Anda di halaman 1dari 1

NAMA : SITI ANNISHA ROSADI

NIM : 19.2800.070
PRODI : Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah
DOSEN PENGAMPU : Hj. ST. NURHAYATI, Dr._M.Hum.

ILMU AKHLAK
KONSEP MA’RIFAT IMAM AL-GHAZALI

Makrifat, menurut al-Gazali berarti ilmu yang tidak menerima keraguan (  ‫العلم الذى ال‬
‫ )يقبل الشك‬yaitu ”pengetahuan” yang  mantap dan mapan, yang tak tergoyahkan oleh siapapun
dan apapun, karena ia adalah pengetahuan yang telah mencapai tingkat haqq al-yaqin.

Dari definisi di atas, dapat dikatakan bahwa obyek makrifat dalam ajaran tasawuf al-Gazali
tidak hanya terbatas pada pengenalan tentang Tuhan, tetapi juga mencakup pengenalan
tentang segala hukum-hukum-Nya yang terdapat pada semua makhluk.

Lebih jauh, dapat pula diartikan bahwa orang yang telah mencapai tingkat makrifat (al-‘arif)
mampu mengenal hukum-hukum Allah atau sunnah-Nya yang hanya tampak pada orang-
orang tertentu–para ’arifin–. Karena itu, adanya peristiwa-peristiwa “luar biasa”, seperti
karamah, kasyf dan lain-lain yang dialami oleh orang-orang sufi, sebenarnya, tidaklah keluar
dari sunnah Allah dalam arti yang luas, karena mereka mampu menjangkau sunnah-Nya yang
tak dapat dilihat atau dijangkau oleh orang-orang biasa.

Karena itu, dapat dikatakan, bahwa obyek makrifat dalam pandangan al-Gazali mencakup
pengenalan terhadap hakikat dari segala realitas yang ada. Meskipun demikian, pada
kenyataannya, al-Gazali lebih banyak membahas atau mengajarkan tentang cara seseorang
memperoleh pengetahuan tentang Tuhan, yang memang tujuan utama dari setiap ajaran sufi.

Dengan demikian, al-Gazali mendefinisikan makrifat dengan. (‫)النظ ر الى وج ه هللا تع الى‬
(memandang kepada wajah Allah ta’a)[1]sebagai jalan untuk mengenal Allah. Secara jelas al-
Ghazali menguraikan ma’rifat sufi sehingga teori tentang ma’rifat dapat dipandang sebgagai
teori lengkap dan komperhensif dibanding dengan teori sufi sebelumnya[2]

Perbedaan al-Ghazali dengan para sufi sebelumnya adalah karena dia telah menjadikan tasauf
sebagai jalan mengenal Allah bahkan segala sesuatu dalam arti yang hakiki. Sebagaimana
para sufi sebelumnya, al-Ghazalipun memandang ma’rifat sebagai tujuan akhir yang harus
dicapai manusia, yang sekaligus merupakan kesempurnaan tertinggi yang didalamnya
terkandung kebahagiaan yang hakiki.

Tetapi apa yang disebut al-Ghazali dalam konsep ma’rifah sedikit berdeda atau merupakan
pengembangan dari konsep para sufi sebelumnya. Ia tidak hanya membicarakan pengenalan
langsung akan Allah sebagaimana sufi sebelumnya, tetapi termasuk juga semua pengenalan
langsung terhadap alam semesta ini.

Menurut al-Ghazali sarana ma’rifat seorang sufi adalah qalbu, bukan perasaan dan bukan
pula akal budi. Dalam konsep ini, qalbu bukanlah segumpal daging yang terletak pada bagian
kiri dada manusia, tetapi ia merupakan semacam “radar” dan sebagai daya rohaniah
ketuhanan.

Anda mungkin juga menyukai