Anda di halaman 1dari 3

POKOK-POKOK AJARAN AGAMA ISLAM

Tujuan Syariah Islam, Persamaan, dan Perbedaan antara Syariah Islam dengan Fikih Islam
Fetty Fauziyah Hidayat, 1706039143

Sumber : Buku Ajar MPK Agama Islam


Buku Syariah dan Ibadah
Penulis : Dosen Agama Islam UI
Tim Dirasah Islamiyah UIJ
Data Publikasi : Buku Ajar MPK Agama Islam, Jakarta, Midada Rahma Press, 247
Buku Syariah dan Ibadah, Jakarta, Pamator

Syariah Islam adalah norma atau hukum Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan
umat beragama Islam, di mana seluruh perintah wajib untuk diikuti dan setiap larangan wajib
untuk dijauhi oleh setiap muslim dan muslimah yang diwahyukan Allah SWT. Syariah Islam
diturunkan Allah kepada manusia sebagai pedoman yang memberikan bimbingan dan
pengarahan agar manusia dapat menjalani hidup di dunia ini dengan benar sesuai kehendak
Allah SWT [ CITATION Dos171 \l 1033 ]. Oleh karena Syariah Islam mengatur setiap sendi
kehidupan umat beragama Islam, maka Syariah Islam tentunya memiliki berbagai tujuan yang
berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan umat beragama Islam.
Menurut buku Syariah dan Ibadah (Pamator, 1999), ada 5 (lima) hal pokok yang
merupakan tujuan utama dari Syariah Islam, yaitu:
1. Memelihara kemaslahatan agama (Hifzh al-din)
Agama Islam harus dibela dari ancaman orang-orang tidak bertanggung jawab yang
hendak merusak aqidah, ibadah, dan akhlak umat beragama Islam. Ajaran Islam
memberikan kebebasan untuk memilih agama, seperti yang firman Allah dalam Al-
Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 256 dan Surat An-Nisaa ayat 48.

2. Memelihara jiwa (Hifzh al-nafsi)


Agama Islam sangat menghargai jiwa seseorang. Oleh sebab itu, diberlakukanlah
hukum qishash yang merupakan suatu bentuk hukum pembalasan. Seseorang yang
telah membunuh orang lain akan dibunuh, seseorang yang telah mencederai orang lain
akan dicederai, dan seseorang yang telah menyakiti orang lain akan disakiti pula
secara setimpal. Dengan demikian seseorang akan takut melakukan kejahatan. Hal ini
ditegaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 178.

3. Memelihara akal (Hifzh al-‘aqli)


Kedudukan akal manusia dalam pandangan Islam amatlah penting. Akal manusia
dibutuhkan untuk memikirkan ayat-ayat Qauliyah (Al-Qur’an) dalam kauniah
(sunnatullah) menuju manusia kamil. Contoh cara untuk memelihara akal yaitu dengan
menjauhi khamar/minuman keras dan judi sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an
Surat Al-Baqarah ayat 219.

4. Memelihara keturunan dan kehormatan (Hifzh al-nashli)


Agama Islam sangat jelas mengatur pernikahan dan mengharamkan zina. Dalam
Syariat Islam telah jelas ditentukan siapa saja yang boleh dinikahi dan siapa saja yang
tidak boleh dinikahi. Hal ini sebagaimana diatur dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah
ayat 221 dan Surat An-Nur ayat 2.

5. Memelihara harta benda (Hifzh al-mal)


Dengan adanya Syariah Islam, maka para pemilik harta benda akan merasa lebih aman
karena agama Islam mengenal hukuman Had, yaitu hukuman bagi para pencuri
dengan cara memotong tangan dan/atau kaki. Hal ini dituliskan dalam Al-Qur’an Surat
Al-Maidah ayat 38
Selain memiki beberapa tujuan, syariah Islam pun erat kaitannya dengan Fikih Islam.
Baik syariah Islam maupun Fikih Islam sangat berhubungan antara satu dengan yang
lainnya. Terdapat persamaan dan perbedaan antara syariah Islam dan Fikih Islam. Persamaan
dari syariah Islam dan Fikih Islam yakni sama-sama merupakan hukum Islam. Hukum Islam
adalah hukum yang bersumber dan merupakan bagian dari ajaran Islam. Namun terdapat pula
perbedaan antara syariah Islam dan Fikih Islam yakni terletak dari sumber asalnya. Syariah
merupakan hukum Islam yang ditetapkan langsung dan tegas oleh Allah SWT. Materi hukum
yang terdapat dalam syariah Islam seringkali menyangkut hal-hal yang pokok dan utama.
Hukum syariah Islam ini dapat dan perlu dikembangkan dengan ijtihad. Hasil
pengembangannya inilah yang kemudian dikenal dengan isilah Fikih Islam (UI, 2017).
Dalam praktiknya, syariah dan Fikih Islam sangat erat hubungannya, dapat dibedakan
namun tidak dapat dipisahkan. Syariah Islam merupakan landasan Fikih Islam, sedangkan
Fikih Islam merupakan pemahaman orang (yang memenuhi syarat) tentang syariah tersebut.
Oleh karena itu, seseorang yang akan memahami hukum Islam dengan baik dan benar harus
dapat membedakan antara syariah Islam dengan Fikih Islam (UI, 2017).
Selain berdasarkan sumber asal, syariah Islam dan Fikih Islam pun dapat dibedakan
berdasarkan sifatnya. Hukum Islam kategori syariah bersifat konstan, tetap, dan berlaku
sepanjang zaman. Syariah Islam tidak mengenal perubahan dan tidak boleh disesuaikan
dengan situasi dan kondisi. Situasi dan kondisilah yang menyesuakan dengan syariah.
Sedangkan hukum Islam kategori Fikih bersifat fleksibel, elastis, relatif, mengenal perubahan,
dhanni (dugaan kuat), tidak absolut (qath’i), dan dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi
(UI, 2017). Oleh karena sifatnya yang berubah-ubah, Fikih biasanya disandarkan kepada para
ulama mujtahid yang memformulasikannya, antara lain: Fikih Hanafi, Fikih Syafi’I, Fikih
Maliki, Fikih Hambali, dan sebagainya.
Oleh karena Fikih Islam harus berlandaskan hukum Islam, maka Fikih Islam tidak
boleh bertentangan dengan syariah Islam, melainkan harus sejalan. Salah satu contohnya
yakni ketentuan syariah Islam tentang wanita dan pria sama-sama menjadi ahli waris
almarhum orang tuanya. Fikih Islam tidak boleh menyatakan hal yang bertentangan, yakni
wanita tidak berhak menjadi ahli waris seperti keadaan masyarakat Arab sebelum Islam (UI,
2017).
Apabila dirangkum, maka terdapat beberapa pokok perbedaan antara syariah Islam
dan Fikih Islam, antara lain:
a. Dari segi sumber: syariah terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits; sedangkan Fikih
terdapat dalam kitab-kitab Fikih.
b. Dari segi sifat: syariah bersifat fundamental dan memiliki ruang lingkup yang lebih
luas daripada Fikih, sedangkan Fikih bersifat instrumental.
c. Syariah berlaku abadi sebagai ketentuan Allah SWT dan Rasul-Nya, sedangkah Fikih
merupakan karya manusia yang sifatnya berubah dari masa ke masa.
d. Dari segi jumlah: syariah hanya satu, sedangkan Fikih mungkin lebih dari satu. Hal ini
dapat dilihat dari banyaknya aliran Fikih atau yang biasa disebut dengan mazahib atau
kelompok-kelompok.
e. Syariah menunjukkan kesatuan dalam Islam, sedangkan Fikih menunjukkan
keragamannya (M. Daud Ali, 1999 dalam UI, 2017).

Oleh karena itu, sebagai umat Islam yang taat, sudah sepantasnya untuk mengetahui
tujuan
dari syariah Islam dengan cara menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya. Selain itu, sudah seharusnya manusia mampu membedakan antara syariah
Islam dengan Fikih Islam. Walaupun terdapat persamaan dan saling berkaitan, namun terdapat
beberapa perbedaan di antara keduanya. Hal ini sudah seharusnya dipahami, dengan begitu
barulah dapat dikatakan atau sudah menjadi umat muslim yang sudah memahami hukum
Islam dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai