Sadarkah Saudara bahwa alam tempat tinggal kita ini makin rusak? Dalam peringatan Hari
Lingkungan Hidup tanggal 5 Juni yang lalu, banyak orang menyoroti kerusakan lingkungan
hidup. Kita merasakan bumi yang makin panas, banjir, serta pencemaran udara, air, dan tanah;
semua itu adalah masalah yang menimbulkan banyak dampak negatif bagi manusia. Gaya hidup
manusia yang tidak ramah lingkungan dan eksploitasi alam yang berlebihan telah membuat alam
ini berduka. Lingkungan hidup menjadi rusak dan terjadilah ketidakadilan ekologi.
Mengapa lingkungan hidup kita menjadi rusak? Adakah cara pandang dan sikap manusia yang
salah terhadap alam? Tentu saja. Pemahaman dan cara pandang orang terhadap lingkungan hidup
memengaruhi sikap mereka dalam memperlakukan alam. Misalnya ada pandangan bahwa
manusia adalah pusat alam semesta (anthroposentris). Manusia dan kepentingannya dianggap
yang paling menentukan dalam tatanan ekosistem. Alam dilihat hanya sebagai objek, alat, dan
sarana bagi pemenuhan kebutuhan dan kepentingan manusia. Alam hanya bernilai sejauh
menunjang kepentingan manusia. Tentu pandangan seperti itu menghasilkan sikap yang tidak
bersahabat dengan alam.
Adapun kerusakan alam yang terjadi oleh akibat manusi adalah sebagai berikut :
Penyusutan Hutan
mencapai 1,8 juta hektar/tahun yang mengakibatkan 21% dari 133 juta hektar hutan Indo
Hilangnya hutan menyebabkan penurunan kualitas lingkungan, meningkatkan peristiwa bencana
alam, dan terancamnya kelestarian flora dan fauna. nesia hilang
Pencemaran Air
Tingginya pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah, dan pencemaran laut di
Indonesia. pada 2010, Sungai Citarum pernah dinobatkan sebagai Sungai Paling Tercemar di
Dunia oleh situs huffingtonpost.com. World Bank juga menempatkan Jakarta sebagai kota
dengan polutan tertinggi ketiga setelah Beijing, New Delhi dan Mexico City
Indonesia yang langka dan terancam punah: • sebanyak 76 spesies hewan Indonesia dan 127
tumbuhan berada dalam status keterancaman tertinggi yaitu status terserang bahaya, serta • 205
jenis hewan dan 88 jenis tumbuhan masuk kategori dalam bahaya, serta • 557 spesies hewan dan
256 tumbuhan berstatus rentan.
Pencemaran Udara
Penyebab pencemaran udara yang paling utama adalah manusia dan yang merasakan dampaknya
pun manusia. Pencemaran udara adalah salah satu kerusakan lingkungan, kerusakan lingkungan
ini berupa penurunan kualitas udara karena masuk nya unsur-unsur berbahaya ke dalam udara
atau atmosfer bumi. Unsur-unsur berbahaya yang masuk ke dalam atmosfer tersebut bisa berupa
karbon dioksida, nitrogen dioksida, sulfur dioksida dan masih banyak lagi yang lainnya.
Masuknya polutan ke dalam atmosfer yang menjadikan terjadinya pencemaran udara bisa
disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor alam dan faktor manusia. Penyebab pencemaran udara
karena faktor alam contohnya adalah aktifitas gunung berapi yang mengeluarkan abu dan gas
vulkanik, kebakaran hutan, dan mikroorganisme. Polutan yang dihasilkan biasanya berupa
berupa asap, debu, dan gas.
Banjir
Banjir adalah peristiwa bencana alam yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam
daratan.[1] Pengarahan banjir Uni Eropa mengartikan banjir sebagai perendaman sementara oleh
air pada daratan yang biasanya tidak terendam air.[2] Dalam arti "air mengalir", kata ini juga
dapat berarti masuknya pasang laut. Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan air
seperti sungai atau danau yang meluap atau melimpah dari bendungan sehingga air keluar dari
sungai itu..[3]Ukuran danau atau badan air terus berubah-ubah sesuai perubahan curah hujan dan
pencairan salju musiman, namun banjir yang terjadi tidak besar kecuali jika air mencapai daerah
yang dimanfaatkan manusia seperti desa, kota, dan permukiman lain. Banjir juga dapat terjadi di
sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai. Banjir sering
mengakibatkan kerusakan rumah dan pertokoan yang dibangun di dataran banjir sungai alami.
Meski kerusakan akibat banjir dapat dihindari dengan pindah menjauh dari sungai dan badan air
yang lain, orang-orang menetap dan bekerja dekat air untuk mencari nafkah dan memanfaatkan
biaya murah serta perjalanan dan perdagangan yang lancar dekat perairan. Manusia terus
menetap di wilayah rawan banjir adalah bukti bahwa nilai menetap dekat air lebih besar daripada
biaya kerusakan akibat banjir periodik.
Tindakan-tindakan manusia terhadapa alam yang hampir tak terkendalikan inilah yang menjadi
pemicu utama terhadap peristiwa-peristiwa alam di belahan dunia ini yang akhirnya juga
mengancam kelangsungan hidup alam dan manusia itu sendiri, misalkan semakin besarnya
tingkat terjadinya bencana alam seperti tanah longsor banjir, kekeringan,yang terjadi di berbagai
daerah di Indonesia, yang sering menelan korban jiwa yang cukup banyak. Masalah inilah yang
terus menjadi persoalan besar di dunia ini termasuk di Indonesia. Jika di tanya factor dari semua
ini jawabanya bisa bervariasi;
Pertama, pemahaman manusia terhadap alam dan lingkungan adalah keliru. Anggapan bahwa
alam beserta isinya diciptakan untuk manusia, dan manusia sebagai pusat penciptaan hampir
didukung oleh berbagai agama di dunia dengan berbagai variannya. Misalnya, antroposentrisme
(paham yang menganggap manusia sebagai pusat dan puncak segala ciptaan, paham inilah di
pakai pakai sebagai legitimasi teologis atas pelimpahan wewenang dari Tuhan kepada manusia
untuk menundukkan dan mengeksploitasi alam secara semena-mena demi memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Kedua, perilaku negatif manusia yang memiliki kecenderungan untuk mengeksploitasi alam
beserta isinya demi kepentingan dirinya dengan menggunakan media sains dan teknologi tanpa
mempedulikan hak-hak alam. dalam diri manusia terdapat kecenderungan dan keinginan untuk
berkuasa dan mendominasi (will to power), tidak hanya terhadap sesama manusia, tetapi juga
terhadap alam. Persoalan lingkungan pada dasarnya merupakan persoalan moral sehingga
penanganannya pun harus melibatkan pertama-tama, perubahan paradigma terhadap alam dan
lingkungan, kemudian melakukan tindakan afirmatif untuk mengembangkan sikap bersahabat
dan berbuat baik kepada alam
ALAM BERGANTI NAMA
Pertanyaan di atas juga ini bisa didasarkan atas kondisi 'ekonomi' dan 'kepentingan' manusia.
Kemungkinan jawaban yang akan di lontarkan beberapa orang adalah, bahwa karena desakan
ekonomi yang semakin mengancam kehidupanya, sehingga pilihan yang di ambil adalah
misalkan memanfaatkan alam dengan melakukan pembalaka liar untuk bisa menghasilkan uang,
dan sering juga melakukan pembakaran hutan untuk membuka lahan pertanian seperti berkebun,
untuk tetap bisa menghasilkan pangan, untuk tetap bertahan hidup. Dan jawaban yang kedua
karena kepentingan, hal ini penulis lebih ke pengunaan tehknologi seperti pembangunan pabrik
di tengah pemukiman yang populasi penduduknya padat yang mungkin menumbulkan polusi
yang akhirnya bisa mengancam kesehatan, dan juga pencemaran lingkungan seperti limbah dari
pabrik yang berlebihan, karena hanya ingin memperoleh keuntungan perusahaanya, walaupun
sangat mengancam kehidupan mahluk hidup. Paradigma, Antroposentrisme
Di dalam lingkungan hidup, di prioritaskan campur tangan manusia terhadap tatanan ekosistem.
Perlu diketahui bahwa lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan kesatuan, ruang dengan
semua benda, daya, keadaan, mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang menetukan
perikehidupan serta kesejahteraan manusia dan mahluk hidup lainya.
Manusia di dalam alam menyatakan, bahwa bagi manusia alam merupakan suatu "barang jadi"
yang tinggal diterimah saja oleh manusia sebagai barang jadi, alam adalah alam yang bersifat
tertata sebagai ciptaan khalik. Dilihat dari posisi dalam alam, manusia adalh posisi yang
teranyam di dalam sistem tatawi. Itu berarti, alam yang tatawi, adalah gelanggang bagi manusia
untuk bereksistensi, untuk meerealisasikan eksistensinya. Keteranyaman manusia dalam arti
yang demikian itu membawa konsekuensi sekalipun mempunyai kebebasan untuk enciptakan
kehidupan, di dalam menciptakan kehidupan manusia tertuntut untuk menghormati ketatawian
alam. Namun dengan bersandar dengan pandangan ini yang lebih ke pemahaman antroposentris,
justru membentuk ke serakahan manusia dalam memanfaatkan alam.
Dalam hubunganya dengan paham antroposentrisme, sifat manusia semakin terdorong dalam
memberikan sentuhan yang memikat bagi keberlangsungan alam, di mana dalam paham ini
mengngap bahwa manusia sebagai pusat dari alam. Paham ini semkin berkembang dipelosok
dunia, dan dipraktekkan berbagai macam komunitas, baik komunitas petani, sektor ekonomi,
industri dan yang lainya semuanya memberikan efek yang tak sepantasnya di terimah oleh alam.
Ironisnya dalam beberapa dekade terakhir ini bisa kita amati berbagai macam fenomena alam
yang terjadi, seperti banjir, semakin panasnya suhu undara, pencemaran lingkungan, tetapi
seolah-olah manusi sebagai pelaku dalam merespon alam dengan berbagai tindakan, mulai dari
tindakan yang tak bertanggung jawab, seperti pembalakan liar pembangunan yang tidak tertata
rapi, sepertinya menggambarkan tidak terjadi apa-apa. Buktinya ditengah ancaman-ancaman
keganasan alam, manusia masi saja tak peduli dan terus melakukan tindakan yang tak
bertanggung jawab terhadap alam.
Posisi manusi di atas bumi adalah merupakan penyebab utama terjadinya berbagai perubahan
alam. Dalam sudut pandang filafat juga dikatakan, bahwa manusia satu-satunya dutuntut
bertanggung jawab atas kelestarian lingkungan hidup di mana ia berada di dalamnya, karena
manusia merupakan satu-satunya mahluk hidup yang diberi kebebasan untuk menguasai,
mengelolah dan memanfaatkan alam dalam mewujudkan kebebsan menciptakan kehidupanya.
Untuk itu manusia juga dikaruniai akal budi sehingga manusia dapat mewujudkan posisinya di
atas alam, di samping harus mengingat bahwa manusia juga tetap mempunyai posisi terikat alam
karena manusia tak dapat hidup mandiri tampa alam yang merupakan tempat dan sumber
perlengkapan dalam menciptakan kehidupanya Manusia dalam Hubunganya dengan Alam
Menjadi kepentingan ekonomi (kapitalisme)
Dalam berinteraksi dengan alam manusia dengan segala tindakanya dapat mewujudkan berbagai
pengaruh terhada alam, yang secara garis besar dikategorikan dalam tiga hal 1. Merusak alam
(deterioratif) 2. Melestarikan alam 3. Memperbaiki alam Sebagai manusia yang diberikan
kebebesan untuk menciptakan kehidupanya secara bertanggung jawab maka arah yang hendak
dicapai adalah memperbaiki alam agar alam selalu mampu menopang kehidupan manusia.
Segala perbuatan manusia hendaknya memberi makna pada alam sehingga alam lebih bermakna
bagi kehidupan manusia. Keadaaan planet bumi yang merupakan tempat tinggal manusia, yang
saat ini sedang memburuk; telah menjadi pusat perhatian dunia.
Ciri-ciri Kapitalisme
1. Pemilikan dan kontrol atas instrumen produksi, khususnya kapital
2. Kegiatan ekonomi diarahkan pada pembentukan laba tanpa batas
3. Proses produksi berada dalam kontrol pemilik modal dan agenagen manajerial
4. Produksi adalah untuk dijual bukan dikonsumsi sendiri
5. Adanya pasar yang diatur oleh jalannya harga
6. Penggunaan uang dalam tukar menukar yang selanjutnya memberi peranan sistematis kepada
lembaga keuangan (Bank)
7. Berlakunya persaingan bebas
Jika kita sring mengamati siaran TV berita koran radio, selalu saja menyajikan berita tentang
tekanan yang berkenan dengan lingkunga. Baik itu tentang permasalahan pangan, energi,
kemingkinan terjadi pemanasan global, penipisan lapisan ozon, ledakan penduduk, banjir,
kerusakan hutan, erosi plasma dan sebagainya. Kalau manusia menempuh jalan yang bersufat
deterioratif maka keadaan itu boleh dikatakan sangat menggelisakan. Sudah seharusnya manusia
membenahi perilakunya mulai sekarang. Relasi eksistensial manusia dengan alam yang demikian
itu menempatkan manusia di dalam keterikatan pada alam yang tak terhindar. Dan dengan
mendasarkan diri pada pengertian bahwa di dalam keterkaitan itu manusia harus mengelolah
alam, kita dapat menyebut situasi eksistensi terhadap alam itu dengan istilah teksnis situasi
eksistensi. Dari sini kita mengetahui bahwa pada manusia menciptakan dan mengelolah alam dan
mengunakan alam. Seluruh usaha manusia untuk menciptakan dan menjalankan kehidupanya
dengan menguasai dan mengelolah dan menggunakan alam itu dapat dengan istilah teknis, kita
sebut "membudaya".
Ciri ke 2 2. Kegiatan ekonomi diarahkan pada pembentukan laba tanpa batas
Dari sejarah manusia mungkin kita sudah mengetahui bahwa sejarah pembudayaan manusia
berjalan melalui proses perkembangan maju, yang pertama dalam hal kesadaran manusia
mengenai posisi dirinya bahwa dia di atas alam (Transenden terhadap alam) dan harus
menguasai, dan mengelolah alam, kedua. Penguasaan , pengelolaan dan penggunaan alam oleh
manusia, ketiga, penciptaan kehidupan, dengan menekankan perkembangan atau kemajuan
pengelolaan alam oleh manusia memang kita dapat menyebut proses itu kulturalisasi. Memang
pada satu segi alam bagi manusia adalah barang jadi yang tatawi yang manusia tinggal terimah.
Tetapi ketatawianwian alam itu tidak membuat alam menjadi sesuatu yang "statis" yang tak
terubahkan oleh manusia, sebab pada segi yang lain, manusia adalah di atas alam menguasai
alam, berusaha mengelolah alam untuk menopang kehidupanya. Sebagai sumber perlengkapan
kehidupan manusia, alam justru menuntut manusia untuk menguasainya, dan mengunakanya,
tetapi manusia juga harus memanusiawikan alam, dalam arti mengaktualisasikan potensi
manusia, maka dengan demikian alam akan memberikan makna yang berarti bagi kehidupan
mausia, dan ctetap menopang semua mahluk hidup yang ada di atas muka bumi.
Poin penting menyatakan kesamman manusia dengan semua jenis ciptaan tuhan adalah
Jadi kata akhir yang dapat kita lakukan adalah sudah saatnya kita membentuk terobosan baru
dalam memperlakukan alam sebagaimana mestinya, tidak hanya manusia yang selalu
mengeksploitasi isi alam tampa kontribusi timbal balik. Memang alam menuntut manusia untuk
menguasainya, dan mempergunakanya dalam memenuhi kebutuhan hidup tetapi bukan berarti
kekayaan alam hanya dapat dikuasai tampa ada aksi koaksi yang di bangun manusia dalam
menyikapi kembali alam. Pilihan yang menurut penulis adalah menopang alam dengan basis
ilmu pengetahuan.
Kebudayaan adalah prestasi atau hasil cipta, rasa, dan karsa manusia dalam alam ini.
Kemampuan untuk berprestasi/berkarya ini merupakan sikap hakiki yang hanya ada pada
manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Karena itu sejal penciptaan, manusia
telah diberi amanat kebudayaan (Kej 1:26-30). Namun kejatuhan manusia dalam dosa telah
menyebabkan manusia hanya mampu menghasilkan kebudayaan yang menyimpang dari rencana
Allah dan hanya demi kemuliaan diri manusia sendiri. Manusia lalu berusaha untuk mengisi
keadaan kosong dalam hatinya dengan kebudayaan (agama, ilmu dan teknologi, seks, hiburan,
harta, kesalehan, kedudukan tinggi, dll.) Namun kebudayaan manusia tidak akanpernah dapat
memulihkan keadaan manusia yang sudah jatuh dalam dosa. Pemulihan keadaan manusia dan
kebudayaannya terjadi ketika Anak Allah yang Tunggal turun ke dalam dunia untuk menebus
dosa manusia.
Ciri-ciri khas kebudayaan adalah:
A. Bersifat historis.
Manusia membuat sejarah yang bergerak dinamis dan selalu maju yang diwariskan secara turun
temurun;
B. Bersifat geografis.
Kebudayaan manusia tidak selalu berjalan seragam, ada yang berkembang pesat dan ada yang
lamban, dan ada pula yang mandeg (stagnan) yang nyaris berhenti kemajuannya. Dalam interaksi
dengan lingkungan, kebudayaan kemudian berkembang pada komunitas tertentu, dan lalu meluas
dalam kesukuan dan kebangsaan/ras. Kemudian kebudayaan itu meluas dan mencakup
wilayah/regiona, dan makin meluas dengan belahan-bumi. Puncaknya adalah kebudayaan kosmo
(duniawi) dalam era informasi dimana terjadi saling melebur dan berinteraksinya kebudayaan-
kebudayaan;
C. Bersifat perwujudan nilai-nilai tertentu.
Dalam perjalanan kebudayaan, manusia selalu berusaha melampaui (batas) keterbatasannya.
Kebudayaan yang dinyatakan dalam alkitab, pada mulanya dan seharusnya bertujuan untuk
memuliakan Allah (Vertikal), dan untuk meningkatkan kehidupan manusia (Horizontal).
kebudayaan yang diberikan Allah untuk meningkatkan, mempermudah manusia untuk
melakasanakan pekerjaannya. Contoh: kalau manusia ingin bekerja disawah hanya
mengandalkan cangkul tetapi di zaman modern ini manusia dipermudah dengan kehadiran alat –
alat pertanian yang serba modern. Kenyataan yang kita lihat banyak sekali hasil kebudayaan
yang dipergunakan bukan untuk mengasihi Allah dan sesama manusia,