Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PRAKTIKUM MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM

MANUSIA DAN AGAMA

REZA ANUGRAH
021120090

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MEKANISASI PERTANIAN


JURUSAN PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2021

i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Puji
syukur kehadirat Allah SWT, penulis panjatkan. Karena dengan rahmat dan
karunianya, penulis dapat menyelesaikan makalah praktikum mata kuliah
Pendidikan Agama Islam yang berjudul Manusia dan Agama.
Makalah ini disusun berdasarkan tugas dari dosen pengampu mata kuliah dan juga
guna memberikan manfaat dibidang pendidikan agama Islam, serta Menjadikan
salah satu bahan bahasan sesuai judulnya yaitu tentang manusia dan agama.
Dalam proses pembuatan makalah ini banyak keterbatasan karena kekurangan
ilmu dan pengalaman yang dimiliki penulis, namun berkat materi kuliah, referensi,
serta arahan dan saran dari berbagau sumber terkait maka makalah ini dapat
terselesaikan guna memenuhi tugas mata kuliah pendidikan agama Islam, untuk itu
rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada:
1. Allah SWT. Tuhan yang maha esa
2. Dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang telah
menyampaikan ilmunya.
3. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan
4. Rekan- rekan seangkatan prodi TMP yang telah saling mendukung
Akhir kata, semoga makalah ini dapat menjadi bahan penilaian atas tugas yang
diberikan juga bermanfaat dan memberikan efek positif bagi penulis khususnya,
dan bagi yang membaca pada umumnya.

Bandung Barat, februari, 2021


Penulis
Reza Anugrah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN......................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang........................................................................................................ 3
1.2 Tujuan ..................................................................................................................... 3
1.3 Rumusan Masalah .................................................................................................. 3
1.3 Pustaka .................................................................................................................... 3
II. PEMBAHASAN .......................................................................................................... 7
2.1 Makna Agama ........................................................................................................ 7
2.2 Mengapa Agama Penting ....................................................................................... 9
2.3 Manusia Dan Agama Secara Umum .................................................................... 10
2.4 Manusia Dan Agama Dalam Islam ....................................................................... 13
2.5 Ragam Sikap Manusia Terhadap Agama ............................................................. 16
III. PENUTUP ................................................................................................................ 23
IV. DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 24

ii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia daan agama adalah sesuatu yang tak dapat dipisahkan, secara bahasa sendiri
agama berarti tidak kacau. Jika manusia dan agama dipisahkan maka akan terjadi
kekacauan. Agama disini sangatlah penting bagi manusia, tata kehidupan manusia akan
terjadi dengan baik sejalan ajaran agama yang baik pula. Akan ada banyak pertanyaan
mengapa manusia harus beragama, juga akan muncul banyak jawaban atas pertanyaan
pertanyaan tersebut.
Makalah mengenai manusia dan agama ini berkaitan dengan fenomena dekadensi moral
yang terjadi ditengah – tengah masyarakat maupun dilingkungan pemerintah yang
semakin meningkat dan beragam. Kriminalitas, ketidak adilan, korupsi, kekerasan pada
anak, pelangggaran HAM, menjadi bukti bahwa telah terjadi krisis jati diri dan
karakteristik pada bangsa Indonesia. Budi pekerti luhur, kesantunan, dan relegiusitas
yang dijunjung tinggi dan menjadi budaya bangsa Indonesia selama ini seakan-akan
menjadi terasa asing dan jarang ditemui ditengah-tengah masyarakat. Kondisi ini akan
menjadi lebih parah lagi jika pemerintah tidak segera mengupayakan program-program
perbaikan baik yang bersifat jangka panjang maupun jangka pendek. Dengan kata lain
pola kehidupan masyarakat yang tidak mencerminkan nilai-nilai religius, khususnya
Islam bagi pemeluknya.
1.2 Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini tak lain adalah untuk memenuhi tugas praktikum mata
kuliah Pendidikan Agama Islam itu sendiri. Selain untuk memenuhi tugas, makalahh ini
akan menjadi manfaat tersendiri bagi penulis karena dalam pembuatanya membutuhkan
banyak referensi dan hasil kajian para ahli yang akhirnya dirangkum dan dirangkaai pada
makalh ini.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan tujuan penulisan, didapat beberapa rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa itu makna agama?
2. Mengapa agama penting?
3. Bagaimana manusia dan agama secara umum?
4. Bahaimana manusia dan agama dalam Islam?
5. Ragam skap manuisa terhadap agama?
1.3 Pustaka
Fenomena kehidupan masyarakat dilihat dari aspek agama dan budaya yang bagaimana
menempatkan posisi agama dan posisi budaya dalam suatu kehidupan masyarakat.
Dalam kehidupan manusia agama dan budaya jelas tidak berdiri sendiri, keduanya
memiliki hubungan yang sangat erat dalam dialektikanya; selaras menciptakan dan
kemudian saling menegasikan. Agama sebagai pedoman hidup manusia yang diciptakan
oleh Tuhan, dalam menjalani kehidupannya. Sedangkan kebudayaan adalah sebagai
kebiasaan tata cara hidup manusia yang diciptakan oleh manusia itu sendiri dari hasil daya

3
cipta, rasa dan karsanya yang diberikan oleh Tuhan. Agama dan kebudayaan saling
mempengaruhi satu sama lain. Agama mempengaruhi kebudayaan, kelompok
masyarakat, dan suku bangsa. Kebudayaan cenderung berubah-ubah yang berimplikasi
pada keaslian agama sehingga menghasilkan penafsiran berlainan. Salah satu agenda
besar dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara adalah menjaga persatuan
dan kesatuan dan membangun kesejahteraan hidup bersama seluruh warga negara dan
umat beragama. Hambatan yang cukup berat untuk mewujudkan kearah keutuhan dan
kesejahteraan adalah masalah kerukunan sosial, termasuk di dalamnya hubungan antara
agama dan kerukunan hidup umat beragama. Persoalan ini semakin kursial karena
terdapat serangkaian kondisi sosial yang menyuburkan konflik, sehingga terganggu
kebersamaan dalam membangun keadaan yang lebih dinamis dan kondusif. Demikian
pula kebanggaan terhadap kerukunan dirasakan selama bertahun-tahun mengalami
degradasi, bahkan menimbulkan kecemasan terjadinya disintegrasi bangsa.
Latar belakang lahirnya agama karena adanya masalah kekuatan yang dianggap lebih
tinggi dari kekuatan yang ada pada dirinya sehingga mereka mencari lebih dalam dari
mana asal kekuatan yang ada pada alam baik berupa gunung laut langit dan sebagainya,
dan ketika mereka tidak dapat mengkajinya maka disembah karena mereka berpikiran,
bahwa kekuatan alam itu memiliki kekuatan yang luar biasa dan bisa menghidupi beribu-
ribu, bahkan berjuta-juta umat manusia sehingga muncullah agama yang merupakan salah
satu usaha manusia untuk mendekatkan diri pada kekuatan supranatural.
Sebelum kita memahami perspektif agama, budaya dan masyarakat, maka terlebih
dahulu kita harus mengetahui penjelasan eksistensi tentang agama. Agama merupakan
suatu kepercayaan tertentu yang dianut sebagian besar masyarakat merupakan tuntunan
hidup. Agama menyangkut kepercayaan-kepercayaan dan berbagai prakteknya, serta
benar-benar merupakan masalah sosial yang pada saat ini senantiasa ditemukan dalam
setiap masyarakat manusia. Karena itu, lahir pertanyaan bagaimana seharusnya dari sudut
pandang sosiologis. Dalam pandangan sosiologi, perhatian utama agama adalah pada
fungsinya bagi masyarakat. Di mana fungsi seperti diketahui, menunjuk pada sumbangan
yang diberikan agama atau lembaga sosial yang lain untuk memper-tahankan keutuhan
masyarakat sebagai usaha aktif yang berlangsung secar terus-menerus.
Konsepsi agama menurut kamus besar bahasa indonesia adalah sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada tuhan yang mahakuasa serta tata kaidah
yang. Menurut Yusuf Alqaradawi dan Hussein Shahatah, zakat gaji dan pendapatan
diistilahkan sebagai zakat mal almustafad yaitu zakat yang bersumberkan gaji. Agama
dengan agama hidup itu terarah, dengan seni hidup itu indah, dengan ilmu hidup itu
mudah ilmu tanpa agama adalah buta, agama tanpa ilmu adalah lumpuh pengertian
lembaga agama. Demi terjaganya esistensi dan kesucian nilai-nilai agama sekaligus
memberi pengertian, disini penulis hendak mengulas mengenai Apa itu agama dan apa
itu budaya, dan masyarakat yang memiliki hubungan yang kuat.

Pada hakikatnya kebutuhan akan keyakinan tentang kekuatan yang mengatur dan
mengendalikan seluruh makhluk kesemestaan adalah sesuatu yang kodrati bagi seluruh

4
umat manusia, karena dengan keyakinan semacam itu selain manusia dapat memahami
eksistensi dan esensi dirinya sendiri, juga sekaligus dapat memahami mengenai jaminan
akan perlindungan dan keamanan serta tujuan hidup manusia yang sesungguhnya. Secara
empiris memang harus diakui bahwa kebutuhan dan keyakinan akan perlindungan dan
keamanan semacam inilah yang menjadi embrio bagi lahirnya kompleksitas persoalan
ketuhanan dan keagamaan pada masyarakat modern dewasa ini.
Sebaagaimana dikemukakan Hopper bahwa persoalan ketuhanan dan keagamaan pada
masyarakat modern dan kontemporer dewasa ini semakin menukik ketika manusia
berusaha mempersonalisasikan Tuhan dan agama dalam kerangka yang cenderung
konkret material, yaitu peng-akumulasian bentuk institusi formal yang akrab disebut
dengan agama. Pandangan Hopper tersebut menegaskan bahwa ketika persoalan
ketuhanan dan keagamaan dipaksa untuk dimaterialisasikan (dengan mengetepikan
spiritual metafisik), maka timbullah berbagai gejolak dan kontroversial pandangan
mengenai Tuhan dan agama.
Fakta historis menunjukkan bahwa persoalan ketuhanan dan keagamaan memang tidak
pernah pudar dari perjalanan sejarah hidup manusia, terutama ketika manusia mengkaji
dan membahas tentang bagaimana pemahaman manusia akan Tuhan dan agama. Fakta
historis itu secara filosofis menunjukkan bahwa perkembangan pemahaman atas Tuhan
dan agama tidak mungkin dapat dipahami hanya secara Sui Generis yang tanpa refleksi,
melainkan juga harus memperhatikan proses pemahaman secara simultan. Dengan
perkataan lain, hanya dengan pendekatan empiris faktual dan rasional filosofislah,
pemahaman tentang ke-Tuhanan dan keagamaan yang akan mampu mengikuti
gelombang perubahan zaman yang ada, sehingga kehidupan kebertuhanan dan
keberagamaan tetap merupakan suatu keharusan bagi kehidupan manusia dalam segala
zaman dan keadaan. Semisal Islam sebagai agama Rahmatan Lil’alamin telah menyajikan
dasar kajian yang dapat bahkan harus dilakukan secara berkesinambungan agar agama
tersebut menjadi linding dalam berbagai kreativitas dan aktivitas kehidupan manusia.
Ketika sikap keber-Tuhanan manusia diaplikasikan dalam wujud penghambaan dan
pengabdian yang terlegitimasi dalam formalitas agama, maka agama di pandang sebagai
yang memiliki kebenaran mutlak dan universal (determinisme). Keadaan semacam inilah
yang secara konkret pernah divisualisasikan dunia Barat pada abad pertengahan, bahwa
dengan mendudukkan agama sebagai sentral penyelesaian setiap persoalan yang terkait
dengan kehidupan sosial dan budaya manusia, dalam pengertian ini agama diberlakukan
secara ketat. Pemberlakuan agama secara ketat seperti itu secara reflektif akan
menampilkan bentuk pemisahan yang signifikan antara agama normatif dan agama
historis, maka pada kenyataannya pemahaman semacam itu juga merangsang hadirnya
persoalan baru dalam kehidupan ber-Tuhan dan beragama pada umat manusia.
Pengkajian tentang agama secara reflektif sangat erat kaitannya dengan pemahaman akan
sejarah spiritualitas manusia. Filosofi semacam ini pun mempertegas bahwa agama dan
Tuhan adalah satu kesatuan. Hal mana dipertegas oleh Titus, Noland, Smith kenyataan
sejarah spiritualitas manusia dapat dibuktikan bahwa kehadiran agama pasti dimotori oleh
pengalaman atau dibarengi religiusitas yang ada dalam kehidupan manusia itu sendiri,
maka dapat diinterpretasikan bahwa keterkaitan agama dengan spiritulitas-religiusitas

5
adalah karena dihubungkan oleh adanya sesuatu yang dianggap “suci“ yaitu Tuhan
kemudian yang di dalamnya penuh dengan unsur kepercayaan14. Dengan kata lain
mengadanya spiritualitas-religiusitas pada diri manusia merupakan satu rangkaian dengan
keyakinan akan adanya Tuhan.

6
II. PEMBAHASAN
2.1 Makna Agama
Makna agama sendiri yaitu suatu ajaran an sistem yang mengatur tata keimanan/
kepercayaan dan peribadatan kepada tuhan yang maha kuasa, serta tata kaidah terkait
pergaulan antar manusia dan lingkungannya. Pendapat lain mengatakan arti agama adalah
suatu kepercayaan dan penyembahan terhadap kuasa dan kekuatan sesuatu yang luar biasa
diluar diri manusia. sesuatu yang luar biasa itu diartikan dalam beragam istilah, seperti
Tuhan, Yahweh, Elohim, Allah, Dewa, God, Syang-ti, dan lain sebagainya.
Adapun beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian agama itu sendiri, antara lain :
 Pitirim A. Sorokin
mendefinisikan agama sebagai seperangkat nilai yang dinyatakan dalam wujud
kepercayaan (credo) dan dalam bentuk ritual (cult). Hal ini diasosiasikan oleh perilaku
yang sesuai dengan norma-norma agama yang menyatukan anggota dalam kelompok
agama.
 Nasution
menyatakan bahwa agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi
manusia. Ikatan yang dimaksud berasal dari salah satu kekuatan yang lebih tinggi
daripada manusia sebagai kekuatan gaib yang tidak dapat ditangkap dengan panca indra,
namun mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari.
 Michel Meyer
berpendapat bahwa agama adalah sekumpulan kepercayaan dan pengajaran-pengajaran
yang mengarahkan kita dalam tingkah laku kita terhadap Allah SWT, terhadap sesama
manusia dan terhadap diri kita sendiri.
 Edward Burnett Tylor
mendefinisikan agama sebagai kepercayaan makhluk gaib dan menyatakan bahwa
keyakinan ini berasal sebagai penjelasan kepada dunia. Kepercayaan pada makhluk gaib
tumbuh dari upaya untuk menjelaskan kehidupan dan kematian. Orang-orang primitif
yang menggunakan mimpi manusia di mana roh-roh tampaknya muncul sebagai indikasi
bahwa pikiran manusia bisa ada independen dari tubuh.
 Sutan Takdir Alisyahbana
agama adalah suatu sistem kelakuan dan perhubungan manusia yang pokok pada
perhubungan manusia dengan rahasia kekuasaan dan kegaiban yang tiada terhingga
luasnya, dan dengan demikian memberi arti kepada hidupnya dan kepada alam semesta
yang mengelilinginya.

Fungsi dari agama:


1. Sumber pedoman hidup bagi individu maupun kelompok
2. Mengatur tata cara hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan
manusia.
3. Merupakan tuntutan tentang prinsip benar atau salah
4. Pedoman mengungkapkan rasa kebersamaan
5. Pedoman perasaan keyakinan
6. Pedoman keberadaan

7
7. Pengungkapan estetika (keindahan)
8. Pedoman rekreasi dan hiburan
9. Memberikan identitas kepada manusia sebagai umat dari suatu agama.

Unsur-unsur agama:
Menurut Leight, Keller dan Calhoun, agama terdiri dari beberapa unsur pokok:
1. Kepercayaan agama, yakni suatu prinsip yang dianggap benar tanpa ada keraguan
lagi
2. Simbol agama, yakni identitas agama yang dianut umatnya.
3. Praktik keagamaan, yakni hubungan vertikal antara manusia dan Tuhan-Nya, dan
hubungan horizontal atau hubungan antarumat beragama sesuai dengan ajaran
agama
4. Pengalaman keagamaan, yakni berbagai bentuk pengalaman keagamaan yang
dialami oleh penganut-penganut secara pribadi.
5. Umat beragama, yakni penganut masing-masing agama

Klasifikasi agama
Agama dapat diklsifikasikan menjadi beberapa macam, yaitu :
1. Agama Samawi atau agama wahyu (revealed religion),
Yaitu agama yang dipercayai diwahyukan Tuhan melalui malaikat-Nya kepada utusan-
Nya yang dipilih dari manusia. Agama samawi mempunyai ciri-ciri:
 Agama wahyu dapat dipastikan kelahirannya
 Disampaikan melalui utusan atau Rasul Allah yang bertugas menyampaikan dan
menjelaskan lebih lanjut wahyu yang diterimanya dengan berbagai cara dan dan
upaya
 Memiliki kitab suci yang keotentikannya bertahan tetap
 Ajaran nya serba tetap,tetapi tafsiran dan pandangannya dapat berubah dengan
perubahan akal.
 Konsep ketuhanannya monoteisme mutlak
 Sistem nilai ditentukan oleh Allah sendiri yang diselaraskan dengan ukuran dan
hakekat kemanusiaan.
 Melalui agama wahyu Allah memberi petunjuk, pedoman, tuntunan dan
peringatan kepada manusia dalam pembentukan insan kamil (sempurna) yang
bersih dari dosa.
2. Agama budaya (cultural religion)
Agama budaya (cultural religion)/ non wahyu disebut juga dengan agama bumi yang
artinya bersandar semata-mata kepada ajaran seorang manusia yang dianggap memiliki
pengetahuan tentang kehidupan dalam berbagai aspeknya secara mendalam.Ciri-cirinya
adalah:
 Agama budaya tidak dapat dipastikan kelahirannya
 Tidak disampaikan oleh utusan Tuhan (Rasul)
 Umumnya tidak memiliki kitab suci
 Ajarannya dapat berubah-ubah, sesuai dengan perubahan akal pikiran
penganutnya.

8
 Konsep ketuhanannya: dinamisme, animisme, politheisme, dan paling tinggi
adalahonotheisme nisbif.
 Nilai agama ditentukan oleh manusia sesuai dengan cita-cita, pengalaman dan
penghayatan masyarakat penganutnya
 Pembentukan manusia disandarkan pada pengalaman dan penghayatan
masyarakat penganutnya yang belum tentu diakui oleh masyarakat
lain.(Muhammad Baud Ali, 1997:72)
Perbedaan ke2 agama ini dikemukakan Al Masdoosi dalam Living Religious of the World
sebagai berikut:

1. Agama wahyu berpokok pada konsep keesaan Tuhan, sedangkan agama budaya
tidak demikian
2. Agama wahyu beriman kepada Nabi, sedangkan agama budaya tidak
3. Agama wahyu sumber utamanya adalah kitab suci yang diwahyukan, sedangkan
agama budaya kitab suci tidak penting
4. Semua agama wahyu lahir di Timur Tengah, sedangkan agama budaya lahir di luar
itu
5. Agama wahyu lahir di daerah-daerah yang berada di bawah pengaruh ras simetik
6. Agama wahyu memberikan arah yang jelas dan lengkap baik spiritual maupun
material,sedangkan agama budaya lebih menitik beratkan aspek spiritual saja.
7. Ajaran agama wahyu jelas dan tegas, sedangkan agama budaya kabur dan elastis

2.2 Mengapa Agama Penting


Mengapa agama penting bagi manusia? akan ada banyak jawaban atas pertanyaan
tersebut. Akan banyak teori yang keluar atas pertanyaan tersebut. Beberapa alasan
mengapa agama penting bagi manuisa antara lain adalah, manuisa membutuhkan
pedoman, fitrah manuisa, serta sarana membersihkan jiwa manusia.
Dalam menjalani kehidupan di dunia manusia membutuhkan pedoman untuk dapat
menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya. Pedoman tersebut menunjukan jalan
menuju tuhan yang benar. Seperti yang terkandung dalam surah As-Syura ayat 13 yang
berbunyi “ sehingga dadaku terasa sempit dan lidahku tidak lancar, maka utuslah Harun
(bersamaku)”. Agama juga menjelaskan mana yang benar dan yang salah , yang baik dan
buruk. Tanpa agama, manusia hanya mengikuti hawa nafsu, seperti yang terkandung
dalam surah Al-Maidah ayat 48 yang artinya “ dan kami telah menurunkan kitab (Al-
Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan
kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkaraa
mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan
mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat
diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki,
niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap
karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat
kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu
terhadap apa yang kamu perselisihkan”.

9
Agama juga menjaga fitrah manusia, karena memang pada dasarnya fitrah manusia
adalah memiiliki pedoman yaitu agama. Fitrah manusia membutuhkan agama
sebagaimana tubuh meremerlukan makan. Hal ini menandakan bahwasanya agama
adalah sesuatau yang fundamental yang diperlukan seorang manuisa agar fitrahnya tetap
terjaga sebagaimana manusia seharusnya. Agama yang benar akan menjaga fitrah
manusia dari syahwat hewani dan tipudaya setan, seperti yang terkandung dalam surah
Ar-Rum ayat 30 yang berbunyi “ maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
agamau (Islam);(sesuai) fitrah Allah, disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut
(fitrah) itu, tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (itulah) agama yang lurus, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui,”
Agama juga penting bagi manusia karena agama merupakan suatu kebutuhan bagi jiwa
manusia itu sendiri. Agama dapat membersihkan jiwa manusia dari segala bentuk
kekotoran yang disebabkan perjalanan hidup yang telah dilalui yang tak selalu dalam
keadaan baik. Agama membersihkan jiwa manuis dari sifat fujur (buruk) dan
membutuhkan sifat (takwa). Seperti yang tertuang dalamm surah Asy-Syams ayat ke- 7-
9 yang artinya “ demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya, maka dia mengilhamkan
kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaanya, sungguh beruntung orang yang
menyucikan (jiwa itu).

2.3 Manusia Dan Agama Secara Umum


Pada dasaarnya manuisa dan agama adaalaah keterkaitan antar kebutuhan. Dimana
manusia membutuhkan suatu ajaran penuntun dalam menjalani kehidupan di dunia.
Ajaran tersebut berupa aturan, hukum, anjuran, larangan , serta perintah yang harus ditaati
oleh setiap manusia. aturan, hukum, anjuran, larangan, serta perintah yang harus dijalani
ini dimensinya sangat banyak. Mulai dari dimensi negara, adat , kebudayaaan, hingga ke
nilai-nilai sosial masyarakat dalam lingkup yang kecil. Dimensi tersebut memiliki banyak
kekurangan dalam hal ajaaran, yang dimana aturan, hukum, larangan serta perintah yang
terkandung didalamnya tidak lengkap dan absolut melekat pada seseorang. Dengan kata
lain isi dari aturan, hukum, anjuran, larangan serta perintah didalamnya tidak lengkap dan
manusia membutuhkan sesuatu yang lengkap akan kebutuhanya, karena itu memang
suatu sifat dasar manusia.
Maka pada hakikatnya pengalaman religiusitas manusia mengisyaratkan pengertian
bahwa Tuhan dan agamalah yang patut diletakkan dalam titik pusaran penyelesaian setiap
persoalan kemanusiaan. Tentunya pandangan semacam ini bukanlah sesuatu yang
berlebihan, karena memang fakta historis menunjukkan pengakuan akan Tuhan dan
agama merupakan salah satu bentuk legitimasi yang paling mendasar dan efektif, yang
dapat memberi makna pada kehidupan manusia dan juga memberikan penjelasan yang
paling komprehensif tentang realitas, misalnya tentang kematian, penderitaan, tragedi
kemanusiaan, ketidak adilan, bencana alam dan sebagainya. Lebih jelasnya hal ini
dikemukakan oleh Peter bahwa Tuhan dan agama merupakan suatu kanopi sakral (sacred
canopi) dan dipercayai dapat melindungi seluruh rangkaian kehidupan umat manusia dari
kegelisahan, ketakutan dan chaos, atau suatu suasana, kondisi, situasi yang galau, gelisah
dan semua bentuk kehidupan lainnya yang tanpa arti.

10
Oleh karena itu bukan hanya sangat diperlukan tetapi harus ada upaya yang serius dalam
merekontruksi model Tuhan dan agama yang baru yang dapat diterima oleh semua orang,
karena agama benar-benar menawarkan suatu solusi yang dapat menumbangkan
perkembangan pemikiran dan kepercayaan sebelumnya yang dianggap jumud dan sempit.
Pada dasarnya dapat dikatakan bahwa pemahaman keagamaan sangat erat kaitannya
dengan karakteristik agama yang berkembang dalam kehidupan manusia pendukungnya,
apakah itu agama yang bersifat normatif atau agama yang bersifat historis. Pada dimensi
normatif yang ditonjolkan adalah pengakuan terhadap realitas transendental yang bersifat
mutlak dan universal, sedangkan pada dimensi historis, agama dikaitkan dengan ruang
dan waktu yang merangkai kesejarahan dan kehidupan umat manusia masa lampau. Pada
tataran filosofis kedua dimensi agama itu harus terangkai dalam kontek kehidupan sang
pemeluknya. Sebab secara kausalitas kehidupan manusia memang tidak mungkin
dilepaskan dari dua dimensi agama tersebut. Keterkaitan keduanya nampak ketika
manusia berhadapan dengan kehidupan sosial, manusia akan berusaha untuk melakukan
reaktualisasi normavitas agama dalam realitas kehidupan yang sedang ia hadapi yang
kemudian melahirkan historitas agama. Tegasnya ada keseimbangan antara normatif
transendental dengan historis imanental.
Secara historis memang tidak dapat disangkal bahwa semerawut-nya pandangan
mengenai Tuhan dan agama berawal dari sekitar abad ke-17. Semisal dengan munculnya
teologi naturalisme Barat modern yang perkembangannya hingga era kontemporer
dewasa ini. Substansi paham dalam teologi tersebut bahwa setelah Tuhan menciptakan
alam dengan segala isinya, maka Tuhan pergi jauh di luar alam atau Tuhan tidak ikut
campur lagi di dalam alam. Alam dan manusia bergerak dengan sendirinya dan semuanya
bersifat alamiah yang tanpa campur tangan dari kekuatan lainnya. Manusia dan alam tidak
lagi memerlukan Tuhan. Kehidupan praktis manusia tidak ada kaitannya dengan Tuhan,
agama, kesusilaan dan segala sesuatu yang bernuansa metafisik spiritual, (karakteristik
atheis praktis).
Seyyed Hossein Nasr secara lebih tegas mengemukakan bahwa ilmu pengetahuan yang
lahir dari tokoh-tokoh ilmuan deisme dan agnostik secara filosofis menyingkirkan Tuhan
dan agama, karena tidak percaya dengan asal muasal Tuhan alam semesta. Gagasan yang
menjadi dasar ilmu pengetahuan semacam itu sangat merusak makna spiritual dan
kesucian Tuhan serta makhluk-Nya. Kehadiran dan pengertian revolusi pada dasarnya
memiliki andil yang sangat besar dalam merusak kesadaran tentang kehadiran Tuhan
yang terus menerus sebagai Sang Pencipta dan Pemelihara makhluk kesemesta.
Ditambahkan pula bahwa pada abad ke-20 kritik terhadap teori evolusi Darwin telah
digulirkan secara keras, namun kaum ilmuan Barat tersebut (saintisme), terutama di
negara-negara Anglo-Saxon justru tetap menjadikan Darwin sebagai pahlawan besar,
sehingga kritik-kritik yang ada menjadi terabaikan bahkan tidak dihiraukan. Alasan
penolakan para ilmuan Barat tersebut karena evolusionisme adalah pandangan dunia, jika
pandangan dunia diruntuhkan, maka runtuh pula peradaban manusia dan pada akhirnya
manusia akan kembali menerima kebijakan Tuhan Sang Pencipta.
Maka dapat dipahami dengan jelas bahwa Tuhan dan agama dalam pandangan
masyarakat kontemporer tidak lebih dari hanya sebagai pencitraan kosong yang tanpa

11
makna. Seperti pandangan yang terdapat pada deisme, agnotisme, sekularisme, atheisme
dan saintisme. Semua isme-isme tersebut secara teoretis selalu berdebat tentang keber-
Tuhanan dan keber-agamaan, namun secara konkret dan dalam kehidupan praktis
eksistensi Tuhan dan agama dianggap sebagai hal yang tidak ada kaitannya bahkan
dianggap mengganggu ketentraman dan kebebasan hidup manusia. Postmodernisme yang
menganut paham relativitas (tidak ada yang mutlak dan pasti) secara historis faktual
merupakan penjelmaan dari seluruh pandangan tersebut di atas, dan secara esensial
semakin menjauhkan Tuhan dan agama dari kehidupan umat manusia.
Paradigma kehidupan keber-Tuhanan dan keberagamaan masyarakat kontemporer di atas
secara faktual telah merambah ke dalam masyarakat muslim. Masyarakat muslim pada
umumnya telah terkontaminasi atau terhegomoni oleh paham-paham yang penuh nafsu
dan kepalsuan. Pola hidup sekularisme yang atheis praktis sudah bukan lagi hal yang
asing, bahkan bagi sebagian umat Islam pola hidup semacam itu sudah dianggap lumrah,
keharusan dan kebanggaan. Persoalan spiritualitas-religiusitas bukan lagi merupakan
identitas dan hakikat diri manusia. Identitas dan hakikat diri manusia telah dialihkan pada
materialitas dan hedonisitas. Paradigma tersebut dapat diamati lewat berbagai peristiwa
yang terjadi di Indonesia misalnya. Menurut Faisal Ismail mulai dari tahun 1997 dan
seterusnya eskalasi kekerasan terjadi hampir di seluruh pelosok negeri, konflik komunal
dan sosial menampilkan wajah yang sangat menakutkan, kegalauan politik, hukum dan
tumbangnya keadilan, matinya rasa sosialitas dan lain sebagainya. Tampilan kehidupan
semacam itu mengindikasikan bahkan sebagai akaibat dari hilangnya spiritualitas dan
religiusitas. Mulyadhi Kartanegara menegaskan, telah banyak diakui bahwa manusia
sekarang mengalami krisis spiritual. Krisis spiritual itu sebagai akibat dari pengaruh
sekularisasi yang sudah cukup lama menerpa jiwa-jiwa manusia. Pengaruh pandangan
dunia dalam berbagai bentuknya, seperti natulaisme, materialisme, positivisme telah
memutuskan untuk mengambil pandangan sekuler. Mulyadhi menambahkan karena
pandangan sekuler hanya mementingkan kehidupan duniawi, maka segala aspek
spiritualitas disingkirkan. Bagi mereka yang menganut pandangan tersebut, tanpa tahu
dari mana manusia berasal dan kemana akan berakhir. Akibat serius dari kondisi ini
adalah kehilangan arah hidup, merasa asing dengan diri sendiri, dengan alam dan dengan
Tuhan pencipta kesemestaan.
Nasruddin Anshoriy menjelaskan, jika seorang manusia telah mengalahkan kehidupan
akhirat dan memenangkan kehidupan dunia (dalam segala aspek kehidupan hilangnya
nilai-nilai spiritualitas-religiusitas), maka jangan harap manusia tersebut akan
mempunyai akhlak mulia. Dalam batinnya pasti akan diliputi oleh ambisi yang pada
giliran berikutnya akan menumbuhkan benih-benih penyakit kufur, dengki dan penyakit
materialistis, dan kemudian akan jauh dari percikan cahaya Allah. Dengan demikian dapat
ditegaskan kembali bahwa paradigma kehidupan sekularisme, atheis praktis yang
materialistik secara esensial dan faktual tidak hanya terjadi pada masyarakat Barat
kontemporer, tetapi juga telah merambah keseantero dunia, tidak terkecuali di dunia
Islam atau masyarakat muslim. Hal ini disadari atau tidak, diakui atau tidak tampilan
kehidupan manusia muslim kini sudah sukar untuk melihat perbedaannya, spesifik dalam
hal keber-Tuhanan dan keber-agamaan.

12
2.4 Manusia Dan Agama Dalam Islam
Islam adalah agama yang paling diridhai oleh Allah Subhanahuwata’ala, begitulah kira-
kira. Ketika manusia membutuhkan suatu ajaran, tuntunan dalam menjaalani kehidupan
di dunia karena dengan segala keterbatasanya sebagai mahkluk, maka agama adalah
jawaban yang paling tepat. Lalu muncul lagi pertanyaan, agama seperti apa yang harus
dianut ajarannya, ada banyak bahkan ribuan agama/ajaran spiritual di dunia ini. Kita
sebagai umat muslim wajib ,mengimani semua ayat al-qur’an, salah satunya yang
terkandung dalam surah Ali-Imran ayat 19 yang artinya “ sesungguhnya agama yang
diridhai di sisi Allah hanyalah Islam...”. dari sana harus kita imani dan syukuri sebagai
umat muslim bahwasanya kita telah dalam jalur yang benar.
Sebelum jauh membahas mengenai kenapa manusia perlu beragama, ada satu pertanyaan
sedehana namun sangat penting untuk dicari jawabanya, yaitu mengapa manusia
diciptakan? Allah subhanahuwata’ala tidak menciptakan manuisa sia-sia dan tanpa
tujuan. Dibalik penciptaan manusia ada banyak tujuan didalamnya. Dalam surah Al-
Mu’minun ayat 155 dikatakan “Apakah mereka bahwasanya kami menciptakan mereka
main-main saja dan mereka tidak akan dikembalikan kepada kami?”. Dalam menjalani
kehidupan di dunia manusia diciptakan semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah
Subhanahuwata’ala. Dalam surah Adz-Dzariyat ayat 56-58 dikatakan bahwa “Dan
tidaklah kami ciptakan Jin dan Manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku. Aku
tidak menginginkan dari mereka rizki tidak juga meminta pemberian makan.
Sesungguhnya Allah ialah Maha Pemberi Rizki yang Memiliki Kekuatan yang
Sempurna”. Maka jelas bahwasanya manusia diciptakan dan menjalani kehidupan di
dunia memiliki alasan dan tujuan.
Karena manusia diciptakan dengan tujuan, mka dalam menjalankan kehidupan di dunia
ini manuisa juga memerlukan visi dan misi dalam hidup, agar tujuan hidup itu sendiri
dapat tercapai selaras dengan proses yang baik pula. Didalam surah At-Taubah: ayat 72
dikatakan “Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan
mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya,
dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn. Dan keridhaan Allah adalah
lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar”. dengan begitu visi manusia dalam
menjalanihidupnya adalah meraih kebahagian, tetapi tidak banyak manusia tidak
mengetahui apa sumber kebahagiaan bagi mereka. Sumber kebahagiaan yang sejati ialah
tak lain hanya ridha Allah semata kepada hamba-Nya. Kebahagiaaan yang akan
didapatkan dari itu ialah kebaikan (hasanah) di dunia dan di akhirat serta keselamatan dari
siksa neraka. Seperti yang tertuang dalam surah Al-Baqarah ayat 201 yang berbunyi “
Dan diantara mereka ada yang berdo’a. “ya tuhan kami, berilah kami kkebaikan di dunia
dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka”. Sebegitu pentingnya lah
akan visi manusia dalam menjalani hidupnya, hingga Al-Qur’an sendiri memberi
petunjuk bagi manusia itu sendiri.
Setelah manusia itu sendiri mengetahui dan menyadari visi dalam menjalani hidupnya,
maka barang tentu diperlukan juga misi manuia untuk menjalani kehidupan agar terjadi
keselarasan antara visi dan cara mencapai visi tersebut. Diantara misinya antara lain, yaitu

13
 Beribadah
Manusia disciptakan untuk beribadah dengan cara menaati aturan yang telah ditetapkan
oelh Allah Subhanahuwata’ala. Seperti yang dikatakan dalam Qur’an surah Az-Zariyat
ayat 56 yang berbunyi “Aku tidak menciptakan jin dan manuia, melainkan agar mereka
beribadah kepada-Ku”. Serta mereka yang tidak mau beribadahkepada-Nya akan hidup
sengsara di dunia dan di akhirat, seperti yang dikatakan dalam suurah Toha ayat 124 yang
berbunyi “ Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia kan
menjalani kehidupan yang sempit, dan kami akan mngumpulkanya pada hari kiamat
dalam keadaan buta. Dari kedua ayat tersebut jelas dapat kita pahami bahwasanya kita
selaku manusia harus menaati segala aturan-Nya dan jelas pula ancman terhadap
pelanggaran terebut, yang diamana balasanya di dunia dan di akhirat.
 Khalifah
Di bumi, manusia dititipi peran untuk menjadi khalifah yang bertugas untuk menjaga dan
memakmurkan bumi. Seperti yang terkandung dalam surah Hud ayat 61 yang artinya “
dan kepada kaum samud (kami utus) saudara mereka, Saleh. Dia berkata “wahai kaumku,
sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi
(tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya, karena itulah mohon ampunan kepada-Nya,
kemudian bertobatlah kepada-Nya, sesungguhnya tuhanku sangat dekat (rahmatnya) dan
memperkenankan (do’a hambanya)”. Juga untuk mencegah perbuatan fasad di dunia,
seperti yang tertuangdalam surah Al-Araf ayat 74 yang berbunyi “ Dan ingatlah ketika
Dia menjadikanmu khalifah khalifah setelah kaum ‘Ad dan menempatkan kamu di bumi.
Ditempat yang datar kamu dirikan istana-istana dan vukit-bukit kamu pahat menjadi
rumah-rumah. Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu membuat
kerusakan di bumi”. Serta misi kita untuk menegakkan hukum Allah, seperti yang
tertuang dalam Qur’an surah Sad ayat 26 yang berbunyi “ (Allah berfirman), “wahai
Daud! Sesungguhnya engkau aku jadikan khalifah (penguasa) di bumi, maka berilah
keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa
nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah . sungguh orang-orang yang
sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari
perhitungan”.
Untuk menjalankan visi dan misi dalam hidup, maka manusia memerlukan beberapa hal
untuk mendukungnya, antara lain :
 Pedoman
Pedoman yang dimaksud tak lain adakah Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai bimbingan
untuk pribadi, seperti yang terkandung dalam surah Al-Isra ayat 9 yang artinya “ Apakah
engkau mengira bahwa orang yang mendiami gua, dan (yang mempunyai) Raqim itu,
termasuk tanda-tanda (kebesaran) kami yang menakjubkan. Selain untuk pedoman
pribadi juga untuk pedoman keluarga, seperti yang tertuang dalam surah At-Tahrim ayat
1 yang berbunyi “ahai nabi! Mengapa engkau mengharamkan apa yang dihalalkan Allah
bagimu? Engkau ingin menyenangkan hati istri-istrimu? Dan Allah maha pengampun,
maha penyayang. Juga pedoman bagi masyarakat luas seperti yang tertuang dalam surah

14
Ali-Imran ayat 110 yang berbunyi “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang
dilahirkan untuk manuisa, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman,
tentulah itu lebih baik bagi mereka. Diantara mereka ada yang beriman, namun
kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.
 Teladan
Dalam menjalankan visi misi kehidupan, kita barang tentu akan sangat membutuhkan
teladan yang dapat dijadikan contoh dalam menjalani kehidupan agar dapat berjalan
dengan baik da selaras dengan visi serta misi hidup kita. Teladan yang dimaksud disini,
bagi umat muslim aadalah tak lain Nabi Muhammad Sallallahua’laihi wasalam dan para
sahabatnya. Karena merekalah manusia terbaik yang pernah ada dan telahh memberikan
banyak contoh atau teladan bagi kehhidupan umat manusia hingga saat ini. Seperti yang
tertuang dalam surah Al-Aahzab ayat 21 yang berbunyi “ Sungguh, telah ada pada (diri)
Rosulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.
 Kawan
Kawan merupakan orang-orang yang berada disekitar kita juga sangat diperlukan untuk
mencapai visi dan misi manusia. Bagaimanapun orang-orang yang berada disekitar kita
adalah orang-orang yang mewarnai sifat, sikap dan perjalanan hidup kita. Unruk itu
diperlukan kawan atau lingkungan pergaulan yang baik pula. Seperti yang tertuang dalam
surah At-Taubah ayat ke-71 yang berbunyi “Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan
perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka
menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan salat,
menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rosul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh
Allah. Sunggguh, Allah maha perkasa, maha bijaksana”.
 Bekal
Bekal juga diperlukan untuk menjalankan visi misi manusia dalam menjalani kehidupan
di dunia. Dengan bekal berarti kita telah mempersiapkan segala sesuatu untuk apa yang
akan kita hadapi dikemudian hari yang telah sebagaimana kita yakini, yaitu akhirat. Bekal
disini turunnya barang tentu segala sesuatu yang diberikan oleh Allah semata selama di
dunia. Dimana bekal atau berbagai nikmat yang Allah berikan selama di dunia ini dapat
dijadikan wasilah mencapai syurga-Nya selaras dengan visi dan misi yang telah dijalani.
Seperti yang terkandung dalam surah Al-jasiyah ayat ke-13 yang berbunyi “ Dan Dia
yang menundukan apa yang ada di langit dan dan apa yang ada di bumi untukmu
semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. Sungguh dalam hal demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir”.
Perlu disadari juga bahwasanya dalam menjalani kehidupan di dunia ini, manusia
memiliki musuh yang selalu berusaha menyesatkan kita agar terjerumus kedalam hal
yang buruk. Musuh manusia yang perlu kita sadari ini (Iblis) telah bersumpah dihadapan
Allah sejak diusir dari syurga-Nya. Yang diabadikan dalam Al-Qur’an surah Al-Araf ayat
ke 16-17 yang berbunyi “ (iblis) menjawab, “karena engkau telah menyesatkan aku, pasti

15
aku akan menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian, aku pasti akan
mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri merka. Dan
engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” Dari sana dapat diketahui
dengan jelas bahwasanya Iblis yang telah berjanji akan menyesatkan manusia dari depan,
belakang, kanan, dan kiri manuisa hingga manuisa itu sendiri sesat.
Mereka yang telah mengikuti segala bujuk rayu iblis yang menyesatkan dari kalangan jin
dan manusia disebut syaitan, mereka membuat tipu daya untuk menyestakn manusia.
seperti yang terkandung dalam surah Al-An’am ayat 112 yang berbunyi “Dan
demikianlah untuk setiap nabi kami menjadikan musuh yang terdiri dari setan-setan
manuisa dan jin, sebagian mereka membisikan kepada sebagian yang lain perkataan yang
indah sebaggai tipuan. Dan kalau tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak akan
melakukanhya, maka biarkanlah mereka bersama apa (kebohongan) yang mereka ada-
adakan”. Dari sini dapat diketahui bahwasanya bentuk ajakan bisikan yang menyesatkan
itu terdapat perkataan yang indah sebagi tipuan, sehingga banyak dari manusia yang
terjerumus atas kesesatan tersebut.
Maka kita perlu berwspada terhadap mereka dan jadikanlah mereka sebagai musuh!
Seperti yang tertuang dalam surah Fatir ayat ke-6 yang berbunyi “sungguh, setan itu
musuh bagimu, maka perlakukanlah mereka sebagai musuh, karena sesungguhnya setan
itu hanya mengajak golonganya agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-
nyala”. Jelas dari sana bahwasanya setan yang merupaan musuh manusia harus kkita
perlakukan mereka (setan) sebagaimana musuh yang harus dihindari dan dilawan agar
tidaak terjerumus dan menjadi bagian dari golonganya.
2.5 Ragam Sikap Manusia Terhadap Agama
Manusia dengan segalaa pemikiran dan peradaban yang sangat luas, serta memilii
pandangan yang sangat beragam terhadap sesuatu menyebabkan banyak sikap manusia
terhadap suatu hal tertentu, termasuk agama. Agama yang menjadi suatu hal yang
fundamental ini memiliki banyak sikap yang telah ditunjukan oleh manusia kepadanya.
Ragam sikap manusia terhadap agama ini barang tentu adalah suatu paham atau isme
yang terus berkembang ditenagh-tengah kehidupan manusia. semua ragam sikap berupa
paham dan isme yang telah lahir ini memiliki masing-masing pengikut ataau penganut
paham itu sendiri, berikut beberapa ragam manusia terhadap agama.
 Atheis
Atheis iniadalah sebuah pandangan filosofi yang tidak mempercayai eksistensi Tuhan dan
meolak teisme serta kepercayaan secara umum. Istilah atheisme ini berasal dari bahasa
Yunani Atheos yang secara peyoratif yang menunjukan kepada siapapun yang
kepercayaanya bertentangan dengan agama/ kepercayaan yang ada.
Atheis atau menafikan keberadaan adanya tuhan dan agama adalahh salah satu sikap
manuisa terhadap agama yang cukup populer. Pasalnya tak sedikit manusia yang menjadi
penganutnya, bahkan dibeberapa wilayah, Atheis adalah suatu hal yang wajar bahkan
harus. Salah satu ciri dari Atheis ini adalah mengingkari kehidupan akhirat. Padahal
dalam Al-Qur’an itu sendiri telah disebutkan manusia yang semacam ini. Tertuang dalam

16
surah Al-An’am ayat 29 yang berbunyi “Dan tentu mereka akan mengatakan (pula),
“hidup hanyalah di dunia ini, dan kita tidak akan dibangkitkan.” Dan dalam surah Al-
Mu’minun ayat ke-37 yang artinya “(kehidupan itu) tidak lain hanyalah kehidupan kita
di dunia ini, (disanalah) kita mati dan hidup dan tidak akan dibangkitkan (lagi)”. Dari
kedua ayat tersebut dengan jelas bahwasanya Al-Qur’an sendiri telah menyebutkan
bahwasanya ada sekelompok manusia yang menafikan kehidupan setelah di dunia ini
yaitu kehidupan akhirat.
Ciri yang kedua dari seorang yang Atheis adalah meyakini bahwa hidup dan mati hanya
ditentukan oleh waktu dan menafikan kuasa Allah akan hal ini. Disebutkan dalam Al-
Qur’an Surah Al-Jatsiyah ayat ke-24 yang artinya “Dan mereka berkata, “ kehidupan ini
tidak lain hanyalah kehidupan di Dunia saja, kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang
membinasakan kita selain masa.” Tetapi mereka tidak mempunyai ilmu tentang itu,
mereka hanya menduga-duga saja”. Sangat jelas bahwa orang-orang yang dimaksud
disini yang berkata hidup hanya binasa oleh waktu adalah hanya menduga-duga saja
karena tidak mempunyai ilmu tentang itu. Allah membantah mereka dan memintai bukti
jika ada yang menciptakan dan mematikan selain Allah. Disebutkan dalam surah Al-aqiah
ayat ke-57-60 yang artinya “kami telah menciptakan kamu, mengapa kamu tidak
membenarkan (hari berbangkit)? Maka adakah kamu perhatikan, tentang (benih manusia)
yang kamu pancarkan. Kamukah yang menciptakanya? Kami telah menentukan kematian
masing-masing kamu dan kami tidak lemah”.
Orang yang bersikap atheis terhadap agama juga mengingkari wahyu dan
menganggapnya hanya karangan manusia semata, mereka menganggap bahwa wahyu
dari Allah adalah hanyalah bualan belaka. Sikap yang seperti ini telah disebutkan dalam
Al-Qur’an surah An-Nahl ayat ke-103 yang berbunyi “Dan sesungguhnya kami telah
mengetahui bahwa mereka berkata “sesungguhnya Al-Qur’an itu hanya diajarkan oleh
seorang manusia kepadanya (Muhammad).” Bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa
Muhammad belajar) kepadanya adalah bahasa ‘Ajam, padahal ini (Al-Qur’an) adalah
dalam bahasa Arab yang jelas.
Dalam menghadapi orang dengan sikap atheis terhadap agama, maka kita yang
mengiamani agama Allah jangan menghiraukan perkataan mereka, karena sudah sangat
jelas semua perkataan/ terori atheis mereka salah dan sangat berlawanan dengan
keyakinan kita sebagaimana dijelaskan diawal. Dikatakan dalam surah Al-Araf ayat 180
yang artinya “dan Allah memiliki asmaul husna (nama-nama yang terbaik), bermohonlah
kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang
menyalah artikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa
yang telah mereka kerjakan”. Sudah jelas menurut ayat ini bahwasanya kita perlu untuk
meninggalkan orang-orang Atheis serta menyebut dan bermohon hanya kepada Allah,
karena perbuatan mereka (orang atheis) kelak akan mendapat balasan dari Allah.
 Musyrik
Selain atheis, sikap manusia terhadap agama juga ada yang musyrik yaitu menyembah
tuhan selain Allah Subhanahuwata’ala. Sikap musyrik ini memang dari mereka yang
beragama atau meyakini adanya tuhan, namun agama atau tuhan yang mereka sembah

17
adalah selain Allah Subhanahuwata’ala. Sehingga jelas juga bahwasanya sikap ini salah
secara aqidah bagi umat muslim.
Diantara ciri-ciri orang musyrik yang paling populer adalah mereka menyembah berhala,
mereka menganggap tuhan tidak mungkin hanya satu, seperti yang tertuang dalam surah
Shad ayat 4-6 yang artinya “Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang
pemberi peringatan (Rosul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir itu berkata,
“orang ini adalah penyihir yang banyak berdusta.” Apakah dia menjadikan tuhan-tuhan
itu tuhan yang satu saja? Sungguh, ini benar-benar sesuatu yang sangat mengherankan.
Lalu pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata), “pergilah kamu dan tetaplah
(menyembah) tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dihendaki.”.
mereka mengira bahwa berhala menyalamatkan mereka, seperti yang tertuang dalam
surah Yunus ayat ke-18 yang artinya “Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang
tidak dapat mendayatangkan bencana kepada mereka dan tidak (pula) memberi manfaat,
dan mereka berkata, “mereka itu adalah pemberi syafaat kami dihadapan Allah.”
Katakanlah, “apakah kamu akan memberitahu kepada Allah sesuatu yang tidak diketahui-
Nya apa yang di langit dan tidak (pula) yang di bumi? Mahasuci Allah dan maha tinggi
Dari apa yang dipersekutukan itu.
Bani israil pernah meminta kepada nabi Musa alaihisalam untuk mengikuti ajaran kaum
musyrik, tertuang dalam surah Al-Araf ayat ke 138 yang artinya “Dan kami selamatkan
bani Israil menyebrangi laut itu (bagian utara dari laut merah), ketika mereka sampai
kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala, mereka (bani Israil) berkata “wahai
Musa! Bautlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempuunyai
beberapa tuhan (berhala).” (Musa) menjawab, “sungguh, kamu orang-orang yang bodoh”.
Orang Nasrani dan Yahudi mengikuti ajaran Musyrik dengan menagngkat para nabi
sebagai anak Tuhan, seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an surah At-Taubah ayat ke-
30 yang artinya “ Dan orang-orang Yahudi berkata, “Uzair putra Allah,” dan orang-orang
Nasrani berkata “Al-Masih putra Allah.” Itulah ucapan yang keluar dari mulut mereka.
Mereka meniru ucapan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah melaknat mereka;
bagaimana mereka sampai berpaling?” orang Nasrani dan Yahudi yang mengikuti ajaran
musyrik ini juga disebabkan ulah pemuka agama yang menyelewengkan ajaran para nabi,
seperti yang disebutkan dalam surah At-Taubah ayat ke-31 yang artinya “mereka
menjadikan orang-orang alim (Yahudi) dan rahib-rahibnya (Nasrani) sebagi tuhan selain
Allah. Dan (juga) Al-Masih putra Maryam; padalah mereka hanya disuruh menyembah
Tuhan yang maha esa; tidak ada tuhan selain Dia. Mahasuci dia dari apa yang mereka
persekutukan.
Orang-orang musyrik atau yang menyekutukan Allah ini tidak akan mendapat petunjuk,
seperti yang disebutkan dalamm surah Al-Muminun ayat 117 yang berbunyi “Dan
barangsiapa yang menyembah tuhan yang lain selain Allah, padahal tidak ada suatu bukti
pun baginya tentang itu, maka perhitunganya hanya pada tuhannya. Sungguh orang-orang
kafir itu tidak akan beruntung”. Hidup nya orang musyrik juga akan hina, seperti yang
disebutkan dalam surah Al-Isra ayat 22 yang artinya “janganlah engkau mengadakan
tuhan disamping Allah, nanti engkau menjadi tercela dan terhina”. Dan yang paling
mengerikan adalah akan dilemparkanya mereka kedalam neraka, seperti yang disebutkan

18
dalam surah Qaf ayat ke-26 yang artinya “yang menyekutukan Allah dengan tuhan lain,
maka lemparkanlah dia kedalam azab yang keras.”
 Pluralis
Pluralis disini yang dimaksud adalah sikap seseorang terhadap agama yang menyatakan
bahwa semua agama benar. Hal ini tentu saja tidak akan pernah sejlan dengan keyakinan
kita sebagai umat muslim yang menganggap bahwasanya Islam adalah satu-satunya
agama yang benar, karena ini adalah agama Allah. Dan bukankah kita memilih agama
Islam karena kita yakin bahwa hanya agama ini yang benar sehingga tidak bisa
menyatakan bahwa semua agama adalah benar. Pembenaran tentang semua gama ini
sangatlah sering terjadi dikalangan masyrakat modern luas yang menganggap
bahwasanya semua agama mengajarkan kepada kebaikan dan juga didorong dengan sikap
acuhnya akan pembenaran agama, sehingga menganggap semua agama benar adalahh
sesuatu yang biasa. Padahal ini tentu tidak sejalan dengan aqidah kita sebagai umaat
muslim.
Sikap pluralis ini menganggap bahwa semua agama menyembah Tuhan yang sama.
Padahal Allah Subhanahuwata’ala telah mengkafirkan mereka yang menuhankan nabi Isa
alaihisalam, seperti yang tertuang dalam surah Al-Maidah ayat ke-17 yang berbunyi
“sungguh, telah kafir orang yang berkata “sesungguhnya Allah itu adalah Al-Masih putra
Maryam”. Katakanlah (Muhammad) ,”siapakah yang dapat menghalang-halangi
kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al-Masih putra Maryam beserta ibunya
dan seluruh (manusia) yang berada di bumi?” dan milik Allah-lah kerajaan langit dan
bumi dan apa yang ada diantara keduanya. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki.
Dan Allah maha kuasa atas segala sesuatu.” Mereka yang tak menyembah Allah tak lain
adalah mereka yang mengikuti ajaran kaum kafir, seperti yang disebutkan dalam surah
At-Taubah ayat ke-30 yang artinya “Dan orang-orang Yahudi berkata “Uzair putra Allah
” dan orang-orang nasrani berkata “Al-Masih putra Allah”. Itulah ucapan yang keluar dari
mulut mereka, mereka meniru ucapan oorang-orang kafir yang terdahulu. Allah melaknat
mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?”.
Ciri orang dengan sikap pluralis ini juga ditunjukan dengan menganggap bahwa siapa
yang meyakini adanya Tuhan dan berbuat baik pada sesama maka akan selamat walaupun
tdak beragama Islam. Hal ini juga sangat tidak sejalan dengan konsep dasar dalam
bergama, khususnya agama Islam. Diamana Allah tidak menerima agama selain Islam,
seperti yang tertuang dalam surah Ali-Imran ayat 19 yang artinya “Sesungguhnya agama
disisi Allah adalah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi kitab kecuali
setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian diantara mereka, barangsiapa
ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitunganya.
Meski begitu, mereka yang beruntung dan mendapat hidayah ialah yang mengikuti nabi
yang ummy (nabi Muhammad Salallalu’alaihi wasalam), seperti yang tertuang dalam
surah Al-Araf ayat 157-158 yang berbunyi “(yaitu) orang-orang yang mengikuti Rosul,
Nabi yang Ummy (tidak bisa baca tulis) yang (namanya) mereka dapati tertulis didalam
Taurat dan Injil yang ada pada mereka, yang menyuruh mereka berbuat yang makruf dan
mencegah dari yang mungkar, dan yang menghalalkan segala yang baik bagi mereka dan

19
mengharamkan segala yang buruk bagi mereka, dan memmbebaskan beban-beban dan
belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Adapun orang-orang yang beriman
kepadanya, memuliakanya, menolongnya, dan mengikuti cahaya yang terang yang
diturunkan kepadanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Katakanlah (Muhammad), wahai manuisa! Sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu
semua, yang memiliki kerajaan di langit dan di bumi; tidak ada tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlahh kamu
kepada Allah dan Rosulnya, (yaitu) nabi yang ummy yang beriman kepada Allah dan
kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) ikutilah dia, agar kamu mendapat
petunjuk”.
Mereka yang tidak mengikuti jalan orang-orang yang beriman diancam dengan neraka
jahanam, seperti yang disebutkan dalam surah An-Nisa ayat 115 yang artinya “dan
barangsiapa yang menentang rosul (Muhammad) setelah jelas kebenaran baginya, dan
mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan dia dalam kesesatan
yang telah dilakukanya itu dan akan kami masukan dia kedalam neraka jahanam, dan itu
seburuk-buruk tempat kembali”.
 Sekuler
Sekuler ini termasuk kedalam sikap seseorang terhadap agama yang diamana
memisahkan antara agama dan kehidupan. Mereka meyakini dan menjalankan sebagian
agama yang mereka sukai, tetapi meninggalkan ajaran lainya yang mereka tidak sukai.
Mereka memperjual belikan ayat—ayat Allah hanya untuk kepentingan mereka saja. Ciri-
ciri orang seperti ini telah dijelaskan didalam surah Al-Baqarah ayat 85-86 yang artinya
“kemudian, kamu ( Bani Israil) membunuh dirimu (sesamamu) dan mengusir segolongan
dari kamu dari kampung halamanya. Kamu saling membantu (menghadapi) mereka
dalam kejahatan dan permusuhan. Dan jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan,
kamu tebus mereka, padahal kamu dilarang mengusir mereka. Apakah kamu beriman
kepada sebagian kitab (Taurat) dan ingkar kepada sebagian (yang lain)? Maka tidak ada
balasan (yang pantas) bagi orang-orang yang berbuat demikian diantara kamu selain
kenistaan dalam kehidupan dunia dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada
azab yang paling berat. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan. Mereka
itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat. Maka
tidak akan diringankan azabnya dan mereka tidak akan ditolong.
Diantara ciri-ciri lain orang sekuler adalah meragukan hukum-hukum Allah sehingga
ragu untuk melaksanakan ajaran-Nya secara menyeluruh, padahal sebelumnya telah
menyatakan keimanan dan ketaatan kepada Allah dan Rosul-Nya. Seperti yang tertuang
dalam surah An-Nur ayat 47-50 yang artinya “Dan mereka (orang-orang munaik) berkata,
“kami telah beriman kepada Allah dan Rosul (Muhammad), dan kami telah menaati
keduanya.” Kemudian sebagian dari mereka berpaling setelah itu. Mereka itu bukanlah
orang-orang beriman. Dan apabila mereka diajak kepada Allah dan Rosul-Nya, agar
(Rosul) memutuskan perkara diantara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak
(untuk datang). Apakah (ketidak hadiran mereka karena) dalam hati mereka ada penyakit,
atau (karena) mereka ragu-ragu ataukah (karena) takut kalau-kalau Allah dan Rosul-Nya

20
zalim kepada mereka? Sebenarnya, mereka itulah orang-orang zalim”. Sikap ini
berkebalikan dengan sikap orang-orang yang beriman, seperti yang dijelaskan dalam
surah An-Nur ayat 51-52 yang artinya “Hanya ucapan orang-orang mukmin , yang apabila
mereka diajak kepada Allah dan Rosul-Nya agar Rosul memutuskan (perkara) diantara
mereka, mereka berkata, “kami mendengar, dan kami taat.” Dan mereka itulah orang-
orang yang beruntung. Dan barang siapa taat kepada Allah dan Rosul-Nya dan takut
kepada Allah dan bertaqwa kepada-Nya , mereka itulah orang-orang yang mendapat
kemenangan”.
Sikap sekuler ini juga bertentangan dengan perintah kita untuk menjalankan Islam secara
total, seperti yang dijelaskan dalam surah Al-Baqarah ayat ke-208 yang artinya “Wahai
orang-orang yang beriman! Masuklah kedalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah
kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu”. Serta kita
tidak boleh memilah-milah sebagian ajaran saja, seperti yang dijelasskan dalam surah Al-
Ahzab ayat ke-36 yang artinya “ Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan
perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rosul-Nya telah menetapkan suatu
ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka, Dan
barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rosul-Nya, maka sungguh, dia telaah tersesat,
dengan kesesatan yang nyata. Selain itu, kita juga dilarang mengikuti hawa nafsu orang-
orang yang tidak beriman, seperti yang dijelaskan dalam surah Al-Maidah ayat ke-49
yang artinya “Dan hendaklah engkau memutuskan perkara diantara mereka menurut apa
yang diturunka Alllah dan janganlah engkau mengikuti kengininan mereka. Dan
waspadalah terhadap mereka, jangan sampai mereka memperdayakan engkau terhadap
sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling(dari hukum
yang diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah berkehendak
menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa mereka. Dan sungguh,
kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik”.
 Mukmin
Mukmin adalah sikap mentauhidkan Allah dalam Ibadah. Mukmin disini ialah orang-
orang yang beriman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab yang diturunkan kepada Rosul
dan tidak membedak-bedakan para Rosul dengan mengimani keseluruhanya. Hal ini
sejalan dengan yang dijelaskan oleh firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat ke-285
yang artinya “Rosul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-
Qur’an) daru Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman
kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitab-Nya, dan rosul-rosul-Nya. (Merke
berkata) “kami tidak membeda-bedakan seseorangpun dari Rosul-Rosul-Nya”. Dan
mereka berkata “kami dengar dan kami taat”. Ampunilah kami, ya tuhan kami, dan
kepada-Mu tempat (kami) kembali”.
Orang mukmin ialah orang-orang yang kuat keimanannya dan tidak ada keraguan
didalam hatinya, lalu berjihad dengan harta dan jiwanya dijalan Allah. Hal ini juga
dijelaskan dalam surah Al-hujurat ayat ke-15 yang artinya “sesungguhnya orang-orang
muknin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rosul-Nya,
kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya

21
ddijalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar”. Ayat ini cukup jelas mengatakan
bahwasanya orang-orang mukmin yang sebenar-benarnya mukmin ialah mereka yang
benar-benar beiman dan tidak ada kerguan atas imanya. Dengan kataa laain ia telah pasrah
seluruhnya kepada ajaran Islam.
Orang-orang beriman itu bergetar hati mereka ketika disebut nama Allah, bertambah
keimananya saat dibacakaan ayat-ayat Al-Qur’an, bertawakal kepada Allah dalam setiap
urusan. Serta mereka yang mendirikan shalat dan zakat dan sedekah, seperti yang
dikatakan dalam surah Al-Anfal ayat ke-2-4 yang artinya “Sesungguhnya orang-orang
yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan
apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya
kepada tuhan mereka bertawakal, (yaitu) orang-orang yang melaksanakan shalat dan yang
menginfakkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka. Mereka itulah
orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka akan memperoleh derajat (tingg) disisi
tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia.

22
III. PENUTUP
Ada beberapa hal yang dapat ditarik kesimpulan dari makalah tentang “Manusia dan
Agama” ini, anatara lain adalah bahwasanya agama sendiri yaitu suatu ajaran an sistem
yang mengatur tata keimanan/ kepercayaan dan peribadatan kepada tuhan yang maha
kuasa, serta tata kaidah terkait pergaulan antar manusia dan lingkungannya. Pendapat lain
mengatakan arti agama adalah suatu kepercayaan dan penyembahan terhadap kuasa dan
kekuatan sesuatu yang luar biasa diluar diri manusia. sesuatu yang luar biasa itu diartikan
dalam beragam istilah, seperti Tuhan, Yahweh, Elohim, Allah, Dewa, God, Syang-ti, dan
lain sebagainya.
Mengapa agama penting bagi kehidupan manusia (dunia)? Dalam menjalani kehidupan
di dunia manusia membutuhkan pedoman untuk dapat menjalani kehidupan dengan
sebaik-baiknya. Pedoman tersebut menunjukan jalan menuju tuhan yang benar. Agama
juga menjaga fitrah manusia, karena memang pada dasarnya fitrah manusia adalah
memiiliki pedoman yaitu agama. Fitrah manusia membutuhkan agama sebagaimana
tubuh meremerlukan makan. Hal ini menandakan bahwasanya agama adalah sesuatau
yang fundamental yang diperlukan seorang manuisa agar fitrahnya tetap terjaga
sebagaimana manusia seharusnya.
Pada dasaarnya manuisa dan agama adaalaah keterkaitan antar kebutuhan. Dimana
manusia membutuhkan suatu ajaran penuntun dalam menjalani kehidupan di dunia.
Ajaran tersebut berupa aturan, hukum, anjuran, larangan , serta perintah yang harus ditaati
oleh setiap manusia. aturan, hukum, anjuran, larangan, serta perintah yang harus dijalani
ini dimensinya sangat banyak. Mulai dari dimensi negara, adat , kebudayaaan, hingga ke
nilai-nilai sosial masyarakat dalam lingkup yang kecil. Maka pada hakikatnya
pengalaman religiusitas manusia mengisyaratkan pengertian bahwa Tuhan dan agamalah
yang patut diletakkan dalam titik pusaran penyelesaian setiap persoalan kemanusiaan.
Tentunya pandangan semacam ini bukanlah sesuatu yang berlebihan, karena memang
fakta historis menunjukkan pengakuan akan Tuhan dan agama merupakan salah satu
bentuk legitimasi yang paling mendasar dan efektif, yang dapat memberi makna pada
kehidupan manusia dan juga memberikan penjelasan yang paling komprehensif tentang
realitas, misalnya tentang kematian, penderitaan, tragedi kemanusiaan, ketidak adilan,
bencana alam dan sebagainya.
Islam adalah agama yang paling diridhai oleh Allah Subhanahuwata’ala, begitulah kira-
kira. Ketika manusia membutuhkan suatu ajaran, tuntunan dalam menjaalani kehidupan
di dunia karena dengan segala keterbatasanya sebagai mahkluk, maka agama adalah
jawaban yang paling tepat. Lalu muncul lagi pertanyaan, agama seperti apa yang harus
dianut ajarannya, ada banyak bahkan ribuan agama/ajaran spiritual di dunia ini. Di dunia
ini ada beberapa sikap atau pandangan seseorang terhadap agaama itu sendiri, yaitu
Atheis, Musyrik, Pluralis, Sekuler, dan Mukmin. Yang dimana sudah jelas bagi kita umat
muslim, menjadi seorang mukmin adalah hal yang absolut menjadi sikap atau pandangan
kita terhadap Agama.

23
IV. DAFTAR PUSTAKA
Ainiyah,Nur. 2013. Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam.
Universitas Negeri Semarang Jawa Tengah. Volume.13 Nomor 1 hal 25-38.
Yusuf, Himyari. 2012. Eksistensi Tuhan dan Agama Dalam Persfektif Masyarakat
Kontemporer. IAIN Raden Intan Lampung. Volume.6, Nomor 2.
Bauto,Laode Monto, Persfektif Agama dan Kebudayaan Dalam Kehidupan Mayrakat
Indonesia (Suatu Tinjauan Sosiologi Agama). FISIP Universitas Haluoleo Kendari.
Volume. 23, No.2
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-agama.html. (diakses pada 1
februari 2021)
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-agama/#:~:text=Pengertian (diakses pada
1 februari 2021)
Ateisme - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas (diakses pada 12 feb 2021)

24

Anda mungkin juga menyukai