Anda di halaman 1dari 6

OKSITOSIN, KEBIDANAN, VOL. V, NO.

2, AGUSTUS 2018 : 113-118

PENINGKATAN PERILAKU PENATALAKSANAAN ANEMIA


REMAJA PUTRI MELALUI PEER GROUP SHARING

INCREASING THE BEHAVIOR OF ANEMIA MANAGEMENT FOR


ADOLESCENT THROUGH PEER GROUP SHARING
Debbiyatus Sofia1, Supratiknyo
Prodi DIII Kebidanan,Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ibrahimy
1Email: debyyatussofia@gmail.com

ABSTRAK

Anemia adalah kondisi tubuh saat kadar hemoglobin <12 g/dL. Risiko anemia remaja putri
sepuluh kali lebih besar dibandingkan remaja putra karena mengalami mentruasi sehingga perlu suplai zat
besi lebih banyak. Penelitian bertujuan mengetahui peningkatan perilaku penatalaksanaan anemia remaja
putri melalui peer group sharing. Penelitian menggunakan metode quasi experiment design non
equivalent pretest-postest with control group. Sampel penelitian berjumlah 61 orang. Data dianalisa
menggunakan Uji T dan p value = 0,000 serta peningkatan rata-rata nilai perilaku sebesar 4,17 sehingga
peer group sharing mampu meningkatkan perilaku penatalaksanaan anemia remaja. Remaja adalah
sebuah periode perubahan sosial yakni meningkatnya pengaruh teman sebaya sehingga pendidikan teman
sebaya merupakan sarana tepat yang bisa mempengaruhi perilaku remaja.

Kata kunci: perilaku remaja, anemia, peer group sharing

ABSTRACT

Anemia is the condition of the body when the hemoglobin level is <12 g / dL. The risk of
anemia adolescent is ten times greater than that of young men because they experience menstruation so
they need more iron supply. The aim of this study was to find out how to improve the behavior of anemia
management for young women through peer group sharing. The study used a quasi method non
equivalent pretest-posttest with control group design. The study sample consisted of 61 people. Data were
analyzed using the T-test and p value = 0,000 and an increase in the average behavior value of 4.17 so
that peer group sharing was able to improve the behavior of adolescent anemia management.
Adolescence is a period of social change, namely the increasing influence of peers so that peer education
is the right means that can influence adolescent behavior.

Keywords: adolescent behavior, anemia, peer group sharing

PENDAHULUAN laboratoris ditunjukkan dengan kadar


Anemia adalah berkurangya hemoglobin serta hitung eritrosit dan
kadar hemoglobin dalam darah dengan hematokrit di bawah normal
nilai <12 g/dL. Risiko anemia remaja (Handayani, 2008).
putri sepuluh kali lebih besar daripada Survei Kesehatan Rumah
remaja putra karena adanya mentruasi Tangga (SKRT) tahun 2012
setiap bulan sehingga membutuhkan menyebutkan bahwa prevalensi anemia
asupan zat besi yang lebih banyak untuk remaja putri umur 10-18 tahun sebesar
revitalisasi tubuh. Anemia secara 57,1%, sedangkan di Kabupaten

113
114 OKSITOSIN, KEBIDANAN, VOL. V, NO. 2, AGUSTUS 2018 : 113-118

Situbondo ditemukan prevalensi 28,0 pendekatan kelompok sebaya dalam


%. Prevalensi tersebut menjadi masalah penanganan sebuah masalah melalui
kesehatan masyarakat bagi remaja putri sebuah diskusi kelompok yang
karena sudah diatas 10% (Kemenkes beranggotakan sekelompok individu
RI, 2014). dengan umur sebaya. Metode peer
Anemia bisa menyebabkan education (pendidikan sebaya)
gangguan pertumbuhan fisik, perilaku merupakan kegiatan untuk peningkatan
dan emosional. Kondisi tersebut bisa kesadaran terhadap sesama teman
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan sebayanya dan saling berinteraksi guna
perkembangan sel otak sehingga berbagi informasi kesehatan (Palang
mampu menurunkan imunitas, mudah Merah Indonesia, 2010). Model
lapar, konsentrasi belajar terganggu, intervensi dengan metode peer group
menurunkan prestasi belajar serta sharing untuk pencegahan dan
produktifitas kerja rendah (Proverawati, penanggulangan anemia adalah metode
2011). yang kualitasnya bisa ditingkatkan
Penatalaksanaan anemia remaja karena modelnya lebih kompherensif.
putri belum banyak menggunakan aspek
preventif atau pencegahan. Pencegahan METODE PENELITIAN
anemia bisa dilakukan melalui upaya Penelitian menggunakan metode
preventif tingkat primer, sekunder quasi experiment design non equivalent
ataupun tersier. Intervensi pretest-postest with control group.
penatalaksanaan anemia bisa dilakukan Teknik pengambilan sampel melalui
melalui pemberdayaan masyarakat teknik acak sederhana sejumlah 61
(empowerment) seperti Peer group orang. Analisa statistika dengan Uji T
sharing. dan α=5%. Pengumpulan data dengan
Peer group sharing adalah kuesioner perilaku. Waktu penelitian
pemberdayaan masyarakat dengan mei-juli 2018.
OKSITOSIN, KEBIDANAN, VOL. V, NO. 2, AGUSTUS 2018 : 113-118 115

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan hasil sebagaimana dalam tabel berikut:

Tabel 1. Karakteristik Umum Remaja Putri Kelompok Perlakuan dan Kontrol


Kelompok
Data Umum Perlakuan Kontrol Uji Homogenitas
(p value)
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
(orang) (%) (orang) (%)
Umur (Th) 0,054
12 3 9,7 6 20
13 5 16,1 7 23,3
14 10 32,3 5 16,7
15 13 41,9 12 40
16 0 0 0 0
Total 31 100 30 100
Pendidikan (Kelas) 0,179
VII 8 25,8 13 43,3
VIII 10 32,3 5 16,7
IX 13 41,9 12 40
Total 31 100 30 100
Body Mass Index 0,580
(BMI)
Kurus (<18,4) 4 12,9 6 20
Normal (18,5-25) 24 77,4 22 73,3
Gemuk (25,1- >27) 3 9,7 2 6,7
Total 31 100 30 100
Tekanan Darah 0, 537/0,290
(mmHg)
Hipotensi (<90/<60) 0 0 0 0
Normal (90-120/60-80) 31 100 30 100
Pre Hipertensi (121- 0 0 0 0
139/81-89)
Hipertensi (>140/>90) 0 0 0 0
Total 31 100 30 100

Karakteristik umum responden mengkategorikan umur remaja menjadi


kelompok perlakuan dan kontrol 2 yakni remaja awal 12-16 tahun dan
menunjukkan homogenitas signifikan (p remaja akhir 17-25 tahun. Semua
value > 0,05) masing-masing karakter responden berpendidikan SMP kelas
baik umur, pendidikan (kelas), Body VI-IX.
Mass Index (BMI) dan tekanan darah. BMI merupakan metode atau
Hal tersebut berarti kelompok penelitian cara menilai status gizi. BMI digunakan
relatif homogen sehingga syarat uji karena lebih murah, mudah dan
analisis perbedaan kelompok terpenuhi. sederhana. Depkes RI (2011)
Responden penelitian adalah mengkategorikan status gizi berdasar
remaja awal. Depkes RI (2009) BMI yakni status gizi kurus, normal,
116 OKSITOSIN, KEBIDANAN, VOL. V, NO. 2, AGUSTUS 2018 : 113-118

dan gemuk. Status gizi responden perilaku responden kelompok perlakuan


penelitian rata-rata adalah normal. dan kontrol menunjukkan bahwa nilai
Tekanan darah remaja kedua kelompok hampir sama dan
dikategorikan menjadi 4 yakni hipotensi terbukti semua variabel homogen
(<90/<60 mmHg), normal (90-120/60- dengan p value (0,306; 0,730; 0,916) >
80 mmHg), pre hipertensi (121-139/81- α (0,05). Hal tersebut bermakna
89 mmHg) dan hipertensi (>140/>90 perilaku responden sebelum penelitian
mmHg). Tensi semua responden relatif homogen sehingga bisa
penelitian adalah normal. dilakukan perbandingan hasil sebelum
Tabel 2. Rata-rata, simpangan baku dan dan sesudah penelitian.
homogenitas pretest skor perilaku
responden pada kelompok Karakteristik homogen pada
eksperimen dan control. kedua kelompok penelitian disebabkan
Kelompok
Variabel Uji teknik sampling acak dan jumlah
Perlak Kontrol homogenitas
uan (p value) sampel besar. Teknik sampling acak
Perilaku 7,77 ± 7,60 ± 0,916
1,726 1,958 bisa mengurangi bias penelitian dan
mampu mengontrol variabel lain yang
Nilai rata-rata, simpangan baku bisa mempengaruhi penelitian
dan homogenitas hasil pretes skor (Sastroasmoro, 2011).
Tabel 3. Perbedaan rata-rata, simpangan baku, uji T nilai pretest dan posttest perilaku
responden kelompok perlakuan dan kontrol
Rata-rata nilai Selisih Dependen T test Independen
Kelompok rata-rata (p value) T test (p value)
Pretest Postest
Perlakuan 7,77 ± 1,726 11,94 ± 0,250 4,17 0,000 0,000
Kontrol 7,60 ± 1,958 8.37 ± 1.847 0,77 0,067

Nilai selisih rata-rata perilaku kelompok perlakuan yang diberi peer


sebelum dan sesudah peer group group sharing dan kelompok kontrol
sharing sangat meningkat yakni sebesar menunjukkan bahwa ada perbedaan
4,17 dan berbeda sangat signifikan (p sangat signifikan (p value = 0,000).
value = 0,000). Namun peningkatan Peer group sharing merupakan
perilaku kelompok kontrol hanya pendidikan dalam bentuk komunikasi
sebesar 0,77 dan tidak signifikan (p teman sebaya dalam suatu kelompok.
value = 0,067). Hasil uji beda dengan Komunikasi dalam peer group yang
menggunakan independen T-test kedua merupakan metode peer education ini
OKSITOSIN, KEBIDANAN, VOL. V, NO. 2, AGUSTUS 2018 : 113-118 117

merupakan penjabaran dari yang tepat karena pengajar atau pemberi


kesetiakawanan dan perasaan senasib informasi adalah teman sebaya dengan
sepenanggungan yang membuktikan kemiripan dalam bahasa dan tingkah
sahabat merupakan teman sejati (Palang laku sehingga mudah dipahami para
Merah Indonesia, 2010). peserta.
Responden penelitian adalah Peer group sharing
remaja umur 12-16 tahun dan responden memungkinkan peserta dapat berdiskusi
terbanyak berumur 12 dan 15 tahun. dan berbagi informasi dengan santai,
Depkes RI (2009) mengkategorikan
tidak takut, gugup dan malu untuk
umur responden tersebut dalam kategori menyampaikan pendapat sehingga
masa remaja awal. Tugas perkembangan
pesan-pesan promotif dan edukatif bisa
remaja diantaranya yakni meningkatnya disampaikan lebih bebas dan terbuka.
hubungan teman sebaya dan
Metode pembelajaran tersebut bisa
bertambahnya peranan sosial sesuai membantu peserta dalam kelompok
jenis kelamin serta kultural masyarakat.
berkonsentrasi terhadap tema
Masa remaja adalah masa pembahasan dan bersama-sama mencari
transisi dan perubahan, periode usia
solusi terbaik untuk menangani masalah
bermasalah dan mencari identitas diri, kesehatan khususnya anemia.
usia menyeramkan (dreaded), masa
unrealisme, dan ambang menuju SIMPULAN DAN SARAN
kedewasaan. Krori (2011) menjelaskan Berdasarkan hasil penelitian
periode remaja merupakan masa dapat disimpulkan bahwa peningkatan
perubahan sosial yakni pengaruh teman perilaku penatalaksanaan anemia remaja
sebaya yang meningkat sehingga putri lebih tinggi pada kelompok yang
pendidikan teman sebaya merupakan diberi intervensi peer group sharing.
sarana tepat yang bisa mempengaruhi Hasil penelitian juga menyebutkan ada
perilaku remaja. perbedaan sangat signifikan perilaku
Ristanti dkk (2017) dalam penatalaksanaan anemia remaja putri
penelitian juga menyebutkan ada sebelum dan sesudah intervensi peer
peningkatan perilaku cuci tangan anak group sharing dan ada perbedaan sangat
pra remaja setelah intervensi pendidikan signifikan perilaku penatalaksanaan
teman sebaya. Peer group sharing anemia remaja putri antara kelompok
adalah salah satu metode pendidikan
118 OKSITOSIN, KEBIDANAN, VOL. V, NO. 2, AGUSTUS 2018 : 113-118

yang diberi intervensi peer group 2018 dari


http://gizi.depkes.go.id.
sharing dengan kelompok kontrol.
Handayani. 2008. Buku Ajar Asuhan
Berdasarkan hasil penelitian Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Sistem
diharapkan Pemda Kabupaten
Hematologi. Jakarta: Salemba
Situbondo, Dinkes Kabupaten Medika.
Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan
Situbondo, Puskesmas, Institusi
Indonesia. Jakarta: Sekretaris
Pendidikan Kesehatan dan instansi Jenderal Kementerian
Kesehatan RI.
terkait lainnya dalam melakukan
Krori, Smita Deb. 2011. Developmental
pendidikan kesehatan pada remaja Psychology, dalam
Homeopathic Journal Volume:
khususnya tentang anemia disarankan
4, Issue: 3. Tersedia:
agar menggunakan peer group sharing http://www.homeorizon.com/h
omeopathic
untuk memberikan hasil yang optimal
articles/psychology/developme
bagi para remaja. ntal-psychology.
Palang Merah Indonesia. 2010. Modul
Pelatihan Pendidik Remaja
UCAPAN TERIMA KASIH Sebaya. Jakarta: Palang Merah
Indonesia.
Kami mengucapkan terima kasih
Proverawati, A dan Wati, E K. 2011.
kepada Direktorat Riset dan Pengabdian Ilmu Gizi untuk Perawat dan
Gizi Kesehatan. Yogyakarta:
kepada Masyarakat (DRPM) atas segala
Yulia Medika.
bantuan dan kesempatan yang diberikan Ristanti, Herlina, Mulyani, Sri,
Madyaningrum, Ema. 2017.
kepada kami untuk melaksanakan
Pengaruh Pendidikan Teman
penelitian ini. Sebaya Terhadap Kemampuan
Perilaku Cuci Tangan Pada
Anak Usia Pra Remaja. Jurnal
DAFTAR PUSTAKA keperawatan klinis dan
komunitas. Diperoleh tanggal
Depkes RI. 2009. Sistem kesehatan
27 Agustus 2018 dari
nasional. Diperoleh tanggal 27
https://journal.ugm.ac.id/jkkk/a
Agustus 2018 dari
rticle/view/29016.
http://www.depkes.go.id.
Sastroasmoro, Sudigdo. 2011. Dasar-
Depkes. 2011. Pedoman Praktis Untuk
dasar Metodologi Penelitian
Mempertahankan Berat Badan
Klinis Edisi. Ke-4. Jakarta :
Normal Berdasarkan Indeks
Sagung Seto.
Massa Tubuh (IMT) Dengan
Gizi Seimbang (Suatu Cara
Memantau Status Gizi Orang
Dewasa Melalui Penimbangan
Berat Badan Secara Berkala).
Diperoleh tanggal 27 Agustus

Anda mungkin juga menyukai