31S3201
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOPROSES
Modul Praktikum:
Difusi Fasa Gas (DFG)
Dosen: Yulisa Lestari, S.Si., M.T.
Astiti Aditia, S.T., M.T.
Asisten : Herti N Hutapea, S.T.
Kelompok : LABTEK/1920/03
Sam Muehl Naiborhu (31S16020)
Ester Rosdiana Sinaga (31S17016)
Esra Y Siburian (31S17022)
Tanggal Praktikum:
03 Maret 2020
Difusi adalah peristiwa mengalirnya atau berpindah suatu zat dari konsentrasi yang berbeda.
Perbedaan konsentrasi yang ada pada dua larutan disebut gradien. Proses difusi minimal
melibatkan dua zat, salah satu zat berkonsentrasi lebih tinggi daripada zat lainnya atau dapat
dikatakan dalam kondisi belum setimbang, keadaan ini dapat menjadi driving force dari
proses difusi. Peristiwa difusi akan terus berlangsung hingga tercapainya kondisi
kesetimbangan, di mana sebelumnya terdapat perbedaan besarnya konsentrasi suatu
komponen pada masing-masing keadaan. Tujuan percobaan ini untuk mengamati,
menganalisis serta menentukan difusivitas dari proses difusi fasa gas senyawa kloroform
yang berdifusi dengan udara.
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan waterbath yang telah diatur suhunya sesuai
dengan yang ditugaskan. Senyawa volatil kloroform dimasukkan ke dalam pipa kapiler yang
kemudian dipasang pada waterbath. Ketinggian awal kloroform dicatat kemudian dialirkan
udara dari permukaan atas menggunakan blower. Perubahan ketinggian dicatat setiap interval
waktu 10 menit selama 50 menit. Dari hasil percobaan, diperoleh nilai DAB pada suhu 45⁰C
sebesar 127.73 dan nilai NAZ pada waktu (t) = 0; 10; 20; 30; 40; dan 50 menit adalah 0;
0.0050; 0.00024; 0.00016; 0.00012; 0.00009 (mol/cm2s).
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari percobaan bahwa difusivitas berbanding lurus dengan
suhu pemanasan. Pada percobaan juga diperoleh profil konsentrasi senyawa kloroform pada
temperatur 35, 40, dan 450C. Nilai NAZ yang semakin menurun menunjukkan bahwa semakin
lama waktu difusi berlangsung, semakin sedikit senyawa kloroform yang berdifusi.
BAB I
PENDAHULUAN
Gambar II.1 Skema percobaan untuk menentukan konstanta difusivitas fasa gas (Bird,
1993)
Pada ilustrasi di atas, cairan volatil A ditempatkan pada pipa kapiler dan B (udara)
dalam fasa gas dialirkan pada permukaan atas pipa kapiler. Senyawa A akan berdifusi
keatas (arah positif sumbu z) dari permukaan liquid ke permukaan pipa, sedangkan udara
akan berdifusi ke bawah (arah negatif sumbu z) dari permukaan pipa kapiler ke arah
permukaan senyawa volatil A. Pernyataan matematis dari hukum Fick dapat dinyatakan
dalam persamaan berikut.
𝐽𝐴 = −𝐷𝐴𝐵𝛻 𝑐𝐴
dengan JA adalah fluks komponen A, DAB adalah sebuah konstanta, dan 𝛻𝑐𝐴 menyatakan
gradien konsentrasi A. Nilai DAB dapat ditentukan oleh:
1. Suhu, di mana semakin tinggi suhu maka laju dari senyawa untuk berdifusi akan
semakin cepat. Namun harus diperhatikan bahwa suhu tidak boleh melebihi titik didih
dari senyawa yang berdifusi.
2. Luas penampang difusi, di mana semakin luas penampang akan meningkatkan laju
dari senyawa yang berdifusi.
3. Gradien konsentrasi, di mana semakin besar gradien konsentrasi akan meningkatkan
laju dari senyawa yang berdifusi.
4. Ukuran partikel, di mana semakin kecil ukuran partikel maka akan semakin mudah
pergerakannya sehingga laju dari senyawa yang berdifusi juga meningkat.
Secara umum persamaan Fick untuk sistem biner dapat dituliskan dengan persamaan
berikut ini.
𝑑𝑥𝐴
N𝐴 = (NA+NB)xA - 𝐷𝐴𝐵C 𝑑𝑥
DAB adalah difusivitas massa A melalui B dalam cm2/det, T adalah suhu dalam K, P tekanan
dalam atm, MA berat molekul A dan MB berat molekul B, σ adalah diameter tumbukan, suatu
parameter Lennard Jones dalam Angstrom dan Ω adalah integral tumbukan (tak berdimensi).
𝑘𝑇 𝑘𝑇
Besaran Ω sebagai fungsi dari . Besaran kelompok dapat dilihat pada apendiks K
𝑐𝐴𝐵 𝑐𝐴𝐵
(Welty,1984).
BAB III
LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN
Kronometer -
Air keran -
Kloroform -
Gambar III.1.1 Skema unit dasar perangkat eksperimen difusi fasa gas EdibonTM
III.2 Tahapan-Tahapan Percobaan
Berikut diagram alir yang akn dilakukan selma eksperimen
Mulai
Di pasang mikroskop
monokuler
Diperoleh:
Di amati dan dicatat ketinggian -fluks molar,
cairan setiap 10 menit -konstanta
difusivitas,
-profil
konsentrasi
Di putuskan aliran listrik dari semua stop
kontak lalu di rapikan alat seperti semula
selesai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada percobaan ini diperoleh data perubahan ketinggian cairan kloroform yang di
masukkan ke dalam pipa kapiler dengan interval waktu 10 menit selama 50 menit pada
variasi temperatur 35oC, 40oC, 45oC, 50oC dan 55oC. Perubahan ketinggian dapat dihitung
menjadi jumlah senyawa kloroform yang berdifusi ke udara, dan untuk menentukan koefisien
difusivitas kloroform menurut hukum Fick, pengaruh suhu terhadap difusivitas, profil
densitas fluks molar terhadap waktu, dan profil konsentrasi senyawa kloroform dan udara
selama proses difusi berlangsung.
sehingga mendapatkan persamaan garis. Persamaan tersebut dapat dilihat di bawah ini:
(1)
4.5
4 y = 0.2873x + 0.5849
3.5 R² = 0.895
t/(z-zo) (menit/mm)
2.5
1.5
0.5
0
0 2 4 6 8 10 12 14
z-zo (mm)
Gambar IV.1.1 Grafik Hubungan Antara t/(z-z0) (menit/mm) dengan z-z0 (mm) pada T =
350C
Berdasarkan data dan grafik di atas, diperoleh persamaan linier yaitu y = 0.2873x +
0.5849 dengan nilai R2 = 0.895. Nilai R2 < 0.95 menunjukkan bahwa korelasi bernilai lebih
rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh temperatur waterbath yang lebih rendah dari titik didih
dari kloroform yaitu 61.20C. Oleh karena suhu waterbath yang tidak sama dengan titik didih
kloroform maka menyebabkan perbedaaan yang sedikit sehingga jika diplotkan akan
memiliki data penyebaran yang hampir sama. Dari persamaan linier juga diperoleh nilai
koefisien difusivitas (DAB) dari persamaan (1). Nilai yang diperoleh yaitu 113.2 cm2/min.
IV.1.2 Difusi fasa gas pada saat T = 400C
Pada percobaan difusi fasa gas untuk saat T = 400C diperoleh data ketinggian
kloroform yang telah diamati tiap selang waktu 10 menit sekali hingga didapat 6 data seperti
berikut:
Tabel IV.1.2 Grafik Hubungan Antara t/(z-z0) (menit/mm) dengan z-z0 (mm) pada T = 400C
z-zo
t (menit) z (mm) t/z-zo (menit/mm)
(mm)
0 60 0 0
10 59 1 10
20 57.5 2.5 8
30 56.5 3.5 8.5714
40 54 6 6.6667
50 52 8 6.25
12
10 y = 0.2563x + 5.6842
t/(z-zo) (menit/mm)
R² = 0.0495
8
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
z-zo (mm)
Gambar IV.1.2 Grafik Hubungan Antara t/(z-z0) (menit/mm) dengan z-z0 (mm) pada T=400C
Berdasarkan data dan grafik di atas, diperoleh persamaan linier yaitu y = 0.2563x +
0.5842 dengan nilai R2 = 0.0495. Nilai R2 < 0.95 menunjukkan bahwa korelasi bernilai
sangat rendah. Ini dapat disebabkan oleh temperatur waterbath yang lebih rendah dari titik
didih dari kloroform yaitu 61.20C. oleh karena suhu waterbath yang tidak sama dengan titik
didih kloroform maka menyebabkan perbedaaan yang sedikit sehingga jika diplotkan akan
memiliki data penyebaran yang hampir sama. Dari persamaan linier juga didapat koefisien
difusivitas (DAB) dari persamaan (1). Nilai yang diperoleh yaitu 118.11 cm2/min.
IV.1.3 Difusi fasa gas pada saat T = 450C
Pada percobaan difusi fasa gas untuk saat T = 450C diperoleh data ketinggian
kloroform yang telah diamati tiap selang waktu 10 menit sekali hingga didapat 6 data seperti
berikut:
Tabel IV.1.3 Grafik Hubungan Antara t/(z-z0) (menit/mm) dengan z-z0 (mm) pada T = 450C
z-zo
t (menit) z (mm) t/z-zo (menit/mm)
(mm)
0 112 0 0
10 109 3 3.3333
20 107 5 4
30 105.5 6.5 4.6153
40 102 10 4
50 99 13 3.8461
5 y = 0.237x + 1.8176
t/(z-zo) (menit/mm)
R² = 0.4482
4
0
0 2 4 6 8 10 12 14
z-zo (mm)
Gambar IV.1.3 Grafik Hubungan Antara t/(z-z0) (menit/mm) dengan z-z0 (mm) pada T =
450C
Berdasarkan data dan grafik yang diperoleh di atas persamaan linier yaitu y = 0.237x
+ 1.8176 dengan nilai R2= 0.4482. Nilai R2 < 0.95 menunjukkan bahwa korelasi bernilai
sangat rendah. Ini dapat disebabkan oleh temperatur waterbath yang lebih rendah dari titik
didih dari kloroform yaitu 61.20C. oleh karena suhu waterbath yang tidak sama dengan titik
didih kloroform maka menyebabkan perbedaaan yang sedikit sehingga jika diplotkan akan
memiliki data penyebaran yang hampir sama. Dari persamaan linier juga didapat koefisien
difusivitas (DAB) dari persamaan (1). Nilai yang diperoleh yaitu 127.7 cm2/min.
Kelinearan (R2) pada grafik dengan temperatur 350C, 400C dan 450C secara berturut
yaitu 89.5%, 4.95%, dan 44.8%. Dari kelinearan ini dapat dilihat bahwa pada temperatur
350C hingga temperatur 450C terjadi penurunan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh selisih
ketinggian tiap menit yang berbeda-beda antar suhu sehingga diperoleh nilai R2 yang berbeda
pula. Selisih ketinggian yang diperoleh pada temperatur 350C lebih besar dibandingkan
dengan temperatur 450C, begitu juga pada temperatur 450C dengan selisih yang lebih besar
dari temperatur 400C.
Dari data percobaan dapat ditentukan nilai fluks molar (NAZ). Fluks molar (NAZ)
adalah jumlah mol A (kloroform) yang mengalami difusi pada selang waktu tertentu. Nilai
NAZ (mol/ cm2s) yang diperoleh pada berbagai variasi suhu dapat dilihat pada tabel IV.2. 1.
Tabel IV.2.1 Profil Densitas Fluks Molar terhadap Waktu pada Suhu T=350C, 400C, 450C,
500C dan 550C
waktu Naz (mol/cm2s)
(menit) 350C 400C 450C 500C 550C
0 0 0 0 - -
10 0.0003 0.0003 0.0005 - -
20 0.0001 0.0001 0.0002 - -
30 9.84E-05 8.6214E-05 0.0001 - -
40 7.21E-05 6.1799E-05 0.0001 - -
50 5.63E-05 4.7608E-05 9.06E-05 - -
Berdasarkan tabel IV.2.1 diperoleh nilai NAZ saat t = 0 menit adalah 0, karena
kloroform belum mengalami difusi. Sedangkan nilai NAZ pada waktu lain adalah semakin
turun, hal ini sesuai dengan persamaan untuk menentukan nilai NAZ yaitu:
𝜌𝑎 .𝑧
Naz = (2)
𝑀.𝑡𝑘
Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa nilai NAZ berbanding terbalik dengan
waktu. Jadi kloroform yang dipanaskan pada waktu 0 menit hingga 50 menit akan memiliki
nilai NAZ yang semakin rendah. Hal ini berarti pada waktu yang semakin lama maka semakin
kecil jumlah mol A yang mengalami difusi. Pada suhu 50oC dan 55oC tidak diperoleh nilai
koefisien difusivitas karena terjadinya kebocoran pada pipa kapiler yang menyebabkan air
masuk ke dalam pipa kapiler sehingga tinggi cairan kloroform meningkat. Temperatur juga
memengaruhi nilai fluks molar (NAZ), semakin tinggi temperatur yang diberikan maka
semakin tinggi juga nilai fluks molar. Dari persamaan di bawah dapat dilihat bahwa nilai
fluks molar berbanding lurus dengan nilai difusivitas. Di mana nilai difusivitas berbanding
lurus dengan nilai temperatur, sehingga semakin meningkatnya temperatur maka nilai fluks
molar juga akan meningkat.
1 − 𝑥𝐴,𝐿
⃗ 𝐴𝑧 𝑧 = 𝑐𝐷𝐴𝐵 ln
𝑁
1 − 𝑥𝐴,0
𝑧/𝐿
1 − 𝑥𝐴,𝐿
𝑥𝐴 = 1 − (1 − 𝑥𝐴,0 ) [ ]
1 − 𝑥𝐴,0
Dapat diperoleh nilai xA dan xB dari masing-masing variasi temperatur yang digunakan
yaitu sebagai berikut :
Berdasarkan tabel di atas, nilai xA dan xB yang diperoleh dapat digunakan untuk
membentuk grafik hubungan konsentrasi kloroform dan udara terhadap nilai z untuk difusi
fasa gas biner, yaitu sebagai berikut :
76
74
72
70
68
z (mm)
XA ( Kloroform)
66
XB (Udara)
64
62
60
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
XA dan XB
Gambar IV.4.1 Profil konsentrasi senyawa kloroform dan udara di sepanjang pipa
kapiler pada suhu T= 35OC
62
60
58
56
z (mm)
XA ( Kloroform)
54 XB (Udara)
52
50
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
XA dan XB
Gambar IV.4.2 Profil konsentrasi senyawa kloroform dan udara di sepanjang pipa
kapiler pada suhu T= 40OC
113
111
109
107
105
z (mm)
103 XA ( Kloroform)
101 XB (Udara)
99
97
95
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
XA dan XB
Gambar IV.4.3 Profil konsentrasi senyawa kloroform dan udara di sepanjang pipa
kapiler pada suhu T= 45O
Dari grafik-grafik di atas dapat diketahui bahwa konsentrasi awal kloroform sangat
besar. Hal ini dapat terjadi karena pada keadaan mula-mula belum tejadi difusi oleh
kloroform. Semakin lama, konsentrasi kloroform dalam pipa kapiler berkurang atau
kloroform mengalami difusi karena diberikan panas dari lingkungan. Konsentrasi yang
berkurang ditandai dengan menurunnya ketinggian kloroform dalam pipa kapiler. Sementara
itu, konsentrasi udara semakin lama semakin besar. Hal ini terjadi karena udara berdifusi ke
dalam pipa kapiler. Dapat dikatakan bahwa penurunan konsentrasi kloroform diikuti dengan
kenaikan konsentrasi udara di dalam pipa kapiler.
Pada grafik, tidak terdapat titik pertemuan atau titik kesetimbangan antara kloroform
dan udara. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi antara kloroform dan udara belum
mencapai kesetimbangan. Oleh karena itu, dibutuhkan waktu yang lebih lama agar tercapai
kesetimbangan antara kloroform dan udara. Kesetimbangan juga dapat dipengaruhi oleh
temperatur, semakin tinggi temperatur maka nilai alpha (α) akan semakin menurun sehingga
jika dihubungkan terhadap laju difusivitas pada persamaan hukum Fick, maka nilai
difusivitas akan meningkat (Callister, 2001). Adapun persamaan hukum Fick yaitu:
Dengan menganggap senyawa kloroform adalah gas ideal, sehingga diperoleh nilai alpha (α)
sebagai berikut:
𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇
𝑛 𝑃
=
𝑣 𝑅𝑇
𝑃
𝑐=
𝑅𝑇
𝑃. 𝑀𝐴 1 − 𝑥𝐴
𝛼= ln ( )
𝑅𝑇𝜌 1 − 𝑥𝐴,𝑜
Jadi dari persamaan di atas dapat disimpulkan, jika temperatur semakin meningkat maka laju
difusivitas akan meningkat juga dan menyebabkan bertemunya titik setimbang dari senyawa
kloroform dan udara yang lewat.
Pada temperatur 500C dan 550C percoban tidak berhasil dilakukan. Hal ini terjadi
karena sarung tangan berbahan lateks yang digunakan dapat larut dalam larutam kloroform.
Pada percobaan yang dilakukan, sampel karet yang direndam dalam kloroform berubah
tekstur menjadi seperti gel (Veni, 2010).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
III.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan difusi fasa gas dapat disimpulkan bahwa:
1. Koefisien difusivitas yang diperoleh pada suhu 350C adalah 113.3232 mm2/menit.
2. Koefisien difusivitas yang diperoleh pada suhu 400C adalah 118.1129 mm2/menit.
3. Koefisien difusivitas yang diperoleh pada suhu 450C adalah 127.7313 mm2/menit.
4. Semakin tinggi temperatur, maka proses difusi akan berlangsung semakin cepat dan
menyebabkan nilai koefisien difusivitas kloroform meningkat.
5. Fluks molar yang diperoleh pada suhu 450C adalah 0, 0.0050, 0.00024, 0.00016,
0.00012, 0.00009 (mol/cm2s) pada waktu t = 0, 10, 20, 30, 40, 50 menit.
6. Semakin lama waktu kloroform untuk berdifusi maka nilai xa mengalami penurunan,
sedangkan nilai xb mengalami peningkatan di mana xa+xb = 1
III.2 Saran
1. Melakukan pemanasan air pada waterbath terlebih dahulu saat hendak memulai
praktikum agar tidak menghabiskan waktu dalam menunggu pemanasan air sampai pada
suhu yang diinginkan.
2. Memilih variasi suhu yang mendekati titik didih dari senyawa volatil.
3. Melakukan percobaan dengan selang waktu yang lebih lama dan senyawa volatil yang
berbeda. Hal ini dapat dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh waktu
pengamatanyang lebih lamaterhadap difusivitas senyawa tersebut.
4. Memeriksa alat yang akan digunakan agar tidak terhalang pemakaiannya saat
menggunakan di waktu percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Almi, Dina Utari. 2011. Identifikasi Soil Transmitted Helminths pada Sayuran Kubis dan
Selada di Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung. Universitas Lampung. Bandar
Lampung.
Bird, T. 1993. Kimia Fisika untuk Universitas. Cetakan ke-2. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia
Pustaka Utama
Callister, W. D. 2001. Fundamentals of Materials Science and Engineering. Department of
Metallurgical Engineering. The University of Utah.
Kirk, R.E. and Othmer, D.F., 1952. Encyclopedia of Chemical Technology, 3rd ed., Vol. 1,
The Inter Science Encyclopedia, Inc., New York.
Welty, J. C. 1982. The Life of Bird. Saunders College Publishing. Philadelphia.
Veni, B. N. K. and Ma’zam, M. S. 2010. Hydrogenated Natural Rubber from Different Types
of Preserved Lateks. Journal of Rubber Reasearch, 13(2), 103-109.
LAMPIRAN A
DATA LITERATUR
Dengan 𝑁𝐴𝑍 adalah fluks massa dan 𝑁𝐵𝑍 = 0 karena tidak ada difusi B pada sumbu z,
sehingga diperoleh:
𝑑𝑥𝐴
𝑁𝐴𝑍 = 𝑥𝐴 𝑁𝐴𝑍 − 𝑐𝐷𝐴𝐵
𝑑𝑍
𝑑𝑥𝐴
𝑁𝐴𝑍 − 𝑥𝐴 𝑁𝐴𝑍 = −𝑐𝐷𝐴𝐵
𝑑𝑍
𝑑𝑥𝐴
𝑁𝐴𝑍 (1 − 𝑥𝐴 ) = −𝑐𝐷𝐴𝐵
𝑑𝑍
𝑑𝑥
𝑁𝐴𝑍 𝑑𝑍 = −𝑐𝐷𝐴𝐵 (1−𝑥𝐴 ) .............................................(1)
𝐴
A dan B tidak bereaksi, jadi tidak ada produk yang dihasilkan, sehingga:
𝑁𝐴𝑍 = 𝐶1
𝐶1 adalah hasil integral yang konstan, persamaan ini menunjukkan bahwa nilai dari 𝑁𝐴𝑍
senyawa A, akan sama sepanjang sumbu “z”.
Dari persamaan (1),
𝑑𝑥𝐴
𝑁𝐴𝑍 𝑑𝑍 = −𝑐𝐷𝐴𝐵
(1 − 𝑥𝐴 )
𝑍 𝑥𝐴
𝑑𝑥𝐴
∫ 𝑁𝐴𝑍 𝑑𝑍 = ∫ −𝑐𝐷𝐴𝐵
0 𝑥𝐴,𝑜 (1 − 𝑥𝐴 )
Diperoleh:
1−𝑥
𝑁𝐴𝑍 . 𝑧 = 𝑐𝐷𝐴𝐵 ln (1−𝑥 𝐴 ) ....................................…..(2)
𝐴,𝑜
Kemudian,
𝑁𝐴𝑍 . 𝑧 1 − 𝑥𝐴
= ln ( )
𝑐𝐷𝐴𝐵 1 − 𝑥𝐴,𝑜
𝑁𝐴𝑍 .𝑧
1 − 𝑥𝐴
( ) = 𝑒 𝑐𝐷𝐴𝐵
1 − 𝑥𝐴,𝑜
𝑁𝐴 .𝑧
𝑍
𝑥𝐴 = 1 − (1 − 𝑥𝐴,𝑜 )𝑒 𝑐𝐷𝐴𝐵
..………………….(3)
𝑑𝑥𝐴
𝑁𝐴𝑍 𝑑𝑍 = −𝑐𝐷𝐴𝐵
(1 − 𝑥𝐴 )
𝐿 𝑥𝐴,𝐿
𝑑𝑥𝐴
∫ 𝑁𝐴𝑍 𝑑𝑍 = ∫ −𝑐𝐷𝐴𝐵
0 𝑥𝐴,𝑜 (1 − 𝑥𝐴 )
1−𝑥
𝑁𝐴𝑍 . 𝐿 = 𝑐𝐷𝐴𝐵 ln (1−𝑥𝐴,𝐿 ) ....................................(4)
𝐴,𝑜
𝑁𝐴𝑍 .𝐿 1
𝐷𝐴𝐵 = . 1−𝑥𝐴,𝐿 .........................................(5)
𝑐 𝑙𝑛
1−𝑥𝐴,𝑜
1−𝑥𝐴,𝐿 𝑧
ln( ).
𝑥𝐴 = 1 − (1 − 𝑥𝐴,𝑜 ) 𝑒𝑥𝑝 1−𝑥𝐴,𝑜 𝐿
1−𝑥
𝑥𝐴 = 1 − (1 − 𝑥𝐴,𝑜 ). (1−𝑥𝐴,𝐿 )𝑧/𝐿 …………………... (6)
𝐴,𝑜
𝑛𝑒𝑣
𝑁𝐴𝑍 =
𝑡𝑘 . 𝑆
Keterangan: - 𝑁𝐴𝑍 adalah jumlah mol yang menguap dalam selang waktu tertentu dibagi
dengan luas penampang.
- 𝑛𝑒𝑣 adalah jumlah mol senyawa A yang menguap
- 𝑡𝑘 adalah rentang waktu penguapan
- 𝑆 adalah luas penampang difusi
𝑚
Di mana, 𝑛𝑒𝑣 = 𝑀 , dengan 𝑚 adalah jumlah massa yang menguap, dan 𝑀 adalah berat
𝑛𝑒𝑣 𝑚
𝑁𝐴𝑍 = =
𝑡𝑘 . 𝑆 𝑀. 𝑡𝑘 . 𝑆
𝑚 = 𝑁𝐴𝑍 . 𝑀. 𝑡𝑘 . 𝑆
𝜕𝑚
= 𝑁𝐴𝑍 . 𝑀. 𝑆 ..........(7)
𝜕𝑡
Dengan laju alir massa:
𝑄𝑚 = 𝜌. 𝑣. 𝑆,
𝜕𝑚 𝜕𝑧
= 𝜌. 𝑆 ..................(8)
𝜕𝑡 𝜕𝑡
𝜕𝑧
𝑁𝐴𝑍 . 𝑀𝐴 . 𝑆 = 𝜌. 𝑆
𝜕𝑡
𝜕𝑧
𝑁𝐴𝑍 . 𝑀𝐴 = 𝜌.
𝜕𝑡
Dengan meninjau kembali persamaan (2),
1 − 𝑥𝐴
𝑁𝐴𝑍 . 𝑧 = 𝑐𝐷𝐴𝐵 ln ( )
1 − 𝑥𝐴,𝑜
Jadi,
1−𝑥
𝑐𝐷𝐴𝐵 ln (1 − 𝑥 𝐴 ) 𝜕𝑧
𝐴,𝑜
. 𝑀𝐴 = 𝜌
𝑧 𝜕𝑡
1−𝑥
𝑐𝐷𝐴𝐵 ln (1 − 𝑥 𝐴 )
𝐴,𝑜
. 𝑀𝐴 𝜕𝑡 = 𝑧 . 𝜕𝑧
𝜌
Misalkan,
1 − 𝑥𝐴
𝑐 ln ( )
1 − 𝑥𝐴,𝑜
𝛼= . 𝑀𝐴
𝜌
𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇
𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇
𝑛 𝑃
=
𝑣 𝑅𝑇
𝑃
𝑐=
𝑅𝑇
Jadi,
𝑃. 𝑀𝐴 1 − 𝑥𝐴
𝛼= ln ( )
𝑅𝑇𝜌 1 − 𝑥𝐴,𝑜
Maka persaman:
1−𝑥
𝑐𝐷𝐴𝐵 ln (1 − 𝑥 𝐴 )
𝐴,𝑜
. 𝑀𝐴 𝜕𝑡 = 𝑧 . 𝜕𝑧
𝜌
Diubah menjadi:
𝛼. 𝐷𝐴𝐵 𝜕𝑡 = 𝑧 . 𝜕𝑧
𝑡 𝑧
𝛼. 𝐷𝐴𝐵 ∫ 𝜕𝑡 = ∫ 𝑧 . 𝜕𝑧
0 0
(𝑧 2 − 𝑧02 )
𝛼. 𝐷𝐴𝐵 . (𝑡 − 0) =
2
(𝑧 − 𝑧0 )(𝑧 + 𝑧0 )
𝛼. 𝐷𝐴𝐵 . 𝑡 =
2
(𝑧 − 𝑧0 )(𝑧 + 𝑧0 )
𝛼. 𝐷𝐴𝐵 . 𝑡 =
2
2𝛼. 𝐷𝐴𝐵 . 𝑡 = (𝑧 − 𝑧0 )(𝑧 + 𝑧0 )
𝑡 1
= (𝑧 + 𝑧0 )
(𝑧 − 𝑧0 ) 2𝛼. 𝐷𝐴𝐵
𝑡 1
= (𝑧 + 𝑧0 + 𝑧0 − 𝑧0 )
(𝑧 − 𝑧0 ) 2𝛼. 𝐷𝐴𝐵
𝑡 1
= (𝑧 − 𝑧0 + 2𝑧0 )
(𝑧 − 𝑧0 ) 2𝛼. 𝐷𝐴𝐵
𝑡 1 𝑧0
= (𝑧 − 𝑧0 ) +
(𝑧 − 𝑧0 ) 2𝛼. 𝐷𝐴𝐵 𝛼. 𝐷𝐴𝐵
Dari persamaan di atas, maka dapat dibentuk menjadi persamaan linear dari hubungan garis
𝑡
dengan sumbu x: (𝑧 − 𝑧0 ) , dan sumbu y: (𝑧−𝑧 ), sehingga diperoleh persamaan garis:
0
y = ax + b
Maka, dari persamaan garis linear ini akan diperoleh nilai dari 𝐷𝐴𝐵 (koefisien difusivitas)
untuk suhu 35 0C. Dengan persamaan garis linier yang diperoleh
yaitu y = 0.2873x + 0.5849 dengan R2 = 0,895 Setelah memperoleh persamaan garis, dengan
1.0.2873x, dapat ditentukan nilai dari 𝐷𝐴𝐵 dengan menggunakan persamaan dibawah ini,
1
0.2873 = (𝑧 − 𝑧0 )
2𝛼. 𝐷𝐴𝐵
1
0.2873 mm2 /menit =
2𝛼. 𝐷𝐴𝐵
1
𝐷𝐴𝐵 =
0.2873(2𝛼)
Dengan nilai dari :
𝑃. 𝑀𝐴 1 − 𝑥𝐴
𝛼= ln ( )
𝑅𝑇𝜌 1 − 𝑥𝐴,𝑜
Di mana nilai dari densitas kloroform diperoleh dengan percobaan menggunakan piknometer
sehingga diperoleh nilai densitas kloroform sebagai berikut:
Massa kloroform = massa piknometer berisi kloroform – massa piknometer kosong
=59.9880 gram – 20.0931 gram
= 39.895 gram
39.895 gram
Densitas kloroform =
25 cm3
Densitas kloroform = 1.5958 g/cm3
Dengan menggunakan nilai dari tekanan (P) dalam ruang Laboratorium Teknik Bioproses,
yaitu P = 71.1 cmHg yang diubah ke dalam bentuk atm, yaitu:
1 atm = 760 mmHg
P = 71.1 cmHg
= 0.9355 atm
T = 25.5 ⁰ C
= 298.65 K
Maka,
0.9355 𝑎𝑡𝑚 . 119.38 𝑔/𝑚𝑜𝑙 0.6498
𝛼= 3 ln ( )
𝑐𝑚 𝑎𝑡𝑚 3 0.0020
82.0578 . 308.15 𝐾. 1.5968𝑔/𝑐𝑚
𝑚𝑜𝑙 𝐾
𝜶 = 0.0165
Dengan menggunakan data z = 74 mm pada waktu t = 10 menit , dengan nilai 𝑥𝐴, = 0.953 dan
𝑥𝐴0 = 0.998, maka diperoleh nilai dari 𝑥𝐴 yaitu:
1 − 0.002 74/70
𝑥𝐴 = 1 − (1 − 0.998). ( )
1 − 0.998
𝒙𝑨 = 𝟎. 𝟗𝟓𝟑𝟐𝟕𝟑
Tabel D.2 Data Penurunan Ketinggian Kloroform dengan Interval Waktu 10 Menit pada
Temperatur 350C
t/(z-zo)
t(menit) z(mm) z-zo (mm) (menit/mm)
0 0 0
74
10 70 4 2.5
20 67 7 2.8571
40 63 11 3.6363
50 61.5 12.5 4
Tabel D.3 Data Penurunan Ketinggian Kloroform dengan Interval Waktu 10 Menit pada
Temperatur 400C
10 59 1 10
20 57.5 2.5 8
40 54 6 6.6667
50 52 8 6.25
D.4 Penurunan Ketinggian Cairan Senyawa Kloroform pada Temperatur 450C
Tabel D.4 Data Penurunan Ketinggian Kloroform dengan Interval Waktu 10 Menit pada
Temperatur 450C
t(menit) z(mm) z-zo (mm) t/(z-zo) (menit/m)
0 112 0 0
10 109 3 3.3333
20 107 5 4
30 105.5 6.5 4.6154
40 102 10 4
50 99 13 3.8461