Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH POLA MAKAN TERHADAP KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA

PUTRI DI MTs N PENAWANGAN

Oleh;
Alfiatu Mustofiah¹ , Sutrisno²), Wahyu Dewi Hapsari³)
)
1)
Mahasiswa STIKES An Nur Purwodadi. Email: annurlppm@gmail.com
2)
Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi, email: radenmassutrisno@yahoo.com
3)
Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi, email: hapsari85ku@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama
negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia
banyak terjadi pada masyarakat terutama pada remaja putri. Anemia pada remaja sampai saat
ini masih cukup tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi
anemia dunia berkisar 40-88%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pola makan terhadap kejadian anemia pada remaja putri MTs N Penawangan Kabupaten
Grobogan.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian studi kuantitatif dengan pendekatan case
control, populasi dalam penelitian ini adalah siswi MTs N Penawangan yang mengalami
anemia. Teknik sampling yang digunakan adalah non probability sampling dengan sampel 65
orang. Uji Hipotesis yang digunakanadalah Chi-Square sebagai Analisis Statistik.
Hasil: Dalam penelitian ini hasil p value = 0.000 < 0.005. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak yang artinya ada pengaruh pola makan
terhadap kejadian anemia di MTs N Penawangan.
Simpulan: Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pola makan
terhadap kejadian anemia pada remaja putri MTs N Penawangan.

Kata Kunci : Pola makan, Anemia dan Remaja Putri

1
PENDAHULUAN diantaranya rendahnya asupan zat besi dan
Anemia merupakan salah satu masalah zat gizi lainnya meliputi vitamin A, C,
kesehatan di seluruh dunia terutama negara folat, riboplafin dan B12 mempengaruhi
berkembang yang diperkirakan 30% pola makan seperti makanan pokok berupa
penduduk dunia menderita anemia. nasi dengan jumlah 100 gram/hari, lauk
Anemia banyak terjadi pada masyarakat pauk nabati dengan jumlah 50 gr/hari, lauk
terutama pada remaja putri. Anemia pada pauk hewani 50 gr/hari. Sayuran yang di
remaja sampai saat ini masih cukup tinggi konsumsi dengan jumlah 100 gr/hari
(WHO, 2013). dengan jenis sayuran tiga warna berupa
Anemia pada balita sebesar 40,5%, sayuran hijau, sayuran merah dan sayuran
ibu hamil sebesar 50,5%, ibu nifas sebesar tidak berwarna. Buah-buahan yang mereka
45,1%, remaja putri usia 10-18 tahun konsumsi dengan jumlah 20 gr/hari – 75
sebesar 57,1% dan usia 19-45 tahun gr/hari dengan jenis apel, jeruk, alpukat,
sebesar 39,5%. Wanita mempunyai risiko pisang (Briawan D., 2014)
terkena anemia paling tinggi terutama pada Pada umumnya anemia lebih sering
remaja putri. Angka kejadian anemia di terjadi pada wanita dan remaja putri
Jawa Tengah pada tahun 2013 mencapai dibandingkan dengan pria. Yang sangat
57,1%. Siswi yang mengalami anemia disayangkan adalah kebanyakan penderita
71,1%, memiliki asupan protein kategori tidak tahu atau tidak menyadarinya.
kurang 63,2%, memiki asupan besi (Fe) Bahkan ketika tahupun masih menganggap
kategori kurang 68,4%, memiliki asupan anemia sebagai masalah sepele. Remaja
Vitamin C kategori kurang 86,8% putri mudah terserang anemia karena,
(DINKES JATENG, 2014) pada umumnya masyarakat Indonesia
Penyebab anemia secara umum dapat (termasuk remaja putri) lebih banyak
dipengaruhi oleh beberapa faktor – faktor mengkonsumsi makanan nabati yang
diantaranya yaitu usia, Pendidikan, kandungan zat besinya sedikit,
pengetahuan, konsumsi zat besi, status dibandingkan dengan makanan hewani,
ekonomi, gizi dan pola makan. Apabila sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi
seseorang mengalami kekurangan gizi, tidak terpenuhi. Remaja putri biasanya
gangguan penyerapan, atau malabsobsi ingin tampil langsing sehingga membatasi
dan pola makan yang tidak seimbang asupan makanan. Setiap hari manusia
(Hidayah, 2016). kehilangan zat besi 0,6 mg yang di eksresi,
Secara umum tingginya prevalensi khususnya melalui feses.
anemia disebabkan oleh beberapa faktor
2
Remaja putri mengalami haid setiap yaitu Kelas 7 dan 8 yang berjumlah 145
bulan, dimana kehilangan zat besi ± 1,3 dengan rincian 80 siswi yang mengalami
mg/ hari, sehingga kebutuhan zat besi anemia.
lebih banyak daripada pria. Jenis anemia Teknik sampling yang digunakan pada
yang paling sering timbul adalah penelitian ini adalah Nonprobability
kekurangan zat besi, yang terjadi bila kita sampling dengan teknik sampling jenuh
kehilangan banyak darah dari tubuh (baik yaitu teknik penentuan sampel bila semua
karena perdarahan luka ataupun anggota populasi digunakan sebagai
menstrusi), atupun makanan yang kita sampel yaitu setiap anggota dari populasi
konsumsi kurang mengandung zat besi. mempunyai kesempatan yang sama untuk
Infeksi cacing tambang, malaria ataupun diseleksi sebagai sampel. Sampel dalam
disentri juga bisa menyebabkan penelitian ini diambil dari table Krejcie
kekurangan darah yang parah. Ada dengan taraf kesalahan 5% berjumlah 65
beberapa tahap sampai tubuh kita orang populasi yang memenuhi kriteria
kekurangan zat besi. Mula-mula, simpanan inklusi (Nursalam (2008).
zat besi dalam tubuh menurun. Dengan Penelitian ini menggunakan pola
menurunnya zat besi, produksi hemoglobin makan sebagai variabel independen dan
dan sel darah merah berkuran (Adriani M kejadian anemia sebagai variabel
dan Bambang Wirjatmadi, 2012) dependen. Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah kuesione dengan Chi
METODE Square sebagai uji statistiknya.
Desain penelitian ini adalah penelitian
survey analitik, yaitu penelitian yang HASIL
mencoba menggali bagaimana dan A. Gambaran Umum Lokasi
mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di
ini adalah case control yaitu suatu Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTs
penelitian (survey) analitik yang N) Penawanagan yang berada di Jalan
menyangkut bagaimana faktor resiko Sedadi Karangrayung Bologarang
dipelajari dengan menggunakan Kecamatan Penawangan Kabupaten
pendekatan retrospektif (Notoatmodjo, Grobogan. MTs N Penawangan
2012). merupakan salah satu sekolah yang
Populasi pada penelitian ini adalah berbasis formal yang mengajarkan
seluruh Siswi Putri MTs N Penawangan, pendidikan agama Islam. MTs N
3
Penawangan memiliki 1 Kepala C. Analisa Univariat
Sekolah, 33 Tenaga Pengajar, 548 Tabel 3 Distribusi Pola Makan
siswa dan terdapat 17 ruangan yang Dengan Kejadian Anemia
terdiri dari 1 Ruang Kepala Sekolah, Pola Anemia Tidak
2 Ruang Guru, 13 Ruang Kelas, serta Makan Anemia
1 mushola. Rata-rata siswa yang Baik 12 (18.5%) 56 (86.2%)
bersekolah di MTs N Penawangan Buruk 53 (81.5%) 9 (13.8%)
berusia 12 tahun sampai 16 tahun, Total 65 65
dan pembelajaran dimulai dari pukul
07.00 WIB hingga pukul 13.30 WIB.
D. Analisa Bivariat
Tabel 4 Distribusi Pengaruh Pola
B. Karakteristik Responden Makan Terhadap Kejadian Anemia
Responden dalam penelitian ini
Pola Anemia
adalah 65 remaja putri yang mengalami
Makan Ya Tidak
anemia.
12 56
1. Umur Baik Count
(9%) (43%)
Tabel 1 Distribusi Umur Responden
Expected
Umur Anemia Tidak Anemia 34.0 34.0
Count
13 34 (52.3 %) 11 (16.9 %)
53
14 18 (27.7%) 38 (58.5% ) Buruk Count 9 (7%)
(41%)
15 13 (20.0%) 16 (24.6%)
Expected
Total 65 65 31.0 31.0
Count
. Total Count 65 65
2. Jenis Kelamin Expected
Tabel 2 Distribusi Jenis Kelamin 65.0 65.0
Count
Jenis Anemia Tidak Dari hasil uji Chi Square didapatkan
Kelamin Anemia hasil uji antara pola makan dengan
Perempuan 65 (100%) 65 kejadian anemia diketahui p (0.000) < a
(100%) (0.005), maka Ha diterima Ho ditolak yang
Total 65 65 artinya terdapat pengaruh pola makan
terhadap kejadian anemia di MTs N
Penawangan Kabupaten Grobogan.
Berdasarkan kekuatan pengaruh yang
4
digunakan dalam penelitian ini adalah OR hemoglobin dan jaringan zat besi. Keadaan
artinya remaja putri yang mengalami tersebut dapat menyebabkan defisiensi zat
anemia 2,06 kali untuk mengalami anemia besi dan anemia. Pola makan pada remaja
dibandingkan dengan remaja putri yang putri terutama pola makan buruk dapat
tidak anemia. menyebabkan anemia karena anemia
dipengaruhi secara langsung oleh
PEMBAHASAN konsumsi makanan sehari-hari yang
Berdasarkan pengujian statistik kurang mengandung zat besi, seperti
dengan uji chi square dinyatakan ada sayuran berwarna hijau tua (bayam,
pengaruh yang signifikan antara pola kangkung, daun ketela rambat dan
makan dengan kejadian anemia pada brokoli). Remaja putri mudah terserang
remaja putri yang ditunjukkan dengan nilai anemia karena, pada umumnya remaja
P-Value sebesar 0,000 atau kurang dari putri lebih banyak mengkonsumsi
0,005. Pada taraf signifikan 95% sehingga makanan nabati (sayur-sayuran dan buah-
hipotesis yang menyatakan bahwa ada buahan) yang kandungan zat besinya
pengaruh pola makan terhadap kejadian sedikit. Remaja putri biasanya ingin tampil
anemia di MTs N Penawangan. Parameter langsing sehingga membatasi asupan
kekuatan hubungan yang digunakan adalah makanan, hal ini dapat menyebabkan
OR (lihat baris pertama pada risk remaja putri mengalami anemia. Gejala
estimate), yaitu sebesar 2,06 denan IK anemia yang sering dialami remaja putri
95% 122-348. Artinya responden dengan yaitu pusing, lesu, rasa mengantuk, cepat
pola makan buruk mempunyai lelah dan aktivitas berkurang. Pada
kemungkinan (oods) 2,06 kali mengalami penelitian ini dilihat dari makanan yang
anemia dibandingkan dengan responden dikonsumsi oleh remaja putri tidak
pola makan baik. memiliki jumlah kalori dan zat gizi yang
Remaja putri yang mengalami anemia sesuai dengan kebutuhan seperti
dengan pola makan baik sebanyak 12 karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
responden sedangkan remaja putri yang mineral, serat dan air sehingga status
tidak anemia dengan pola makan buruk gizinya tidak dapat tercukupi maka dapat
sebanyak 9 responden. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya anemia.
mempengaruhi anemia selain pola makan Banyak faktor yang dapat
adalah seperti menstruasi, riwayat penyakit mempengaruhi anemia pada remaja putri
dan pola aktivitas. Faktor-faktor tersebut seperti pola makan, pola menstruasi,
menyebabkan menurunya konsentrasi pengetahuan, sikap tentang kejadian
5
anemia. Anemia menimbulkan dampak sesuai dengan penelitian Umi Khalsum
pada remaja purti antara lain cepat lelah, (2016), yaitu anemia disebabkan karena
menurunya daya tahan tubuh terhadap kehilangan sel darah kronis, asupan zat
penyakit infeksi dan menurunya kebugaran besi yang tidak cukup, penyerapan tidak
tubuh. Remaja putri rentan mengalami adekuat dan peningkatan kebutuhan zat
anemia karena selain terjadinya menarche besi untuk pembentukan sel darah merah
dan ketidakteraturan menstruasi. Pola yang lazim berlangsung di antaranya pada
makan yang salah dan pengaruh pergaulan masa pubertas dan karena aktifitas yang
karena ingin langsing dan diet yang ketat meningkat, diet yang salah, pola makan
dan kebiasaan makan yang tidak teratur yang tidak teratur, dan mengalami
dapat menyebabkan anemia (Suryani, menstruasi dimana zat besi hilang bersama
2015). darah menstruasi.
Pola makan seimbang terdiri dari Hasil penelitian ini diperkuat oleh
berbagai makanan dalam jumlah dan penelitian yang dilakukan Sinaga (2013)
proporsi yang sesuai untuk memenuhi Tentang Pengaruh Pola Makan Terhadap
kebutuhan gizi seseorang. Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di
Pola makan yang tidak seimbang akan SMA Dharma Pancasila Medan Tahun
menyebabkan zat gizi yang masuk 2013, menunjukkan proporsi anemia
kedalam tubuh dan dapat menyebakan remaja putri di SMA Dharma Pancasila
terjadinya kekurangan gizi atau sebaliknya adalah 23,0%, dan ada pengaruh asupan
pola konsumsi yang tidak seimbang juga zat besi (p=0,045) terhadap kejadian
mengakibatkan zat gizi tertentu berlebih anemia, sedangkan asupan protein, folat,
dan menyebabkan terjadinya gizi lebih vitamin C, konsumsi teh dan kopi tidak
(Waryana, 2010). berpengaruh terhadap kejadian anemia.
Penelitian ini memberikan gambaran Remaja putri yang asupan zat besinya
bahwa remaja putri memiliki pola makan tidak tercukupi mempunyai kemungkinan
buruk sangat rentan terjadinya anemia 8 kali lebih besar mengalami anemia
karena pola makan remaja putri tidak dibanding dengan remaja putri yang
seimbang dan kekurangan zat besi. Pola asupan zat besinya cukup.
makan yang buruk berkepanjangan sering Penelitian ini diperkuat oleh Martini
menjadi penyebab dari anemia. Anemia (2015). Dengan jurnal Faktor-Faktor Yang
adalah keadaan dimana sel darah merah Berhubungan Dengan Kejadian Anemia
atau kadar hemoglobin dalam sel darah Pada Remaja Putri di MAN 1 Metro.
merah berada dibawah normal hal tersebut Yang menunjukkan bahwa dari 115
6
responden, diperoleh hasil kejadian anemia dengan nilai “Estimate” yaitu 2,06 yaitu
yang berjumlah 40% dari 115 responden sebesar 2,06 dengan IK 95% 1,22-3,48.
yaitu terdapat hubungan antara faktor- Artinya responden dengan pola makan
faktor dengan kejadian anemia dengan buruk mempunyai kemungkinan 2,06 kali
nilai p=0,009. Berdarkan uji Ood Ratio untuk mengalami anemia dibandingkan
(OR) menunjukkan hasil interval dengan responden yang pola makan baik.
konfodance 95% yaitu sebesa 3,059. Nilai Asymp. Sig (2-Sided)
Artinya responden yang memiliki status menunjukkan nilai p value atau signifikasi
gizi yang baik beresiko sekurang- nilai OR. Apabila < 0,05 maka pada taraf
kurangnya 1,380 kali untuk mengalami kepercayaan 95%, OR dinyatakan
anemia dan yang memiliki status gizi yang signifikan atau bermakna yang bearti dapat
buruk lebih besar beresiko sebesar 6,781 mewakili keseluruhan populasi. Nilai
kali untuk mengalami anemia. Common Odds Rasio Lower Bound dan
Penelitian ini sejalan dengan Upper Bound menunjukkan batas atas dan
penelitian yang dilakukan oleh Kalsum batas bawah OR, yang artinya responden
dan Halim (2016), Tentang Kebiasaan dengan pola makan buruk mempunyai
Sarapan Pagi Berhubungan Dengan kemungkinan 2,06 kali untuk mengalami
Kejadian Anemia Pada Remaja di SMA anemia dibandingkan dengan responden
Negeri 8 Muaro Jambi, menunjukkan dengan pola makan baik.
bahwa dari 180 responden denagn kejadian Hal ini sesuai dengan penelitian yang
anemia 46,7%, dimana 66,7 % putri dan dilakukan (ummi kalsum, 2016).
23,8% putra. Didapatkan hasil P= 0,03, Menyatakan dari analisis diperoleh nilai
berdasarkan uji OR= 2,05; 95% CI = 1,11- OR pada CI 95% 2,05 yang berada pada
3,78). Dapat disimpulkan bahwa ada rentang 1,11-3,78, artinya resiko terjadinya
hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan anemia pada remaja putri yang mengalami
kejadian anemia. pola makan buruk sebesar 2,05 kali
Oods Ratio (OR) adalah ukuran dibandingkan dengan yang tidak
asosiasi paparan (faktor resiko) dengan mengalami pola makan buruk.
kejadian penyakit dihitung dari angka
kejadian penyakit pada kelompok beresiko KESIMPULAN
terpapar faktor resiko) dibanding angka 1. Pola makan remaja putri di MTs N
kejadian penyakit pada kelompok yang Penawangan diperoleh hasil bahwa
tidak berisiko (tidak terpapar faktor resiko) responden yang mempunyai pola
Shopiyudin, (2012). Nilai OR ditunjukkan
7
makan buruk sebanyak 53 orang Adriani, M dan Bambang Wirjatmadi.
(2012). Peranan Gizi dalam Siklus
(81.5%).
Kehidupan, Jakarta : Kencana Prenada
2. Ada pengaruh pola makan dengan Media Group.
kejadian anemia pada remaja putri
Notoatmodjo. (2012). Metodologi
MTs N Penawangan dengan pvalue < Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT.
Rineka Cipta.
α (0.005) dengan hasil p value = 0.000
< 0.005 Dari hasil tersebut dapat Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan
metodologi penelitian keperawatan.
disimpulkan bahwa Ha diterima Ho
Jakarta: Salemba Medika.
ditolak yang artinya terdapat pengaruh
pola makan terhadap kejadian anemia
di MTs N Penawangan.
3. Berdasarkan uji kekuatan pengaruh
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah OR artinya remaja putri di MTs
N Penawangan yang mengalami
anemia 0.036 kali lebih besar untuk
mengalami pola makan buruk
dibandingkan dengan remaja putri
yang tidak anemia.

DAFTAR PUSTAKA
WHO. (2013). Global Nutrition
Target 2025 Anemia Policy Brief.
Diakses pada tanggal 29 Desember
2016 dari,
www.who.int/entity/nutrition/publicati
ons/globaltargets2025_policybrief_
anaemia/en/ - 29k.

Dinkes, Jateng. (2014) Kesehatan Provinsi


Jawa Tengah Semarang: Dinkes
Jateng 2014.

Hidayah (2016). Analisis Faktor Penyebab


Anemia Wanita Usia Subur Di Desa
Jepang Pakis Kabupaten Kudus 2016.

Briawan, D. (2014). Anemia. Masalah Gizi


Pada Remaja Wanita. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai