Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

IDENTIFIKASI PENDAHULUAN
(RIMPANG BANGLE)

DISUSUN OLEH :
RESTU ROBY ISLAMIATY (17010153)
SI REGULER KHUSUS A

PROGRAM STUDI SI FARMASI


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI
BOGOR
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Beraneka makhluk hidup menghuni alam ini salah satunya adalah tumbuhan yang
banyak ditemui disekitar kita. Ilmu tumbuhan pada saat ini telah mengalami kemajuan
yang demikian pesat sehingga bidang-bidang pengetahuan yang semula merupakan
cabang-cabang ilmu tumbuhan saja sekarang ini telah menjadi ilmu yang telah berdiri
sendiri. Tumbuhan yang berada di alam demikian banyak dan memiliki beragam
khasiat yang dapat berguna bagi kehidupan manusia. Zat yang terkandung pada
tanaman ini yang semestinya dipelajari dan dikembangkan. Maka dari itu maksud
penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas praktikum farmakognosi. Pada
laporan ini penyusun memberi penjelasan kepada pembaca mengenai identifikasi
pendahuluan terhadap simplisia rimpang bangle yang terrdiri atas pemeriksaan
alkaloid, flavonoid, terpen, steroid, fenol dan saponin.

1.2 TUJUAN PRAKTIKUM

Dilakukan pemeriksaan pendahuluan terhadap sampel tumbuhan yaitu : Memeriksa


kandungan senyawa zat aktif dari simplisia yang mengandung alkaloid, flavonoid,
terpen/steroid, fenol, dan saponin.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat dan belum mengalami
pengolahan tertentu, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan. Menurut
sumber bahan yang digunakan jenis simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia
hewani, simplisia pelikan.
1. Simplisia nabati
Simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman.
Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi
sel dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya atau zat-zat nabati lainnya yang
dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia
murni.
2. Simplisia hewani
Simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang
dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
3. Simplisia pelikan (mineral)
Simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah
diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.

Syarat baku simplisia :


Semua paparan yang tertera dalam persyaratan simplisia, kecuali tentang isi dan penggunaan
simplisia merupakan syarat baku bagi simplisia yang bersangkutan. Suatu simplisia tidak
dapat dinyatakan bermutu Materia Medika Indonesia jika tidak memiliki syarat baku tersebut.
Syarat baku yang tertera dalam Materia Medika Indonesia berlaku untuk simplisia yang akan
dipergunakan untuk keperluan pengobatan, tetapi tidak berlaku bagi bahan yang
dipergunakan untuk keperluan lain yang dijual dengan nama yang sama.

Identifikasi kandungan kimia :


Identifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui
golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji secara kualitatif adanya senyawa
kandungan dalam sampel yang digunakan seperti misalnya tanin, saponin, flavonoid, steroid
terpenoid, alkaloid, serta kandungan kimia lainnya. Uji pendahuluan dilakukan untuk
mengetahui golongan senyawa yang terdapat pada suatu tanaman. Hal ini berfungsi sebagai
data awal untuk menentukan metode ekstraksi yang akan digunakan agar komponen aktif
yang terdapat pada sampel dapat di ekstraksi secara optimal.

Senyawa metaabolit sekunder yang biasa ditemui didalam tumbuhan adalah golongan
senyawa alkaloid, flavonoid, steroid, triterpenoid, saponin, tanin, minyak atsiri, kuinon dan
kumarin.
Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik
dan terdapat di tetumbuhan (tetapi ini tidak mengecualikan senyawa yang berasal dari
hewan). Asam amino, peptida, protein, nukleotid, asam nukleik, gula amino dan antibiotik
biasanya tidak digolongkan sebagai alkaloid.
Flavonoid adalah suatu kelompok yang termasuk ke dalam senyawa fenol yang terbanyak
dialam, senyawa-senyawa flavonoid ini bertanggung jawab terhadap zat warna ungu, merah,
biru, dan sebagian zat warna kuning dalam tumbuhan. Berdasarkan strukturnya senyawa
flavonoid merupakan turunan senyawa induk “flavon” yakni sejenis nama flavonoid yang
terbesar jumlahnya dan lazim ditemukan, yang terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan
primula. Sebagian besar flavonoid yang terdapat pada tumbuhan terikat pada molekul gula
sebagai glikosida, dan dalam bentuk campuran, jarang sekali dijumpai berupa senyawa
tunggal.
Terpenoid golongan senyawa ini dapat dipisahkan dari tumbuhan sumbernya melalui
destilasi uap atau secara ekstraksi dan dikenal dengan nama minyak atsiri. Beberapa contoh
minyak atsiri, misalnya minyak yang diperoleh dari cengkeh, bunga mawar, serai (sitronela),
cukaliptus, pepermint, kamfe, sedar (tumbuhan cedrus) dan terpentin.
Steroid adalah senyawa turunan (derivat) lipid yang tidak terhidrolisis. Senyawa yang
termasuk turunan steroid, misalnya kolesterol, ergosterol, danestrogen, pada umumnya
steroid berfungsi sebagai hormon. Secara sederhana steroid dapat diartikan sebagai kelas
senyawa organic bahan alam yang kerangka strukturnya terdiri dari androstan
(siklopentanofenantren, mempunyai empat cincin terpadu).
Saponin merupakan perpaduan glikosida triterpene dan sterol yang ada di kurang lebih 90
marga tanaman. Saponin memiliki kemampuan menghemolisis sel darah, menurunkan kadar
kolesterol, mencegah penyempitan pembuluh darah jantung (arterosklerosis).
BAB III
METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan


1. Alat

1. Tabung reaksi
2. Corong
3. Pipet
4. Water bath
5 Lampu spirtus

2. Bahan

1. CHCL3 0,05 N
2. H2SO4 2 N
3. Pereaksi Mayer
4. Pereaksi Buchardat
5. Metanol
6. Logam Mg
7. HCL con
8. Etanol
9. FeCL3
10. pereaksi Liberman Buchardat
11. Aquades
12. serbuk Rimpang Bangle (Zingiber montanum)

3.2 Cara Kerja


1. Pemeriksaan alkaloid
1. 2 gr sampel ditambahkan dengan NH3 10 ml
2. Kemudian tambahkan CHCL3 0,05 N 10 ml, H2SO4 2 N 0,5 ml lalu kocok
3. Diamkan ambil lapisan asam dibagi 2 :
a. Lapisan asam pertama tambahkan pereaksi Mayer maka timbul endapan putih.
b. Lapisan asam kedua tambahkan pereaksi buchardat maka timbul endapan putih.

2. Pemeriksaan Flavonoid

1. 2 gr sampel tambah 10 ml metanol kemudian dipanaskan lalu disaring panas-panas


dan dipekatkan di waterbath.
2. Tambahkan 3 tetes HCL pekat dan logam Mg hasil positif terbentuk warna merah.

3. Pemeriksaan terpen/steroid,penol dan saponin


1. 2 gr sampel ditambah etanol 25 ml kemudian dipanaskan selama 2 menit
2. Saring panas-panas filtrat diuapkan di waterbath sampai kering.
3. Sisanya ditriturasi tambahkan CHCL3 10 ml
4. Bagian yang tidak larut dalam CHCL3 tambahkan air
5. Ambil lapisan air :
a. Saponin : lapisan air masukan kedalam tabung gelas dikocok, terbentuk busa
yang
mantab, tidak hilang selama 15 menit setinggi 3 cm.
b. Fenol : lapisan air ditambahkan 2-3 tetes HCL dan FeCL. Hasil yang positif
ditunjukan dengan warna merah.
6. Ambil lapisan CHCL3 kemudian keringkan dalam plat tetes ditambah 2-3 tetes
H2SO4 pekat maka terbentuk warna hijau biru untuk terpen dan warna merah untuk
steroid.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


 Hasil percobaan dari pemeriksaan Alkaloid dari sampel simplisia Bangle
adalah positif yaitu dengan memberikan hasil berupa endapan putih didasar
pada saat lapisan asam pertama ditambah dengan pereaksi mayer dan
memberikan hasil berupa larutan merah muda saat lapisan asam kedua
ditambah dengan pereaksi buchardat.
 Hasil percobaan dari pemeriksaan Flavonoid hasil positif mengandung
flavonoid ditunjukkan dengan larutan yang berfluoresensi kuning intensif
 Hasil percobaan pemeriksaan terpen dan steroid hasil negative
 Hasil dari percobaan dari pemeriksaan fenol dari sampel simplisia bangle
adalah negative
 Hasil dari percobaan dari pemeriksaan saponin dari sampel simplisia bangle
adalah negative
4.2 Pembahasan
Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi
pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau berbeda-
beda antara spesies yang satu dan lainnya. Setiap organisme biasanya
menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang berbeda-beda, bahkan
mungkin satu jenis senyawa metabolit sekunder hanya ditemukan pada satu
spesies dalam suatu kingdom. Senyawa ini juga tidak selalu dihasilkan, tetapi
hanya pada saat dibutuhkan saja atau pada fase-fase tertentu. Fungsi metabolit
sekunder adalah untuk mempertahankan diri dari kondisi lingkungan yang
kurang menguntungkan, misalnya untuk mengatasi hama dan penyakit,
menarik polinator, dan sebagai molekul sinyal. Singkatnya, metabolit sekunder
digunakan organisme untuk berinteraksi dengan lingkungannya.

Senyawa metabolit sekunder diklasifikasikan menjadi 3 kelompok utama, yaitu:

 Terpenoid (Sebagian besar senyawa terpenoid mengandung karbon dan


hidrogen serta disintesis melalui jalur metabolisme asam mevalonat.)
Contohnya monoterpena, seskuiterepena, diterpena, triterpena, dan polimer
terpena.
 Fenolik (Senyawa ini terbuat dari gula sederhana dan memiliki cincin
benzena, hidrogen, dan oksigen dalam struktur kimianya.) Contohnya asam
fenolat, kumarina, lignin, flavonoid, dan tanin.
 Senyawa yang mengandung nitrogen.Contohnya alkaloid dan glukosinolat.

Rimpang bangle, dikutip dari maranatha.edu, mengandung beberapa bahan


kimia, yaitu damar, pati, tannin, dan minyak atsiri, seperti sineol serta pinen.
Bangle juga memiliki efek farmakologis, sebagai penurun panas (antipiretik),
peluruh kentut (karminatif), peluruh dahak (expectorant), pembersih darah,
pencahar (laksan), obat cacing (vermifuge).

Tim peneliti dari Akademi Farmasi IKIFA Jakarta, meneliti uji efektivitas


anthelmintik ekstrak rimpang bangle terhadap cacing Ascaridia galli secara
in vitro. Penelitian ini dilakukan untuk mengamati khasiat anthelmintik pada
ekstrak rimpang bangle terhadap Ascaridia galli secara in vitro.

Hasil penelitian menunjukkan rimpang ekstrak bangle memiliki khasiat


sebagai anthelmintik, obat yang dapat mematikan atau melumpuhkan cacing
dalam usus manusia atau hewan sehingga cacing dapat dikeluarkan bersama-
sama dengan kotoran, melawan Ascaridia galli. Hasil penelitian juga
menunjukkan jika dikonsumsi rimpang bangle praktis tidak toksis.

Pada percobaan ini simplisia bangle yang diuji menunjukan hasil yang positif
mengandung Alkaloid. Prinsip dari metode analisis ini adalah reaksi
pengendapan yang terjadi karena adanya penggantian ligan. Atom nitrogen
yang mempuyai pasangan elektron bebas pada alkaloid dapat mengganti ion
iodo dalam pereaksi. Pereaksi Mayer mengandung kalium iodida dan merkuri
klorida [kalium tetraiodomerkurat (II)]. Namun metode ini memiliki
kelemahan yaitu pereaksi-pereaksi tersebut tidak saja dapat mengendapkan
alkaloid tetapi juga dapat mengendapkan beberapa jenis senyawa antara lain,
protein, kumarin, hidroksi flavon, dan tanin. Reaksi tersebut dikenal dengan
istilah “falsepositive”. Alkaloid memiliki efek dalam bidang kesehatan
berupa antihipertensi dan antidiabetes melitus.

Percobaan ini juga memberikan hasil positif mengandung flavonoid dari


sampel simplisia bangle. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut
etanol. Pemanasan dilakukan karena sebagian besar golongan flavonoid
dapat larut dalam air panas. Warna merah yang dihasilkan menandakan
adanya flavonoid akibat dari reduksi oleh asam klorida pekat dan
magnesium. Flavonoid memiliki efek antihipertensi. Flavonoid juga memiliki
efek mencegah pendarahan kulit.

Dan pada percobaan ini hasil negative ditunjukan pada pemeriksaan senyawa
terpen, steroid, fenol dan saponin. Pada pemeriksaan senyawa terpen, sampel
tidak memberikan warna hijau biru. Pada pemeriksaan senyawa steroid,
sampel juga tidak memberikan warna merah pada saat percobaan
berlangsung. Begitu pula pada pemeriksaan senyawa saponin, yaitu sampel
tidak menghasilkan busa pada saat dilakukan pengocokan. Dan hasil negative
selanjutnya ditunjukan pada pemeriksaan senyawa fenol dengan tidak
memberikan warna merah.

Menurut literatur bangle mengandung terpen dan steroid dan pada saat
identifikasi saponin hasil positif, tetapi dalam percobaan ini memberikan
hasil yang negative, hal ini mungkin disebabkan oleh karena sampel yang
digunakan kurang banyak bobotnya, atau pada proses pembuatan simplisia
ada kesalahan sehingga kadar zat aktif berkurang terlalu banyak.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada percobaan ini sampel simplisia bangle hanya memberikan hasil positif pada
pemeriksaan senyawa alkaloid dan flavonoid. Seharusnya hasil positif juga ditunjukan pada
pemeriksaan senyawa terpen, steroid, saponin. Kesalahan mungkin terjadi pada saat proses
pembuatan simplisia yang mengakibatkan zat berkhasiat terbuang terlalu banyak atau karena
jumlah sampel yang digunakan terlalu sedikit. Dan hasil negative ditunjukan pada
pemeriksaan senyawa fenol.

5.2 Saran

Sebaiknya pada pembuatan simplisia harus lebih teliti lagi agar dapat meminimalisir
kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/20235528/Identifikasi_Pendahuluan_Simplisia_Lengkuas

http://www.satuharapan.com/read-detail/read/bangle-efektif-sebagai-obat-cacingan

https://cse.google.com/cse?q=metabolit+sekunder+adalah&sa=Search&ie=UTF-
8&cx=partner-pub-6638247779433690:3873384991#%9C
LAMPIRAN

Pemeriksaan Alkaloid dan Flavonoid

1. proses penambahan NH3 10 ml, CHCL3 10ml, H2SO4 2 N 0,5 ml dan


dikocok

2. setelah ditambahkan pereaksi mayer dan buchardat dan terbentuk endapan


putih

3. Hasil uji flavonoid terdapat warna merah yang menunjukan sampel positif
Pemeriksaan terpen/steroid,penol dan saponin
1. Proses penyaringan setelah sampel ditambahkan etanol 25 ml kemudian
dipanaskan dan disaring panas-panas

2. Hasil filtrat diuapkan di waterbath sampai kering

3. Proses setelah ditambahkan CHCL3 dan H2O 10 ml

4.Uji saponin tidak terbentuk buih/busa menunjukan hasil negative


5. Uji fenol setelah ditambahkan HCL dan FeCL3 menunjukan hasil negative
karna tidak terdapat perubahan warna merah pada sampel

Anda mungkin juga menyukai