Anda di halaman 1dari 31

PENYULUHAN PEKTAFE (PENTINGNYA KONSUMSI TABLET FE) Dan

PEMTABED PILPEDA (PEMBAGIAN TABLET PENAMBAH DARAH)

Abstract

Remaja adalah masa dimana seseorang yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik dan
psikisnya secara cepat (Winkjosostro, 2010). Remaja putri adalah kelompok yang rawan mengalami
perubahan gaya hidup utamanya dalam kebiasaan makan (Nanik K, 2011). Remaja putri merupakan
salah satu golongan yang rentan mengalami anemia. Hal tersebut disebabkan oleh meningkatkanya
kebutuhan gizi untuk mendukung terjadinya peak growth. Selain itu, remaja putri mengalami menstruasi
yang menyebabkan pengeluaran darah dalam jumlah yang banyak sehingga menyebabkan hemoglobin
menurun secara drastis. Upaya penanggulangan anemia berdasarkan rekomendasi WHO adalah dengan
pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) melalui Program Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB)
(Kementerian Kesehatan RI, 2016). Pentingnya pengetahuan tentang pentingnya konsumsi tablet tambah
darah (TTD) pada remaja putri untuk dapat mencegah masalah yang mungkin timbul karena kurangnya
pengetahuan remaja mengenai kesehatan mereka. Tujuan pengabdian masyarakat adalah untuk
meningkatkan pengetahuan remaja terkait pentingnya konsumsi tamblet tambah darah (TTD) di SMAN 7
JENEPONTO. Metode pelaksanaan pengabdian masyarakat ini berupa penyuluhan pentingnya konsumsi
tablet tambah darah (TTD) dan pembagian tablet tambah darah (TTD) pada siswi SMAN 7
JENEPONTO . Hasil kegiatan menunjukkan ada peningkatan pengetahuan siswa tentang pentingtangnya
konsumsi tablet tambah darah (TTD). Kesimpulannya adalah kesadaran siswi SMAN 7 JENEPONTO
mengenai peningnya konsumsi tablet tambah darah (TTD) masih rendah. Oleh karena itu diharapkan
dari pihak sekolah dan puskesmas dapat mengoptimalkan penyuluhan kepada siswi terkait pentingnya
konsumsi tablet tambah darah utuk kesehatan yang baik.

Kata Kunci : Anemia, Remaja Putri, Tablet Tambah Darah


1. Pendahuluan
Remaja adalah masa dimana seseorang yang mengalami pertumbuhan dan
perkembangan fisik dan psikisnya secara cepat (Winkjosostro, 2010). Remaja putri adalah
kelompok yang rawan mengalami perubahan gaya hidup utamanya dalam kebiasaan makan
(Nanik K, 2011). Hal ini sangat berikatan dengan penyakit yang sering di alami oleh
kelompok remaja putri yaitu anemia. Anemia adalah sejenis penyakit dimana penderitanya
mengalami kekurangan kadar Hemoglobin dalam darah. Sebagian besar yang mengalami
anemia adalah perempuan, utamanya pada remaja. Karena remaja putri seringkali tidak
mengkonsumsi makanan dengan kandungan gizi yang cukup serta setiap bulannya
mengalami menstruasi. asupan gizi yang wajib dikonsumsi adalah makanan yang
mengandung zat besi sesuai kebutuhan (Tyas P, 2018).
Anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah tidak mencukupi
kebutuhan fisiologis tubuh yang ditandai dengan rendahnya kadar hemoglobin (Hb). Sampai
saat ini kejadian anemia pada remaja masih cukup tinggi.
Remaja putri merupakan salah satu golongan yang rentan mengalami anemia. Hal
tersebut disebabkan oleh meningkatkanya kebutuhan gizi untuk mendukung terjadinya peak
growth. Selain itu, remaja putri mengalami menstruasi yang menyebabkan pengeluaran darah
dalam jumlah yang banyak sehingga menyebabkan hemoglobin menurun secara drastis.
Hemoglobin (Hb) merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Kandungan
hemoglobin yang rendah dapat beresiko terjadinya anemia (Corwin, 2009).
Prevalensi anemia di dunia sebanyak 1,62 milyar orang dengan kelompok umur pada
pra sekolah mencapai 47,4%, sekolah 25,4%, wanita usia subur 41,8%. Menurut Riskesdas
data tahun 2018, prevalensi anemia sekitar 32% pada kelompok remaja dengan rentang usia
15-24 tahun. Prevalensi anemia pada remaja wanita lebih tinggi yaitu sebanyak 27,2% bila
dibandingkan dengan laki-laki sekitar 20,3% (Riskesdas, 2016). Prevalensi anemia yang
cukup tinggi ini, seharusnya remaja lebih perhatian terhadap kesehatan dirinya (Riskesdas
2018).
Dampak anemia pada remaja antara lain terganggunya pertumbuhan dan
perkembangan, kelelahan, tubuh lebih rentan terhadap infeksi, mengurangi kemampuan fisik
dan kemampuan akademik.
Upaya penanggulangan anemia berdasarkan rekomendasi WHO adalah dengan
pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) melalui Program Penanggulangan Anemia Gizi Besi
(PPAGB) (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Pemerintah menetapkan dosis pemberian TTD
pada remaja putri adalah 1 kali seminggu. Pemberian TTD dengan dosis yang tepat dapat
mencegah anemia dan meningkatkan cadangan zat besi di dalam tubuh. sasarannya adalah
anak Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) (Permatasari et
al, 2018).
Pemerintah Indonesia telah mencanangkan program untuk menurunkan angka
kejadian anemia utama pada remaja. Program yang telah dijalankan ini cukup memberikan
solusi bagi pencegahan anemia. Namun, hal ini tidak berjalan dengan baik karena banyak
sekali kelompok yang rentan terkena penyakit justru tidak mematuhi dari program tersebut.
Program yang dimaksud adalah pemberian tablet Fe atau tablet tambah darah dimana
tujuannya adalah untuk meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah. Sasaran pada program
ini adalah semua kelompok umur yang rentan beresiko mengalami anemia khususnya pada
kelompok remaja putri dan ibu hamil.
Tablet tambah darah memiliki kandungan yang terdiri dari 60 mg zat besi elemental
dan asam folat 0,400 mg (WHO, 2005). Zat besi yang diperlukan oleh tubuh sangat
bermanfaat dan memiliki beberapa fungsi, diantaranya adalah sebagai pembentukan darah,
juga diperlukan oleh berbagai enzim serta sebagai alat untuk membawa atau mengangkut
elektro (sitokrom). Selain itu zat besi juga berguna untuk mengaktifkan oksigen sehingga bila
kadar zat besi berkurang maka tidak ada yang mengikat hemoglobin dalam darah akibatnya
kadar Hb dalam darah berkurang dan terjadi anemia.
2. Metode
KKN-PK yang dilakukan selama 6 minggu yang berlokasi di puskesmas Bangkala
Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto. Metode kegiatan yang dilakukan agar
tercapainya pengabdian Masyarakat ini adalah dengan metode penyuluhan kepada siswi
SMAN 7 Jeneponto bahwa pentingnya pengabdian masyarakat berupa penyuluhan tentang
pentingnya konsumsi tablet tambah darah serta melakukan pembagian tablet tambah darah.
untuk meningkatkan pengetahuan remaja mengenai pentingnya konsumsi tablet tambah
darah. Peserta yang terlibat dalam kegiatan ini adalah siswi yang berasal dari sekolah SMAN
7 JENEPONTO dengan jumlah peserta sebanyak 10 orang. sebelum peserta diberikan
pendidikan gizi berupa penyuluhan dibagikan kuesioner untuk menilai pengetahuan peserta
sebelum dilakukan penyuluhan, setelah penyuluhan dilakukan pembagikan tablet tambah
darah serta membagikan ulang kuesioner untuk menilai apakah peserta masih mengingat
materi yang disampaikan saat penyuluhan.
3. Hasil dan Pembahasan

Tabel 1: Pengetahuan Remaja Tentang pentingnya Konsumsi Tablet FE

Jumlah
Test
n %
Pre-Test
Kurang 5 50%
Baik 5 50%
Post-Test
Kurang 0 %
Baik 10 100%

Pada tabel diatas diperoleh hasil sebelum dilakukan edukasi terdapat tingkat
pengetahuan remaja mengenai pentingnya Konsumsi Tablet FE yang masih kurang
sebanyak 5 orang (50%) sedangkan yang sudah memiliki pengetahuan baik tentang
pentingnya Konsumsi Tablet FE sebanyak 5 orang (50%). Hal ini menunjukkan bahwa
penyuluhan tentang pentingnya Konsumsi Tablet FE. Setelah dilakukan kegiatan
pengabdian masyarakat, hasil yang didapatkan untuk pengetahuan mengenai pencegahan
stunting sudah berubah dengan peningkatanskor pengetahuan baik yaitu 10 orang (100%)
sedangkan yang masih kurang yaitu 0 orang (0%). Maka dapat di simpulkan bahwa
adanya peningkatan pengetahuan yang di dapat setelah dilakukannya pengabdian
masyarakat mengenai penyuluhan pentingnya konsumsi tablet fe dan pembagian tablet
penambah darah dengan baik dan benar.

Tabel 2: Frekuensi Tingkat usia Dan Jenis Kelamin

Karakteristik n %
Umur Responden
14 tahun 2 20%
15 Tahun 1 10%
16 Tahun 5 50%
17 Tahun 2 22%
Jenis Kelamin
Perempuan 10 100%

Karakteristik umur responden Pada table 2 menunjukkan jumlah umur pada


kelompok umur 14 tahun yaitu 2 orang (20%), kemudian kelompok 15 tahun yaitu 1
orang (10%), kemudian kelompok umur 16 tahun yaitu 5 orang (50%), dan kelompok
umur 17 tahun yaitu 2 orang (22%). Dengan jumlah 5 orang (50%) lebih banyak
dibandingkan kelompok umur 15 tahun yaitu 1 orang (10%) dan kelompok umur 17
tahun yaitu 2 orang (22%). Pada karakteristik jenis kelamin dimana jumlah perempuan
yaitu 10 orang (100%).
Dapat disimpulkan bahwa sebagian remaja putri tidak mengetahui dampak dan
bahaya apabila tidak konsumsi tablet FE dan juga bahaya penyakit anemia. Hal ini
memerlukan tindak lanjut dalam meningkatkan pengetahuan remaja, melalui pemberian
penyuluhan kesehatan tentang pentingnya konsumsi tabblet FE dan penyebab apabila
tidak konsumsi tablet FE. Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan
pendidikan di dalam bidang kesehatan. Secara operasional pendidikan kesehatan adalah
semua kegiatan untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
praktek baik individu, kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka sendiri (Kholid, 2012). Pendidikan kesehatan yang dimaksud ini adalah
pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan kesehatan diri yang berkaitan dengan
perilaku konsumsi tablet tambah darah.
Hasil kegiatan yang dilakukan, pengetahuan remaja putri tentang pentingnya
konsumsi tablet FE dan dampak apabila tidak konsumsi tablet FE sudah ada peningkatan
sebanyak 100% dan 80% remaja putri berkeinginan untuk rutin konsumsi tablet FE.
Kegiatan ini dihadiri oleh siswi SMAN 7 Jeneponto yang berjumlah 10 orang. Tim
penyuluh membagikan pula tablet FE pada siswi.
4. Kesimpulan
Dengan adanya pendidikan kesehatan yang diberikan kepada remaja putri, akan
menambah pengetahuan kepada remaja putri tentang pentingnya konsumsi tablet FE dan
dampak apabila tidak konsumsi tablet FE, sehingga memberikan kesadaran untuk
perubahan perilaku kepada remaja putri agar rutin konsumsi tablet FE. Dan hal tersebut
terlihat dimana pendidikan kesehatan tentang pentingnya konsumsi tablet FE dan dampak
apabila tidak konsumsi tablet FE yang telah dilakukan kepada remaja putri, menunjukkan
bahwa remaja putri berkomitmen untuk mengubah perilakunya untuk rutin konsumsi
tablet FE.
5. Ucapan Terima Kasih
Ucapan terimakasih saya kepada kepala sekolah SMAN 7 JENEPONTO yang
telah mendukung program kegiatan ini sehingga kegiatan ini berjalan dengan lancar dan
terimakasih pula kepada adik-adik yang telah berpartisipasi dalam kegiatan ini.

Referensi

Adam, A. (2020). Dinamika Pernikahan Dini. Al-Wardah, 13(1), 14. https://doi.org/10.46339/al-


wardah.v13i1.155

Fajriyah, N. N., & Fitriyanto, M. L. H. (2016). Gambaran Tingkat Pengetahuan tentang Anemia
pada Remaja Putri. Jurnal Ilmu Kesehatan, 8(1). https://doi.org/10.5694/j.1326-
5377.1950.tb80301.x

Hamzah, S. R., & B, H. (2020). Gerakan Pencegahan Stunting Melalui Edukasi pada Masyarakat
di Desa Muntoi Kabupaten Bolaang Mongondow. JPKMI (Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat Indonesia), 1(4), 229–235. https://doi.org/10.36596/jpkmi.v1i4.95

Jaelani, M., Simanjuntak, B. Y., & Yuliantini, E. (2017). Faktor- Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri. Jurnal Kesehatan, 8(3), 358–368.
https://doi.org/10.36741/jna.v12i2.78

Klinck, G., & Moraka, M. E. (2019). Evaluating the level of employee engagement in strategy
implementation using the Balanced Scorecard. Jurnal Dinamika Sosial Budaya, 21(2), 82.
https://doi.org/10.26623/jdsb.v21i2.1698

Mukrimaa, S. S., Nurdyansyah, Fahyuni, E. F., YULIA CITRA, A., Schulz, N. D., ‫ د‬,‫غسان‬., …
Harmianto, S. (2016). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指
標に関する共分散構造分析 Title. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
6(August), 128.
Nugroho, M. R., Sasongko, R. N., & Kristiawan, M. (2021). Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kejadian Stunting pada Anak Usia Dini di Indonesia. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini, 5(2), 2269–2276. https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i2.1169

Pujiati, Arneliwati, & Rahmalia, S. (2015). Hubungan Antara Perilaku Makan dengan Status
Gizi pada Remaja Putri. JOM, 2(2), 1345–1352. https://doi.org/10.35681/1560-
9189.2015.17.3.100328

Rahmadhita, K. (2020). Permasalahan Stunting dan Pencegahannya. Jurnal Ilmiah Kesehatan


Sandi Husada, 11(1), 225–229. https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i1.253

Rizal, M., & Elwindra. (2021). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja
padaPengendara Ojek Online di Jakarta Timur Tahun 2018. Jurnal Persada Husada
Indonesia , 6(1), 1–8.

Wahyuni, L., Haryanto, A., & Ibnu, F. (2022). Analysis of Factors Related to Traffic Accidents
of Adolescents in SMK Taman Siswa Mojokerto. Jurnal Ners Dan Kebidanan (Journal of
Ners and Midwifery), 9(1), 099–104. https://doi.org/10.26699/jnk.v9i1.art.p099-104
PENYULUHAN TENTANG STUNTING DAN PEMBAGIAN PUDING JAGUNG PADA

MASYARAKAT DUSUN BATU LELENG TIMUR

ABSTRAK

Stunting adalah suatu kondisi kekurangan gizi kronis yang terjadi pada saat periode kritis dari
proses tumbuh dan kembang mulai janin. Untuk Indonesia, saat ini diperkirakan ada 37,2% dari
anak usia 0-59 bulan atau sekitar 9 juta anak dengan kondisi stunting, yang berlanjut sampai
usia sekolah 6-18 tahun. Stunting didefinisikan sebagai kondisi anak usia 0 – 59 bulan, dimana
tinggi badan menurut umur berada di bawah minus 2 Standar Deviasi (<-2SD) dari standar
median WHO. Stunting akan berdampak dan dikaitkan dengan proses kembang otak yang
terganggu, dimana dalam jangka pendek berpengaruh pada kemampuan kognitif. Tujuan
kegiatan diharapkan ibu dapat mengerti tentang stunting pada anak dan dampak
stunting.Kegiatan ini telah dilaksanakan pada hari jumat tanggal 09 juni 2023. Adapun kegiatan
yang dilakukan berupa penyuluhan kepada para ibu tentang stunting dan cara mengatasinya.

Katakunci:stunting, tingkat pengetahuan

1. PENDAHULUAN

Stunting merupakan permasalahan gizi di dunia, ada 165 juta balita di dunia dalam
kondisi pendek (stunting). Delapan puluh persen balita stunting tersebar pada 14 negara di
dunia dan Indonesia menduduki rangking ke lima negara dengan jumlah stunting terbesar
(UNICEF, 2013). Data stunting di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi stunting secara
nasional terjadi peningkatan dari 35,6% (tahun 2010) menjadi 37,2 % (tahun 2013) dan
menjadi 30,8 % (tahun 2018), sedangkan data dari hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun
2017 menunjukkan bahwa persentase balita stunting pada kelompok balita (29,6%) lebih
besar jika dibandingkan dengan usia baduta (20,1%) (Hamzah & B, 2020)
Stunting berkaitan dengan peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas, penurunan
kapasitas fisik, gangguan perkembangan dan fungsi kondisi motorik dan mental anak. Upaya
telah dilakukan oleh Pemerintah melalui Pusat Kesehatan Terpadu (Posyandu), namun
kurang optimal karena belum melibatkan seluruh aspek masyarakat. Kader dan dukun bayi
merupakan bagian penting dari masyarakat yang cukup strategis untuk dilibatkan dalam
kegiatan ini, karena sangat dekat dengan ibu dan masyarakat.(Nugroho, Sasongko, &
Kristiawan, 2021)

Balita Pendek (Stunting) adalah status gizi yang didasarkan pada indeks PB/U atau
TB/U dimana dalam standar antropometri penilaian status gizi anak, hasil pengukuran
tersebut berada pada ambang batas (Z-Score) <-2 SD sampai dengan -3 SD (pendek/ stunted)
dan <-3 SD (sangat pendek / severely stunted). Stunting adalah masalah kurang gizi kronis
yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian
makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting dapat terjadi mulai janin masih
dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2016). Stunting yang telah tejadi bila tidak diimbangi dengan catch-up
growth (tumbuh kejar) mengakibatkan menurunnya pertumbuhan, masalah stunting
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan meningkatnya risiko
kesakitan, kematian dan hambatan pada pertumbuhan baik motorik maupun mental.
(Rahmadhita, 2020)

2. METODE

Subyek dalam kegiatan ini adalah Ibu dan Balita di Dusun Batu leleng Timur.

Kegiatan ini di lakukan dengan 3 tahap. Pada tahap awal dilakukan pengukuran tingkat

pengetahuan yang berkaitan dengan metode Stunting (pre test). Pengukuran dilakukan

dengan memberikan pertanyaan terbuka tentang defenisi metode Stunting, gejala, dampak

dan pencegahan. Kemudian narasumber memberikan materi tentang stunting dengan

menggunakan media power point. Materi diberikan dalam waktu 30 menit, dilanjutkan
dengan sesi tanya jawab. Tahap akhir yaitu memberikan pertanyaan kembali (post test)

kepada peserta penyuluhan dengan pertanyaan yang sama yang diberikan pada ssat pre test

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1: Pengetahuan tentang stunting

Jumlah
Test
n %
Pre-Test
Kurang 8 66%
Baik 4 33%
Post-Test
Kurang 2 17%
Baik 10 83%

Pada tabel diatas diperoleh hasil sebelum dilakukan edukasi terdapat tingkat
pengetahuan mengenai stunting yang masih kurang sebanyak 8 orang (66%) sedangkan
yang sudah memiliki pengetahuan baik tentang stunting sebanyak 4 orang (33%). Hal ini
menunjukkan bahwa penyuluhan tentang pencegahan stunting. Setelah dilakukan
kegiatan pengabdian masyarakat, hasil yang didapatkan untuk pengetahuan mengenai
pencegahan stunting sudah berubah dengan peningkatan skor pengetahuan baik yaitu 10
orang (83%) sedangkan yang masih kurang yaitu 2 orang (17%). Maka dapat di
simpulkan bahwa adanya peningkatan pengetahuan yang di dapat setelah dilakukannya
pengabdian masyarakat mengenai penyuluhan pencegahan stunting dengan pembagian
puding jagung.

Peserta penyuluhan cukup antusias terbukti dengan adanya feedback dari warga
dengan aktif memberikan pertanyaan terkait materi. Hasil penyuluhan yaitu
meningkatnya pengetahuan ibu terhadap stunting. Hasil pre test rata-rata pengetahuan ibu
tentang stunting dalam kategori kurang. Saat post test terjadi peningkatan sebanyak
(83,3%) ibu mengetahui dan paham tentang stunting.

4. KESIMPULAN
Kegiatan pengabdian masyarakat di Dusun Batu Leleng Timur dapat ditarik kesimpulan
yaitu : adanya peningkatan pengetahuan ibu terhadap Stunting (defenisi, gejala, dampak, dan
pencegahan).

5. UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terimakasih saya kepada kepala Desa Mallasoro dan kepala dusun Batu
Le’leng timur yang telah mendukung program kegiatan ini sehingga kegiatan ini berjalan
dengan lancar dan terimakasih pula kepada masyarakat dusun batu le’leng timur yang telah
berpartisipasi dalam kegiatan ini.

REFERENSI

Adam, A. (2020). Dinamika Pernikahan Dini. Al-Wardah, 13(1), 14. https://doi.org/10.46339/al-

wardah.v13i1.155

Fajriyah, N. N., & Fitriyanto, M. L. H. (2016). Gambaran Tingkat Pengetahuan tentang Anemia

pada Remaja Putri. Jurnal Ilmu Kesehatan, 8(1). https://doi.org/10.5694/j.1326-

5377.1950.tb80301.x

Hamzah, S. R., & B, H. (2020). Gerakan Pencegahan Stunting Melalui Edukasi pada Masyarakat

di Desa Muntoi Kabupaten Bolaang Mongondow. JPKMI (Jurnal Pengabdian Kepada

Masyarakat Indonesia), 1(4), 229–235. https://doi.org/10.36596/jpkmi.v1i4.95

Jaelani, M., Simanjuntak, B. Y., & Yuliantini, E. (2017). Faktor- Faktor yang Berhubungan

dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri. Jurnal Kesehatan, 8(3), 358–368.

https://doi.org/10.36741/jna.v12i2.78
Klinck, G., & Moraka, M. E. (2019). Evaluating the level of employee engagement in strategy

implementation using the Balanced Scorecard. Jurnal Dinamika Sosial Budaya, 21(2), 82.

https://doi.org/10.26623/jdsb.v21i2.1698

Mukrimaa, S. S., Nurdyansyah, Fahyuni, E. F., YULIA CITRA, A., Schulz, N. D., ‫ د‬,‫غسان‬., …

Harmianto, S. (2016). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指

標に関する共分散構造分析 Title. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar,

6(August), 128.

Nugroho, M. R., Sasongko, R. N., & Kristiawan, M. (2021). Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Kejadian Stunting pada Anak Usia Dini di Indonesia. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan

Anak Usia Dini, 5(2), 2269–2276. https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i2.1169

Pujiati, Arneliwati, & Rahmalia, S. (2015). Hubungan Antara Perilaku Makan dengan Status

Gizi pada Remaja Putri. JOM, 2(2), 1345–1352. https://doi.org/10.35681/1560-

9189.2015.17.3.100328

Rahmadhita, K. (2020). Permasalahan Stunting dan Pencegahannya. Jurnal Ilmiah Kesehatan

Sandi Husada, 11(1), 225–229. https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i1.253

Rizal, M., & Elwindra. (2021). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja

padaPengendara Ojek Online di Jakarta Timur Tahun 2018. Jurnal Persada Husada

Indonesia , 6(1), 1–8.

Wahyuni, L., Haryanto, A., & Ibnu, F. (2022). Analysis of Factors Related to Traffic Accidents

of Adolescents in SMK Taman Siswa Mojokerto. Jurnal Ners Dan Kebidanan (Journal of

Ners and Midwifery), 9(1), 099–104. https://doi.org/10.26699/jnk.v9i1.art.p099-104


PENGGUNAAN AIR BERSIH RUMAH TANGGA DI DESA PUNAGAYA
KECAMATAN BANGKALA KABUPATEN JENEPONTO

ABSTRAK

Peranan air sangat penting bagi manusia, sehingga pengadaannya harus memenuhi standar
kualitas dan kuantitas air bersih yang layak untuk di konsumsi bagi masyarakat di suatu kota.
Letak perusahaan daerah air minum berada di dalam Kota Manado. Kebutuhan air masyarakat
Kota Manado khusunya di daerah Kecamatan Wenang belum terpenuhi oleh karena faktor teknis
yaitu pemakaian meter air dan faktor ekonomi berdasar tingkat kemampuan ekonomi
masyarakat yang ditunjukkan dengan rekening listrik.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Data yang diperlukan antara lain data
pembacaan meter air, rekening listrik, jumlah jiwa dalam satu keluarga di Kecamatan Wenang
Kota Manado untuk 30 sampel.Hasil analisis Kualitas dan Kuantitas mewujudkan bahwa
pemakaian air rata-rata untuk kelompok menengah ke atas (Kelompok A) sebesar 181.29
l/hr/jiwa. Untuk kelompok menengah kebawah (Kelompok B) sebesar 105.54 l/hr/jiwa.
Pemakaian air rata-rata untuk kelompok A lebih besar dibandingkan rata-rata pemakaian air
untuk kelompok B. Pemakaian air rata-rata untuk seluruh responden pelanggan PDAM di
Kecamatan Wenang Kota Manado pada bulan Oktober - Desember 2018 berjumlah 143.415
l/hr/jiwa, sehingga termasuk kota kecil. Kualitas air di PDAM berdasarkan indikasi adanya
chlor belum terdeteksi di semua pelanggan karena terpengaruh oleh jarak distribusinya dan
terpenggaruh istalasi pada perpipaannya.
1. PENDAHULUAN
Fungsi air untuk kehidupan manusia sangat banyak dan luas cakupannya. Fungsi air ini
membahas tentang fungsi air bersih untuk kehidupan manusia. Air bersih berfungsi untuk
kebutuhan sehari-hari. Air bersih yang ideal harus jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan
tidak berbau, serta tidak mengandung kuman pathogen dan segala makhluk yang
membahayakan kesehatan manusia.
Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu
kegiatan atau keperluan tertentu. Dengan demikian, kualitas air akan berbeda dari suatu
kegiatan ke kegiatan lain, kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda dengan kualitas air
untuk keperluan air minum. Kualitas air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi
persyaratan Mikrobiologi, Fisika, Kimia, dan Radioaktif.
Kuantitas air yaitu jumlah kebutuhan air bersih yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Kuantitas air ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor
teknis yaitu pemakaian meter air, dan faktor sosial ekonomi yaitu populasi dan tingkat
kemampuan ekonomi masyarakat.

2. METODE
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan dengan bekerjasama
dengan UPTD Puskesmas Bangkala. Metode yang dilakukan adalah dengan pemberian
penyuluhan Penggunaan Air Bersih Lokasi kegiatan pengabdian masyarakat dilaksanakan di
Dusun Bungung Labuang desa Punagaya Kec.BANGKALA Kab.Jeneponto pada Tanggal 7
Juni 2023. Sasaran pengabdian adalah sebanyak 8 Orang. Tujuan Persiapan
Tahap persiapan dari kegiatan adalah pembuatan pre planing, persiapan penyajian
power point, tempat dan alat – alat lainnya disiapkan oleh pihak Desa. Pembuatan power
point dimulai pada hari Kamis tanggal 5 juni 2023, pada tanggal 6 juni 2022 dilakukan
pengecekan untuk persiapan penyuluhan Penggunaan Air Bersih yang akan dilaksanakan
pada tanggal 7 juni 2023.
Tahap Pelaksanaan Acara ini dengan pemberitahuan kepada Pengurus Desa Punagaya
oleh salah satu pihak pengurus Dusun tersebut. Dan dilanjutkan penyuluhan kesehatan
tentang Penggunaan Air Bersih di Dusun Bungung Labuang Desa Punagaya Kec. Bangkala
Metode pelaksanaan dalam kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan pada tanggal 7 Juni
2023 di Dusun Bungung Labuang Desa Punagaya Kec.Bangkala. Pelaksanaan penyuluhan
ditujukan Pada tahap awal dilakukan pengukuran tingkat pengetahuan yang berkaitan dengan
Penggunaan Air Bersih (pre test). Pengukuran dilakukan dengan memberikan pertanyaan
terbuka tentang Penggunaan Air Bersih serta pentingnya menggunakan air bersih, serta
dampak positif dari penggunaan air bersih, dan dampak negatif jika menggunakan air yang
tidak bersih serta pernyakit yang mungkin bisa didapatkan jika menggunakan air yang tidak
bersih serta pencegahannya. Kemudian narasumber memberikan materi tentang penggunaan
Air bersih melalui media power point. Materi diberikan dalam waktu 15 menit, dilanjutkan
dengan sesi tanya jawab. Tahap akhir yaitu memberikan pertanyaan kembali (post test)
kepada peserta penyuluhan dengan pertanyaan yang sama yang diberikan pada saat per test.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Penyuluhan tentang penggunaan air bersih di dusun Bungung Labuang Desa
Punagaya Kec.Bangkala Jeneponto berjalan dengan lancar. Peserta yang hadir sekitar 10
Orang.

Tabel 1: Pengetahuan tentang air bersih

Jumlah
Test
n %
Pre-Test
Kurang 6 75%
Baik 2 25%
Post-Test
Baik 7 87%
Kurang 1 12%

Pada tabel diatas diperoleh hasil sebelum dilakukan edukasi terdapat tingkat
pengetahuan mengenai penggunaan air bersih yang masih kurang sebanyak 6
orang (75%) sedangkan yang sudah memiliki pengetahuan baik tentang
penggunaan air bersih sebanyak 2 orang (25%). Setelah dilakukan kegiatan
pengabdian masyarakat, hasil yang didapatkan untuk pengetahuan mengenai
penggunaan air bersih sudah berubah dengan peningkatan skor pengetahuan baik
yaitu 7 orang (87%) sedangkan skor pengetahuan kurang yaitu 1 (12%). Maka dapat
di simpulkan bahwa adanya peningkatan pengetahuan yang di dapat setelah
dilakukannya pengabdian masyarakat mengenai penyuluhan tentang penggunaan
air bersih pada warga di Dusun Bungung Labuang Pandang.
4. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari Kegiatan pengabdiam masyarakat yakni


pelaksanaan Penyuluhan Penggunaan Air Bersih di Dusun Bungung Labuang Desa Punagaya
Kec. Bangkala yang dilaksanakan Rabu 07 Juni 2023 antara lain dapat di tarik kesimpulan
yaitu adanya peningatan oengetahuan ibu terhadap penggunaan air bersih ( defenisis, gejala,
dampak dan pecegahan).
5. UCAPAN TERIMA KASIH

Kami mahasiswa/i KKN-PK STIK makassar mengucapkan banyak terima kasih


kepada puskesmas Bangkala dan staffnya, kepada lurah Bangkala, dan kepada Staff dan
warga Dusun Bungung Labuang Desa Punagaya, kecamatan Bangkala kabupaten Jeneponto
beserta posko 03 Bangkala yang telah membantu dan bekerja keras sehingga kegiatan
penyuluhan Penggunaan Air Bersih ini dapat terlaksana dengan baik semoga ilmu yang kami
dapatkan di lokasi KKN dan yang berikan dilokasi KKN dapat bermanfaat bagi negara
terutama bagi Warga Dusun Bungung Labuang Desa Punagaya Bangkala.

REFERENSI

Adam, A. (2020). Dinamika Pernikahan Dini. Al-Wardah, 13(1), 14. https://doi.org/10.46339/al-


wardah.v13i1.155

Fajriyah, N. N., & Fitriyanto, M. L. H. (2016). Gambaran Tingkat Pengetahuan tentang Anemia
pada Remaja Putri. Jurnal Ilmu Kesehatan, 8(1). https://doi.org/10.5694/j.1326-
5377.1950.tb80301.x

Hamzah, S. R., & B, H. (2020). Gerakan Pencegahan Stunting Melalui Edukasi pada Masyarakat
di Desa Muntoi Kabupaten Bolaang Mongondow. JPKMI (Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat Indonesia), 1(4), 229–235. https://doi.org/10.36596/jpkmi.v1i4.95

Jaelani, M., Simanjuntak, B. Y., & Yuliantini, E. (2017). Faktor- Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri. Jurnal Kesehatan, 8(3), 358–368.
https://doi.org/10.36741/jna.v12i2.78

Klinck, G., & Moraka, M. E. (2019). Evaluating the level of employee engagement in strategy
implementation using the Balanced Scorecard. Jurnal Dinamika Sosial Budaya, 21(2), 82.
https://doi.org/10.26623/jdsb.v21i2.1698

Mukrimaa, S. S., Nurdyansyah, Fahyuni, E. F., YULIA CITRA, A., Schulz, N. D., ‫ د‬,‫غسان‬., …
Harmianto, S. (2016). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指
標に関する共分散構造分析 Title. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
6(August), 128.

Nugroho, M. R., Sasongko, R. N., & Kristiawan, M. (2021). Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kejadian Stunting pada Anak Usia Dini di Indonesia. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini, 5(2), 2269–2276. https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i2.1169

Pujiati, Arneliwati, & Rahmalia, S. (2015). Hubungan Antara Perilaku Makan dengan Status
Gizi pada Remaja Putri. JOM, 2(2), 1345–1352. https://doi.org/10.35681/1560-
9189.2015.17.3.100328

Rahmadhita, K. (2020). Permasalahan Stunting dan Pencegahannya. Jurnal Ilmiah Kesehatan


Sandi Husada, 11(1), 225–229. https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i1.253

Rizal, M., & Elwindra. (2021). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja
padaPengendara Ojek Online di Jakarta Timur Tahun 2018. Jurnal Persada Husada
Indonesia , 6(1), 1–8.

Wahyuni, L., Haryanto, A., & Ibnu, F. (2022). Analysis of Factors Related to Traffic Accidents
bof Adolescents in SMK Taman Siswa Mojokerto. Jurnal Ners Dan Kebidanan (Journal of
Ners and Midwifery), 9(1), 099–104. https://doi.org/10.26699/jnk.v9i1.art.p099-104
PENYULUHAN TENTANG ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI UPT
SMA NEGERI 7 JENEPONTO
Tabel 1: Pengetahuan remaja putri tentang anemia

Jumlah
Test
N %
Pre-Test
Kurang 4 36%
Baik 7 63%
Post-Test
Kurang 3 27%
Baik 8 72%

Pada tabel diatas diperoleh hasil sebelum dilakukan edukasi terdapat tingkat
pengetahuan Remaja Putri mengenai anemia yang masih kurang sebanyak 4 orang
(36%) sedangkan yang sudah memiliki pengetahuan baik tentang anemia sebanyak
7 orang (63%). Setelah dilakukan kegiatan pengabdian masyarakat, hasil yang
didapatkan untuk pengetahuan mengenai anemia sudah berubah dengan
peningkatan skor pengetahuan baik yaitu 8 orang (72%) sedangkan yang masih
kurang yaitu 3 orang (27%). Maka dapat di simpulkan bahwa adanya peningkatan
pengetahuan yang di dapat setelah dilakukannya pengabdian masyarakat
mengenai penyuluhan tentang anemia.
PENYULUHAN TENTANG PEDULI GIZI PADA REMAJA PUTRI DI UPT
SMA NEGERI 7 JENEPONTO

Tabel 1: Pengetahuan Remaja tentang peduli gizi

Jumlah
Test
n %
Pre-Test
Kurang 4 40%
Baik 7 70%
Post-Test
Kurang 3 30%
Baik 8 80%

Pada tabel diatas diperoleh hasil sebelum dilakukan edukasi terdapat tingkat
pengetahuan Remaja mengenai peduli gizi yang masih kurang sebanyak 4 orang
(40%) sedangkan yang sudah memiliki pengetahuan baik tentang peduli gizi
sebanyak 7 orang (70%). Setelah dilakukan kegiatan pengabdian masyarakat, hasil
yang didapatkan untuk pengetahuan mengenai peduli gizi sudah berubah dengan
peningkatan skor pengetahuan baik yaitu 8 orang (80%) sedangkan yang masih
kurang yaitu 3 orang (80%). Maka dapat di simpulkan bahwa adanya peningkatan
pengetahuan yang di dapat setelah dilakukannya pengabdian masyarakat mengenai
penyuluhan tentang peduli gizi pada remaja.
Tabel 2: Distribusi Responden Berdasarkan Jenis kelamin

Jenis Kelamin F %

Perempuan 6 60%

Laki-Laki 4 40%

Total 10 100
Pada tabel diatas diperoleh hasil distribusi responden berdasarkan jenis
kelamin dimana jenis kelamin peremuan sebanyak 6 orang (60%), sedangkan jenis
kelamin laki-laki sebanyak 4 orang (40%). Dengan demikian jumlah responden yang
hadir saat penyuluhan tentang peduli gizi yaitu berjenis kelamin perempuan.

PENYULUHAN TENTANG GERAKAN CEGAH ANEMIA PADA REMAJA


PUTRI DI UPT SMP1 BANGKALA KABUPATEN JENEPONTO

Jumlah
Test
N %
Pre-Test
Kurang 8 44%
Baik 9 50%
Post-Test
Kurang 0 0%
Baik 17 94%

Pada tabel diatas diperoleh hasil sebelum dilakukan edukasi terdapat tingkat
pengetahuan Remaja Putri mengenai anemia yang masih kurang sebanyak 8 orang
(44%) sedangkan yang sudah memiliki pengetahuan baik tentang anemia sebanyak
9 orang (55%). Setelah dilakukan kegiatan pengabdian masyarakat, hasil yang
didapatkan untuk pengetahuan mengenai anemia sudah berubah dengan
peningkatan skor pengetahuan baik yaitu 17 orang (94%) dan pengetahuan kurang
yaitu 0 orang (0%). Maka dapat di simpulkan bahwa adanya peningkatan
pengetahuan yang di dapat setelah dilakukannya pengabdian masyarakat
mengenai penyuluhan tentang anemia.
Tabel 2: Frekuensi Tingkat usia Dan Jenis Kelamin

Karakteristik n %
Umur Responden
13 tahun 10 20%
14 Tahun 6 10%
16 Tahun 1 50%
Jenis Kelamin
Perempuan 17 94%
Dari tabel diatas diperoleh frekuensi tingkat usia pada remaja putri di UPT
SMPN 1 Bangkala. Responden yang berusia 13 tahun yaitu 10 orang (55, 6%),
sedangkan remaja putri yang berusia 14 tahun yaitu 6 orang (33%), dan remaja
yang berusia 16 tahun yaitu 1 orang (5,6%).Dengan demikian remaja putri yang
paling banyak yaitu 13 tahun (20%). Kemudian jumlah responden berjenis kelamin
perempuan yaitu 17 orang (94%).

1. KESIMPULAN
Hasil program berupa penyuluhan tentang cegah anemia pada remaja di UPT SMPN 1
Bangkala, dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan siswi terkait anemia pada remaja
cukup baik yang dibuktikan dengan pemberian pertanyaan oleh penyuluh.

2. UCAPAN TERIMA KASIH


Kami mahasiswa/i KKN TEMATIK STIK Makassar mengucapkan banyak terima
kasih kepada kepala UPTD Puskesmas Bangkala Kabupaten Jeneponto dan staffnya, kepada
seluruh masyarakat Bangkala beserta posko 3 yang telah membantu dan bekerja keras
sehingga kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik semoga ilmu yang kami dapatkan di
lokasi KKN dan yang diberikan dilokasi KKN dapat bermanfaat bagi negara terutama bagi
masyarakat di Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto.
REFERENSI

Fajriyah, N. N., & Fitriyanto, M. L. H. (2016). Gambaran Tingkat Pengetahuan tentang Anemia pada
Remaja Putri. Jurnal Ilmu Kesehatan, 8(1). https://doi.org/10.5694/j.1326-5377.1950.tb80301.x

Jaelani, M., Simanjuntak, B. Y., & Yuliantini, E. (2017). Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Anemia pada Remaja Putri. Jurnal Kesehatan, 8(3), 358–368.
https://doi.org/10.36741/jna.v12i2.78

KMukrimaa, S. S., Nurdyansyah, Fahyuni, E. F., YULIA CITRA, A., Schulz, N. D., ‫ د‬,‫ان‬NN‫غس‬., …
Harmianto, S. (2016). Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 6(August), 128.

Marhaeni, L. sutji. (2021). DAUN KELOR (Moringa oleifera) Sebagai Sumber Pangan Fungsional Dan
Antioksidan Luluk. Agrisia, 13(2), 40–53.
https://ejournal.borobudur.ac.id/index.php/3/article/view/882.

EDUKASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

TATANAN RUMAH TANGGA DI DESA LENTU KECAMATAN BONTORAMBA


KABUPATEN JENEPONTO

Abstract
School-age children are a population group that is quite vulnerable and affected by health and
psychological problems. One of the government's efforts to protect school-age children from
being exposed to this epidemic is by promoting health in schools. The purpose of the activity is
PHBS counseling which is part of health promotion in the field of environmental health in
supporting breaking the chain of disease spread. Methods of Community Service Activities
carried out by students and lecturers of the Makassar School of Health Sciences in Penrang
District, (UPTD SDN 1 Bangkala). By conducting counseling on a clean and healthy lifestyle in
the educational

Keywords: PHBS, siswa

1. PENDAHULUAN

Perilaku hidup bersih sehat pada dasarnya merupakan sebuah upaya untuk
menularkan pengalaman mengenai pola hidup sehat melalui individu, kelompok ataupun
masyarakat luas dengan jalur – jalur komunikasi sebagai media berbagi informasi. Ada
berbagai informasi yang dapat dibagikan seperti materi edukasi guna menambah pengetahuan
serta meningkatkan sikap dan perilaku terkait cara hidup yang bersih dan sehat (Suci, 2019;
Fatmawati, 2019).
Upaya masyarakat mengatasi penyakit menular, masih berorientasi pada
penyembuhan penyakit, hal ini dirasa kurang efektif karena banyak mengeluarkan biaya.
Upaya yang lebih efektif adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan dengan berperilaku
hidup sehat. Namun, hal ini ternyata belum disadari sepenuhnya oleh masyarakat (Amalia,
2009; Ikhwanudin, 2013).
Berdasarkan hasil survey kesehatan yang sudah dilakukan pada tanggal 12 Juni 2023
di SDN 1 Bangkala, dan mendapatkan hasil bahwa, masalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
merupakan hal yang tampak menjadi mayoritas masalah. Mengingat masalah PHBS sangat
mempengaruhi kesehatan individu atau masyarakat bila tidak menjadi perhatian semua pihak
serta tanpa penatalaksanaan yang baik maka dapat mengancam jiwa dan status kesehatan.
Diharapkan terjadi perubahan perilaku dalam menanggapi masalah yang terjadi, dan
perilaku itu dapat terwujud jika ada pemahaman dari masyarakat. Dalam meningkatkan
pemahaman siswa/i mengenai PHBS, mahasiswa dan dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Makassar mangadakan penyuluhan pendidikan kesehatan tentang Perilaku Hidup Bersih di
SDN 1 Bangkala dengan harapan dapat mengetahui apa itu PHBS dan menerapkan dalam
kehidupan sehari- hari sehingga terbentuk perilaku sehat.
2. METODE
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan dengan bekerjasama
dengan UPTD Puskesmas Bangkala. Metode yang dilakukan adalah dengan pemberian
penyuluhan Perilaku Hidup Sehat Dan Bersih (PHBS) Lokasi kegiatan pengabdian
masyarakat dilaksanakan di UPTD SDN 1 Bangkala Kec.BANGKALA Kab.Jeneponto pada
Tanggal 12 Juni 2023. Sasaran pengabdian adalah sebanyak lebih kurang 50 siswa/i SDN 1
Bangkala.
Tujuan Persiapan Tahap persiapan dari kegiatan adalah pembuatan pre planing,
persiapan penyajian power point, tempat dan alat – alat lainnya disiapkan oleh pihak UPTD
SDN 1 Bangkala. Pembuatan power point dimulai pada hari Kamis tanggal 10 juni 2023,
pada tanggal 11 juni 2022 dilakukan pengecekan untuk persiapan penyuluhan kesehatan
PHBS yang akan dilaksanakan pada tanggal 12 juni 2023.
Tahap Pelaksanaan Acara ini dengan pemberitahuan kepada siswa/i SDN 1 Bangkala
oleh salah satu pihak pengurus sekolah tersebut. Dan dilanjutkan penyuluhan kesehatan
tentang PHBS pada siswa/i SDN 1 Bangkala.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Metode pelaksanaan dalam kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan pada tanggal 12 Juni
2023 di SDN 1 Bangkala. Pelaksanaan penyuluhan ditujukan pada siswa/i. Media dan alat
yang disediakan berupa LCD,Laptop dan Power point. Dan metode yang digunakam adalah
ceramah dan tanya jawab atau evaluasi mengenai kesehatan dang pentingnya cuci tangan
serta cara menvcuci tangan.
Struktural Pelaksanaan kegiatan pendidikan kehehatan tentang PHBS ini dilaksanakan
oleh Tim penyluh dari mahasiswa S1 Dan Dosen S1 Sekolah Tinggi Ilmun Kesehatan
Makassar. Dengan menggunakan persiapan seperti: LCD , Laptop, Power Point, Pulpen,
Kertas absensi Dan Snack.
Proses Proses pelaksanaan kegiatan pendidikan kesehatan tentang PHBS dapat berjalan
dengan lancar, meskipun agak terlambat dari waktu yang telah ditetapkan berhubungan
dengan kehadiran peserta penyuluhan. Akan tetapi setelah kegiatan tersebut berlangsung
Siswa SDN 1 Bangkala, peserta terlihat sangat antusias terhadap kegiatan tersebut, sebanyak
100% peserta memahami materi tersebut.
Hasil Setelah dilakukan kegiatan pendidikan kesehatan tentang PHBS pada Siswa SDN 1
Bangkala dapat mengetahui mengenai PHBS dan penatalaksanaan di sekolah. Sebanyak
100% peserta paham mengenai PHBS.
4. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan Penyuluha PHBS di SDN 1
Bangkala yang dilaksanakan Sabtu 12 Juni 2023 antara lain Seluruh peserta 100%
penyuluhan mampu memahami pengertian, tujuan, manfaat, indicator, cara mengaplikasikan
dan menjalankan dari PHBS.
5. UCAPAN TERIMA KASIH
Kami mahasiswa/i KKN-PK STIK makassar mengucapkan banyak terima kasih
kepada puskesmas Bangkala dan staffnya, kepada lurah Bangkala, dan kepada Staff dan
Siswa/i SDN 1 Bangkala, kecamatan Bangkala kabupaten Jeneponto beserta posko 03
Bangkala yang telah membantu dan bekerja keras sehingga kegiatan penyuluhan PHBS ini
dapat terlaksana dengan baik semoga ilmu yang kami dapatkan di lokasi KKN dan yang
berikan dilokasi KKN dapat bermanfaat bagi negara terutama bagi siswa/i SDN 1 bangkala.
REFERENSI

[JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM), P-


ISSN: 2615-0921 E-ISSN: 2622-6030 VOLUME 3, NOMOR 1, APRIL 2020] HAL 27-
33
Jurnal Abdidas Volume 1 Nomor 5 Tahun 2020 Halaman 363 - 37

PENYULUHAN KESEHATAN (PERNIKAHAN DINI PADA REMAJA)

DI UPT SMPN 1 BANGKALA

1. PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini
merupakan masa perubahan atau masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa
yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis dan perubahan social. Di
sebagian besar masyarakat dan budaya, masa remaja pada umumnya dimulai pada usia
10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun. (Notoatmodjo,2011).
Saat remaja pertumbuhan fisik baik laki-laki maupun perempuan sangatlah cepat
tumbuhnya. Pada saat ini pertumbuhan tinggi badan terjadi amat cepat. Perbedaan
pertumbuhan fisik laki-laki dan perempuan adalah pada organ reproduksinya, dimana
akan diproduksi hormone yang berbeda, penampilan yang berbeda, serta bentuk tubuh
yang berbeda akibat berkembangnya tanda seks sekunder (Depkes RI, 2007).
Menurut Wikipedia pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang
dirayakan atau dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatan
perkawinan secara norma agama, norma hukum, dan norma sosial. Upacara pernikahan
memiliki banyak ragam dan variasi menurut tradisi suku bangsa, agama, budaya, maupun
kelas sosial. Penggunaan adat atau aturan tertentu kadang-kadang berkaitan dengan
aturan atau hukum agama tertentu pula.
Nikah/ni·kah/ menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah sebuah ikatan
(akad) perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama,
sedangkan dini dapat diartikan sebelum waktunya sebelum waktunya. Jadi dapat kita
artikan pernikahan dini adalah ikatan (akad) perkawinan sesuai ketentuan hukum dan
agama sebelum waktu yang ditetapkan, atau dibawah umur yang ditetapkan undang-
undang dalam Undang-undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Bab 2 pasal 7 ayat 1
berbunyi “Perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun
(sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enambelas) tahun.
Selanjutnya dalam Peraturan Menteri Agama No.11 tahun 2007 Tentang Pencatatan
Nikah Bab IV pasal 8 “Apabila seorang calon suami belum mencapai umur 19 (sembilan
belas) tahun dan seorang calon isteri belum mencapai umur 16 (enambelas) tahun, harus
mendapat dispensasi dari pengadilan”. Ada sebuah dispensasi yang diberikan bagi
pelaku pernikahan dini walaupun telah ditetapkan batas umur minimal yang tertulis
dalam undang-undang tentang perkawinan. Namun itu saja belum cukup, dalam tataran
implementasinya masih ada syarat yang harus ditempuh oleh calon pengantin, yakni jika
calon suami dan calon isteri belum genap berusia 21 (duapuluh satu) tahun maka harus
ada ijin dari orang tua atau wali nikah, hal itu sesuai dengan Peraturan Menteri Agama
No.11 tahun 2007 tentang Pencatatan nikah Bab IV pasal 7 “Apabila seorang calon
mempelai belum mencapai umur 21 (duapuluh satu) tahun, harus mendapat ijin tertulis
kedua orang tua”.
Pernikahan dini atau pernikahan dibawah umur menjadi sebuah fenomena di
masyarakat akhir-akhir ini. Hal ini bukan sesuatu yang baru, sudah banyak dan sangat
mungkin telah ada sejak lama. Latar belakangnya pun berbeda-beda, misalnya masalah
ekonomi, budaya, pemahaman agama, rendahnya tingkat pendidikan dan bahkan sampai
kepada married by accident. Permasalahan pernikahan dini dapat menimbulkan dilema
bagi masyarakat dalam pelaksanaannya, karena benyak aspek dan alasan dalam
melaksanakannya.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan BKKBN pada tahun 2014, 46 persen
atau setara dengan 2,5 juta pernikahan yang terjadi di setiap tahun di Indonesia mempelai
perempuannya berusia antara 15 sampai 19 tahun. Bahkan 5% diantaranya melibatkan
mempelai perempuan yang berusia di bawah 15 tahun1 . Pengertian pernikahan dini
menurut undang-undang adalah pernikahan yang dilaksanakan pada usia yang melanggar
aturan undang-undang perkawinan, yaitu perempuan kurang dari 16 tahun dan lakilaki
kurang dari l9 tahun 2 . Ketentuan hukum yang mengatur masalah perkawinan dan
menyebutkan batasan umur dalam melangsungkan pernikahan termuat dalam Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, menyebutkan ketentuan batasan umur
perkawinan untuk warga Negara Indonesia yang bagi perempuan apabila sudah berumur
16 tahun dan bagi laki-laki apabila sudah berumur 19 tahun. Perkawinan yang dilakukan
di bawah batasan ketentuan peraturan perundangundangan termasuk jenis perkawinan
dini. Dari penelitian Afifah, Bogue membagi 4 klasifikasi pola umur perkawinan, yaitu
perkawinan anak-anak (child marriage) bagi perkawinan di bawah 18 tahun, perkawinan
umur muda (early marriage) bagi perkawinan umur 18 - 19 tahun, perkawinan umur
dewasa (marriage at maturity) bagi perkawinan umur 20-21 tahun dan perkawinan yang
terlambat (late marriage) bagi perkawinan umur 22 tahun dan selebihnya .
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini. Beberapa
diantaranya karena pelaku, khususnya perempuan yang menikah dini menghindari
pergaulan bebas (Puspayanti, 2019) maupun sudah terlanjur melakukan pergaulan bebas
(Femilanda, 2016; Fitriani, 2019; Hastuti & Aini, 2016; Pohan, 2017) sehingga terlanjur
hamil di luar nikah (Afifah, 2017; Ghafar, 2018; Putrie, 2019; Wibisana, 2017;
Wiwiyanti, 2017). Adapun beberapa alasan yang mendasari terjadinya pernikahan dini
berdasarkan faktor pergaulan bebas adalah kurangnya bimbingan dan perhatian dari
orang tua, anak akan mencari jalan supaya mereka bisa merasa bahagia, yaitu dengan
bergaul dengan orang-orang yang tidak dilihat terlebih dahulu kelakuannya (bebas). Hal
yang sangat sering terjadi yakni hamil duluan di luar ikatan pernikahan. Sehingga karena
hal tersebut, mau tidak mau orang tua akan memberi izin kepada anaknya yang masih di
bawah umur untuk menikah (Munawwaroh, 2016). Selain faktor pergaulan bebas,
terjadinya pernikahan dini juga tidak lepas dari budaya setempat (Rahman, Syahadatina,
Aprillisya, & Afika, 2015; Wijayati, Soemanto, & Pamungkasari, 2017). Mengapa
budaya dianggap memiliki peran pada terjadinya pernikahan dini? Hal ini sebagaimana
dikemukakan oleh Hamoes (2020) yang mengatakan bahwa dalam hidup bermasyarakat,
segala pikiran dan pandangan manusia saling berhubungan dengan konteks sosial budaya
yang akhirnya terbentuk menjadi sebuah kebiasaan yang berubah-ubah seiring
perkembangan zaman. Pada dasarnya, segala bentuk kebiasaan dalam hal sosial dan
budaya selalu bermula dari interaksi sosial yang terjadi karena adanya sudut pandang
para individu dalam suatu kelompok sosial. Hubungan timbal balik tersebut kemudian
membentuk suatu sistem sosial budaya. Lebih lanjut Kistanto (dalam Hamoes, 2020)
menyebutkan bahwa dinamika dan pekembangan sistem sosial budaya sangat
berhubungan dengan kondisi kewilayahan sosial budaya, kependudukan, organisasi dan
lembaga sosial masyarakat serta pemikiran manusia di dalam masyarakat. Suatu sistem
sosial budaya dasarnya diawali oleh kemampuan manusia untuk berpikir dan mengatur
dirinya sehingga memiliki kapasitas untuk mengontrol lingkungan, sampai akhirnya
lingkungan tersebut juga dapat membentuk manusia yang ada di dalamnya.

2. METODE
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode pendidikan penyuluhan.
Dengan rancangan Kegiatan
1) Melakukan koordinasi dengan petugas kesehatan khususnya pembimbing lapangan
2) Melakukan koordinasi dengan kepala sekolah UPT SMPN 1 BANGKALA untuk
penentuan waktu dan lokasi penyuluhan
3) Menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam melaukan penyuluhan

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1: Pengetahuan Remaja tentang pernikahan dini

Jumlah
Test
N %
Pre-Test
Kurang 15 75%
Baik 5 25%
Post-Test
Baik 18 90%
Kurang 2 10%
Pada tabel diatas diperoleh hasil sebelum dilakukan edukasi terdapat
tingkat pengetahuan Remaja mengenai pernikahan dini yang masih kurang
sebanyak 15 orang (75%) sedangkan yang sudah memiliki pengetahuan baik
tentang pernikahan dini sebanyak 5 orang (25%). Setelah dilakukan kegiatan
pengabdian masyarakat, hasil yang didapatkan untuk pengetahuan mengenai
pernikahan dini sudah berubah dengan peningkatan skor pengetahuan baik yaitu
18 orang (90%), sedangkan untuk pengetahuan kurang yaitu 2 orang (10%).
Maka dapat di simpulkan bahwa adanya peningkatan pengetahuan yang di dapat
setelah dilakukannya pengabdian masyarakat mengenai penyuluhan tentang
anemia.
Tabel 2: Frekuensi Berdasarkan Tingkat Umur Dan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin f %

Laki-laki 14 68,4%
Umur f %
Perempuan 6 31,6%
13 Tahun 14 70,0%
Total 20 100
14 Tahun 6 30% Karakteristik
umur yaitu
Total 20 100
kategori (13 tahun),
(14 tahun). Pada table 1 menunjukkan jumlah umur pada umur 13 tahun dengan jumlah 14
orang (70%) lebih banyak dibandingkan kelompok umur 14 tahun 6 orang (30%). Pada
karakteristik jenis kelamin responden yaitu laki-laki sebanyak 14 orang (68%) dan
perempuan sebanyak 6 orang (31%).
Selama penyuluhan siswa/i dari UPT SMPN 1 BANGKALA memperhatikan dengan
baik penjelasan dari tim penyuluh terkait penyuluhan dampak pernikahan dini pada remaja .
Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan. Penyuluhan
kesehatan seperti penyuluhan dampak pernikahan dini pada remaja yang diberikan kepada
responden sehingga mampu meningkatkan pengetahuan responden.
4. KESIMPULAN
Hasil program berupa penyuluhan tentang dampak pernikahan dini pada remaja di
UPT SMPN 1 BANGKALA, dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan siswa dan
siswi terkait dampak pernikahan dini pada remaja cukup baik yang dibuktikan dengan
pemberian pertanyaan oleh penyuluh.

5. UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih penulis yang sebesarnya sampaikan kepada petugas kesehatan
Puskesmas Bangkala serta seluruh pihak yang telah memberikan ruang dan waktunya
selama proses kegiatan kami sehingga kegiatan ini dapat terlaksana dan terima kasih
kepada teman-teman posko III yang telah membantu sehingga kegiatan dapat terlaksana
dengan baik. Penulis juga menyadari banyak kekurangan dalam penelitian ini sehingga
diharapkan kritik dan saran yang membangun untuk melengkapi kekurangan yang ada.

REFERENSI

Adam, A. (2020). Dinamika Pernikahan Dini. Al-Wardah, 13(1), 14.


https://doi.org/10.46339/al-wardah.v13i1.155

Fajriyah, N. N., & Fitriyanto, M. L. H. (2016). Gambaran Tingkat Pengetahuan tentang


Anemia pada Remaja Putri. Jurnal Ilmu Kesehatan, 8(1). https://doi.org/10.5694/j.1326-
5377.1950.tb80301.x

Hamzah, S. R., & B, H. (2020). Gerakan Pencegahan Stunting Melalui Edukasi pada
Masyarakat di Desa Muntoi Kabupaten Bolaang Mongondow. JPKMI (Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat Indonesia), 1(4), 229–235.
https://doi.org/10.36596/jpkmi.v1i4.95

Jaelani, M., Simanjuntak, B. Y., & Yuliantini, E. (2017). Faktor- Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri. Jurnal Kesehatan, 8(3), 358–
368. https://doi.org/10.36741/jna.v12i2.78
Klinck, G., & Moraka, M. E. (2019). Evaluating the level of employee engagement in
strategy implementation using the Balanced Scorecard. Jurnal Dinamika Sosial Budaya,
21(2), 82. https://doi.org/10.26623/jdsb.v21i2.1698

Nugroho, M. R., Sasongko, R. N., & Kristiawan, M. (2021). Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Kejadian Stunting pada Anak Usia Dini di Indonesia. Jurnal Obsesi :
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 2269–2276.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i2.1169

Pujiati, Arneliwati, & Rahmalia, S. (2015). Hubungan Antara Perilaku Makan dengan
Status Gizi pada Remaja Putri. JOM, 2(2), 1345–1352. https://doi.org/10.35681/1560-
9189.2015.17.3.100328

Rahmadhita, K. (2020). Permasalahan Stunting dan Pencegahannya. Jurnal Ilmiah


Kesehatan Sandi Husada, 11(1), 225–229. https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i1.253

Rizal, M., & Elwindra. (2021). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja
padaPengendara Ojek Online di Jakarta Timur Tahun 2018. Jurnal Persada Husada
Indonesia , 6(1), 1–8.

Wahyuni, L., Haryanto, A., & Ibnu, F. (2022). Analysis of Factors Related to Traffic
Accidents of Adolescents in SMK Taman Siswa Mojokerto. Jurnal Ners Dan Kebidanan
(Journal of Ners and Midwifery), 9(1), 099–104.
https://doi.org/10.26699/jnk.v9i1.art.p099-104

Anda mungkin juga menyukai