehingga dalam salah satu haditsnya beliau
pernah bersabda bahwa Rajab adalah bulanku, Sya’ban adalah bulan Tuhanku dan
Ramadhan adalah bulan umatku. Berikut ini Khutbah Jumat: Memperingati Isra’ Mi’raj
Untuk Menjaga Kualitas Shalat.

‫ وأوجب فيه‬،‫ اَ ْل َح ْم ُد هلل الذى وقع الرجب شهرا للمعراج‬.‫ي لَ ْواَل أَنْ َهدَانَا هلل‬ َ ‫ساَل ِم َو َما ُكنَّا لِنَ ْهتَ ِد‬ ْ ‫اَ ْل َح ْم ُد هلل الَّ ِذ‬
ْ ِ ‫ي َهدَانَا لِإْل‬
‫ش ِر ْي َك لَ ُه‬
َ ‫اَل‬ ‫ه‬‫د‬ ‫ح‬ ‫و‬
ُ َ ْ َ ‫هللا‬ ‫اَّل‬ِ ‫إ‬ ‫إله‬ ‫اَل‬ َ ‫أ‬
ْ‫َ ُ ن‬‫د‬‫ه‬ ‫ش‬
ْ َ ‫أ‬ ,‫كالسراج‬ ‫للمسلمين‬ ‫الصالة‬

‫ َياأَ ُّيها َ الَّ ِذينَ َءا َمنُوا اتَّقُوا‬.‫سلِ ْي ًما َكثِ ْي ًرا‬
ْ َ‫سلَّ َم ت‬ َ ‫صلَّى هللا َعلَ ْي ِه َو َعلَى أله َو‬
َ ‫ص ْحبِ ِه َو‬ َ ‫س ْولُهُ و‬ َ َّ‫ش َه ُد أَن‬
ُ ‫سيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر‬ ْ َ‫َوأ‬
َّ َ‫ق ِم ْن َها ز َْو َج َها َوب‬
‫ث‬ َ َ‫اح َد ٍة َو َخل‬ِ ‫س َو‬ ْ
ٍ ‫اس اتَّقُوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي َخلَقَ ُكم ِّمنْ نَف‬ َ
ُ َّ‫سلِ ُمونَ يَاأيُّ َها الن‬ َ
ْ ‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُموتُنَّ إِالَّ َوأنتُم ُّم‬ َّ ‫هللا َح‬
‫سآ َءلُونَ ِب ِه َو ْاألَ ْر َحا َم إِنَّ هللا َكانَ َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبًا‬ َ َ ‫ت‬ ‫ي‬‫ذ‬ َّ
ِ َ ‫ل‬‫ا‬ ‫هللا‬ ‫وا‬ ُ ‫ق‬ َّ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ء‬ ‫آ‬‫س‬ ‫ن‬ ‫و‬
َ ً َ َِ ً ِ ‫ا‬ ‫ر‬ ‫ي‬ ‫ث‬‫ك‬َ ً ‫ال‬‫ا‬‫ج‬َ ِ ‫ِم ْن ُه َما‬
‫ر‬

‫ َو ُك َّل ُم ْح َدثَ ٍة‬،‫ش َّر اأْل ُ ُم ْو ِر ُم ْح َدثَاتُ َها‬


َ ‫ي ُم َح َّم ٍد صلى هللا عليه و سلم َو‬ ُ ‫ْي َه ْد‬ِ ‫َاب هللا َو َخ ْي َر ا ْل َهد‬
ُ ‫ث ِكت‬ ِ ‫ق ا ْل َح ِد ْي‬ ْ َ‫ فَإِنَّ أ‬:ُ‫أَ َّما َب ْعد‬
َ ‫ص َد‬
‫س ْي بتقوهللا وقد فازالمتقون‬ ْ َ
ِ ‫ص ْي ُك ْم َونف‬ ُ
ِ ‫ أ ْو‬، َ‫سلِ ُم ْون‬ ْ َ َّ َ
ْ ‫ أيَّ ُها ال ُم‬.‫ضاَل ل ٍة فِي النا ِر‬ ٌ َ
َ ‫ َو ُك َّل‬،‫ضاَل لة‬ َ ‫ َو ُك َّل بِ ْد َع ٍة‬،ٌ‫بِ ْد َعة‬

Ayyuhal Muslimunal Hadhirunn, Rahimakumullah

Marilah kita bersama-sama meningkatkan kadar keimanan dan keislaman kita kepada Allah
swt, sebagai bukti ketaqwaan kita kepada-Nya. Apabila Iman adalah urusan hati dan tempat
bersemayamnya semangat ketuhanan yang bersifat abstrak, maka Islam adalah
pengejawantahan dari keimanan tersebut yang nyata dan bersifat realistis yang telah diajarkan
oleh Rasulullah melalui syari’at (shalat, zakat, puasa, haji).

Jika iman diibaratkan seperti panas yang menyengat, maka Islam adalah api yang berkobar.
Islam tanpa iman bagaikan api tanpa panas. Yang hanya bisa menakutkan tapi tidak mampu
membakar. Begitu juga sebaliknya, jika iman tanpa Islam sepeti panas tanpa api yang tidak
berfungsi.

Dengan kata lain menjalankan segala perintah syariat Islam yang merupakan panji-panji
kebesaran Islam adalah hal yang penting, namun jangan sampai melupakan kualitas iman
yang ada dalam hati. Shalat jum’at, shalat jama’ah, haji, zakat adalah wajib dan harus
dilaksanakan karena itu membuktikan kepada dunia akan kebesaran Islam. Namun pengayaan
materi keimanan haruslah selalu di adakan, karena hal itu merupakan gizi bagi kesehatan
mental Islam.

Karena itulah, meningkatkan ketaqwaan merupakan sebuah upaya meningkatkan dan


menyeimbangkan kondisi iman dan Islam kita. Menyeimbangkan antara laku syari’at dengan
laku hakekat (keimanan dalam hati). Sehingga terciptalah cita-cita al-islamu ya’lu wa la yu’la
‘alaihi.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Waktu terus berlalu, sampai tiba saatnya Bulan Rajab datang. Bulan Rajab adalah satu-
satunya bulan yang bersejarah bagi Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam sehingga dalam
salah satu haditsnya beliau pernah bersabda bahwa Rajab adalah bulanku, Sya’ban adalah
bulan Tuhanku dan Ramadhan adalah bulan umatku. Begitu berharganya bulan Rajab bagi
Rasullullah Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam, sehingga ia membanggakan Rajab dan
memposisikannya denga bulan Sya’ban dan Ramadhan.

Wajar saja karena pada bulan inilah beliau merasakan kesedihan yang amat sangat
sepeninggal istri dan pamannya, sehingga para sejarawan menyebutnya ‘ammul huzn‘.
Kemudian Allah swt menghibur Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam dengan bepergian
dan bertamasya mengarungi keindahan dunia lahir dan mencicipi kenikmatan dunia bathin. 
Inilah perjalanan isra’ dan mi’roj.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Seperti yang telah maklum dimengerti bahwa diantara buah tangan Rasulullah Shallallohu
‘Alaihi wa Sallam terpenting dari isro’ mi’roj adalah sholat lima waktu setiap hari. Konon
lima kali ini merupakan bilangan terakhir yang diajukan oleh Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi
wa Sallam kepada Allah swt, setelah sebelumnya Allah swt memerintahkan untuk sholat lima
puluh kali.  Memang benar, kini kita baru merasakan betapa beratnya menjaga lima waktu
setiap hari.

Padahal kita mafhum bahwa shalat yang lima ini menjadi tolak ukur ibadah seseorang. Hadits
Riwayat at-Thabrani menjelaskan:

‫ فإن صلحت صلح سائر عمله وإن فسدت فسد سائر عمله رواه الطبراني‬،‫أول ما يحاسب عليه العبد يوم القيامة الصالة‬

Amal pertama kali akan dihisab untuk seorang hamba di hari kiamat nanti adalah shalat.
Maka apabila Shalatnya baik, maka baiklah seluruh amalnya. Dan jika sholatnya buruk,
rusaklah semua amalnya. (HR. Thabrani).

Lantas apakah maksud kata kata ‘shalaha’ dalam hadits di atas? Shalat baik yang bagaimana
yang dapat menarik segala amal menjadi baik?  Apakah shalat yang sekedar menggugurkan
kewajiban lima waktu? Tentunya ada standard tertentu yang menjadikan sholat kita sebagai
kunci segala amal ibadah, yaitu sholat yang seperti diajarkan oleh Rasulullah, seperti yang
pernah dihimbaukan olehnya;

‫صلوا كما رأيتموني أصلي‬

Sholatlah kamu sekalian sebagaimana kamu melihat sholatku.

Artinya sholat yang baik itu adalah sholat yang memenuhi syarat sah, syarat wajib dan rukun
sholat sebagaimana diwariskan Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam secara turun
temurun dari para sahabat, tabi’in, tabi’it tabi’in, hingga para mujtahid fiqih, para ulama dan
guru-guru kita.
Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah

Selain syarat fisik tersebut yang menjadikan syahnya shalat secara formal, juga perlu
diperhatikan unsur informal yang juga menjadi ukuran kualitas shalat seseorang yaitu suasana
hati yang khusu’. Karena seseungguhnya kekhusu’an itu berbuahkan kebahagiaan. Seperti
janji Allah dalam dalam surah al-Mu’minun 1-2

َ ‫قَ ْد أَ ْفلَ َح ْال ُم ْؤ ِمنُونَ الَّ ِذينَ هُ ْم فِي‬


َ‫صالتِ ِه ْم خَا ِشعُون‬

Sungguh berbahagia orang mukmin, yaitu mereka yang khusu’ dalam sholatnya.

Ungkapan kekhusu’an sholat ini sebenarnya telah diajarkan oleh para faqih semenjak kita
takbiratul Ihram ketika membaca do’a iftitah

ْ ‫ش ِريْكَ لَهُ َوبِ َذلِ َك أُ ِم ْرتُ َوأَنَا ِمنَ ا ْل ُم‬


  َ‫سلِ ِميْن‬ َ ‫اي َو َم َماتِي هَّلِل ِ َر ِّب ا ْل َعالَ ِمينَ اَل‬ ُ ُ‫صالتِي َون‬
َ َ‫س ِكي َو َم ْحي‬ َ َّ‫إِن‬

Sesungguhnya Shalatku, ibadahku (sembelihan), hidupku dan matiku hanya karena Allah
Tuhan Semesta Alam. Tiada sekutu bagi-Nya dan karena itulah aku diperintahkan dan aku
termasuk orang yang berserah diri.

Begitu pentingnya kekhusyu’an karena, khusyu’ dalam sholat akan mengantarkan kita meraih
subtansi, sehingga sholat kita lebih bermakna dan tidak sekedar menggugurkan kewajiban
saja. Jika demikian, adanya ketika kita telah berhasil shalat dengan khusu’ maka secara
otomatis shalat kita akan beerfungsi sebagai filter diri atas berbagai tindakan kita. Sehingga
apa yang difirmankan Allah dalam al-Ankabut ayat 45 akan terlaksana.

‫إن الصالة تنهى عن الفخشاء والمنكر‬

Sesungguhnya shalat itu (dapat) mencegah perbuatan keji dan mungkar.

Hadirin Jama’ah Jum’ah yang Berbahagia

Kekhusyu’an bukanlah hal yang mudah, khusyu’ dalam shalat memerlukan latihan dan
latihan. Dikisahkan suatu ketika sahabat Ali Karramallahu Wajhah diuji kekhusyu’annya oleh
Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam dalam dua raka’at shalat, namun Sahabat Ali yang
memiliki julukan ‘babul ‘ilmi’ hanya berhasil khusyu’ dalam satu raka’at.

Sesungguhnya khusyu’ itu adanya dalam hati. khusyu’ hanya dapat dirasakan dan sulit sekali
untuk digambarkan dengan kata-kata. Mereka yang telah berhasil dalam khusyu’ mungkin
takkan pernah dapat menceritakan dalam ungkapan kata. Namun mereka hanya dapat
bercerita bahwa khusyu’ itu haruslah dilatih dan dibiasakan.

Seorang sufi agung pernah berkata, bahwa khusyu dalam shalat dapat dibagi menjadi tiga
tingkat. Pertama tingkatan awam yang dalam shalatnya benar-benar memposisikan diri
sebagai seorang hamba yang papa yang mengharapkan do’anya dikabulkan dan sangat
memerlukan pertolongan  dari Allah yang Maha Kuasa. Sholat dengan model khusyu’
semacam ini menurut kategorinya termasuk model sholat tingkat ta’abbud.

Tingkatan kedua adalah taqarrub yaitu kekhusyu’an yang melampaui tingkatan pertama.
Mereka yang berada dalam posisi taqarrub dalam sholat hanya menginginkan keintiman
‫‪dengan Allah swt. Mereka tidak lagi memperdulikan do’a-doanya. Karena mereka telah‬‬
‫‪melihat dunia begitu hina. Sehingga tidak perlu lagi dikejar dan dipinta. Bahkan mereka‬‬
‫‪merasa malu jika terus-terusan meminta dunia kepada Allah swt. Karena mereka hanya‬‬
‫‪menginginkan kedekatan diri kepada-Nya.‬‬

‫‪Dan tingkatan ketiga adalah tawahhud yaitu kekhusyu’an dalam shalat yang hanya dimiliki‬‬
‫‪oleh orang-orang tertentu. Mereka memposisikan shalat sebagai media penyatuan diri kepada‬‬
‫‪Allah swt. Yaitu sebuah proses ketika sifat kemanusiaan tersedot (majdzub) oleh sifat‬‬
‫‪ketuhanan. Atau ketika sifat ketuhanan itu melebur sifat kemanusiaan, tidak ada lagi pemisah‬‬
‫‪antara hamba dan Tuhannya.‬‬

‫‪Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah‬‬

‫‪Dari ketiga tingkatan shalat ini, tidak ada alasan lagi bagi seorang muslim untuk‬‬
‫‪meninggalkan shalat tidak juga mereka yang mengaku wali ataupun yang benar-benar wali.‬‬
‫‪Karena derajat seseorang tidak membebaskan mereka dari kewajiban shalatnya. Dan lebih‬‬
‫‪dari itu, sesungguhnya melaksanakan shalat merupakan bukti penghargaan kita kepada‬‬
‫‪Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam. Bukti kebahagiaan kita menyambut buah tangan‬‬
‫‪Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam dari Isro’ dan mi’roj.‬‬

‫‪Demikian khutbah jum’ah kali ini, semoga apa yang disampaikan ini bermanfaat bagi kita‬‬
‫‪semua, amin.‬‬

‫ت َوالذ ْكر ِا ْل َح ِك ْي ِم َوتَقَبَّ َل ِمنِّي َو ِم ْن ُك ْم تِالَ َوتَهُ إنَّهُ ه َُو‬


‫اركَ هللاُ لِ ْي َولَ ُك ْم فِ ْي ْالقُ ْرآ ِن ْال َع ِظ ْي ِم َونَفَ َعنِي َوإيَّا ُك ْم ِب َما ِف ْي ِه ِمنَ ْاآليا َ ِ‬ ‫بَ َ‬
‫س ِم ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم‬
‫ال َّ‬

‫‪Khutbah II‬‬

‫سيِّ َدنَا‬
‫ش َه ُد اَنَّ َ‬‫ش ِر ْي َك لَهُ َواَ ْ‬ ‫ش َه ُد اَنْ الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َوهللاُ َو ْح َدهُ الَ َ‬‫ش ْك ُر لَهُ عَل َى ت َْوفِ ْيقِ ِه َواِ ْمتِنَانِ ِه‪َ .‬واَ ْ‬
‫سانِ ِه َوال ُّ‬ ‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ ع َ‬
‫َلى اِ ْح َ‬
‫سلِ ْي ًما ِكث ْي ًرا‬ ‫ِّ‬
‫سل ْم تَ ْ‬ ‫ص َحابِ ِه َو َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫سيِّ ِدنا ُم َح َّم ٍد ِو َعلى اَلِ ِه َواَ ْ‬ ‫َ‬
‫ص ِّل َعلى َ‬ ‫ض َوانِ ِه‪ .‬الل ُه َّم َ‬ ‫َّاعى اِل َى ِر ْ‬ ‫ُ‬
‫س ْولهُ الد ِ‬‫‪ُ .‬م َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر ُ‬

‫س ِه َوثَـنَى بِ َمآل ئِ َكتِ ِه بِقُد ِ‬


‫ْس ِه‪ ‬‬ ‫اس اِتَّقُواهللاَ فِ ْي َما اَ َم َر َوا ْنتَ ُه ْوا َع َّما نَ َهى َوا ْعلَ ُم ْوا اَنَّ هللاّ اَ َم َر ُك ْم بِا َ ْم ٍر بَدَأَ فِ ْي ِه بِنَ ْف ِ‬
‫اَ َّمابَ ْع ُدفَيااَيُّ َهاالنَّ ُ‬
‫سيِّ ِدنَا‬ ‫ص ِّل َعلَى َ‬ ‫سلِ ْي ًما‪ .‬الل ُه َّم َ‬ ‫سلِّ ُم ْوا تَ ْ‬‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو َ‬ ‫صلُّ ْونَ عَل َى النَّبِى يآ اَيُّ َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا َ‬ ‫َوقَا َل تَعاَلَى اِنَّ هللاَ َو َمآل ئِ َكتَهُ يُ َ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬
‫ض الل ُه َّم َع ِن الخلفا ِء‬ ‫ّ‬ ‫ار َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫سلِكَ َو َمآلئِك ِة ال ُمق َّربِيْنَ َو ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫سيِّ ِدنا ُم َح َّم ٍد َو َعلى انبِيآئِ َك َو ُر ُ‬ ‫سلِّ ْم َو َعلَى آ ِل َ‬ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َ‬ ‫ُم َح َّم ٍد َ‬
‫ض‬‫ار َ‬ ‫ان اِلَىيَ ْو ِم ال ِّد ْي ِن َو ْ‬
‫س ٍ‬‫ص َحابَ ِة َوالتَّابِ ِعيْنَ َوتَابِ ِعي التَّابِ ِعيْنَ لَ ُه ْم ِبا ِ ْح َ‬ ‫ْ‬
‫ش ِديْنَ اَبِى بَ ْك ٍر َو ُع َمر َو ُعث َمان َو َعلِى َوعَنْ بَقِيَّ ِة ال َّ‬ ‫ال َّرا ِ‬
‫َعنَّا َ َ ُ ْ ِ َ ْ َ ِ َ َ ْ َ َ َّ ِ ِ ْنَ‬
‫ي‬ ‫م‬ ‫ح‬ ‫ا‬ ‫ر‬ ‫ال‬ ‫م‬‫ح‬ ‫ر‬ ‫َ‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫ي‬ ‫ك‬ ‫ت‬ ‫م‬ ‫ح‬ ‫ر‬‫ب‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ع‬ ‫م‬

‫سلِ ِميْنَ َوأَ ِذ َّل‬‫سالَ َم َو ْال ُم ْ‬‫ت الل ُه َّم اَ ِع َّز ْا ِال ْ‬ ‫ت اَالَ ْحيآ ُء ِم ْن ُه ْم َو ْاالَ ْم َوا ِ‬ ‫سلِ َما ِ‬ ‫سلِ ِميْنَ َو ْال ُم ْ‬ ‫ت َو ْال ُم ْ‬ ‫اَلل ُه َّم ا ْغفِ ْر لِ ْل ُمؤْ ِمنِيْنَ َو ْال ُمؤْ ِمنَا ِ‬
‫سلِ ِميْنَ َو َد ِّم ْر اَ ْعدَا َءال ِّد ْي ِن َواع ِْل‬ ‫َ‬
‫اخذ ْل َمنْ َخذ َل ْال ُم ْ‬ ‫ُ‬ ‫ص َر ال ِّديْنَ َو ْ‬ ‫ص ْر َمنْ نَ َ‬ ‫َ‬
‫ص ْر ِعبَا َد َك ْال ُم َو ِّح ِديَّة َوا ْن ُ‬ ‫ش ِر ِكيْنَ َوا ْن ُ‬ ‫الش ِّْر َك َو ْال ُم ْ‬
‫س ْو َء ْالفِ ْتنَ ِة َو ْال ِم َحنَ َما ظَ َه َر ِم ْن َها َو َما بَطَنَ عَنْ‬ ‫و‬
‫ِ َ َ ِ َ َ ُ‬ ‫نَ‬ ‫ح‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫ْ‬
‫ا‬ ‫و‬ ‫ل‬ ‫ز‬ ‫َ‬ ‫ال‬‫ز‬‫َّ‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ء‬ ‫ا‬ ‫ب‬
‫َ َ َ ََ َ َ‬‫و‬ ‫ل‬‫ا‬‫ْ‬ ‫و‬ ‫ء‬ ‫َ‬ ‫ال‬ ‫ب‬‫ل‬ ‫ْ‬
‫ا‬ ‫ا‬‫َّ‬ ‫ن‬‫ع‬‫َ‬ ‫ع‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ف‬ ‫د‬
‫ْ‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ه‬
‫ُ َّ‬ ‫الل‬ ‫‪.‬‬ ‫ن‬
‫ِ‬ ‫ي‬
‫ْ‬ ‫د‬
‫ِّ‬ ‫ال‬ ‫َكلِ َماتِكَ اِلَى يَ ْ َ‬
‫م‬ ‫و‬
‫سنَة َوقِنَا‬ ‫ً‬ ‫ْ‬
‫سنَة َوفِى ا ِ‬
‫آلخ َر ِة َح َ‬ ‫ً‬ ‫ْ‬
‫ب ال َعال ِميْنَ ‪َ .‬ربَّنَا آتِنا َ فِى ال ُّدنيَا َح َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ً‬
‫سلِ ِميْنَ عآ َّمة يَا َر َّ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫سائِ ِر البُلدَا ِن ال ُم ْ‬ ‫ْ‬ ‫صة َو َ‬ ‫ً‬ ‫سيَّا خآ َّ‬ ‫بَلَ ِدنَا اِ ْندُونِ ْي ِ‬
‫سا ِن‬ ‫اس ِريْنَ ‪ِ .‬عبَا َدهللاِ ! اِنَّ هللاَ يَأْ ُم ُرنَا بِاْل َعد ِْل َو ْا ِال ْح َ‬ ‫لخ ِ‬ ‫سنَا َواِنْ لَ ْم تَ ْغفِ ْر لَنَا َوت َْر َح ْمنَا لَنَ ُك ْونَنَّ ِمنَ ْا َ‬ ‫اب النَّا ِر‪َ .‬ربَّنَا ظَلَ ْمنَا اَ ْنفُ َ‬ ‫َع َذ َ‬
‫شك ُر ْوهُ عَل َى‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫َوإِ ْيتآ ِء ِذى الق ْرب َى َويَن َهى َع ِن الف ْحشآ ِء َوال ُمن َك ِر َوالبَغي يَ ِعظك ْم ل َعلك ْم تَذك ُر ْونَ َواذك ُرواهللاَ ال َع ِظ ْي َم يَذك ْرك ْم َوا ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬
‫نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ اَ ْكبَ ْر‬

Anda mungkin juga menyukai