Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

AN. C DENGAN DIAGNOSA MEDIS VULVUS MORSUM


DI PUSKESMAS LETUWARU

DI SUSUN OLEH :

Nama : Rachel Mailao


Nim : P07120318055

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
PRODI KEPERAWATN MSOHI
TAHUN 2020 / 2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN ANAK
PADA KLIEN AN. C DENGAN DIAGNOSA MEDIS VULVUS MORSUM
DI PUSKESMAS LETUWARU

DI SUSUN OLEH :

NAMA : Rachel Mailao


NIM : P07120318055

Menɡesahkan,

CI. Lahan CI. Institusi

(………………………………..) (………………………………...)
NIP. NIP.
LAPORAN PENDAHULUAN VULNUS MORSUM

A. KONSEP MEDIS
1.  Pengertian
Luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh yang terjadi
akibat kekerasan (Mansjoer, 2000)
Jejak gigit (Bite Mark) dapat berupa luka lecet tekan berbentuk garis
lengkung terputus-putus hematoma tau luka robek dengan tepi rata, luka
gigitan umumnya masih baik strukturnya sampai 3 jam pasca trauma, setelah
itu dapat beruba bentuk akibat elastisitas kulit (Mansjoer,2000)
Vulnus morsum merupakan luka yang tercabik-cabik yang dapat berupa
memar yang disebabkan oleh gigitan binatang atau manusia (Morison
J,2003)

2. Etiologi
Gigitan ular berbisa dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Famili Elipadae, terdiri dari :
 Najabungarus (King Cobra), berwarna coklat hijau dan
terdapat di  Sumatra dan Jawa
 Najatripudrat sputatrix (Cobra Hitam, ular sendok)
panjangnya sekitar 1,5 meter terdapat di Sumatra dan di
Jawa
 Najabungarus Candida (Ular sendok berkaca mata) sangat
berbahaya dan terdapat di India
b. Famili Viperidae, terdiri dari :
 Ancistrodon rodostom (Ular tanah)
 Lacheis Graninius (Ular hijau pohon)
 Micrurus Fulvius (Ular batu koral)
c. Famili Hydrophydae
Gigitan Anjing, virus rabies yang bersifat neurotropik dan
menyebabkan ensefalitis virus serta infeksi melalui saliva dan
gigitan anjing, kucing, rubah, srigala, kelelawar yang menderita
rabies

3. Manifestasi Klinik
1. Ular
Keluhan dan gejala tergantung pada jenis ular :
a. Pada gigitan ular family elapidae keluhan dan gejala berupa nyeri,
edema, pitosis, sengau, kelumpuhan lidah dan faring, mual,
muntah, salivasi, hematuri, melena, kelumpuhan leher dan
kelumpuhan  anggota gerak serta pernafasan
b.  Gigitan ular family viperdae, keluhan dan gejalanya berupa nyeri,
ekimosis, gagal ginjal akut, sputum bercampur darah
c.  Gigitan ular hydrophydae, keluhan dan gejala berupa nyeri,
kekakuan otot, nyeri pada otot sampai pada 1 jam setelah gigitan,
kelumpuhan otot, oftalmoplegi, disfagia, mioglobinuri (3 sampai 6
jam setelah gigitan)

Klasifikasi keracunan akibat gigitan ular berbisa :


 Derajat 0
tanda-tanda tidak keracunan, hanya ada bekas taring dan gigitan
ular, nyeri minimal dan terdapat edema dan eritema kurang dari 1
inci dalam 12 jam, pada umumnya gejala sistemik yang lain tidak
ada
 Derajat 1
keracunan minimal, terdapat bekas taring dan gigitan, terasa
sangat nyeri dan edema serta eritema seluas 1-5 inci dalam 12
jam, tidak ada gejala sistemik
 Derajat 2
Terjadi keracunan tingkat sedang terdapat bekas taring dan
gigitan, terasa sangat nyeri dan edema serta eritemayang terjadi
meluas antara 6-12 inci dalam 12 jam. Kadang- kadang dijumpai
gejala sistemik seperti mual, gejalaneurotoksi, syok, pembesaran
kelenjar getah beningregional
 Derajat 3
gejala keracunan yang hebat, bekas taring dan gigitan, terasa
sangat nyeri, edema dan eritema yang terjadi luasnya lebih dari 12
inci dalam 12 jam. Juga terdapat gejala sistemik seperti hipotensi,
petekhiae, dan ekimosis serta syok
 Derajat 4
keracunan sangat berat, terdapat bekas taring dan gigitan yang
multiple, terdapat edema dan lokal pada bagian distal ekstremitas
dan gejala sistemik berupa gagal ginjal, koma sputum berdarah

2. Gigitan Anjing
Terdiri dari  beberapa stadium :
 Stadium Prodromal
Pada stadium ini gejalanya tidak spesifik, nyeri kepala, demam
yang kemudian diikuti dengan anoreksia, mual muntah, malaise,
kulit hipersensitif, serak dan pembesaran kelenjar limfe regional
 Perangsangan Akut (Agitasi), stadium ini ditandai adanya
kecemasan, berkeringat, gelisah oleh suara atau cahaya terang,
salvias, insomnia, nervouseness, spasme otot kerongkongan,
tercekik, sukar menelan cairan atau ludah, hidrofobia, kejang-
kejang, kaku
  Masa Kelumpuhan, terjadi akibat kerusakan sel saraf, penderita
menjadi kebingungan, sering kejang-kejang, inkontinensiaurin,
stupor, koma, kelumpuhan otot-otot dan kematian.

4. Patofisilogi
terjadi apabila ada suatu trauma yang mengenai tubuh yang bisa disebabkan
oleh traumatis/mekanis, perubahan suha, zat kimia, ledakan, serangan listrik,
dan gigitan hewan atau binatang. Vulmus yang terjadi dapat menimbulkan
beberapa tanda dan gejala seperti bengkak, krepitasi, shock, nyeri, dan
deformitas atau bisa juga menimbulkan kondisi yang lebih serius. Tanda dan
gejala yang timbul tergantung pada penyebab dan tipe vulmus

5. Pemeriksaan Diagnostik
1. Gigitan Ular
a.pemeriksaan darah dapat dijumpai hipoprototrombinemia,
trombositopenia, hipofibrinogenemia dan anemia

b.Pada foto rontgen thoraks dapat dijumpai emboli paru dan atau edema
paru
2. Gigitan anjing.
a.pada manusia ditegakkan dengan tes antibodi netraslisasi rabies yang
positif danDiagnosis pada hewan ditegakkan dengan pemeriksaan otak
secara otopsi. 

b.Pada otopsi otak akan ditemukan badan inklusivirus (Negri’s bodies)


didalam sel saraf

6. Penatalaksanan
a. Gigitan ular
Cegah penyebaran bisa dari daerah gigitan
- Pasang tourniquet didaerah proksimal daerah gigitan atau
pembengkakan untuk membendung sebagian aliran limfe dan vena
- Letakkan daerah gigitan lebih rendah dari tubuh
- Boleh diberikan kompres es local
- Usahakan penderita setenang mungkin, bisa diberikan petidine 50
mg im untuk menghilangkan nyeri

Perawatan luka
- Hindari kontak luka dengan larutan asam KmnO4, yodium, atau benda
panas
- Zat anestetik disuntikkan disekitar luka, jangan kedalam luka bila perlu
pengeluaran dibantu dengan penghisapan melalui breast pump

1 Bila mungkin berikan suntikkan anti bisa (antivenin) dengan dosis 4-5
ampul dewasa, anak-anak dengan dosis yang lebih besar  (2-3 kali)
2 Perbaikan sirkulasi.
 Kopi pahit pekat

 Kafein Na benzoate 0,5 g/iv

 Bila perlu diberikan vasokonstriktor, misal epedrin 10-25 mg dalam


500-100 ml cairan/drip
3 Obat lain
 ATS 1500-3000 ui
 Toksoid tetanus 1ml
 Antibiotik

b. Gigitan  anjing
1 dengan sabun dan air berulang-ulang
2 Irigasi dengan larutan betadine, bila perlu lakukan debridement
3 Jangan melakukan anestesi infiltrasi local tetapi anestesi
dengan cara blok atau umum
4 Balut luka secara longgar dan observasi luka 2 kali sehari
5 Berikan ATS atau HTIG
6 Bila luka gigitan berat berikan suntikkan infiltrasi serum anti
rabies disekitar luka

7. Komplikasi
1.gejala sistemik berupa gagal ginnjal, syok dan koma dan bisa
menyebabkan kematian
2. Gigitan anjing, kerusakan sel syaraf, kelumpuhan otot-otot serta kematian
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap yang sistematis dalam pengumpulan data
tentang individu, keluarga, dan kelompok (Carpenito dan Moyet 2007, dalam
Haryanto 2008). Pengkajian harus dilakukan secara komperhensif terkait dengan
aspek biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual.

2. Diagnose keperawatan
diagnosa perawat adalah merupakan suatu bagian integral dari proses
keperawatan. Hal ini merupakan suatu komponen dari langkah-langkah analisa,
dimana perawat mengidentifikasi respon-respon individu terhadap masalah-
masalah kesehatan yang aktual dan potensial

3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah suatu proses di dalam pemecahan
masalah yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan
dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari
semua tindakan keperawatan (Dermawan, 2012).

4. Pelaksanaan
Pelaksanaan atau Implementasi keperawatan adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatuskesehatan yang baik yang menggambarkan
kriteria hasil yang diharapkan.

5. Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai
tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Aziz (2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.Salemba Medika : Jakarta

Brunner and suddarth. 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Volume
1. Jakarta : EGC

Cecily. L. Betz (2002). Buku Saku Keperawatan pediatrik. Edisi 3. Jakarta : ECG

Corwin. J. Elizabeth (2001). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Doenges. Marilynn E. 2000. Rencana asuhan keperawatan pedoman untuk perencanaan


dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta : EGC

Halloway. Brenda. 2003. Rujukan Cepat Keperawatan Klinis. EGC : Jakarta

Purwandianto.Agus. 1979. Kedaruratan Medik Pedoman Penatalaksanaan praktis edisi


3. PT Bina Rupa Aksara: Jakarta

Sumiardi. 1995. Bedah Minor. Hipocrates: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai