Anda di halaman 1dari 8

Untuk Memenuh Tugas Mata Kuliah Clinical Study 2

Departemen Jiwa

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO BUNUH DIRI

Disusun Oleh:

ADELAINE RATIH KUSUMAANGHARUMI

125070207131004

REGULER 2

KELOMPOK 6

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2016
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO BUNUH DIRI

A. Masalah Utama
Resiko Bunuh Diri

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Definisi Resiko Bunuh Diri
- Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk menyakiti
diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam sumber
lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang
jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang
mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu
menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan (Stuart dan Sundeen, 1995.
Dikutip Fitria, Nita, 2009).
- Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk
mengakhiri kehidupannya. Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar (2000),
bunuh diri memiliki pengertian, antara lain:
o Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional
o Bunuh diri dilakukan dengan intensi
o Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri
o Bunuh diri bisa ter$adi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung
(pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan
kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di rel kereta api.

2. Klasifikasi Resiko Bunuh Diri


Perilaku bunuh diri terbagi menjadi tiga kategori (Stuart, 2006):
- Ancaman bunuh diri yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwa seseorang
tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang yang ingin bunuh diri mungkin
mengungkapkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita lebih lama
lagi atau mengomunikasikan secara non verbal.
- Upaya bunuh diri yaitu semua tindakan terhadap diri sendiri yang dilakukan oleh
individu yang dapat menyebabkan kematian jika tidak dicegah.
- Bunuh diri yaitu mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan.
Orang yang melakukan bunuh diri dan yang tidak bunuh diri akan terjadi jika tidak
ditemukan tepat pada waktunya.

3. Fase dan Proses Resiko Bunuh Diri


a. Fase Resiko Bunuh Diri
Perilaku bunuh diri berkembang dalam rentang diantaranya :
- Suicidal ideation, Pada tahap ini merupakan proses contemplasi dari suicide, atau
sebuah metoda yang digunakan tanpa melakukan aksi/ tindakan, bahkan klien pada
tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan. Walaupun
demikian, perawat perlu menyadari bahwa pasien pada tahap ini memiliki pikiran
tentang keinginan untuk mati
- Suicidal intent, Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan
perencanaan yang konkrit untuk melakukan bunuhdiri,
- Suicidal threat, Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan hasrat
yang dalam, bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya .
- Suicidal gesture, Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif yang
diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya
tetapi sudah pada percobaan untuk melakukan bunuh diri. Tindakan yang dilakukan
pada fase ini pada umumnya tidak mematikan, misalnya meminum beberapa pil atau
menyayat pembuluh darah pada lengannya. Hal ini terjadi karena individu
memahami ambivalen antara mati dan hidup dan tidak berencana untuk mati.
Individu ini masih memiliki kemauan untuk hidup, ingin di selamatkan, dan individu ini
sedang mengalami konflik mental. Tahap inisering di namakan “Crying for help”
sebab individu ini sedang berjuang dengan stress yang tidak mampu di selesaikan.
- Suicidal attempt, Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyai indikasi
individu ingin mati dan tidak mau diselamatkan misalnya minum obat yang
mematikan . walaupun demikian banyak individu masih mengalami ambivalen akan
kehidupannya.
- Suicide. Tindakan yang bermaksud membunuh diri sendiri .hal ini telah didahului
oleh beberapa percobaan bunuh diri sebelumnya. 30% orang yang berhasil
melakukan bunuh diri adalah orang yang pernah melakukan percobaan bunuh diri
sebelumnya. Suicide ini yakini merupakan hasil dari individu yang tidak punya pilihan
untuk mengatasi kesedihan yang mendalam.
b. Proses Terjadinya Resiko Bunuh Diri

Psikodinamika Bunuh Diri

Pikiran Ingin mati* (ex:Riwayat)

Respon (dilakukan atau tidak bergantung lingkungan, social, fisik dan jiwa)

↓ ↓

Maladaptif Apatis, dan Ragu-ragu Adaptif – Peningkatan diri


Kecewa karena orla atau tujuan tak tercapai
Motivasi

↓ Pasien tampak Murung, tak bergairah,diam, putus asa, merasa


bersalah, gagal, tak berguna, depresi, agirasi, gelisah,
Niat (pergulatan, ex-catatan bd)insomnia, bb turun, bicara lamban, letih, dan menarik diri


Merokok, Mengebut, Berjudi, Tindakan criminal, Terlibat dalam
Destruksi secara tidak langsung
tindakan rekreasi beresiko tinggi, Penyalahgunaan zat, Perilaku
↓ yang menyimpang secara social, Perilaku yang menimbulkan
stress, Gangguan makan
Pencideraan Diri Pada Pasien tampak membakar kulit, melukai tubuh sedikit
↓ demi sedikit, , menggigit jari

Bunuh Diri (destruksi langsung)


Lompat gedung, minum
racun, senjata api

4. Pohon Masalah resiko Bunuh Diri

Risiko tinggi menciderai diri,


lingkungan dan orang lain

Risiko bunuh diri

Harga diri rendah


kronis
Gambar. Pohon Masalah Resiko Bunuh Diri
5. Penatalaksanaan Resiko Bunuh Diri
a. Penatalaksanaan Medis
- Untuk pasien dengan depresi dapat diberikan terapi elektro konvulsi
- Diberikan obat obat terutama anti depresan dan psikoterapi.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
- Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan
meminta bantuan dari keluarga atau teman.
- Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:
o Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
o Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif.
o Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
o Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien
o Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan
- Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:
o Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya
o Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara penyelesaian
masalah
o Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik

6. Masalah Keperawatan dan Data Fokus Pengkajian


a. Masalah Keperawatan: Resiko Bunuh Diri
b. Data yang dikaji:
- Data Subyektif:
Klien mengungkapkan keinginan untuk bunuhdiri, mengungkapkan keinginan
untuk mati, mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan, ada riwayat
berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari keluarga, berbicara tentang
kematian, menanyakan tentang dosis obat yang mematikan, mengungkapkan
adanya konflik interpersonal, mengungkapkan telah menjadi korban perilaku
kekerasan saat kecil
- Data Obyektif:
Impulsif, menunjuukan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat
patuh), ada riwayat penyakit mental (depresi, psikois, dan penyalahgunaan
alcohol), adanya riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau penyakit terminal),
Pengangguran, Status perkawinan yang tidak harmonis.
7. Rencana Tindakan Keperawatan
a. SP Klien

NO SP
- Identifikasi beratnya masalah resiko bunuh diri: isyarat, ancaman,
SP 1
percobaan (jika percobaan segera rujuk).
- Identifikasi benda-benda berbahaya dan mengamankannya (lingkungan
aman untuk pasien).
- Latihan cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat daftar
aspek positif dari diri sendiri, latihan afirmasi/berpikir aspek positif yang
dimiliki.
- Masukkan pada jadual latihan berpikir positif 5 kali per hari.
- Evaluasi kegiatan berpikir positif tentang diri sendiri. Beri pujian. Kaji
SP 2
ulang resiko bunuh diri.
- Latih cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat daftar
aspek positif keluarga dan lingkungan, latih afirmasi/berpikir aspek positif
keluarga dan lingkungan.
- Masukkan pada jadual latihan berpikir positif tentang diri, keluarga dan
lingkungan.
- Evaluasi kegiatan berpikir positif tentang diri, keluarga dan lingkungan.
SP 3
Beri pujian. Kaji resiko bunuh diri.
- Diskusikan harapan dan masa depan.
- Diskusikan cara mencapai harapan dan masa depan.
- Latih cara-cara mencapai harapan dan masa depan secara bertahap
(setahap demi setahap).
- Masukkan pada jadual latihan berpikir positif tentang diri, keluarga dan
lingkungan dan tahapan kegiatan yang diplih.
- Evaluasi kegiatan berpikir positif tentang diri, keluarga dan lingkungan
SP 4
serta kegiatan yang dipilih. Beri pujian.
- Latih tahap kedua kegiatan mencapai masa depan.
- Masukkan pada jadual kegiatan latihan berpikir positif tentang diri,
keluarga dan lingkungan serta kegiatan yang diplih untuk mencapai
masa depan.
- Evaluasi kegiatan latihan peningkatan positif diri, keluarga dan
SP 5
lingkungan dan berikan pujian.
- Evaluasi tahapan kegiatan mencapai harapan masa depan.
- Latih kegiatan harian.
- Nilai kemampuan yang telah mandiri.
- Nilai apakah resiko bunuh diri teratasi.

b. SP Keluarga

NO SP
- Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat klien.
SP 1
- Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya resiko
bunuh diri (gunakan booklet).
- Jelaskan cara merawat resiko bunuh diri.
- Latih cara memberikan pujian hal positif pasien, memberikan dukungan
pencapaian masa depan.
- Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberikan pujian.
- Evaluasi kegiatan keluarga dalam memberikan pujian dan penghargaan
SP 2
atas keberhasilan dan aspek positif pasien. Beri pujian.
- Latih cara memberikan penghargaan pada pasien dan menciptakan
suasana positif dalam keluarga, tidak membicarakan keburukan anggota
keluarga.
- Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi pujian.
- Evaluasi kegiatan keluarga dalam memberikan pujian dan penghargaan
SP 3
pada pasien serta menciptakan suasana positif dalam keluarga. Beri
pujian.
- Bersama keluarga berdiskusi dengan pasien tentang harapan masa
depan serta langkah-langkah mencapainya .
- Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi pujian.
- Evaluasi kegiatan keluarga dalam memberikan pujian dan penghargaan,
SP 4
menciptakan suasana keluarga yang positif dan kegiatan awal dalam
mencapai harapan masa depan. Beri pujian.
- Bersama keluarga berdiskusi tentang langkah dan kegiatan untuk
mencapai harapan masa depan.
- Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan.
- Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi pujian.
- Evaluasi kegiatan keluarga dalam memberikan pujian, penghargaan,
SP 5
menciptakan suasana yang positif dan membimbing langkah-langkah
dalam mencapai harapan masa depan. Beri pujian.
- Nilai kemampuan keluarga merawat pasien.
- Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol ke PKM.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2000. Keperawatan Jiwa. Jakarta


Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP&SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa
Berat bagi Program S1 Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Fontaine, K.L. 2003. Mental Health Nursing. New Jersey. Pearson Education. Inc.

Isaacs, Ann. 2004. Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik, edisi 3. Jakarta : Jakaerta :
EGC

Keliat, Budi Anna, dkk. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Keliat, Budi Anna., dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komuitas CMHN (Basic
Course). Jakarta: EGC

Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta :
Momedia

Potter, P. A. dan Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,


dan Praktik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Stuart & Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Ed. 3. Jakarta: EGC.

Stuart and Sundeen. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.5. Jakarta: ECG.

Stuart, G.W . 2006 .Buku Saku KeperawatanJjiwa. Edisi 3 ahli bahasa : achir yani S. hamid.

Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan, Kematian
danBerduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.

Tomb, David A. 2000. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Yosep, 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai