Anda di halaman 1dari 3

Kontroversi Situs Nikah Sirri.

Com
Tanggung Jawab Manusia sebagai Muslim & Kriteria Keluarga Islam
Fetty Fauziyah Hidayat, 1706039143

Sumber : Buku Ajar MPK Agama Islam


Buku Fikih Responsibilitas: Tanggung Jawab Muslim dalam Islam
Buku Tanggung Jawab Ayah terhadap Anak Laki-Laki
Penulis : Dosen Agama Islam UI
Ali Abdul Halim Mahmud
Adnan Hasan Shalih Baharits
Data Publikasi : Buku Ajar MPK Agama Islam, Jakarta, Midada Rahma Press, 247
Mahmud, A. A. H. (1998). Fikih Responsibilitas: Tanggung Jawab
Muslim dalam Islam. Retrieved from https://books.google.co.id/books?
hl=en&lr=&id=gjeDavO69kUC&oi=fnd&pg=PA5&dq=tanggung+jaw
ab+muslim&ots=3fed0ySXD4&sig=It0aMLHT2oDaz2ErDMSW2wcn
wYg&redir_esc=y#v=onepage&q=tanggung%20jawab
%20muslim&f=false
Baharits, A. H. S. (1996). Tanggung Jawab Ayah terhadap Anak Laki-
Laki. Retrieved from https://books.google.co.id/books?
hl=en&lr=&id=vTzhXQSFqjIC&oi=fnd&pg=PA15&dq=tanggung+ja
wab+manusia+sebagai+muslim&ots=em9-JZ2TfN&sig=gjBKYUN-
qxEvhsxx_sFtCxJ4JoY&redir_esc=y#v=onepage&q=tanggung
%20jawab%20manusia%20sebagai%20muslim&f=true

Manusia adalah salah satu makhluk hidup ciptaan Allah SWT. Manusia juga
merupakan ciptaan Allah yang diberikan akal dan pikiran agar bisa membedakan mana yang
benar dan salah. Oleh karena Allah telah menciptakan manusia, menempatkannya di dunia,
menundukkan semua yang ada di dunia untuk manusia, serta membolehkan manusia untuk
menikmati apa-apa yang baik dan halal di dalamnya; manusia haruslah merasa bersyukur dan
bertanggung jawab untuk melakukan sebuah balasan (Mahmud, 1998). Tanggung jawab atau
balasan yang dimaksud dalam Islam disebut juga sebagai responsibilitas Islam, di mana
responsibilitas tersebut tidak hanya kepada Allah SWT.
Ada 6 jenis responsibilitas Islam atau disebut juga sebagai responsibilitas manusia,
antara lain:
1. Terhadap Allah SWT, Al-Qur’an, dan Sunnah Rasulullah saw
2. Terhadap dirinya
3. Terhadap keluarga dan kerabatnya
4. Terhadap masyarakat tempat ia hidup
5. Terhadap umat Islam seluruhnya
6. Terhadap tempat ia melakukan dakwah, harakah, berorganisasi, pendidikan, atau amal
Islam lainnya
Responsibilitas kepada Allah SWT, Al-Qur’an, dan Sunnah Rasulullah saw bisa
dilakukan dengan menaati segala perintah untuk beribadah kepada-Nya sesuai dengan yang
disyariatkan-Nya: perbuatan, perkataan, akhlak, dan perilaku. Allah menjadikan ibadah ini
dalam beberapa ketentuan, yaitu:
 Beriman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab Allah, rasul-rasul, hari kiamat,
perhitungan amal dan balasan, qadha dan qadar
 Berserah diri kepada Allah SWT dengan mengucapkan la ilaaha illallah
 Memberi persaksian bahwa Muhammad Rasulullah telah menyampaikan seluruh apa
yang diwahyukan oleh Rabb-nya
 Mendirikan shalat, memberikan zakat, puasa pada bulan Ramadhan, melakukan
ibadah haji bagi yang mampu, taat kepada Rasulullah saw. secara mutlak
 Beramal saleh, melakukan amar ma’ruf nahi munkar serta berjihad di jalan Allah
untuk menegakkan kalimat Allah (Mahmud, 1998).
Sedangkan untuk responsibilitas terhadap diri sendiri atau individual bisa dilakukan
dengan cara:
o Membebaskan diri dari tindakan yang tercela dan mencegah dari kemungkaran
o Bersifat dengan sifat yang mulia dan mengajak kepada kebaikan
o Melakukan kebaikan dan bekerja sama dalam kebaikan dan ketakwaan (Mahmud,
1998).
Kemudian untuk responsibilitas terhadap keluarga dan kerabat misalkan dilihat dari
seorang ayah yang salah satu perannya untuk membentuk keluarga. Ayah memikul beban
sebagai pembentuk generasi Islam yang saleh. Hal ini dimulai sejak pemilihan istri yang baik
dan sesuai, memberinya mas kawin (shidaq) dan nafkah yang cukup. Setelah pernikahan itu
akan datang tugas baru yaitu mendidik anak sejak lahir dari mengadzani di telinga kanan dan
mengiqamatinya di telinga kiri pada saat anak baru dilahirkan, merawat, mengakikahi,
memilihkan nama yang baik, dan mendidiknya dengan baik (Baharits, 1996). Sedangkan
untuk responsibilitasi terhadap masyarakat tempat ia hidup maupun seluruh umat Islam yakni
dengan saling menghormati antar satu dengan yang lainnya ditambah dengan saling
mendoakan antar muslim Islam.
Lalu dalam hal pendidikan, selain dianjurkan untuk mencari ilmu sebanyak mungkin
untuk sendiri, dianjurkan pula untuk bijaksana dalam mendidik keluarga. Misalkan, ketika
seorang ayah mendidik sang buah hati. Metode yang paling bijak dalam mendidik dan
mengarahkan anak adalah dengan tidak memberi kemudahan seluas-luasnya kepada anak,
akan tetapi juga tidak mengekang anak. Metode dalam mendidik anak harus tetap disandarkan
pada kasih sayang dan kelembutan yang ikhlas dari orang tua kepada anak. Rasulullah
bersabda: “Sesungguhnya Allah Maha Halus dan menyukai kehalusan. Dia memberikan
sesuatu dengan kelembutan dan Allah tidak memberikan sesuatu dengan kekerasan.” (HR
Muslim). Selain itu, dalam memberikan nasihat sebaiknya tidak berlebihan karena
dikhawatirkan orang yang dinasihati akan merasa cepat jemu dan menimbulkan reaksi yang
tidak baik (Baharits, 1996). Perlu diingat bahwa segala sesuatu yang berlebihan tidaklah
memberikan kebaikan.
Berbicara mengenai keluarga, anggota yang biasanya terdiri atas ayah, ibu, dan anak
ini berasal dari kata ahl atau ahila dalam bahasa Arab. Keluarga yang rumah tangganya
ditegakkan adab-adab Islam, baik yang menyangkut individu maupun keseluruhan anggota
rumah tangga disebut keluarga Islam (UI, 2017). Keluarga Islam hanya dapat terbentuk bila
melalui proses Islami, di antaranya:
1. Ta’aruf (dengan iman/agama yang sama)
2. Khitbah
3. Menikah
Perlu diingat bahwa wanita dan pria mencari pasangan untuk dinikahi karena 4 hal, yaitu:
 Kecakapan (cantik/tampan)
 Harta
 Keturunan/nasabnya
 Agama
Namun, tekankan pada aspek agama karena dengan begitu keberuntungan akan
didapatkan. Apabila telah mencapai semua itu, maka akan terbentuklah tujuan keluarga yang
islami yakni:
 Sakinah
 Mawaddah
 Warahmah
Ketiga hal tersebut saling keterkaitan. Kata sakinah berasal dari bahasa Arab yang
berarti tenang atau “ketenangan”. Sakinah merupakan suatu ketenangan yang sering didahului
oleh gejolak karena dalam setiap rumah tangga diwarnai dengan gejolak bahkan
kesalahpahaman, namun dapat segera tertanggulangi lalu melahirkan sakinah (ketenangan).
Sedangkan mawaddah memiliki arti kelapangan dada dan terhindarnya jiwa seseorang dari
kehendak yang buruk. Mawaddah artinya adalah cinta sejati, cinta tidak lengkap kecuali bila
semua unsur-unsur terpenuhi, yaitu perhatian, tanggung jawab, penghormatan, serta
pengetahuan. Cinta yang dibingkai dalam hati yang mawaddah tidak akan lagi memutuskan
hubungan karena hatinya begitu lapang dan terhindar dari keburukan-keburukan. Kemudian
warahmah atau Rahmah adalah kasih sayang, kondisi psikologis yang yang muncul di dalam
hati karena menyaksikan ketidakberdayaan sehingga mendorong yang bersangkutan untuk
memberdayakannya (UI, 2017). Apabila telah mencapai ketiga unsur tersebut maka keluarga
Islamis benar-benar sudah terbentuk.
Bila keluarga Islam telah terbentuk, maka selanjutnya akan muncul tugas-tugas dan
tanggung jawab yang harus dipenuhi, di antaranya:
a) Mendidik keluarga secara Islam
b) Berbakti kepada orang tua (UI, 2017)
Oleh karena itu, sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang diberikan akal dan pikiran,
sudah seharusnya manusia merasa bersyukur dan memberikan responsibilitas, baik kepada
Allah SWT maupun kepada aspek yang lainnya. Kemudian sebagai makhluk yang akan terus
berkembang hingga akhirnya membentuk sebuah keluarga. Bentuklah keluarga tersebut
dengan proses dan kriteria Islam serta bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang akan ada
di dalam keluarga tersebut. Dengan begitu, akan tercapai keluarga yang sakinah, mawaddah,
dan warahmah atau yang merupakan tujuan dari keluarga Islam.

Anda mungkin juga menyukai