Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN

HIPERTIROIDISME

Dosen Pengajar : Metrys Ndama, SST, M. Kes

Di susun oleh:
Kelompok I
Santika Pebriani Lakita PO7120319025
Ristiani PO7120319017
Sity Aisyah PO7120319026
Nur Safitri PO7120319063
Fadhilah PO7120319009
Fara PO7120319020
Khusnul Khatima PO7120319008
Ahmad Z Ismail PO7120319036
Intan Purnama Sari PO7120319044
Kinanty Dwi Pratiwi PO7120319043
Tiara Putri PO7120319074
Wanda PO7120319058
Enjelia Muaya PO7120319072
A.A Thessia Dwi Agustina PO7120319029
Dicky Renaldi PO7120319024
Candra Budi Setiawan PO7120319015

POLITEKNIK KESEHATAN KEENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI
DIV KEPERAWATAN
KATA PENGANTAR

Puji sykur kehadirat Tuhan yang maha Esa karena berkat rahmat serta hidayahnya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Hipertiroidisme”.Makalah ini kami susun dengan maksud memberikan pengetahuan
mengenai Hpotiroidisme
Kami berharap makalah ini dapat memberikan pengaruh yang baik untuk
pembaca.Kami menyadarai bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi
penyempurnaan dan perbaikan makalah.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................1
B. Tujuan..............................................................................................................................1
C. Rumusan Masalah............................................................................................................2
D. Metode Penulisan.............................................................................................................2
E. Sistematika Penulisan......................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................4
TINJAUAN TEORI....................................................................................................................4
A. Pengertian........................................................................................................................4
B. Etiologi.............................................................................................................................4
D. Pathway............................................................................................................................7
E. Gejala-Gejala Klinis.........................................................................................................9
F. Pemeriksaan Diagnosis..................................................................................................10
G. Penatalaksanaan.............................................................................................................10
H. Komplikasi.....................................................................................................................12
BAB III.....................................................................................................................................13
ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................................................13
A. Pengkajian......................................................................................................................13
B. Diagnosa Keperawatan..................................................................................................15
C. Intervensi dan Rasional..................................................................................................15
BAB IV.....................................................................................................................................28
PENUTUP.................................................................................................................................28
A. Kesimpulan....................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid secara
berlebihan, biasanya karena kelenjar terlalu aktif. Kondisi ini menyebabkan beberapa perubahan baik
secara mental maupun fisik seseorang, yang disebut dengan thyrotoxicosis (Bararah, 2009). Hipertiroid
adalah gangguan yang terjadi ketika kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid lebih dari yang
dibutuhkan tubuh. Hal ini kadang-kadang disebut tirotoksikosis, istilah untuk hormon tiroid terlalu banyak
dalam darah. Sekitar 1 persen dari penduduk AS memiliki hyperthyroidism. Perempuan lebih mungkin
mengembangkan hipertiroidisme daripada pria.
Di Amerika Serikat, penyakit Graves adalah bentuk paling umum dari hipertiroid. Sekitar 60-80%
kasus tirotoksikosis akibat penyakit Graves. Kejadian tahunan penyakit Graves ditemukan menjadi 0,5
kasus per 1000 orang selama periode 20-tahun, dengan terjadinya puncak pada orang berusia 20-40 tahun.
Gondok multinodular (15-20% dari tirotoksikosis) lebih banyak terjadi di daerah defisiensi yodium.
Kebanyakan orang di Amerika Serikat menerima yodium cukup, dan kejadian gondok multinodular
kurang dari kejadian di wilayah dunia dengan defisiensi yodium. Adenoma toksik merupakan penyebab 3-
5% kasus tirotoksikosis (Lee, et.al., 2011).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Hipertiroid ?
2. Apa penyebab Hipertiroid ?
3. Bagaimana patofisiologi dari Hipertiroid ?
4. Bagaimana pathway dari hipertiroid ?
5. Apa saja tanda dan gejala dari Hipertiroid ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang/diagnostic dari Hipertiroid ?
7. Apa saja penatalaksanaan medis dari Hipertiroid ?
8. Apa saja komplikasi dari Hipertiroid ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien Hipertiroid ?
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Hipertiroidisme (hipersekresi hormon tiroid) adalah peningkatan produksi dan sekresi hormon
tiroid oleh kelenjar tiroid. (Marry:2009). Hipertiroidisme adalah keadaan dimana terjadi peningkatan
hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Tirotoksikrosis merupakan istilah yang digunakan dalam
manifestasi klinkis yang terjadi ketika jaringan tubuh distimulasi oleh peningkatan hormone tiroid
(Tarwoto,dkk.2012). Angka kejadian pada hipertiroid lebih banyak pada wanita dengan perbandingan 4:1
dan pada usia antara 20-40 tahun (Black,2009). Hipertiroidisme adalah Suatu sindrom yang disebabkan
oleh peninggian produsi hormon tiroid yang disebabkan antara lain karena autoimun pada penyakit graves,
hiperplasia, genetik, neoplastik atau karena penyakit sistemik akut. Faktor pencetusnya adalah keadaan
yang menegangkan seperti operasi, infeksi, trauma, penyakit akut kardiovaskuler ( P.K Sint
Carolus:1995).

B. Etiologi
Menurut Tarwoto,dkk (2012) penyebab hipertiroid diantaranya adenoma hipofisis, penyakit graves,
modul tiroid, tiroiditis, konsumsi banyak yodium dan pengobatan hipotiroid.
1. Adenoma hipofisis
Penyakit ini merupakan tumor jinak kelenjar hipofisis dan jarang terjadi.
2. Penyakit graves
Penyakit graves atau toksi goiter diffuse merupakan penyakit yang disebabkan karena autoimun, yaitu
dengan terbentuknya antibody yang disebut thyroid-stimulatin immunoglobulin (TSI) yang melekati
sel-sel tiroid. TSI merinu tindakan TSH dan merangasang tiroid untuk membuat hormon tiroid terlalu
banyak. Penyakit ini dicirikan adanya hipertiroidisme, pembesaran kelenjar tiroid atau (goiter) dan
eksoftalmus (mata yang melotot).

3. Tiroditis
Tiroditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya disebabkan oleh bakteri seperti
streptococcus pyogenes, staphycoccus aureus dan pnemucoccus pneumonia. Reaksi peradangan ini
menimbulkan pembesaran pada kelenjar tiroid, kerusakan sel dan peningkatan jumlah hormon tiroid.
Tiroditis dikelompokan menjadi tiroiditis subakut, tiroiditis posetpartum, dan tiroiditis tersembunyi.
Pada tiroiditis subakut terjadi pembesaran kelenjar tiroid dan biasanya hilang dengan sendirinya
setelah beberapa bulan. Tiroiditis pesetpartum terjadi sekitar 8% wanita setelah beberapa bulan
melahirkan. Penyebabnya diyakini karena autoimun. Seperti halnya dengan tiroiditis subakut, tiroiditis
wanita dengan posetpartum sering mengalami hipotiroidisme sebelum kelenjar tiroid benar-benar
sembuh. Tiroiditis tersembunyi juga disebabkan juga karna autoimun dan pasien tidak mengeluh nyeri,
tetapi mungkin juga terjadi pembesaran kelenjar. Tiroiditis tersembunyi juga dapat mengakibatkan
tiroiditis permanen.
4. Konsumsi yodium yang berlebihan, yang mengakibatkan peningkatan sistesis hormon tiroid.
5. Terapi hipertiroid, pemberian obat obatan hipotiroid untuk menstimulasi sekresi hormon tiroid.
Penggunaan yang tidak tepat menimbulkan kelebihan jumlah hormon tiroid.

C. Patofisiologi
Pasien dengan hipertiroid menunjukan adanya sekresi hormon tiroid yang lebih banyak, pernah
berbagai faktor penyebab yang tidak dapat dikontrol melalui mekanisme normal. Peningkatan hormon
tiroid menyebabkan peningkatan metabolisme rate, meningkatnya aktivitas saraf simpatis. Peningkatan
metabolisme rate menyebabnya peningkatan produksi panas tubuh sehingga pasien mengeluarkan banyak
keringat dan penurunan toleransi terhadap panas. Laju metabolisme yang meningkat menimbulkan
peningkatan kebutuhan metabolik, sehingga berat badan pasien akan berkurang karena membakar
cadangan energi yang tersedia. Keadaan ini menimbulkan degradasi simpanan karbohidrat, lemak dan
protein sehingga cadangan protein otot juga berkurang.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat terjadi pada sistem kardiovaskuler yaitu dengan
menstimulasi peningkatan reseptor beta adrenergik, sehingga denyut nadi lebih cepat, peningkatan kardiak
output, stroke volume, aliran darah perifer serta respon adenergik lainnya. Peningkatan hormon tiroid juga
berpengaruh terhadap sekresi dan metabolisme hipothalamus, hipofisis dalam mensekresi hormon gonad,
sehingga pada individu yang belum pubertas mengakibatkan keterlambatan dalam fungsi seksual,
sedangkan pada usia dewasa mengakibatkan penurunan libido, infertile dan menstruasi tidak teratur.
(Tarwoto,dkk.2012).
D. Pathway

Nodul
Penyakit Graves (Antibody reseptor TSH merangsang aktivitas
Tiroiditis tiroid toksik
tiroid)

Sekresi hormon tiroid


yang berlebihan

Hipertiroidise

Hipermetabolisme meningkat
Aktivitas simpatik Gerakan kelopak
berlebihan mata relative lambat
terhadap bola mata

Berat Badan Ketidakseimban Perubahan


konduksi listrik Infiltrasi limfosit, sel
g an energy
jantung
dengan mast ke jaringan
kebutuhan orbital dan otot
Kurang Perubahan Beban kerja mata
informasi nutrisi kurang jantung
Kelelahan
dari meningkat
Eksoftalmus
kebutuhan

Resiko penurunan
curah jantung
E. Gejala-Gejala Klinis
Menurut Tarwoto,dkk (2012) gejala-gejala klinis hipertiroid berikut ini:
1. Sistem kardiovaskuler
Meningkatkan heart rate, stroke volume, kardiak oputput, peningkatan kebutuhan oksigen otot
jantung, peningkatan vaskuler perifer resisten, tekanan darah sistole dan diastole meningkat 10-
15mmhg, palpitasi, disritmia, kemungkinan gagal jantung, edema.
2. Sistem pernafasan
Pernafasan cepat, bernafas pendek, penurunan kapasitas paru.
3. Sistem perkemihan
Retensi cairan, menurunnya otot urine.
4. Sistem gastrointestinal
Meningkatnya peristaltik usus, peningkatan nafsu makan, penurunan berat badan, diare, peningkatan
penggunaan cadangan adifose dan protein, penurunan serum lipid, peningkatan sekresi
gastrointestinal, hiponatremia, muntah, dan keram abdomen.
5. Sistem muskuloskeletal
Keseimbangan protein negatif, kelemahan otot, kelelahan,
6. Sistem integumen
Berkeringat yang berlebihan, kulit lembab, merah, hangat, tidak toleransi panas, kedaan rambut lurus,
lembut, halus dan mungkin terjadi kerontokan rambut.
7. Sistem endokrin
Sistem endokrin biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
8. Sistem saraf
gugup, gelisah, emosi tidak stabil; seperti kecemasan, curiga, tegang dan emosional.
9. Sistem reproduksi
Amenorahea, anovulasi, mens tidak teratur, menurunya libido, impoten.
10. Eksoftalmus
Eksoftalmus yaitu keadaan dimana bolamata menonjol kedepan seperti mau keluar. Eksoftalmus
terjadi karena adanya penimbunan karbohidrat kompleks yang menahan air dibelakang mata. Retensi
cairan ini mendorong bola mata kedepan sehingga bola mata nampak menonjol keluar rongga orbita.
Pada keadaan ini dapat terjadi kesulitan dalam menutup mata secara sempurna sehingga mata menjadi
kering, iritasi atau kelainan kornea.
F. Pemeriksaan Diagnosis
1. Pemeriksaaan laboratorium
a) Serum T3,terjadi peningkatan (N:70-250 ng/dl atau 1,2-3,4 SI unit)
b) Serum T4,tehrjadi peningkatan (N:4-12 mcg/dl atau 51-154 SI unit)
c) In deks T4 bebas,meningkat (N:0,8-2,4 ng/dl atau 10-31 SI unit)
d) T3RU meningkat (N:24-34%)
e) TRH stimulation test,menurun atau tidak ada respon TSH
f) Tiroid antibodi antiglobulin antibodi (TSH-Rab), terjadi peningkatan pada penyakit graves
2. Test penunjang lainnya
a) CT Scan tiroid
Mengetahui posisi,ukuran dan fungsi kelenjar tiroid. Iodine radioaktif (RAI) diberikan secara oral
kemudian diukur pengambilan iodine oleh kelenjar tiroid.normalnya tiroid akan mengambil iodine
5-35% dari dosis yang diberikan setelah 24 jam.pada pasien Hipertiroid akan meningkat.
b) USG,untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid apakah massa atau nodule.
c) ECG untuk menilai kerja jantung,mengetahui adanya takhikardia,atrial fibrilasi dan perubahan
gelombang P dan T
(Tarwoto,dkk.2012)

G. Penatalaksanaan
Menurut Tarwoto,dkk (2012) tujuan pengobatan adalah untuk membawa tingkat hormon tiroid
keadaan normal,sehingga mencegah komplikasi jangka panjang,dan mengurangi gejala tidak nyaman.tidak
bekerja pengobatan tunggal untuk semua orang.Tiga pilihan pemberian obat-obatan, terapi radioiod, dan
pembedahan

1. Obat-obatan antitiroid
a) Propylthiouracil (PTU),merupakan obat antihipertiroid pilihan, tetapi mempunyai efek samping
agranulocitosis sehingga sebelum di berikan harus dicek sel darah putihnya. PTU tersedia
dalam bentuk tablet 50 dan 100 mg.
b) Methimozole (Tapazole), bekerja dengan cara memblok reaksi hormon tiroid dalam tubuh.obat
ini mempunyai efek samping agranulositosis,nyeri kepala,mual
muntah,diare,jaundisce,ultikaria.obat ini tersedia dalam bentuk tablet 3 dan 20 mg.
c) Adrenargik bloker,seperti propanolol dapat diberikan untuk mengkontrol aktifitas saraf
simpatetik.
d) Pada pasien graves yang pertama kali diberikan OAT dosis tinggi PTU 300-600mg/hari atau
methimazole 40-45mg/hari.

2. Radioiod Terapi
Radio aktif iodin-131, iodium radio aktif secara bertahap akan melakukan sel-sel yang
membentuk kelenjar tiroid namun tidak akan menghentikan produksi hormon tiroid.

3. Bedah Tiroid
Pembedahan dan pengangkatan total atau parsial (tiroidektomy). Operasi efektif dilakukan
pada pasien dengan penyakit graves. Efek samping yang mungkin terjadi pada pembedahan adalah
gangguan suara dan kelumpuhan saraf kelenjar tiroid.

4. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan tinggi kalori dan tinggi protein, 3000-4000 kalori.
H. Komplikasi
Menurut Tarwoto,dkk (2012)
1. Eksoftalmus, keadaan dimana bola mata pasien menonjol benjol keluar, hal ini disebabkan karena
penumpukkan cairan pada rongga orbita bagian belakang bola mata. Biasanya terjadi pasien dengan
penyakit graves.
2. Penyakit Jantung, terutama kardioditis dan gagal jantung.
3. Stromatiroid (tirotoksikosis), pada periode akut pasien mengalami demam tinggi, takikardia berat,
derilium, dehidrasi, dan iritabilitas ekstrim. Keadaan ini merupakan keadaan emergency sehingga
penganganan lebih khusus. Faktor presipitasi yang berhubungan dengan tiroksikosis adalah
hipertiroidisme yang tidak terdiagnosis dan tidak tertangani, infeksi, ablasitiroid, pembedahan, trauma,
miokardiak infark, overdosis obat. Penanganan pasien dengan stromatiroid adalah dengan menghambat
produksi hormon tiroid, menghambat konfersi T4 menjadi T3 dan menghambat efek hormon terhadap
jaringan tubuh. Obat-obatan yang diberikan untuk menghambat kerja hormon tersebut diantaranya
sodium ioded intravena, glococorticoid, dexamethasone, dan propylthiouracil oral. Beta-blockers
diberikan untuk menurunkan efek stimulasi saraf simpatik dan takikardia.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan hipertiroid Tarwoto,dkk. (2012) ialah
sebagai berikut :
1. Data Demografi
Data demografi yang penting di kaji adalah usia dan jenis kelamin, karena merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap hipertiroid
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat keluarga dengan faktor genetik, penyakit tiroid dan kanker
b. Riwayat kesehatan sekarang : riwayat penyakit tiroid yang dialami, riwayat pengobatan dengan
radiasi dileher, adanya tumor, adanya riwayat trauma kepala, infeksi, riwayat penggunaaan
obat-obatan seperti thionamide, lithium, amiodarone, interferon alfa.
c. Riwayat sosial ekonomi : kemampuan memelihara kesehatan, konsumsi dan pola makan, porsi
makan.
3. Keluhan Utama
a. Kaji yang berhubungan dengan hipermetabolisme
 Penurunan berat badan
 Peningkatan suhu tubuh
 Kelelahan
 Makan dengan porsi banyak atau sering
b. Kaji yang berhubungan dengan aktivitas
 Cepat lelah
 Intoleransi aktivitas
 Tremor
 Insomnia
c. Kaji yang berhubungan dengan gangguan persarafan
 Iritabilitas
 Emosi tidak stabil seperti cemas atau mudah tersinggung

d. Kaji yang berhubungan dengan gangguan penglihatan


 Gangguan tajam penglihatan
 Pandangan ganda
e. Kaji yang berhubungan dengan gangguan seksual
 Amenorrhea, menstruasi tidak teratur
 Menurunnya infertile, resiko aborsi spontan
 Menurunnya libido
 Menurunnya perkembangan fungsi seksual
 Impoten
f. Kaji yang berhubungan dengan gangguan graves
 Eksoftalmus
 Pembesaran kelenjar tiroid
4. Pengkajian psikososial
Pasien dengan hipertiroid biasanya menampakkan suasana hati yang tidak stabil, penurunan
terhadap perhatian dan menunjukkan perilaku maniak. Sering juga didapatka gangguan tidur.
5. Pemeriksaan fisik
a. Observasi dan pemeriksaan kelenjar tiroid
Palpasi kelenjar tiroid dan kaji adanya massa atau pembesaran. Observasi ukuran dan
kesimetrisan pada goiter pembesaran dapat terjadi empat kali dari ukuran normal.
b. Optalmopathy (penampilan dan fungsi mata yang tidak normal)
Pada hipertiroid sering ditemukan adanya retraksi kelopak mata dan penonjolan kelopak mata.
Pada tiroksikosis kelopak mata mengalami kegagalan untuk turun ketika klien melihat
kebawah.
c. Observasi adanya bola mata yang menonjolkarena edema pada otot ektraokuler dan
peningkatan jaringan dibawah mata. Penekanan pada saraf mata dapat mengakibatkan
kerusakan pandangan seperti penglihata ganda, tajam penglihatan. Adanya iritasi mata karena
kesulitan menutup mata secara sempurna perlu dilakukan pengkajian.

d. Pemeriksaan jantung
Komplikasi yang sering timbul pada hipertiroid adalah gangguan jantung seperti kardioditis
dan gagal jantung, oleh karenanya pemeriksaan jantung perlu dilakukan seperti tekanan darah,
takikardia, distritmia, bunyi jantung.
e. Muskuloskeletal
Biasanya ditemukan adanya kelemahan otot, hipeeraktif pada reflex tendon dan tremor,
iritabilitas.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan metabolik
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan metabolism
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol dan peningkatan aktifitas
saraf simpatik
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembesaran kelenjar tiroid
5. Risiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan metabolisme
6. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolik
7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan energy dengan kebutuhan tubuh
8. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan produksi panas meningkat
9. Disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan hormonal dan perubahan fungsi tubuh
10. Ganguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur dan peningkatan metabolisme

C. Intervensi dan Rasional


1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan metabolisme
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan nutrisi
kembali normal.
Kriteria Hasil : Berat badan stabil, malnutrisi (-), kebutuhan metabolisme terpenuhi.

Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1.Hindari makanan yang dapat 1. Penigkatan multilitas saluran cerna
meningkatkan peristaltic usus. dapat mengakibatkan diare dan
ganguan absorpsi nutris yang
diperlukan.
Kolaborasi :
1.Konsultasi dengan ahli gizi utnutk 1.Mungkin memerlukan bantuan untuk
memberikan diet kalori tinggi. menjamin pemasukan zat-zat
makanan yang adekuat dan
mengidentifikasi makanan pengganti
yang paling sesuai.

Observasi : Observasi :
1.Auskultasi bising usus 1.Bising usu hiperaktif mencerminkan
peningkatkan motilitas lambung yang
menurnkan atau mengubah fungsi
absorpsi.
2.Pantau masukan makanan setiap hari 2.Penurunan berat badan terus menerus
dan timbang berat badan tiap hari. dalam keadaan masukan kalori yang
cukup merupakan indikasi kegagalan
terhadap terapi antitiriod.

Edukasi : Edukasi :
1.Dorong klien makan dan 1.Membantu menjaga pemasukan
meningkatkan jumlah makan. kalori cukup tinggi untuk menambah
kalori tetap tinggi.

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan metabolisme


Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan 1x24 jam pola nafas efektif
Kriteria hasil :
 nafas 16-20x/menit
 bernafas tidak menggunakan otot bantu tambahan

Intervensi Rasional
Mandiri
1.Auskultasi bunyi nafas dan catat 1.Bunyi nafas menurun / tak ada bila
adanya bunyi nafas adventisius, seperti jalan nafas obstruksi sekunder terhadap
krekels, mengi, gesekan pleural. perdarahan, bekuan atau kolaps jalan
nafas kecil ( atelektasis ). Ronki dan
mengi menyertai obstruksi jalan nafas /
kegagalan pernafasan.
2.Tinggikan kepala dan bantu 2.Duduk tinggi memungkinkan
mengubah posisi. Bangunkan klien ekspansi paru dan memudahkan
turun tempat tidur dan ambulasi pernafasan.
sesegera mungkin.
3.Dorong / bantu klien dalam nafas
dalam dan latihan batuk. Penghisapan
3.Dapat meningkatkan / banyaknya
per oral atau nasotrakeal bila
sputum dimana gangguan ventilasi dan
diindikasikan.
ditambah ketidaknyamanan upaya
bernafas.
Kolaborasi
1.Berikan oksigen tambahan.

1.Memaksimalkan bernafas dan


Observasi menurunkan kerja nafas.
1.Observasi frekuensi, kedalaman
pernafasan dan ekspansi dada. Catat
1.Kecepatan biasanya meningkat.
upaya pernafasan, termasuk
Dispnea dan terjadi peningkatan kerja
penggunaan otot bantu / pelebaran
nafas.
nasal.

2.Observsi pola batuk dan karakter


sekret.
2.Kongesti alveolar mengakibatkan
batuk kering / iritasi.

3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol dan peningkatan aktifitas
saraf simpatik
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan 2x24 jam curah jantung menjadi adekuat
sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Kriteria Hasil : Tanda vital stabil, denyut nadi perifer normal, pengisian kapiler < 3 detik, tidak
ada distritnea.

Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1.Catat atau perhatikan 1.Takirkardi mungkin merupakan
kecepatan irama jantung dan adanya cerminan langsung stimulasi otot jantung
distrirnea. oleh hormone tiroid distritnea sering kali
terjadi dan dapat membahnyakan fungsi
jantung atau curah jantug.
2.Auskultasi suara jantung, perhatikan 2. S1 dan mumur yang menonjol yang
adanya bunyi jantung tambahan, berhubungan dengan curah jantung
adanya orama gallop dan mumur meningakat pada keadaan metabolic.
sistolik. adanya S3 sebagai tanda kemungkinan
gagal jantung

Kolaborasi : Kolaborasi :
1.Berikan cairan IV sesuai indikasi. 1.pemberian cauiran melalui IV dengan
Cepat untuk memperbaiki volum
sirkulasi
2. Berikan sesuai indikasi.
2.Mempertahankan curah jantung yang
adekuat.
Observasi :
Observasi :
1.Observasi tanda dan gejala haus
1.Hidrasi yang cepat dapat terjadi yang
yang hebat, mukosa membran kering
akan menurunkan volum sirkulasi
yang lemah.
dan menurunkan curah jantung.
2.observasi nadi atau denyut jantung
2.Memberikan hasil pengkajian yang lebih
pada pada pasien saat tidur.
akurat untuk menentukan takikardi.

4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembesaran kelenjar tiroid


Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan 3x24 jam citra tubuh klien tidak terganggu

Kriteria Hasil :

 Klien menyatakan perasaan positif terhadap dirinya sendiri.


 Klien berpartisipasi dalam berbagai aspek perawatan dan dalam pengambilan keputusan
tentang perawatan.

Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Terima persepsi diri klien dan berikan 1. untuk memvalidasi perasaannya.
jaminan bahwa klien dapat mengatasi krisis
ini.

Observasi : Observasi :
1. Kaji kesiapan klien kemudian 1. keterlibatan dapat memberikan rasa
libatkan klien dalam mengambil keputusan kontrol dan meningkatkan harga diri.
tentang keperawatan, bila memungkinkan.

Edukasi :
Edukasi :
1. Dorong klien melakukan perawatan
1. untuk meningkatkan rasa kemandirian
diri.
dan kontrol.
2. Dorong klien untuk mengungkapkan
2. Kedukaan harus mendahului
kedukaan tentang kehilangan.
penerimaan.
3. Dorong klien untuk tetap menuliskan
perasaan, tujuan, keluhan, dan kemajuan
3. Catatan tertulis dapat membantu
yang terjadi pada dirinya.
menunjukkan kemajuan klien.
4. Diskusikan kemajuan klien dan
tunjukan bagaimana kondisinya telah
meningkat.
4. Untuk meningkatkan sikap positif.
5. Dorong klien untuk berpartisipasi
dalam kelompok pendukung, bila perlu,
membuat suatu perjanjian dengan profesi
5. Untuk membantu mendapatkan
kesehatan mental.
dukungan dan pemahaman atau konseling
6. Dorong klien untuk menggambarkan
tambahan.
perkembangan klien melalu hospitalisasi.
6. Untuk meningkatkan harga diri dan
7. Ajarkan dan dorong strategi koping untuk mendemontrasikan bagaimana klien
yang sehat. telah beradaptasi terhadap perubahan citra
tubuh.
7. Untuk membantu klien mengatasi
perilaku yang tidak produktif.

5. Risiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan metabolisme


Tujuan : Setelah diberi tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam risiko ketidakseimbangan
volume cairan tidak terjadi
Kriteria Hasil :
 Asupan dan haluaran cairan tetap pada kadar yang tepat sesuai usia dan kondisi fisik.
 Klien mempunyai tugor kulit yang normal.
 Klien mempertahankan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Timbang berat badan klien 1. Untuk membantu mendeteksi
setiap hari sebelum sarapan. perubahan keseimbangan cairan.
2. Tentukan cairan apa yang 2. Untuk meningkatkan asupan.
disukai klien dan simpan cairan
tersebut disamping tempat tidur klien.

Kolaborasi :
1. Berikan cairan parenteral Kolaborasi :
sesuai intruksi. 1. Untuk membantu mempertahankan
keseimbangan cairan.

Observasi :
1. Periksa membran mukosa Observasi :
mulut setiap hari. 1. Membran mukosa kering
2. Pantau kadar elektrolit serum. merupakan suatu indikasi dehidrasi.
2. Perubahan niali elektrolit dapat
menandakan ketidakseimbangan cairan.
3. Ukur asupan cairan dan 3. Penurunan asupan atau peningkatan
haluaran urine untuk mendapatkan haluaran mengakibatkan defisit cairan dan
status cairan. mengakibatkan kelebihan cairan.

Edukasi :
1. Untuk membantu mencapai
Edukasi :
keseimbangan cairan dan elektrolit.
1. Dorong klien untuk mematuhi
2. Tindakan ini mendorong klien dan
diet yang diinstrusikan.
pemberian asuhan untuk berpartisipasi
2. Ajarkan klien dan anggota
dalam perawatan, sehingga meningkatkan
keluarga cara mempertahankan
kontrol.
asupan cairan yang tepat, termasuk
mencatat berat badan setiap hari,
mengukur asupan dan haluaran, dan
mengenal tanda-tanda
ketidakseimbangan cairan.

6. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme


Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam suhu tubuh klien
kembali normal
Kriteria hasil :
 suhu tetap normal 36,50C-370C
 keseimbangan cairan tetap stabil

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri Mandiri:

1.Monitor suhu tubuh setiap 4 jam 1.Meyakinkan perbandingan data yang


akurat
Kolaborasi: Kolaborasi:
1.Berikan antipiretik sesuai indikasi 1.Dapat menurunkan demam

Observasi: Observasi:
1.Pantau dan catat denyut dan irama 1.Peningkatan deyut nadi, penurun
nadi, tekanan vena sentral, tekanan tekanan vena sentral dan penurunan
darah, frekuensi nafas, tingkat tekanan darah dapat mengindikasikan
responsivitas, dan suhu kulit setiap 4 hipovollemia yang mengarah penurunan
jam. perfusi jaringan.
2.Observasi adanya konfusi disorientasi 2.Perubahan tingkat kesadaran dapat
merupakan akibat dari hipoksia jaringan

Edukasi: Edukasi:
1.Anjurkan klien untuk minum sebayak 1.Asupan cairan berlebih dapat
mungkin air jika tidak mengakibatkan kelebihan cairan atau
dikontraindikasikan dekompensasi jantung yang dapat
memperburuk kondisi pasien

7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan energi dengan kebutuhan tubuh


Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien dapat beraktivitas
Kriteria hasil : Menunjukkan perbaikan kemampuan utnuk berpartipasi dalam melakukan aktivitas.

Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1.Pantau tanda vital dan catat nadi 1.Nadi meningkat dan bahkan pada
baik pada istirahat dan melakukan istirahat ( Takikardi ).
aktivitas.
2.Berikan sentuhan atau message, 2.Dapat menurunkan energy dalam saraf
bedak yang sejuk. yang selanjutnya meningkatkan
relaksasi.

Kolaborasi : Kolaborasi :
1.Berikan obat sesuai indikasi. 1.Untuk mengurangi kelelahan dan
Meningkatkan energi.
Observasi : Observasi :
1. Catat perkembangan takipneu, 1.Kebutuhan dan konsumsi oksigen akan
dispneu, pucat dan sianosis. ditingkatkan pada keadaan
hipemetabolik.
Edukasi : Edukasi :
1.Sarankan klien untuk mengurangi 1.Membantu melawan pengaruh dari
aktivitas dan meningkatkan istirahat . peningkatan metabolisme.

8. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan produksi panas meningkat


Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam tidak ada resiko
kerusakan integritas kulit
Kriteria Hasil : Mampu mengidentifikasi tindakan untuk membrikan perlindungan pada mata dan
pencegahan komplikasi.

Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1.Bagian kepala tempat tidur 1.Menurunkan edema jaringan bila ada
ditinggikan dan batasi pemasukan komplikasi seperti GJK yang mana
garam jika ada indikasi. dapat memperberat esoftalmus.

Kolaborasi : Kolaborasi :
1.Berikan obat sesuai indikasi 1.Untuk tindakan pengobatan medis.

Observasi : Observasi :
1.Evaluasi ketajaman mata. 1. Oftalmolpati infiltraftif akibat dari
penigkatan jaringan retroorbits yang
menciptakan eksoftalmus.
2.Observasi edema 2.Manifestasi umum dari stimulasi
periobital,gangguan Penutupan aderenergik yang berlebihan dengan
kelopak mata. berhubungan dengan tirotoksikosis yang
memerlukan intervensi pendukung
sampe resolusi krisis dapat
menghilangkan simtomatologis.

Edukasi : Edukasi :
1.Anjurkan klien menggunakan 1. melindungi kerusakan kornea jika
kacamata gelap ketika terbangun dan pasien tidak dapat menutup mata dengan
tutup dengan penutup mata selama sempurna karena edema atau fibrosis
tidur sesuai dengan kebutuhan. bantalan lemak.

9. Disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan hormonal dan perubahan fungsi tubuh
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan 3x24 jam fungsi seksual kembali normal

Kriteria hasil :

 Klien mengakui adanya masalah atau kemungkinan masalah dalam fungsi seksual.
 Klien mengungkapkan pemahaman mengenai penyebab disfungsi seksual
 Klien mengungkapkan keinginan untuk mendapatkan konseling.
 Klien menghidupkan kembali aktivitas seksual seperti sebelum sakit.

Intervensi Rasional
Mandiri: Mandiri :
1. Sediakan lingkungan yang tidak 1. Tindakan ini mendorong klien
mengancam, dan dorong klien untuk untuk bertanya tentang hal khusus yang
bertanya tentang seksualitas pribadi. berkaitan dengan keadaan saat ini.

2. Berikan kesempatan klien untuk 2. Tindakan ini meningkatkan


mengungkapkan perasaan secara terbuka komunikasi dan pemahaman diantara
dalam lingkungan yang tidak klien dan beri asuhan.
mengancam.

Edukasi : Edukasi :
1. Anjurkan klien untuk 1. Sediakan waktu dan lingkungan
mendiskusikan keluhannya dengan yang kondusif untuk komunikasi antara
suami atau istri atau pasangan. klien dan suami atau istri atau pasangan
2. Sarankan rujukan ke konselor untuk berbagi keluhan dan memperkuat
seksual atau profesi terkait lainnya hubungan
dalam mendapatkan panduan selanjutnya 2. Untuk memberikan sumber-
. sumber penunjang lanjutan terapi bagi
klien.

10. Ganguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur dan peningkatan metabolism
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam gangguan pola tidur
dapat di atasi
Kriteria hasil : klien mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menghalangi atau mengganggu
tidur.klien tidur 5-6 jam dimalam hari

Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1.Berikan bantuan tidur kepada klien, 1.Susu dan beberapa kudapan tinggi
seperti bantal, mandi sebelum tidur, protein, seperti keju dan kacang,
makanan atau minuman dan bahan mengandung L-trytophan, yang dapat
bacaan. mempermudah tidur. Higiene pribadi
secara rutin dapat mempermudah tidur
bagi sejumlah klien.
2.Ciptakan lingkungan tenang yang 2.Tindakan ini dapat mendorong
kondusif untuk tidur contohnya, tutup istirahat dan tidur klien.
gorden, sesuaikan pencahayaan atau
tutup pintu.
Kolaborasi : Kolaborasi :

1.Berikan pengobatan yang 1.Agenhipnotik memicu tidur: obat


diprogramkan untuk meningkatkan pola penenang menurunkan ansietas
tidur normal klien. Pantau dan catat
reaksi yang tidak diharapkan.
Observasi : Observasi :

1.Catat lamanya tidur klien 1.Mengetahui perubahan prosentase


pola tidur

Edukasi : Edukasi :

1.Berikan pendidikan kesehatan kepada 1.Upaya relaksasi yang bertujuan


klien tentang teknik relaksasi seperti biasanya dapat membantu
imajinasi terbimbing, relaksasi oto meningkatkan tidur
progresif, dan meditasi.

D. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan)yang telah direncanakan
dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat, 2004). Dalam tahap ini perawat harus
mengetahui berbagai hal seperti bahaya fisik dan perlindungan pada klien, tehnik
komunikasi, kemampuan dalam prosesdur tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien
serta memahami tingkat perkembangan pasien.
Pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas sehari-
hari. Setelah dilakukan, validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan
tehnik intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat,
keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan
dan pelaporan (Nursalam, 2008).
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak (Hidayat, 2004).
Evaluasi yang digunakan mencakup 2 bagian yaitu evaluasi formatif yang disebut juga
evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah evaluasi yang dilaksanakan secara terus
menerus terhadap tindakan yang telah dilakukan. Sedangkan evaluasi sumatif yang disebut
juga evaluasi akhir adalah evaluasi tindakan secara keseluruhan untuk menilai keberhasilan
tindakan yang dilakukan dan menggambarkan perkembangan dalam mencapai sasaran yang
telah ditentukan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format “SOAP”. Tujuan
evaluasi adalah untuk mendapatkan kembali umpan balik rencana keperawatan, nilai serta
meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui hasil perbandingan standar yang telah
ditentukan sebelumnya (Nursalam 2008)
Discharge planing :
1. Atur pola nutrisi dengan tinggi kalori dan tinggi protein 3000-4000 kalori
2. Minum obat-obatan antitiroid secara teratur dan sesuai dosis
3. Hindari hal-hal pemicu terjadinya peningkatan hormon tiroid, contohnya:
mengkonsumsi makanan tinggi iodium

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertiroidisme (hipersekresi hormon tiroid) adalah peningkatan produksi dan
sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. (Marry:2009). Hipertiroidisme adalah
keadaan dimana terjadi peningkatan hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh.
Tirotoksikrosis merupakan istilah yang digunakan dalam manifestasi klinkis yang
terjadi ketika jaringan tubuh distimulasi oleh peningkatan hormone tiroid
(Tarwoto,dkk.2012). Angka kejadian pada hipertiroid lebih banyak pada wanita
dengan perbandingan 4:1 dan pada usia antara 20-40 tahun (Black,2009).
Menurut Tarwoto,dkk.2012 penyebab hipertiroid diantaranya adenoma
hipofisis, penyakit graves, modul tiroid, tiroiditis, konsumsi banyak yodium dan
pengobatan hipotiroid. Pasien dengan hipertiroid menunjukan adanya sekresi hormon
tiroid yang lebih banyak, pernah berbagai faktor penyebab yang tidak dapat dikontrol
melalui mekanisme normal. Peningkatan hormon tiroid menyebabkan peningkatan
metabolisme rate, meningkatnya aktivitas saraf simpatis. Komplikasi Hipertiroid
adalah Eksoftalmus, Penyakit Jantung, terutama kardioditis dan gagal jantung,
Stromatiroid (tirotoksikosis)

DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Mary,dkk.2009.Klien Gangguan Endokrin:Seri Asuahan Keperawatan.
Jakarta:EGC.
Carolus, P.K.Sint.1995.Standar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta: Panitia S.A.K
Komisi Keperawatan.
Cynthia,M. Taylor.2010.Diagnosa keperawatan : Dengan rencana penulisan.Jakarta:EGC
Rumorbo, Hotman.2012.Asuahan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Endokrin.Jakarta:EGC.
Heater,Herdman,T.2012.Diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014 Jakarta:
EGC
Marilym,E.Doengoes.1999.Rencana asuhan keperawatan.edisi 3 Jakarta:EGC
Tarwoto,dkk.2012.Keperawatan Medikal Bedah gangguan system endokrin.Jakarta:
CV Trans Info Media.
Wartunah,Tarwoto.2006.kebutuhan dasar manusia proses keperawatan.Jakarta:Salemba
Medika.
Wilkson,Judith,W,dkk.2011.Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta:EGC

http://id.images.search.yahoo.com/search/images?p=hipertiroid&fr=chr-
greentree_gc&fr2=piv-web&ri=4&tab=organic&ri=4 di akses tanggal 26 maret 2014

Bararah, V.F., 2009. Waspadai Gejala Hipertiroid Pada Wanita. www.healthdetik.com


(Diakses tanggal 26 Maret 2014)
Lee, S.L., Ananthankrisnan, S., Ziel, S.H., Talavera, S., Griffing, G.T., 2011.
Hyperthyroidism. http://emedicine.medscape.com (Diakses tanggal 26 maret 2014)
Guyton, 1991. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi revisi. Department of
Physiologi and Biophysics. Mississippi

Anda mungkin juga menyukai