Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laporan Kinerja Keuangan (LKK) versi PP 24/2005 (setara Laporan


Operasional versi PP 71/2010) tidak wajib disajikan. Penyaji LKK wajib
menggunakan akuntansi berbasis akrual paripurna. Entitas penyaji LKK
menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan laporan keuangan dengan basis
akrual sepenuhnya dalam pengakuan pendapatan, belanja, pembiayaan, aset,
kewajiban, dan ekuitas dana.[1] Karena LKK tidak wajib, maka praktis belum ada
entitas pemerintahan membuat laporan LKK berdasar PP 24/2005, termasuk
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). Salah satu alasan tidak membuat
atau tidak menyajikan LKK adalah karena entitas memilih mazhab akuntansi
berbasis menuju akrual, bukan basis akrual paripurna.

PP 24/2005 telah mengandung Mazhab atau Basis Akrual Paripurna,


berdampingan dengan Mazhab atau Basis Menuju Akrual menuju 2008. PP
71/2010 lebih menegaskan pisah batas kedua Basis Akuntansi tersebut dalam
Lampiran I dan II. Tahun 2010-2014 adalah periode fade in – fade out  atau masa
transisi sehingga PP 71/2010 sebagai amandemen PP 24/2005 terpaksa
menampilkan fade in[2] standard (akrual) dan fade out[3] standard (towards
accrual). Dengan demikian, perubahan bentuk PP 24/2005 menjadi PP 71/2010
sama sekali tak mengubah keberadaan dua mazhab akuntansi PP 24/2005. Setelah
masa transisi berakhir, PP 71/2010 akrual paripurna menjadi opsi tunggal.

Disimpulkan bahwa standar full accrual telah ada dan berlaku sejak tahun
2005 bagi mereka yang mampu melakukannya, disempurnakan tahun 2010,
menjadi wajib tanpa perkecualian tahun 2015.

1
LO disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis
akrual sehingga penyusunan LO, Laporan perubahan ekuitas dan Neraca
mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan. Laporan Operasional
memberikan informasi untuk memprediksi pendapatan LO yang akan diterima
untuk mendanai kegiatan pemerintah dalam periode mendatang dengan
menyajikan laporan secara komparatif.

1.2 Sasaran dan Tujuan

Tujuan pelaporan operasi adalah memberikan informasi tentang kegiatan


operasional keuangan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban, dan
surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan Pernyataan Standar ini
berlaku untuk setiap entitas pelaporan dan entitas akuntansi, baik pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah, dalam menyusun laporan operasional yang
menggambarkan pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit operasional dalam
suatu periode pelaporan tertentu, tidak termasuk perusahaan negara/daerah.

1.3 Manfaat

Laporan Operasional menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan


operasional keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO,
beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan yang
penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi keuangan sebuah


organisasi. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan hasil
proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan
informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal.

Menurut Soemarsono (2004: 34) :

“Laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat


keputusan, terutama pihak diluar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan
hasil usaha perusahaan”.

Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009) :

“ Laporan Keuangan adalah suatu penyajian terstuktur dari posisi keuangan


dan kinerja keuangan suatu entitas”.

Tujuan Laporan Keuangan Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi


2009), “tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian
besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi”. Laporan
keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas
penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “dalam rangka


mencapai tujuan laporan keuangan, laporan keuangan menyajikan informasi
mengenai entitas yang meliputi: asset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban
termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik
dalam kapasitasnya sebagai pemilik dan arus kas”. Informasi tersebut, beserta
informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, membantu

3
pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan khususnya, dalam
hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.

2.2 Pengertian Laporan Operasional

Pada tataran akuntansi Laporan Operasional PPKD, penerimaan Rekening


Kas Umum Daerah (RKUD) berbasis azas bruto, bukan penerimaan utang, berupa
penerimaan menambah ekuitas pemerintah daerah. Penerimaan adalah hak
pemerintah daerah penerima, tidak perlu dikembalikan. Penerimaan pendapatan
berbasis akrual adalah pada saat timbulnya hak atas pendapatan berbentuk kas,
piutang, bentuk aset lain. Sebagai contoh, Lain-lain Pendapatan Asli Daerah
(PAD) yang Sah adalah pendapatan diterima dalam bentuk tunai, pendapatan
diterima dalam bentuk jasa giro, pendapatan diterima dalam bentuk aset tetap,
barang, aset lain, pendapatan bunga deposito, penerimaan hasil tuntutan ganti rugi
Pemda, pendapatan komisi, pendapatan potongan, pendapatan selisih nilai tukar,
dan pendapatan denda keterlambatan pekerjaan, pendapatan denda pajak,
pendapatan denda retribusi, pendapatan eksekusi jaminan, pendapatan dari
pengembalian, pendapatan fasos dan fasum, pendapatan penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan, pendapatan tunai dari angsuran penjualan aset
pemerintah daerah, hasil pemanfaatan kekayaan daerah dan pendapatan Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD). Lain lain PAD yang Sah melalui penetapan
adalah pendapatan hasil tuntutan ganti rugi, pendapatan denda keterlambatan
pelaksanaan pekerjaan, pendapatan denda pajak dan pendapatan denda retribusi.
Dalam akuntansi PPKD, pendapatan LO tersebut di atas diakui secara akrual oleh
PPKD, pengakuan pendapatan secara akuntansi yang paling tepat mungkin pada
saat penerbitan surat ketetapan (SK) dan dijurnal sesuai PP 71/2010 dengan
mendebit Piutang Pendapatan dan mengkredit  Pendapatan ( keterangan jenis) –
LO. Pendapatan berbentuk piutang tertagih dan akuntansi PPKD mencatat untuk
mengakui penerimaan tagihan piutang diperkirakan akan berdasar penerimaan
tunai Bendahara PPKD dan pembuatan Bukti Tanda Pembayaran (TBP), dengan

4
kemungkinan jurnal sebagai berikut; debit Kas di Kas Daerah, kredit Piutang
Pendapatan (tentu saja dengan keterangan obyek pendapatan).

Pendapatan PAD yang sah tanpa melalui penetapan adalah pendapatan


(penerimaan) jasa giro, pendapatan bunga deposito, pendapatan komisi,
pendapatan potongan, pendapatan selisih kurs, pendapatan pengembalian,
pendapatan fasos/fasum, pendapatan pendidikan dan pelatihan, pendapatan
(penerimaan) angsuran penjualan, dan hasil pemanfaatan kekayaan daerah.

Penerimaan transfer adalah penerimaan Pemda dari  entitas lain, misalnya


penerimaan dana perimbangan dari pemerintah pusat, penerimaan dana bagi hasil
dari provinsi. Diperkirakan, bahwa secara akuntansi, pendapatan transfer PPKD
diakui saat pengesahan Peraturan Presiden dan APBD tentang dana transfer
kepada Pemda disahkan dengan bukti APBD Sah dan Peraturan Presiden,
kemungkinan besar dijurnal dengan mendebit Piutang Pendapatan (keterangan
PP-Pemerintah Pusat) dan mengredit Pendapatan LO (keterangan jenis
pendapatan). Pada saat Pemerintah Pusat telah melakukan transfer dana kepada
pemda, akuntansi PPKD mungkin akan menjurnal dengan mendebit Kas di Kas
Daerah, mengkredit Piutang Pendapatan untuk menghapus piutang pemerintah
daerah kepada pemerintah pusat.

Jenis pendapatan PPKD pemerintah daerah yang tidak dapat digolongkan


kepada berbagai jenis pendapatan tersebut di atas, misalnya pendapatan hibah dari
luar pemerintah daerah, secara akrual diakui pada saat akad hibah ditandatangani,
dijurnal dengan mendebit Piutang Pendapatan Hibah dan mengkredit Pendapatan
Hibah-LO-PPKD. Hibah diterima berbentuk uang, barang atau jasa dicatat
misalnya debit Kas di Kas Daerah, persediaan barang, jasa diterima, mengkredit
(menghapus) Piutang Pendapatan Hibah. Pada saat yang sama, dilakukan jurnal
LRA dengan mendebit Estimasi Pendapatan SiLPA, mengkredit Pendapatan
Hibah-LRA-PPKD.

5
Pendapatan nonoperasional PPKD pemerintah daerah mencakupi antara
lain surplus hasil penjualan aset nonlancar dan surplus penyelesaian kewajiban
jangka. Pendapatan LO diakui berdasar Berita Acara.

6
BAB III

LANDASAN UNDANG-UNDANG

3.1 Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi


Pemerintahan.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan


dan Kinerja Instansi Pemerintah.

5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 tentang


Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

6. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor


171/PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 233/PMK.05/2011 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi
dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.

7. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor PER-80/PB/2011


Penambahan dan Perubahan Akun Pendapatan, Belanja, dan Transfer pada
Bagan Akun Standar.

8. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-42/PS/2012


tentang Penambahan dan Perubahan Akun Non Anggaran dan Neraca pada
Bagan Akun Standar.

7
9. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER.lPS/2012 tentang
Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga.

8
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Laporan Operasional

LO disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis


akrual sehingga penyusunan LO, Laporan perubahan ekuitas dan Neraca
mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan

Basis kas

Anggaran: Lra Silpa/Sikpa  Laporan Perubahan Sal

Basis Akrual

Akuntansi: Lo  Surplus/Defisit Lo  Laporan Perubahan Ekuitas  Ekuitas 


Neraca

KONSEPSI BASIS AKRUAL DAN FEATURE LAPORAN OPERASIONAL :

• Surplus/defisit akrual yang menambah/ mengurangi ekuitas

• Pendapatan dan belanja akrual

• Pemisahan laporan pertanggung jawaban anggaran dan laporan finansial

• Ada pemisahan kegiatan non operasional dan pos luar biasa

• Pendapatan LO dan beban dalam bentuk barang/jasa harus dilaporkan


berdasarkan nilai wajarnya pada tanggal transaksi dan diungkap dalam
CaLK

• Transaksi pendapatan dan beban dalam bentuk barang/jasa antara lain


hibah dalam wujud barang, barang rampasan, dan jasa konsultasi

9
• Pembiayaan tidak diperhitungkan dalam perhitungan surplus/defisit LO
karena transaksi pembiayaan tidak terkait dengan operasi pada periode
pelaporan.

KONSEPSI BASIS AKRUAL DAN PERANAN LAPORAN OPERASIONAL :

LO menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan


entitas pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya

 Cost: besarnya beban yang harus ditanggung oleh pemerintah dalam


menyediakan pelayanan
 Performance: operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna dalam
mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi, efektivitas, dan
kehematan perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi
 Estimate: memprediksi pendapatan LO yang akan diterima untuk
mendanai kegiatan pemerintah dalam periode mendatang dengan
menyajikan laporan secara komoaratif

Equity: peningkatan ekuitas (bila surplus operasional) dan penurunan ekuitas (bila
deficit operasional).

4.2 Periode Pelaporan

Laporan Operasional disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.


Dalam situasi tertentu, apabila tanggal laporan suatu entitas berubah dan Laporan
Operasional tahunan disajikan dengan suatu periode yang lebih pendek dari satu
tahun, entitas harus mengungkapkan informasi sebagai berikut:

a) alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun;

b) fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif dalam Laporan Operasional dan


catatan-catatan terkait tidak dapat diperbandingkan.

Manfaat Laporan Operasional berkurang jika laporan tersebut tidak


tersedia tepat pada waktunya. Faktor-faktor seperti kompleksitas operasi

10
pemerintah tidak dapat dijadikan pembenaran atas ketidakmampuan entitas
pelaporan untuk menyajikan laporan keuangan tepat waktu.

4.3 Struktur dan Isi Laporan Operasional

Laporan Operasional menyajikan berbagai unsur pendapatan-LO, beban,


surplus/defisit dari operasi, surplus/defisit dari kegiatan non operasional,
surplus/defisit sebelum pos luar biasa, pos luar biasa, dan surplus/defisit-LO, yang
diperlukan untuk penyajian yang wajar secara komparatif. Laporan Operasional
dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan atas Laporan Keuangan yang memuat hal-
hal yang berhubungan dengan aktivitas keuangan selama satu tahun seperti
kebijakan fiskal dan moneter, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut angka-
angka yang dianggap perlu untuk dijelaskan.

Dalam Laporan Operasional harus diidentifikasikan secara jelas, dan jika


dianggap perlu, diulang pada setiap halaman laporan, informasi berikut:

1) nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi lainnya;

2) cakupan entitas pelaporan;

3) periode yang dicakup;

4) mata uang pelaporan; dan

5) satuan angka yang digunakan.

Struktur Laporan Operasional mencakup pos-pos sebagaiberikut:

1) Pendapatan-LO

2) Beban

3) Surplus/Defisit dari operasi

4) Kegiatan non operasional

11
5) Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa

6) Pos Luar Biasa

7) Surflus/Defisit-LO

Dalam Laporan Operasional ditambahkan pos, judul, dan sub jumlah


lainnya apabila diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan, atau
apabila penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan Laporan Operasional
secara wajar.

4.4 Informasi yang Disajikan dalam Laporan Operasional dan CALk

Entitas pelaporan menyajikan pendapatan-LO yang diklasifikasikan


menurut sumber pendapatan. Rincian lebih lanjut sumber pendapatan disajikan
pada Catatan atas Laporan Keuangan.

Entitas pelaporan menyajikan beban yang diklasifikasikan menurut


klasifikasi jenis beban. Beban berdasarkan klasifikasi organisasi dan klasifikasi
lain yang dipersyaratkan menurut ketentuan perundangan yang berlaku, disajikan
dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Klasifikasi pendapatan-LO menurut sumber pendapatan maupun


klasifikasi beban menurut ekonomi, pada prinsipnya merupakan klasifikasi yang
menggunakan dasar klasifikasi yang sama yaitu berdasarkan jenis.

4.5 Akuntansi Pendapatan LO

Pendapatan-LO diakui pada saat:

1) Timbulnya hak atas pendapatan;

2) Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi.

Pendapatan-LO yang diperoleh berdasarkan peraturan perundang-


undangan diakui pada saat timbulnya hak untuk menagih pendapatan.

12
Pendapatan-LO yang diperoleh sebagai imbalan atas suatu pelayanan yang telah
selesai diberikan berdasarkan peraturan perundang-undangan, diakui pada saat
timbulnya hak untuk menagih imbalan.

Pendapatan-LO yang diakui pada saat direalisasi adalah hak yang telah diterima
oleh pemerintah tanpa terlebih dahulu adanya penagihan.

Pendapatan-LO diklasifikasikan menurut sumber pendapatan:

 Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu


dengan membukukan pendapatan bruto, dan tidak mencatat jumlah
netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).

 Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LO bruto (biaya)


bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat di estimasi
terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto dapat
dikecualikan.

 Dalam hal badan layanan umum, pendapatan diakui dengan mengacu pada
peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum.

 Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang (recurring) atas


pendapatan-LO pada periode penerimaan maupun pada periode
sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan.

 Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring)


atas pendapatan-LO yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan
dibukukan sebagai pengurang pendapatan pada periode yang sama.

 Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring)


atas pendapatan-LO yang terjadi pada periode sebelumnya dibukukan
sebagai pengurang ekuitas pada periode ditemukannya koreksi dan
pengembalian tersebut.

13
4.6 Akuntansi Beban

Beban diakui pada saat:

1) timbulnya kewajiban;

2) terjadinya konsumsi aset;

3) terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.

Saat timbulnya kewajiban adalah saat terjadinya peralihan hak dari pihak
lain ke pemerintah tanpa diikuti keluarnya kas dari kas umum negara/daerah.
Contohnya tagihan rekening telepon dan rekening listrik yang belum dibayar
pemerintah.

Yang dimaksud dengan terjadinya konsumsi aset adalah saat pengeluaran


kas kepada pihak lain yang tidak didahului timbulnya kewajiban dan/atau
konsumsi aset nonkas dalam kegiatan operasional pemerintah.

Terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa terjadi pada saat
penurunan nilai aset sehubungan dengan penggunaan asset
bersangkutan/berlalunya waktu. Contoh penurunan manfaat ekonomi atau potensi
jasa adalah penyusutan atau amortisasi.

Penyusutan/amortisasi dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat


dikelompokkan menjadi:

1) Metode garis lurus (straight line method);

2) Metode saldo menurun ganda (double declining balance method);

3) Metode unit produksi (unit of production method).

4.7 Surplus/Defisit dari Kegiatan Operasional

14
 Surplus dari kegiatan operasional adalah selisih lebih antara pendapatan
dan beban selama satu periode pelaporan.

 Defisit dari kegiatan operasional adalah selisih kurang antara pendapatan


dan beban selama satu periode pelaporan.

 Selisih lebih/kurang antara pendapatan dan beban selama satu periode


pelaporan dicatat dalam pos Surplus/Defisit dari Kegiatan Operasional.

4.8 Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional

Pendapatan dan beban yang sifatnya tidak rutin perlu dikelompokkan


tersendiri dalam kegiatan non operasional.

Termasuk dalam pendapatan/beban dari kegiatan non operasional antara lain


surplus/defisit penjualan aset non lancar, surplus/defisit penyelesaian kewajiban
jangka panjang, dan surplus/defisit dari kegiatan non operasional lainnya.

Selisih lebih/kurang antara surplus/defisit dari kegiatan operasional dan


surplus/defisit dari kegiatan non operasional merupakan surplus/defisit sebelum
pos luar biasa.

4.9 Pos Luar Biasa

Pos Luar Biasa disajikan terpisah dari pos-pos lainnya dalam Laporan
Operasional dan disajikan sesudah Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa.

Pos Luar Biasa memuat kejadian luar biasa yang mempunyai karakteristik sebagai
berikut:

1) kejadian yang tidak dapat diramalkan terjadi pada awal tahun anggaran;

2) tidak diharapkan terjadi berulang-ulang; dan

15
3) kejadian diluar kendali entitas pemerintah.

4.10 Transaksi dalam Mata Uang Asing

 Transaksi dalam mata uang asing harus dibukukan dalam mata uang
rupiah. 

 Dalam hal tersedia dana dalam mata uang asing yang sama dengan yang
digunakan dalam transaksi, maka transaksi dalam mata uang asing tersebut
dicatat dengan menjabarkannya ke dalam mata uang rupiah berdasarkan
kurs tengah bank sentral pada tanggal transaksi.

 Dalam hal tidak tersedia dana dalam mata uang asing yang digunakan
dalam transaksi dan mata uang asing tersebut dibeli dengan rupiah, maka
transaksi dalam mata uang asing tersebut dicatat dalam rupiah berdasarkan
kurs transaksi, yaitu sebesar rupiah yang digunakan untuk memperoleh
valuta asing tersebut.

Dalam hal tidak tersedia dana dalam mata uang asing yang digunakan untuk
bertransaksi dan mata uang asing tersebut dibeli dengan mata uang asing lainnya,
maka:

a) Transaksi mata uang asing ke mata uang asing lainnya dijabarkan dengan
menggunakan kurs transaksi

b) Transaksi dalam mata uang asing lainnya tersebut dicatat dalam rupiah
berdasarkan kurs tengah bank sentral pada tanggal transaksi.

4.11 Transaksi Pendapatan LO dan Beban Berbentuk Barang dan Jasa

Transaksi pendapatan-LO dan beban dalam bentuk barang/jasa harus


dilaporkan dalam Laporan Operasional dengan cara menaksir nilai wajar
barang/jasa tersebut pada tanggal transaksi. Di samping itu, transaksi semacam ini

16
juga harus diungkapkan sedemikian rupa pada Catatan atas Laporan Keuangan
sehingga dapat memberikan semua informasi yang relevan mengenai bentuk dari
pendapatan dan beban.

Transaksi pendapatan dan beban dalam bentuk barang/jasa antara lain hibah
dalam wujud barang, barang rampasan, dan jasa konsultansi.

4.12 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan


mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas
pelaporan selama satu periode pelaporan.

Adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi


sehingga dapat memenuhi tujuannya. Yang merupakan persyaratan normatif yang
diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang
dikehendaki.

4.13 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif


yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi
tujuannya. yang merupakan persyaratan normatif yang diperlukan agar laporan
keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki.

Karakteristik kualitatif laporan keuangan terdiri dari :

1. relevan

laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat


didalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu
mereka mengevaluasi pristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi
masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka
dimasa lalu.

17
 

Yang dimaksud Informasi yang relevan :

a. memiliki manfaat umpan balik (feedback value)

b. memiliki manfaat prediktif (predictive value)

c. tepat waktu

d. lengkap

2. andal

Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang


menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur,
serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikatnya
atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi
tersebut secara potensial dapat menyesatkan.

Informasi yang andal memenuhi karakteristik sebagai berikut :

a. Penyajian jujur

b. Dapat diverifikasi (verifiability)

c. Netralitas

3. dapat dibandingkan

Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika
dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau
laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan
dapat dilakukan secara internal dan eksternal.

Perbandingan internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan


kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara

18
eksternal dapat dilakukan apabiila entitas yang diperbandingkan dapat
menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah
akan menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan
akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada
periode terjadinya perubahan

4. dapat dipahami

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh


pengguna dan dinyatakan dalam bantuk serta istilah yang disesuiakan
dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu para pengguna
diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan
lingkungan operasi entitas pelaporan serta adanya kemauan pengguna
untuk mempelajari informasi yang dimaksud.

4.14 Contoh Format Laporan Operasional

PEMERINTAH PUSAT

LAPORAN OPERASIONAL

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA 31 DESEMBER 20X1 dan


20X0

(Dalam Rupiah)

SALDO SALDO Kenaikan/


NO. URAIAN 20X1 20X0 Penuruna
n

1. PENDAPATAN

2. PENDAPATAN PERPAJAKAN

3. Pendapatan Pajak Penghasilan xxx xxx xxx

4. Pendapatan PPNBM xxx xxx xxx

19
5. Pendapatan PBB xxx xxx xxx

6. Bangunan xxx xxx xxx

7. Pendapatan Cukai xxx xxx xxx

8. Pendapatan Bea Masuk xxx xxx xxx

9. Pendapatan Pajak Ekspor xxx xxx xxx

10. Pendapatan Pajak Lainnya xxx xxx xxx

11. Jumlah Pendapatan Perpajakan xxx xxx xxx

12.

13. PENDAPATAN NEGARA BUKAN


PAJAK

14. Pendapatan Sumber Daya Alam xxx xxx xxx

15. Pendapatan Bagian Pemerintah atas xxx xxx xxx


Laba

16. Pendapatan Negara Bukan Pajak xxx xxx xxx


Lainnya

17. Jumlah Pendapatan Negara Bukan xxx xxx xxx


Pajak

18.

19. PENDAPATAN HIBAH

20. Pendapatan Hibah xxx xxx xxx

21. Jumlah Pendapatan Hibah xxx xxx xxx

22. JUMLAH PENDAPATAN xxx xxx xxx

23.

24. BEBAN

25.

26. Belanja Pegawai xxx xxx xxx

27. Belanja Barang xxx xxx xxx

20
28. Belanja Bunga xxx xxx xxx

29. Belanja Subsidi xxx xxx xxx

30. Belanja Hibah xxx xxx xxx

31. Belanja Bantuan Sosial xxx xxx xxx

32. Belanja Lain-lain xxx xxx xxx

33. Beban Penyusutan xxx xxx xxx

34. Transfer Keluar xxx xxx xxx

35. Jumlah Belanja xxx xxx xxx

36.

37. Surplus/Defisit Operasional xxx xxx xxx

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Laporan Operasional disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi


berbasis akrual sehingga :

- Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Neraca


mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan

21
- Laporan pertanggungjawaban anggaran dapat dibedakan dengan
laporan kinerja keuangan

- Dapat diketahui kinerja operasional pemerintah untuk periode


pelaporan tertentu

Laporan Operasional mempunyai nilai prediktif karena informasinya dapat


digunakan untuk memprediksi pendapatan LO yang akan diterima untuk
mendanai kegiatan pemerintah dalam periode mendatang.

Tujuan pelaporan operasi adalah memberikan informasi tentang kegiatan


operasional keuangan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban, dan
surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan Pernyataan Standar ini
berlaku untuk setiap entitas pelaporan dan entitas akuntansi, baik pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah, dalam menyusun laporan operasional yang
menggambarkan pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit operasional dalam
suatu periode pelaporan tertentu, tidak termasuk perusahaan negara/daerah.

Laporan Operasional menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan


operasional keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO,
beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan yang
penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2010

www.google.com

http://tenof.wordpress.com/tag/laporan-neraca/

http://andichairilfurqan.wordpress.com/tag/laporan-neraca/

http://akuntansikeuda.blogspot.com/2012/09/format-laporan-keuangan-pp-71-
tahun-2010.html

23
24

Anda mungkin juga menyukai