Anda di halaman 1dari 10

Efektifitas Penyuluhan dan Kepatuhan Minum Tablet Tambah

Darah (TTD) terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin Remaja


Putri di Desa Kalijaya Kecamatan Telagasari Kabupaten
Karawang Tahun 2019

Lilis Suryani1, Oon Sopiah2

lilisfayra@gmail.com

Universitas Singaperbangsa Karawang


Jalan H.S Ronggowaluyo Teluk Jambe Timur Karawang 41361

ABSTRAK

Remaja putri yang menderita anemia ketika menjadi ibu hamil berisiko melahirkan
dengan bayi BBLR dan stunting. Sosialisasi tentang anemia dan pemberian
suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja putri merupakan salah satu
upaya pemerintah Indonesia untuk memenuhi asupan zat besi. Sehingga penulis
tertarik melakukan penelitian dengan tujuan yaitu untuk mengetahui dan
menganalisa efektivitas dari penyuluhan dan kepatuhan minum TTD terhadap
peningkatan kadar hemoglobin pada remaja putri. Metodologi penelitian yang
digunakan adalah Pre-Ekperimental Design dengan rancangan One Group Pretest-
Postest Design. Teknik pengumpulan data yaitu primer dari hasil observasi pada dua
kelompok intervensi dan kontrol. Analisis yang digunakan univariat dan bivariat. Hasil
penelitian, menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara remaja putri yang
mendapatkan penyuluhan (p=0,004) dengan remaja putri yang tidak mendapat
penyuluhan (p=0,000) terhadap peningkatan kadar Hb remaja putri. Dan remaja putri
yang patuh minum tablet penambah darah secara teratur 1 minggu sekali selama
dua bulan, pada kelompok intervensi mengalami kenaikan kadar hemoglobin
berkisar antara 0,2-3 gr/dL dan pada kelompok kontrol mengalami kenaikan kadar
hemoglobin berkisar antara 0,2-1,3 gr/dL. Perlu adanya peningkatan pengetahuan
remaja dan orang tua guna mendukung dalam penggulangan anemia bagi remaja,
sehingga tercapainya remaja Indonesia yang bebas anemia.
Kata Kunci : Anemia pada Remaja Putri

ABSTRACT

Adolescent girls who suffer from anemia when they become pregnant are at risk of
having a baby with LBW and stunting. The dissemination of anemia and
supplementation of blood-supplementing tablets to young women is one of the
efforts of the Indonesian government to meet iron intake. So the authors are
interested in conducting research with the aim of which is to find out and analyze the
effectiveness of counseling and adherence to taking TTD to increase hemoglobin
levels in adolescent girls. The research methodology used is Pre-Experimental
Design with One Group Pretest-Postest Design. Data collection techniques are
primary from the results of observations in the two intervention and control groups.
The analysis used univariate and bivariate. The results of the study showed a
significant difference between young women who received counseling (p = 0.004)
and young women who did not receive counseling (p = 0,000) on increasing girls' Hb
levels. And adolescent girls who adhere to take blood-boosting tablets regularly once
a week for two months, in the intervention group experienced an increase in
hemoglobin levels ranging from 0.2-3 gr / dL and in the control group an increase in
hemoglobin levels ranged from 0.2-1 , 3 gr / dL. It is necessary to increase the
knowledge of adolescents and parents to support the recovery of anemia for
adolescents, so that the achievement of anemic adolescent-free Indonesian
teenagers is achieved.
Keywords: Anemia in Young Women

45 | P a g e
Pendahuluan

Menurut WHO anemia merupakan masalah kesehatan yang paling sering

di jumpai di negara-negara maju maupun berkembang. Meskipun penyebab

utama adalah kekurangan zat besi, namun anemia juga merupakan masalah

kurang gizi mikro yang cukup besar didunia dengan prevalensi 40%.1

Angka kejadian anemia remaja putri di Indonesia terjadi peningkatan.

Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004

menyatakan bahwa prevalensi anemia defisiensi tertinggi terdapat pada

remaja putri usia 10-18 tahun sebesar 57,1%, dibandingkan pada ibu hamil

50,5%, ibu nifas 45,1%, dan balita 40,5%.

Kesadaran remaja mengkonsumsi tablet penambah darah saat

menstruasi tidak lepas dari informasi dan pengetahuan, hal ini dikarena

pengetahuan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi

seseorang. Kesadaran remaja dalam upaya pencegahan anemia melalui

konsumsi tablet Fe masih rendah terbukti dengan survey anemia yang

dilakukan pada 9 sekolah baik SMP maupun SMA di Kabupaten Sleman

Yogyakarta, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya 2.67 % siswi

mengkonsumsi tablet besi ketika sedang haid.2

Berdasarkan hasil Survey Masyarakat Desa (SMD) Desa Kalijaya dalam

Praktek Kebidanan Komunitas Mahasiswa Program Studi Kebidanan

Universitas Singaperbangsa Karawang pada tanggal 28 Januari sampai

dengan 16 Februari 2019. Didapatkan bahwa : Jumlah remaja di Desa

Kalijaya sebanyak ± 499 jiwa dengan 41% remaja putri pernah mendapatkan

tablet penambah darah tapi tidak rutin mengkonsumsi, 59% remaja putri

belum pernah mendapatkan tablet penambah darah, 63% remaja belum

pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan dalam 6 bulan terakhir sehingga

permasalahan remaja ini pun menjadi rengking ke 4 prioritas masalah yang

harus diselesaikan. Sehingga perlu adanya penyuluhan dan pemberian

Tablet Tambah Darah (TTD) kepada remaja tentang pencegahan anemia

46 | P a g e
pada remaja yang dapat diaplikasikan dalam bentuk penelitian di Desa

Kalijaya.3

Dan berdasarkan roadmap penelitian Program Studi Kebidanan yang

menitikberatkan pada upaya pencegahan anemia pada remaja sebagai salah

satu upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, penulis tertarik

melakukan penelitian berjudul "Efektifitas Penyuluhan dan Kepatuhan Minum

Tablet Tambah Darah (TTD) terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin

Remaja Putri di Desa Kalijaya Kecamatan Telagasari Kabupaten Karawang

Tahun 2019"

Metode Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Pre-Ekperimental Design

dengan rancangan One Group Pretest-Postest Design. Dengan

mengobservasi sebanyak 2 kali dan membandingkan kelompok yang

mendapat pelakukan dan yang tidak, kemudian diobservasi kembali di lain

waktu yang telah ditentukan (Sugiono, 2015).

Peneliti mengukur kadar hemoglobin remaja putri pada menggunakan

alat ukur hemoglobinometer digital (Easy Touch GCHb) dengan hasil ukur 1

(anemia, < 12 mg/dL) dan 2 (tidak anemia, ≥ 12 mg/dL) pada kelompok

intervensi yang mendapat perlakuaan seperti memberikan penyuluhan

tentang penggulangan anemia dan kelompok control yang tidak

mendapatkan penyuluhan tetapi keduanya diberikan fe sesuai dengan

kebutuhan responden.

Setelah diberikan tablet tambah darah selama 2 bulan kemudian peneliti

mengobservasi kembali kadar hemoglobin responden apakah ada

peningkatan, menurun atau tetap. Selanjutnya peneliti menganalisis

seberapa besar efektifitas penyuluhan dan pemberian Tablet Tambah Darah

(TTD) terhadap peningkatan kadar hemoglobin responden

47 | P a g e
Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Tabel 1.1 Distribusi frekuensi usia remaja putri

Usia Kelompok Kelompok


Intervensi Kontrol
(tahun) n % n %
11 2 6.7 0 0
12 4 13.3 0 0
13 9 30.0 0 0
14 5 16.7 1 3.3
15 0 0 11 36.7
16 4 13.3 17 56.7
17 2 6.7 1 3.3
18 3 10.0 0 0
19 1 3.3 0 0
Total 30 100.0 30 100.0

Tabel 1.2 Ukuran pemusatan dan ukuran penyebaran usia remaja putri

Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol

Mean 14.2 15.6


Median 13.5 16.0
Modus 13 16
Minimum 11 14
Maksimum 19 17
Standar deviasi 2.258 0.621

Berdasarkan tabel 1.2 diketahui bahwa usia remaja putri pada

kelompok intervensi rata rata berusia 14.2 tahun dengan usia paling

muda berusia 11 tahun dan paling tua 19 tahun. Sedangkan pada

remaja putri pada kelompok kontrol rata rata berusia 15.6 tahun

dengan usia paling muda berusia 14 tahun dan paling tua berusia 17

tahun.

48 | P a g e
Tabel 1.3 Hasil analisis tingkat pengetahuan remaja putri tentang
pencegahan anemia

Tingkat Kelompok Kelompok


Pengetahuan Intervensi Kontrol
n % N %
Kurang 5 16.7 15 50.0
Baik 25 83.3 15 50.0
Total 30 100.0 30 100.0

Berdasarkan tabel 1.3 diketahui bahwa remaja putri pada

kelompok yang diberikan intervensi (penyuluhan) sebanyak 83.3%

memiliki pengetahuan baik. Sedangkan remaja putri pada kelompok

kontrol sebanyak 50.0% memiliki pengetahuan baik.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kelompok remaja putri

yang mendapatkan penyuluhan (intervensi) pengetahuannya tentang

pencegahan anemia persentasenya lebih baik dibandingkan remaja

putri pada kelompok kontrol atau yang tidak mendapatkan penyuluhan.

Tabel 1.4 Hasil analisis tingkat kepatuhan remaja putri dalam


mengkonsumsi tablet tambah darah

Tingkat Kelompok Kelompok


Kepatuhan Intervensi Kontrol
N % N %
Tidak Patuh 10 33.3 14 46,7
Patuh 20 66.7 16 53.3
Total 30 100.0 30 100.0

Berdasarkan tabel 1.4 diketahui bahwa remaja putri pada

kelompok yang diberikan intervensi (penyuluhan) sebanyak 66.7%

patuh minum tablet tambah darah. Sedangkan remaja putri pada

kelompok kontrol sebanyak 53.3% patuh minum tablet tambah darah.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kelompok remaja putri

yang mendapatkan penyuluhan tingkat kepatuhan dalam

mengkonsumsi Tabet Tambah Darah, persentasenya lebih tinggi

dibandingkan remaja putri pada kelompok yang tidak mendapatkan

penyuluhan.

49 | P a g e
Tabel 1.5 Hasil analisis kejadian anemia pada remaja putri

Kejadian Kelompok Kelompok


Anemia Intervensi Kontrol
Hb (1) Hb (2) Hb (1) Hb (2)
n (%) n (%) n (%) n (%)
Anemia 6 (20.0) 1 (3.3) 5 (16.7) 3 (10.0)
(< 12 g/dL)
Tidak Anemia 24 (80.0) 29 (96.7) 25 (83.3) 27 (90.0)
(12-16 g/dL)
Total 30 (100.0) 30 (100.0) 30 (100.0) 30 (100.0)

Berdasarkan tabel 1.5 diketahui bahwa remaja putri pada

kelompok yang diberikan intervensi (penyuluhan) didapatkan hasil

pemeriksaan hb pertama sebanyak 20.0% mengalami anemia dan

hasil pemeriksaan hb kedua sebanyak 3.3% mengalami anemia.

Sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan hasil pemeriksaan hb

pertama sebanyak 16.7% mengalami anemia dan hasil pemeriksaan

hb kedua sebanyak 10.0% mengalami anemia.

Dengan demikian terlihat bahwa kelompok remaja yang

mendapatkan intervensi dan kelompok kontrol cenderung mengalami

penurunan jumlah remaja yang mengalami anemia, namun

presentasenya pada pemeriksaan kedua yang mengalami anemia

lebih sedikit pada kelompok yang mendapatkan intervensi.

Tabel 1.6 Perbedaan peningkatan kadar Hb remaja putri pada


kelompok intervensi dan kelompok kontrol

Kelompok Mean n Standar Minimum Maksimum p


Deviasi
Intervensi
Kadar Hb (1) 12.81 30 1.220 10.5 15.0 0.004
Kadar Hb (2) 13.44 30 0.764 11.5 14.9
Kontrol
Kadar Hb (1) 13.65 30 1.329 10.9 16.2 0.000
Kadar Hb (2) 13.60 30 0.940 11.5 15.0

50 | P a g e
Pada tabel 1.6 diatas dapat dilihat perbedaan nilai rata –rata

kadar hemoglobin remaja putri pada kelompok intervensi atau yang

mendapat penyuluhan, hasil pemeriksaan pertama nilai rata-rata 12,81

sedangkan pemeriksaan kadar hemoglobin kedua nilai rata-ratanya

adalah 13,44. Dengan standar deviasi pemeriksaan Hb pertama 1,220

dan standar deviasi pemeriksaan Hb kedua 0,764.

Kadar hemoglobin remaja pada pemeriksaan pertama paling

rendah adalah 10,5 gr/dL sedangkan pemeriksaan kedua kadar

hemoglobin paling rendah naik menjadi 11,5 gr/dL. Kadar hemoglobin

remaja pada pemeriksaan pertama tertinggi adalah 15,0 gr/dL dan

pada pemeriksaan kedua tertinggi 14,0 gr/dL. Hasil uji statistic dengan

menggunakan uji T didapat nilai p = 0,004 (p < 0,05), berarti adanya

pengaruh penyuluhan terhadap peningkatan kadar Hb remaja putri.

Pada tabel 3.6 diatas dapat dilihat perbedaan nilai rata –rata

kadar hemoglobin remaja putri pada kelompok kontrol atau yang tidak

mendapat penyuluhan, hasil pemeriksaan pertama nilai rata-rata 13,65

sedangkan pemeriksaan kadar hemoglobin kedua nilai rata-ratanya

adalah 13,60. Dengan standar deviasi pemeriksaan Hb pertama 1,329

dan standar deviasi pemeriksaan Hb kedua 0,940.

Kadar hemoglobin remaja pada pemeriksaan pertama paling

rendah adalah 10,9 gr/dL sedangkan pemeriksaan kedua kadar

hemoglobin paling rendah naik menjadi 11,5 gr/dL. Kadar hemoglobin

remaja pada pemeriksaan pertama tertinggi adalah 16,2 gr/dL dan

pada pemeriksaan kedua tertinggi 15,0 gr/dL. Hasil uji statistic dengan

menggunakan uji T didapat nilai p = 0,000 (p < 0,05), berarti ada

pengaruh tidak penyuluhan dan terhadap peningkatan kadar Hb

remaja putri.

Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan bermakna

remaja putri yang mendapatkan penyuluhan (p=0,004) dengan remaja

51 | P a g e
putri yang tidak mendapat penyuluhan (p=0,000) terhadap

peningkatan kadar Hb remaja putri. Dan remaja putri yang patuh

minum tablet penambah darah secara teratur 1 minggu sekali selama

dua bulan, pada kelompok intervensi mengalami kenaikan kadar

hemoglobin berkisar antara 0,2-3 gr/dL dan pada kelompok kontrol

mengalami kenaikan kadar hemoglobin berkisar antara 0,2-1,3 gr/dL.

Dapat disimpulkan bahwa penyuluhan dan kepatuhan minum

tablet tambah darah, efektif dalam meningkatkan kadar hemoglobin

remaja putri. Karena penyuluhan yang diberikan dapat meningkatkan

pengetahuan, sehingga remaja putri lebih memahami bagaimana

pentingnya melakukan pencegahan anemia yang salah satunya yaitu

patuh minum tablet tambah darah secara teratur sehingga adanya

peningkatan kadar hemoglobin pada remaja putri.

Hal ini sejalan dengan penelitian Rachmadianto (2014) dengan

judul Efektifitas Pemberian Tablet Tambah Darah Terhadap Kadar Hb

Siswi SLTPN 1 Donorojo Kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan

didapatkan bahwa nilai p 0,026 dimana nilai tersebut (< 0,05) artinya

ada efektifitas pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) terhadap kadar

hb siswi SLTPN 1 Donorojo Kecamatan Donorojo Kabupaten

Pacitan.12

Kesimpulan Dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan

bermakna remaja putri yang mendapatkan penyuluhan (p=0,004) dengan

remaja putri yang tidak mendapat penyuluhan (p=0,000) terhadap

peningkatan kadar Hb remaja putri. Dan remaja putri yang patuh minum

tablet penambah darah secara teratur 1 minggu sekali selama dua bulan,

pada kelompok intervensi mengalami kenaikan kadar hemoglobin berkisar

antara 0,2-3 gr/dL dan pada kelompok kontrol mengalami kenaikan kadar

hemoglobin berkisar antara 0,2-1,3 gr/dL.

52 | P a g e
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyuluhan dan kepatuhan minum

tablet tambah darah, efektif dalam meningkatkan kadar hemoglobin remaja

putri. Karena penyuluhan yang diberikan dapat meningkatkan pengetahuan,

sehingga remaja putri lebih memahami bagaimana pentingnya melakukan

pencegahan anemia yang salah satunya yaitu patuh minum tablet tambah

darah secara teratur sehingga adanya peningkatan kadar hemoglobin pada

remaja putri.

Sarannya perlu adanya peningkatan pengetahuan orang tua dalam

penggulangan anemia bagi remaja misalnya pemenuhan kebutuhan nutrisi

dan kebutuhan minum tablet tambah darah bagi remaja, sehingga

tercapainya remaja Indonesia yang bebas anemia.

Daftar Pustaka

1. WHO, 2008, Worldwide Prevalence of Anaemia 1993–2005. Tersedia

Online [http://whqlibdoc.who.int] [3 Pebruari 2019]

2. Restuti, Arisanty Nursetia. Hubungan Antara Asupan Zat Gizi Dan Status

Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri. Jember : Jurnal Ilmiah

INOVASI, Vol.1 No.2 Edisi September – Desember 2016, ISSN 1411 –

5549

3. Laporan Praktek Kebidanan Komunitas Mahasiswa Prodi Kebidanan

Unsika di Desa Kalijaya Kecamatan Telagasari Kabupaten Karawang

Tahun 2019. Karawang : FIKes Unsika.

4. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan

Praktek. Rineka Cipta: Jakarta

5. Aulia, Ghea Yanna.dkk. 2017. Gambaran Status Anemia Pada Remaja

Putri Di Wilayah Pegunungan Dan Pesisir Pantai (Studi Di Smp Negeri

Kecamatan Getasan Dan Semarang Barat). Jurnal Kesehatan

Masyarakat (e-Journal) Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-

53 | P a g e
3346) http://ejournal- s1.undip.ac.id/index.php/jkm

6. Badan Litbangkemenkes RI, 2013, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

2013, [Online], Tersedia [http://labdata.litbang.kemenkes.go.id/] (9

Februari 2019)

7. Badriah, Dewi Laelatul. 2009. Penelitian Ilmu-ilmu Kesehatan. Bandung:

Multazam

8. Kemenkes RI, 2016. Pedoman Penanggulangan dan Pencegahan

Anemia pada Remaja Purtri dan Wanita Usia Subur (WUS). Jakarta :

Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI.

9. Kennelly PJ, Rodwell VW. Protein: mioglobin dan hemoglobin. Dalam:

Murray RK, Granner DK, Rodwell VW, Editor. Biokimia harper. Edisi ke

27. Pendit BU, alih bahasa Indonesia. Wulandari N, editor edisi bahasa

Indonesia. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC; 2009. p. 44- 52.

10. Marianne C. Jacobus 2 Max F. J. Mantik 2 Adrian Umboh. 2016.

Perbedaan kadar hemoglobin pada remaja gizi baik yang tinggal di

pegunungan dengan yang tinggal di tepi pantai. Jurnal e-Clinic (eCl),

Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016. https://ejournal.unsrat.ac.id/index

11. Martini, 2015. Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

Anemia pada Remaja Putri di MAN 1 Metro. Tanjung Karang : Jurnal

Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VIII No. 1 Edisi Juni 2015 ISSN:

19779-469X. Rachmadianto, 2014. Efektifitas Pemberian Tablet Tambah

Darah Terhadap

12. Kadar Hb Siswi SLTPN 1 Donorojo Kecamatan Donorojo Kabupaten

Pacitan. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

http://eprints.ums.ac.id

13. Saswita, Reni. 2016. Gambaran Lama Menstruasi Dan Status Gizi

Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Di SMK Bina Cipta

Palembang Tahun 2016. Palembang: STIKES Mitra Adiguna.

54 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai