Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM

31S3201
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOPROSES

Modul Praktikum:
Difusi Fasa Gas (DFG)
Dosen: Yulisa Lestari, S.Si., M.T.
Astiti Aditia, S.T., M.T.
Asisten : Herti N Hutapea, S.T.

Kelompok : LABTEK/1920/03
Sam Muehl Naiborhu (31S16020)
Ester Rosdiana Sinaga (31S17016)
Esra Y Siburian (31S17022)

Tanggal Praktikum:
03 Maret 2020

PROGRAM STUDI TEKNIK BIOPROSES


FAKULTAS BIOTEKNOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI DEL
MARET 2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
JUDUL PRAKTIKUM

BPS3202 Laboratorium Teknik Bioproses


Tahun Ajaran 2019/2020

Catatan Pengampu Modul

Telah diperiksa oleh


Dosen Pengampu Modul

Yulisa Lestari, S.Si., M.T. Astiti Aditia, S.T., M.T.


Selasa, 03 Maret 2020 Selasa, 03 Maret 2020
LEMBAR PENUGASAN
ABSTRAK

Difusi adalah peristiwa mengalirnya atau berpindah suatu zat dari konsentrasi yang berbeda.
Perbedaan konsentrasi yang ada pada dua larutan disebut gradien. Proses difusi minimal
melibatkan dua zat, salah satu zat berkonsentrasi lebih tinggi daripada zat lainnya atau dapat
dikatakan dalam kondisi belum setimbang, keadaan ini dapat menjadi driving force dari
proses difusi. Peristiwa difusi akan terus berlangsung hingga tercapainya kondisi
kesetimbangan, di mana sebelumnya terdapat perbedaan besarnya konsentrasi suatu
komponen pada masing-masing keadaan. Tujuan percobaan ini untuk mengamati,
menganalisis serta menentukan difusivitas dari proses difusi fasa gas senyawa kloroform
yang berdifusi dengan udara.

Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan waterbath yang telah diatur suhunya sesuai
dengan yang ditugaskan. Senyawa volatil kloroform dimasukkan ke dalam pipa kapiler yang
kemudian dipasang pada waterbath. Ketinggian awal kloroform dicatat kemudian dialirkan
udara dari permukaan atas menggunakan blower. Perubahan ketinggian dicatat setiap interval
waktu 10 menit selama 50 menit. Dari hasil percobaan, diperoleh nilai DAB pada suhu 45⁰C
sebesar 127.73 dan nilai NAZ pada waktu (t) = 0; 10; 20; 30; 40; dan 50 menit adalah 0;
0.0050; 0.00024; 0.00016; 0.00012; 0.00009 (mol/cm2s).

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari percobaan bahwa difusivitas berbanding lurus dengan
suhu pemanasan. Pada percobaan juga diperoleh profil konsentrasi senyawa kloroform pada
temperatur 35, 40, dan 450C. Nilai NAZ yang semakin menurun menunjukkan bahwa semakin
lama waktu difusi berlangsung, semakin sedikit senyawa kloroform yang berdifusi.
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Tujuan Umum Percobaan


Percobaan ini bertujuan agar praktikan dapat memahami dan menganalisis proses
transfer massa, pada difusi fasa gas.

I.2 Tujuan Khusus Percobaan


Adapun tujuan khusus dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan koefisien difusivitas dari kloroform menurut Hukum Fick pada
temperatur 35, 40, 45, 50, dan 550C.
2. Menentukan profil densitas fluks molar kloroform terhadap waktu pada temperatur
35, 40, 45, 50, dan 550C.
3. Menentukan pengaruh temperatur terhadap difusivitas dengan variasi temperatur 35,
40, 45, 50, dan 550C.
4. Menggambarkan profil konsentrasi senyawa yang berdifusi dengan gas, dengan A
sebagai kloroform dan B sebagai udara.
BAB II
TEORI DASAR
II.1 Difusi
Difusi merupakan salah satu peristiwa perpindahan massa di mana terjadi transfer
materi melalui materi lain. Transfer materi ini berlangsung karena atom atau partikel selalu
bergerak oleh agitasi termal. Walaupun sesungguhnya gerak tersebut merupakan gerak acak
tanpa arah tertentu, namun secara keseluruhan ada arah netto di mana entropi akan
meningkat. Difusi merupakan proses ireversibel. Pada fasa gas dan cair, peristiwa difusi
mudah terjadi dan pada fasa padat juga dapat mengalami difusi walaupun memerlukan waktu
lebih lama (Utari, 2011).
Proses difusi massa akan terjadi pada keadaan konsentrasi yang berbeda. Perpindahan
massa yang terjadi dapat berlangsung dalam fasa gas maupun fasa cair. Peristiwa difusi akan
terus berlangsung hingga tercapainya kondisi kesetimbangan antara dua keadaaan di mana
sebelumnya terdapat perbedaan besarnya konsentrasi suatu komponen pada masing-masing
keadaan. Oleh karena itu, proses difusi akan dapat berlangsung secara kontinu apabila
dipertahankan perbedaan (gradien) konsentrasinya antara kedua keadaan tersebut. Selain
dikarenakan gradien konsentrasi, difusi juga dapat terjadi dikarenakan oleh gradien tekanan,
gradien suhu, dan karena medan gaya yang diterapkan dari luar seperti pada pemisahan
sentrifugal.
Dalam proses difusi dikenal dua macam perpindahan massa yaitu:
1. Difusi mlekuler, merupakan perpindahan lapisan (layer) molekul yang diam dari
solid atau fluida.
2. Difusi turbulen, merupakan perpindahan molekul yang disebabkan pencampuran
mekanis dan aliran turbulen.
Difusi molekuler dapat didefinisikan sebagai perpindahan atau pergerakan suatu
molekul melewati suatu fluida dengan pergerakan yang acak. Suatu molekul yang bergerak
lurus akan bergerak dengan acak akibat adanya tabrakan dengan molekul lain. Karena
pergerakan molekul sering berlangsung dalam gerakan acak, maka pergerakan molekul sering
disebut sebagai Random-walk process (Kirk, 1952).
II.2 Hukum Fick
Hukum pertama Fick yaitu difusi fluks dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah
berbanding lurus dengan gradien konsentrasi substansi dan difusivitas substansi pada
medium. Perpindahan massa dapat berlangsung karena ada perbedaan driving force seperti:
1. Massa dapat berpindah akibat gradien tekanan (difusi tekanan)
2. Difusi muncul akibat gerak beberapa gaya luar
3. Difusi disebabkan oleh gradien temperatur (difusi termal)
Proses difusi fasa gas dapat diilustrasikan pada gambar II.1 berikut.

Gambar II.1 Skema percobaan untuk menentukan konstanta difusivitas fasa gas (Bird,
1993)

Pada ilustrasi di atas, cairan volatil A ditempatkan pada pipa kapiler dan B (udara)
dalam fasa gas dialirkan pada permukaan atas pipa kapiler. Senyawa A akan berdifusi
keatas (arah positif sumbu z) dari permukaan liquid ke permukaan pipa, sedangkan udara
akan berdifusi ke bawah (arah negatif sumbu z) dari permukaan pipa kapiler ke arah
permukaan senyawa volatil A. Pernyataan matematis dari hukum Fick dapat dinyatakan
dalam persamaan berikut.
𝐽𝐴 = −𝐷𝐴𝐵𝛻 𝑐𝐴
dengan JA adalah fluks komponen A, DAB adalah sebuah konstanta, dan 𝛻𝑐𝐴 menyatakan
gradien konsentrasi A. Nilai DAB dapat ditentukan oleh:
1. Suhu, di mana semakin tinggi suhu maka laju dari senyawa untuk berdifusi akan
semakin cepat. Namun harus diperhatikan bahwa suhu tidak boleh melebihi titik didih
dari senyawa yang berdifusi.
2. Luas penampang difusi, di mana semakin luas penampang akan meningkatkan laju
dari senyawa yang berdifusi.
3. Gradien konsentrasi, di mana semakin besar gradien konsentrasi akan meningkatkan
laju dari senyawa yang berdifusi.
4. Ukuran partikel, di mana semakin kecil ukuran partikel maka akan semakin mudah
pergerakannya sehingga laju dari senyawa yang berdifusi juga meningkat.
Secara umum persamaan Fick untuk sistem biner dapat dituliskan dengan persamaan
berikut ini.
𝑑𝑥𝐴
N𝐴 = (NA+NB)xA - 𝐷𝐴𝐵C 𝑑𝑥

II.3 Koefisien difusi gas


Untuk memperkirakan harga koefisien difusi gas Hirschfelder, Bird dan Spotz dengan
menggunakan tegangan Lennard-Jones, memberikan sebuah persamaan untuk difusivitas
pasangan gas-gas non polar yaitu:

DAB adalah difusivitas massa A melalui B dalam cm2/det, T adalah suhu dalam K, P tekanan
dalam atm, MA berat molekul A dan MB berat molekul B, σ adalah diameter tumbukan, suatu
parameter Lennard Jones dalam Angstrom dan Ω adalah integral tumbukan (tak berdimensi).
𝑘𝑇 𝑘𝑇
Besaran Ω sebagai fungsi dari . Besaran kelompok dapat dilihat pada apendiks K
𝑐𝐴𝐵 𝑐𝐴𝐵

(Welty,1984).
BAB III
LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN

III.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang akan digunakan pada eksperimen ini dapat dilihat pada Tabel III.1.1 dan
Tabel III.1.2.
Tabel III.1.1 Alat yang Digunakan Untuk Eksperimen
Alat Spesifikasi
Piknometer -
Unit kelengkapan eksperimen difusi EdibonTM, kode QDTG
fasa gas dengan kelengkapan :
- Waterbath
- Pompa udara
- Mikroskop monokuler
- Skaa vernier (nonius)
- Pipa kapiler vertical
- Modul pengendali

Kronometer -

Tabel III.1.2. Bahan yang Digunakan Untuk Eksperimen


Bahan Spesifikasi

Air keran -

Kloroform -

Gambar III.1.1 Skema unit dasar perangkat eksperimen difusi fasa gas EdibonTM
III.2 Tahapan-Tahapan Percobaan
Berikut diagram alir yang akn dilakukan selma eksperimen

Mulai

Di pasang mikroskop
monokuler

Air Di isi waterbath pada perangkat QDTG hingga melewati


level switch AN-1 dipastikan agar valve tertutup rapat

Di tekan tombol power dan resistor switch untuk menyalakan


elemen pemanas lalu diatur temperatur air sesuai dengan
temperatur percobaan

Kloroform Di isi pipa ke dalam kapiler

Di tutup dasar pipa kapiler


dengan hati-hati

Di pasang pipa kapiler pada perangkat QDTG setelah temperatur


pada waterbath tercapai, lalu dihubungkan ke selang blower

Di amati dan dicatat ketinggian awal cairan Ketinggian


cairan

Di hubungkan blower pada pipa kapiler lalu ditekan


tombol blower switch

Diperoleh:
Di amati dan dicatat ketinggian -fluks molar,
cairan setiap 10 menit -konstanta
difusivitas,
-profil
konsentrasi
Di putuskan aliran listrik dari semua stop
kontak lalu di rapikan alat seperti semula

selesai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada percobaan ini diperoleh data perubahan ketinggian cairan kloroform yang di
masukkan ke dalam pipa kapiler dengan interval waktu 10 menit selama 50 menit pada
variasi temperatur 35oC, 40oC, 45oC, 50oC dan 55oC. Perubahan ketinggian dapat dihitung
menjadi jumlah senyawa kloroform yang berdifusi ke udara, dan untuk menentukan koefisien
difusivitas kloroform menurut hukum Fick, pengaruh suhu terhadap difusivitas, profil
densitas fluks molar terhadap waktu, dan profil konsentrasi senyawa kloroform dan udara
selama proses difusi berlangsung.

IV.1 Difusivitas Kloroform menurut Hukum Fick


Pada praktikum ini, molekul udara (B) tidak dapat berdifusi ke bagian bawah yang
memiliki kandungan kloroform yang besar karena udara tidak dapat larut di dalam kloroform.
Karena molekul B tidak dapat berdifusi maka nilai dari fluks molar udara (NB) = 0. Pada
praktikum ini molekul B tidak berdifusi ke dalam pipa kapiler melainkan hanya mengalir di
atas pipa kapiler dengan kata lain molekul B bersifat diam atau stagnant. Molekul B yang
tidak ikut berdifusi ini mengakibatkan nilai dari fluks molar udara (NB) = 0 (Bird,1924).
Koefisien difusivitas (DAB) dapat ditentukan dengan menggunakan data ketinggian kloroform
pada pipa kapiler dengan interval waktu 10 menit yang dilakukan selama 50 menit sehingga
didapatkan 6 titik data. Diperoleh regresi linier dengan cara memplot (z-z0) (cm) sebagai
𝑡
sumbu x dengan (menit/cm) sebagai sumbu y. Grafik yang terbentuk di linierisasi
(𝑧−𝑧0)

sehingga mendapatkan persamaan garis. Persamaan tersebut dapat dilihat di bawah ini:

(1)

IV.1.1 Difusi fasa gas untuk saat T = 350C


Pada percobaan difusi fasa gas untuk saat T = 350C diperoleh data ketinggian
kloroform yang telah diamati tiap selang waktu 10 menit sekali hingga didapat 6 data seperti
berikut:
Tabel IV.1.1 Grafik Hubungan Antara t/(z-z0) (menit/mm) dengan z-z0 (mm) pada
T = 350C
z-zo
t (menit) z (mm) t/z-zo (menit/mm)
(mm)
0 74 0 0
10 70 4 2.5
20 67 7 2.8571
30 64.5 9.5 3.1579
40 63 11 3.6363
50 61.5 12.5 4

4.5

4 y = 0.2873x + 0.5849
3.5 R² = 0.895
t/(z-zo) (menit/mm)

2.5

1.5

0.5

0
0 2 4 6 8 10 12 14
z-zo (mm)

Gambar IV.1.1 Grafik Hubungan Antara t/(z-z0) (menit/mm) dengan z-z0 (mm) pada T =
350C

Berdasarkan data dan grafik di atas, diperoleh persamaan linier yaitu y = 0.2873x +
0.5849 dengan nilai R2 = 0.895. Nilai R2 < 0.95 menunjukkan bahwa korelasi bernilai lebih
rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh temperatur waterbath yang lebih rendah dari titik didih
dari kloroform yaitu 61.20C. Oleh karena suhu waterbath yang tidak sama dengan titik didih
kloroform maka menyebabkan perbedaaan yang sedikit sehingga jika diplotkan akan
memiliki data penyebaran yang hampir sama. Dari persamaan linier juga diperoleh nilai
koefisien difusivitas (DAB) dari persamaan (1). Nilai yang diperoleh yaitu 113.2 cm2/min.
IV.1.2 Difusi fasa gas pada saat T = 400C
Pada percobaan difusi fasa gas untuk saat T = 400C diperoleh data ketinggian
kloroform yang telah diamati tiap selang waktu 10 menit sekali hingga didapat 6 data seperti
berikut:
Tabel IV.1.2 Grafik Hubungan Antara t/(z-z0) (menit/mm) dengan z-z0 (mm) pada T = 400C
z-zo
t (menit) z (mm) t/z-zo (menit/mm)
(mm)
0 60 0 0
10 59 1 10
20 57.5 2.5 8
30 56.5 3.5 8.5714
40 54 6 6.6667
50 52 8 6.25

12

10 y = 0.2563x + 5.6842
t/(z-zo) (menit/mm)

R² = 0.0495
8

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
z-zo (mm)

Gambar IV.1.2 Grafik Hubungan Antara t/(z-z0) (menit/mm) dengan z-z0 (mm) pada T=400C

Berdasarkan data dan grafik di atas, diperoleh persamaan linier yaitu y = 0.2563x +
0.5842 dengan nilai R2 = 0.0495. Nilai R2 < 0.95 menunjukkan bahwa korelasi bernilai
sangat rendah. Ini dapat disebabkan oleh temperatur waterbath yang lebih rendah dari titik
didih dari kloroform yaitu 61.20C. oleh karena suhu waterbath yang tidak sama dengan titik
didih kloroform maka menyebabkan perbedaaan yang sedikit sehingga jika diplotkan akan
memiliki data penyebaran yang hampir sama. Dari persamaan linier juga didapat koefisien
difusivitas (DAB) dari persamaan (1). Nilai yang diperoleh yaitu 118.11 cm2/min.
IV.1.3 Difusi fasa gas pada saat T = 450C
Pada percobaan difusi fasa gas untuk saat T = 450C diperoleh data ketinggian
kloroform yang telah diamati tiap selang waktu 10 menit sekali hingga didapat 6 data seperti
berikut:
Tabel IV.1.3 Grafik Hubungan Antara t/(z-z0) (menit/mm) dengan z-z0 (mm) pada T = 450C
z-zo
t (menit) z (mm) t/z-zo (menit/mm)
(mm)
0 112 0 0
10 109 3 3.3333
20 107 5 4
30 105.5 6.5 4.6153
40 102 10 4
50 99 13 3.8461

5 y = 0.237x + 1.8176
t/(z-zo) (menit/mm)

R² = 0.4482
4

0
0 2 4 6 8 10 12 14
z-zo (mm)

Gambar IV.1.3 Grafik Hubungan Antara t/(z-z0) (menit/mm) dengan z-z0 (mm) pada T =
450C

Berdasarkan data dan grafik yang diperoleh di atas persamaan linier yaitu y = 0.237x
+ 1.8176 dengan nilai R2= 0.4482. Nilai R2 < 0.95 menunjukkan bahwa korelasi bernilai
sangat rendah. Ini dapat disebabkan oleh temperatur waterbath yang lebih rendah dari titik
didih dari kloroform yaitu 61.20C. oleh karena suhu waterbath yang tidak sama dengan titik
didih kloroform maka menyebabkan perbedaaan yang sedikit sehingga jika diplotkan akan
memiliki data penyebaran yang hampir sama. Dari persamaan linier juga didapat koefisien
difusivitas (DAB) dari persamaan (1). Nilai yang diperoleh yaitu 127.7 cm2/min.
Kelinearan (R2) pada grafik dengan temperatur 350C, 400C dan 450C secara berturut
yaitu 89.5%, 4.95%, dan 44.8%. Dari kelinearan ini dapat dilihat bahwa pada temperatur
350C hingga temperatur 450C terjadi penurunan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh selisih
ketinggian tiap menit yang berbeda-beda antar suhu sehingga diperoleh nilai R2 yang berbeda
pula. Selisih ketinggian yang diperoleh pada temperatur 350C lebih besar dibandingkan
dengan temperatur 450C, begitu juga pada temperatur 450C dengan selisih yang lebih besar
dari temperatur 400C.

IV.2 Profil Densitas Fluks Molar (NAZ)

Dari data percobaan dapat ditentukan nilai fluks molar (NAZ). Fluks molar (NAZ)
adalah jumlah mol A (kloroform) yang mengalami difusi pada selang waktu tertentu. Nilai
NAZ (mol/ cm2s) yang diperoleh pada berbagai variasi suhu dapat dilihat pada tabel IV.2. 1.
Tabel IV.2.1 Profil Densitas Fluks Molar terhadap Waktu pada Suhu T=350C, 400C, 450C,
500C dan 550C
waktu Naz (mol/cm2s)
(menit) 350C 400C 450C 500C 550C
0 0 0 0 - -
10 0.0003 0.0003 0.0005 - -
20 0.0001 0.0001 0.0002 - -
30 9.84E-05 8.6214E-05 0.0001 - -
40 7.21E-05 6.1799E-05 0.0001 - -
50 5.63E-05 4.7608E-05 9.06E-05 - -

Berdasarkan tabel IV.2.1 diperoleh nilai NAZ saat t = 0 menit adalah 0, karena
kloroform belum mengalami difusi. Sedangkan nilai NAZ pada waktu lain adalah semakin
turun, hal ini sesuai dengan persamaan untuk menentukan nilai NAZ yaitu:
𝜌𝑎 .𝑧
Naz = (2)
𝑀.𝑡𝑘

Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa nilai NAZ berbanding terbalik dengan
waktu. Jadi kloroform yang dipanaskan pada waktu 0 menit hingga 50 menit akan memiliki
nilai NAZ yang semakin rendah. Hal ini berarti pada waktu yang semakin lama maka semakin
kecil jumlah mol A yang mengalami difusi. Pada suhu 50oC dan 55oC tidak diperoleh nilai
koefisien difusivitas karena terjadinya kebocoran pada pipa kapiler yang menyebabkan air
masuk ke dalam pipa kapiler sehingga tinggi cairan kloroform meningkat. Temperatur juga
memengaruhi nilai fluks molar (NAZ), semakin tinggi temperatur yang diberikan maka
semakin tinggi juga nilai fluks molar. Dari persamaan di bawah dapat dilihat bahwa nilai
fluks molar berbanding lurus dengan nilai difusivitas. Di mana nilai difusivitas berbanding
lurus dengan nilai temperatur, sehingga semakin meningkatnya temperatur maka nilai fluks
molar juga akan meningkat.
1 − 𝑥𝐴,𝐿
⃗ 𝐴𝑧 𝑧 = 𝑐𝐷𝐴𝐵 ln
𝑁
1 − 𝑥𝐴,0

IV.3 Pengaruh Temperatur terhadap Difusivitas


Dari percobaan yang dilakukan dapat ditentukan koefisien difusivitas dengan variasi
suhu 350C, 400C, 450C, 500C dan 550C. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui pengaruh
temperatur terhadap koefisien difusivitas dari kloroform yang berada pada pipa kapiler.
Tabel IV.3. 1 Nilai Koefisien Difusivitas pada variasi suhu berbeda
Suhu Koefisien difusivitas (DAB)
(0C) (cm2/menit)
35 113.3232
40 118.1128
45 127.7313
50 -
55 -

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap koefisien


difusivitas dari kloroform yang ada pada pipa kapiler. Dari tabel IV.3. 1 dapat dilihat bahwa
peningkatan temperatur akan mengakibatkan meningkatnya koefisien difusivitas. Senyawa
kloroform akan semakin cepat berdifusi pada suhu tinggi mendekati titik didihnya. Hal ini
sesuai dengan pendapat dari (Bird, 1993) yang mengatakan koefisien difusivitas pada sistem
biner merupakan fungsi dari suhu, di mana suhu akan meningkatkan laju difusi. Sebaliknya
pada temperatur yang lebih rendah akan menyebabkan laju difusi kloroform menurun. Pada
suhu 50oC dan 55oC tidak diperoleh nilai koefisien difusivitas karena terjadinya kebocoran
pada pipa kapiler yang menyebabkan air masuk ke dalam pipa kapiler sehingga tinggi cairan
kloroform meningkat dan nilai difusivitas tidak dapat ditentukan.
Fenomena yang terjadi adalah air yang masuk ke dalam pipa kapiler membentuk
campuran dengan kloroform dan menyebabkan tidak murninya larutan kloroform. Hal ini
menyebabkan titik didih campuran air dan kloroform menjadi lebih tinggi dibandingkan
dengan titik didih kloroform dan air yang terus masuk menyebabkan tidak konstannya
ketinggian campuran dalam pipa kapiler sehingga tidak dapat dilihat perubahan ketinggian
kloroform yang menguap.
Dari data di atas dapat diamati bahwa semakin tinggi temperatur yang diberikan maka
semakin meningkat nilai difusivitas atau kemampuan kloroform untuk berdifusi. Hal ini
sesuai dengan persamaan Hirschfelder yang menyatakan bahwa nilai difusivitas berbanding
lurus dengan kenaikan temperatur (Welty, 1982). Adapun persamaan Hirschfelder adalah
sebagai berikut :

IV.4 Profil Konsentrasi Kloroform yang Berdifusi


Percobaan ini dilakukan untuk mengamati profil konsentrasi senyawa A pada saat
berdifusi. Nilai yang diperoleh dengan interval waktu 10 menit merupakan perbedaan
konsentrasi pada setiap kondisi batas selama proses difusi. Jumlah kloroform yang menguap
pada tiap interval waktu diasumsikan 16 %.

Dari perhitungan menggunakan rumus:

𝑧/𝐿
1 − 𝑥𝐴,𝐿
𝑥𝐴 = 1 − (1 − 𝑥𝐴,0 ) [ ]
1 − 𝑥𝐴,0

Dapat diperoleh nilai xA dan xB dari masing-masing variasi temperatur yang digunakan
yaitu sebagai berikut :

Berdasarkan tabel di atas, nilai xA dan xB yang diperoleh dapat digunakan untuk
membentuk grafik hubungan konsentrasi kloroform dan udara terhadap nilai z untuk difusi
fasa gas biner, yaitu sebagai berikut :
76

74

72

70

68
z (mm)
XA ( Kloroform)
66
XB (Udara)
64

62

60
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
XA dan XB

Gambar IV.4.1 Profil konsentrasi senyawa kloroform dan udara di sepanjang pipa
kapiler pada suhu T= 35OC

62

60

58

56
z (mm)

XA ( Kloroform)
54 XB (Udara)

52

50
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
XA dan XB

Gambar IV.4.2 Profil konsentrasi senyawa kloroform dan udara di sepanjang pipa
kapiler pada suhu T= 40OC
113
111
109
107
105
z (mm)
103 XA ( Kloroform)
101 XB (Udara)

99
97
95
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
XA dan XB

Gambar IV.4.3 Profil konsentrasi senyawa kloroform dan udara di sepanjang pipa
kapiler pada suhu T= 45O

Dari grafik-grafik di atas dapat diketahui bahwa konsentrasi awal kloroform sangat
besar. Hal ini dapat terjadi karena pada keadaan mula-mula belum tejadi difusi oleh
kloroform. Semakin lama, konsentrasi kloroform dalam pipa kapiler berkurang atau
kloroform mengalami difusi karena diberikan panas dari lingkungan. Konsentrasi yang
berkurang ditandai dengan menurunnya ketinggian kloroform dalam pipa kapiler. Sementara
itu, konsentrasi udara semakin lama semakin besar. Hal ini terjadi karena udara berdifusi ke
dalam pipa kapiler. Dapat dikatakan bahwa penurunan konsentrasi kloroform diikuti dengan
kenaikan konsentrasi udara di dalam pipa kapiler.
Pada grafik, tidak terdapat titik pertemuan atau titik kesetimbangan antara kloroform
dan udara. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi antara kloroform dan udara belum
mencapai kesetimbangan. Oleh karena itu, dibutuhkan waktu yang lebih lama agar tercapai
kesetimbangan antara kloroform dan udara. Kesetimbangan juga dapat dipengaruhi oleh
temperatur, semakin tinggi temperatur maka nilai alpha (α) akan semakin menurun sehingga
jika dihubungkan terhadap laju difusivitas pada persamaan hukum Fick, maka nilai
difusivitas akan meningkat (Callister, 2001). Adapun persamaan hukum Fick yaitu:

Dengan menganggap senyawa kloroform adalah gas ideal, sehingga diperoleh nilai alpha (α)
sebagai berikut:
𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇
𝑛 𝑃
=
𝑣 𝑅𝑇
𝑃
𝑐=
𝑅𝑇
𝑃. 𝑀𝐴 1 − 𝑥𝐴
𝛼= ln ( )
𝑅𝑇𝜌 1 − 𝑥𝐴,𝑜
Jadi dari persamaan di atas dapat disimpulkan, jika temperatur semakin meningkat maka laju
difusivitas akan meningkat juga dan menyebabkan bertemunya titik setimbang dari senyawa
kloroform dan udara yang lewat.
Pada temperatur 500C dan 550C percoban tidak berhasil dilakukan. Hal ini terjadi
karena sarung tangan berbahan lateks yang digunakan dapat larut dalam larutam kloroform.
Pada percobaan yang dilakukan, sampel karet yang direndam dalam kloroform berubah
tekstur menjadi seperti gel (Veni, 2010).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

III.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan difusi fasa gas dapat disimpulkan bahwa:
1. Koefisien difusivitas yang diperoleh pada suhu 350C adalah 113.3232 mm2/menit.
2. Koefisien difusivitas yang diperoleh pada suhu 400C adalah 118.1129 mm2/menit.
3. Koefisien difusivitas yang diperoleh pada suhu 450C adalah 127.7313 mm2/menit.
4. Semakin tinggi temperatur, maka proses difusi akan berlangsung semakin cepat dan
menyebabkan nilai koefisien difusivitas kloroform meningkat.
5. Fluks molar yang diperoleh pada suhu 450C adalah 0, 0.0050, 0.00024, 0.00016,
0.00012, 0.00009 (mol/cm2s) pada waktu t = 0, 10, 20, 30, 40, 50 menit.
6. Semakin lama waktu kloroform untuk berdifusi maka nilai xa mengalami penurunan,
sedangkan nilai xb mengalami peningkatan di mana xa+xb = 1

III.2 Saran
1. Melakukan pemanasan air pada waterbath terlebih dahulu saat hendak memulai
praktikum agar tidak menghabiskan waktu dalam menunggu pemanasan air sampai pada
suhu yang diinginkan.
2. Memilih variasi suhu yang mendekati titik didih dari senyawa volatil.

3. Melakukan percobaan dengan selang waktu yang lebih lama dan senyawa volatil yang
berbeda. Hal ini dapat dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh waktu
pengamatanyang lebih lamaterhadap difusivitas senyawa tersebut.

4. Memeriksa alat yang akan digunakan agar tidak terhalang pemakaiannya saat
menggunakan di waktu percobaan.
DAFTAR PUSTAKA

Almi, Dina Utari. 2011. Identifikasi Soil Transmitted Helminths pada Sayuran Kubis dan
Selada di Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung. Universitas Lampung. Bandar
Lampung.
Bird, T. 1993. Kimia Fisika untuk Universitas. Cetakan ke-2. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia
Pustaka Utama
Callister, W. D. 2001. Fundamentals of Materials Science and Engineering. Department of
Metallurgical Engineering. The University of Utah.
Kirk, R.E. and Othmer, D.F., 1952. Encyclopedia of Chemical Technology, 3rd ed., Vol. 1,
The Inter Science Encyclopedia, Inc., New York.
Welty, J. C. 1982. The Life of Bird. Saunders College Publishing. Philadelphia.
Veni, B. N. K. and Ma’zam, M. S. 2010. Hydrogenated Natural Rubber from Different Types
of Preserved Lateks. Journal of Rubber Reasearch, 13(2), 103-109.
LAMPIRAN A
DATA LITERATUR

A.1 Sifat Fisik Kloroform


Sifat fisik kloroform (Perry, 2008):
Titik didih (1 atm) : 61 ⁰ C
Densitas : 1.564 g/ml
Massa relatif : 119.38 g/mol

A.2 Gas Law Constant (R) dan Tekanan


Konstanta R dan Tekanan (Bird, 1924):
R : 82.0578 cm3atm/mol K
1 atm : 760 mmHg

A.3 Data Dynamic Density pada Suhu 0oC-100oC


Tabel A.1 Data densitas air pada suhu 0oC - 100oC
Suhu (ºC) Densitas (kg/m3)
0 999.87
4 1000.00
10 999.73
20 998.23
25 997.08
30 995.68
40 992.25
50 998.07
60 983.24
70 977.81
80 971.83
90 965.34
100 958.38
(Geankoplis, C. J. 2003)
LAMPIRAN B
CONTOH PERHITUNGAN

B.1 Difusivitas Kloroform Menurut Hukum Fick

Hukum Fick adalah sebagai berikut:


𝐽𝐴 = −𝐷𝐴𝐵 ∇𝐶𝐴

Hukum Fick juga dapat dituliskan sebagai berikut:


𝑁𝐴 = 𝑥𝐴 (𝑁𝐴 + 𝑁𝐵 ) − 𝑐𝐷𝐴𝐵 ∇𝑋 𝐴
𝑑𝑥𝐴
𝑁𝐴𝑍 = 𝑥𝐴 (𝑁𝐴𝑍 + 𝑁𝐵𝑍 ) − 𝑐𝐷𝐴𝐵
𝑑𝑍

Dengan 𝑁𝐴𝑍 adalah fluks massa dan 𝑁𝐵𝑍 = 0 karena tidak ada difusi B pada sumbu z,
sehingga diperoleh:
𝑑𝑥𝐴
𝑁𝐴𝑍 = 𝑥𝐴 𝑁𝐴𝑍 − 𝑐𝐷𝐴𝐵
𝑑𝑍
𝑑𝑥𝐴
𝑁𝐴𝑍 − 𝑥𝐴 𝑁𝐴𝑍 = −𝑐𝐷𝐴𝐵
𝑑𝑍
𝑑𝑥𝐴
𝑁𝐴𝑍 (1 − 𝑥𝐴 ) = −𝑐𝐷𝐴𝐵
𝑑𝑍
𝑑𝑥
𝑁𝐴𝑍 𝑑𝑍 = −𝑐𝐷𝐴𝐵 (1−𝑥𝐴 ) .............................................(1)
𝐴

Hukum kekekalan massa :

𝐋𝐚𝐣𝐮 𝐦𝐚𝐬𝐬𝐚 𝐀 𝐢𝐧 − 𝐋𝐚𝐣𝐮 𝐦𝐚𝐬𝐬𝐚 𝐀 𝐨𝐮𝐭 + 𝐋𝐚𝐣𝐮 𝐩𝐫𝐨𝐝𝐮𝐤𝐬𝐢 𝐀 = 0

A dan B tidak bereaksi, jadi tidak ada produk yang dihasilkan, sehingga:

Laju massa Ain − Laju massa Aout = 0

Kesetimbangan massa keadaan steady state yang dihubungkan dengan ∆𝑍 ,

S. NAZ |Z − S. NAZ |Z+∆Z = 0,


dengan S merupakan luas permukaan cairan pada tube.
lim S. NAZ |Z − S. NAZ |Z+∆Z
∆Z→0
𝑑𝑁𝐴𝑍
 =0
𝑑𝑧

𝑁𝐴𝑍 = 𝐶1

𝐶1 adalah hasil integral yang konstan, persamaan ini menunjukkan bahwa nilai dari 𝑁𝐴𝑍
senyawa A, akan sama sepanjang sumbu “z”.
Dari persamaan (1),
𝑑𝑥𝐴
𝑁𝐴𝑍 𝑑𝑍 = −𝑐𝐷𝐴𝐵
(1 − 𝑥𝐴 )
𝑍 𝑥𝐴
𝑑𝑥𝐴
∫ 𝑁𝐴𝑍 𝑑𝑍 = ∫ −𝑐𝐷𝐴𝐵
0 𝑥𝐴,𝑜 (1 − 𝑥𝐴 )

Diperoleh:
1−𝑥
𝑁𝐴𝑍 . 𝑧 = 𝑐𝐷𝐴𝐵 ln (1−𝑥 𝐴 ) ....................................…..(2)
𝐴,𝑜

Kemudian,

𝑁𝐴𝑍 . 𝑧 1 − 𝑥𝐴
= ln ( )
𝑐𝐷𝐴𝐵 1 − 𝑥𝐴,𝑜
𝑁𝐴𝑍 .𝑧
1 − 𝑥𝐴
( ) = 𝑒 𝑐𝐷𝐴𝐵
1 − 𝑥𝐴,𝑜
𝑁𝐴 .𝑧
𝑍
𝑥𝐴 = 1 − (1 − 𝑥𝐴,𝑜 )𝑒 𝑐𝐷𝐴𝐵
..………………….(3)

Tinjau kembali persamaan (1),

𝑑𝑥𝐴
𝑁𝐴𝑍 𝑑𝑍 = −𝑐𝐷𝐴𝐵
(1 − 𝑥𝐴 )
𝐿 𝑥𝐴,𝐿
𝑑𝑥𝐴
∫ 𝑁𝐴𝑍 𝑑𝑍 = ∫ −𝑐𝐷𝐴𝐵
0 𝑥𝐴,𝑜 (1 − 𝑥𝐴 )
1−𝑥
𝑁𝐴𝑍 . 𝐿 = 𝑐𝐷𝐴𝐵 ln (1−𝑥𝐴,𝐿 ) ....................................(4)
𝐴,𝑜

𝑁𝐴𝑍 .𝐿 1
𝐷𝐴𝐵 = . 1−𝑥𝐴,𝐿 .........................................(5)
𝑐 𝑙𝑛
1−𝑥𝐴,𝑜

Dengan mensubstitusi persamaan (5) ke dalam persamaan (3), diperoleh:


𝑁𝐴𝑍 .𝑧
𝑁𝐴𝑍 .𝐿 1
𝑐( . 1−𝑥 )
𝑐 𝐴,𝐿
𝑙𝑛
𝑥𝐴 = 1 − (1 − 𝑥𝐴,𝑜 ) 𝑒𝑥𝑝 1−𝑥 𝐴,𝑜

1−𝑥𝐴,𝐿 𝑧
ln( ).
𝑥𝐴 = 1 − (1 − 𝑥𝐴,𝑜 ) 𝑒𝑥𝑝 1−𝑥𝐴,𝑜 𝐿

1−𝑥
𝑥𝐴 = 1 − (1 − 𝑥𝐴,𝑜 ). (1−𝑥𝐴,𝐿 )𝑧/𝐿 …………………... (6)
𝐴,𝑜

𝑥𝐴 adalah fraksi konsentrasi senyawa A.


Persamaan untuk memperoleh straigh line:

𝑛𝑒𝑣
𝑁𝐴𝑍 =
𝑡𝑘 . 𝑆
Keterangan: - 𝑁𝐴𝑍 adalah jumlah mol yang menguap dalam selang waktu tertentu dibagi
dengan luas penampang.
- 𝑛𝑒𝑣 adalah jumlah mol senyawa A yang menguap
- 𝑡𝑘 adalah rentang waktu penguapan
- 𝑆 adalah luas penampang difusi

𝑚
Di mana, 𝑛𝑒𝑣 = 𝑀 , dengan 𝑚 adalah jumlah massa yang menguap, dan 𝑀 adalah berat

molekul A, maka dapat diperoleh :

𝑛𝑒𝑣 𝑚
𝑁𝐴𝑍 = =
𝑡𝑘 . 𝑆 𝑀. 𝑡𝑘 . 𝑆

Jadi, jumlah massa yang menguap dapat dihitung menjadi:

𝑚 = 𝑁𝐴𝑍 . 𝑀. 𝑡𝑘 . 𝑆

Persamaan ini diubah ke dalam bentuk diferensial menjadi:

𝜕𝑚
= 𝑁𝐴𝑍 . 𝑀. 𝑆 ..........(7)
𝜕𝑡
Dengan laju alir massa:
𝑄𝑚 = 𝜌. 𝑣. 𝑆,

dengan mengubah kecepatan aliran menjadi bentuk diferensial, sehingga diperoleh:

𝜕𝑚 𝜕𝑧
= 𝜌. 𝑆 ..................(8)
𝜕𝑡 𝜕𝑡

Substitusi persamaan (8) ke persamaan (7),

𝜕𝑧
𝑁𝐴𝑍 . 𝑀𝐴 . 𝑆 = 𝜌. 𝑆
𝜕𝑡
𝜕𝑧
𝑁𝐴𝑍 . 𝑀𝐴 = 𝜌.
𝜕𝑡
Dengan meninjau kembali persamaan (2),

1 − 𝑥𝐴
𝑁𝐴𝑍 . 𝑧 = 𝑐𝐷𝐴𝐵 ln ( )
1 − 𝑥𝐴,𝑜
Jadi,
1−𝑥
𝑐𝐷𝐴𝐵 ln (1 − 𝑥 𝐴 ) 𝜕𝑧
𝐴,𝑜
. 𝑀𝐴 = 𝜌
𝑧 𝜕𝑡
1−𝑥
𝑐𝐷𝐴𝐵 ln (1 − 𝑥 𝐴 )
𝐴,𝑜
. 𝑀𝐴 𝜕𝑡 = 𝑧 . 𝜕𝑧
𝜌
Misalkan,

1 − 𝑥𝐴
𝑐 ln ( )
1 − 𝑥𝐴,𝑜
𝛼= . 𝑀𝐴
𝜌

dengan menganggap bahwa senyawa A adalah gas ideal, maka:

𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇
𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇
𝑛 𝑃
=
𝑣 𝑅𝑇
𝑃
𝑐=
𝑅𝑇
Jadi,
𝑃. 𝑀𝐴 1 − 𝑥𝐴
𝛼= ln ( )
𝑅𝑇𝜌 1 − 𝑥𝐴,𝑜

Maka persaman:
1−𝑥
𝑐𝐷𝐴𝐵 ln (1 − 𝑥 𝐴 )
𝐴,𝑜
. 𝑀𝐴 𝜕𝑡 = 𝑧 . 𝜕𝑧
𝜌

Diubah menjadi:

𝛼. 𝐷𝐴𝐵 𝜕𝑡 = 𝑧 . 𝜕𝑧
𝑡 𝑧
𝛼. 𝐷𝐴𝐵 ∫ 𝜕𝑡 = ∫ 𝑧 . 𝜕𝑧
0 0

(𝑧 2 − 𝑧02 )
𝛼. 𝐷𝐴𝐵 . (𝑡 − 0) =
2
(𝑧 − 𝑧0 )(𝑧 + 𝑧0 )
𝛼. 𝐷𝐴𝐵 . 𝑡 =
2
(𝑧 − 𝑧0 )(𝑧 + 𝑧0 )
𝛼. 𝐷𝐴𝐵 . 𝑡 =
2
2𝛼. 𝐷𝐴𝐵 . 𝑡 = (𝑧 − 𝑧0 )(𝑧 + 𝑧0 )
𝑡 1
= (𝑧 + 𝑧0 )
(𝑧 − 𝑧0 ) 2𝛼. 𝐷𝐴𝐵
𝑡 1
= (𝑧 + 𝑧0 + 𝑧0 − 𝑧0 )
(𝑧 − 𝑧0 ) 2𝛼. 𝐷𝐴𝐵
𝑡 1
= (𝑧 − 𝑧0 + 2𝑧0 )
(𝑧 − 𝑧0 ) 2𝛼. 𝐷𝐴𝐵
𝑡 1 𝑧0
= (𝑧 − 𝑧0 ) +
(𝑧 − 𝑧0 ) 2𝛼. 𝐷𝐴𝐵 𝛼. 𝐷𝐴𝐵
Dari persamaan di atas, maka dapat dibentuk menjadi persamaan linear dari hubungan garis
𝑡
dengan sumbu x: (𝑧 − 𝑧0 ) , dan sumbu y: (𝑧−𝑧 ), sehingga diperoleh persamaan garis:
0

y = ax + b

Maka, dari persamaan garis linear ini akan diperoleh nilai dari 𝐷𝐴𝐵 (koefisien difusivitas)
untuk suhu 35 0C. Dengan persamaan garis linier yang diperoleh
yaitu y = 0.2873x + 0.5849 dengan R2 = 0,895 Setelah memperoleh persamaan garis, dengan
1.0.2873x, dapat ditentukan nilai dari 𝐷𝐴𝐵 dengan menggunakan persamaan dibawah ini,
1
0.2873 = (𝑧 − 𝑧0 )
2𝛼. 𝐷𝐴𝐵
1
0.2873 mm2 /menit =
2𝛼. 𝐷𝐴𝐵
1
𝐷𝐴𝐵 =
0.2873(2𝛼)
Dengan nilai dari :

𝑃. 𝑀𝐴 1 − 𝑥𝐴
𝛼= ln ( )
𝑅𝑇𝜌 1 − 𝑥𝐴,𝑜

Di mana nilai dari densitas kloroform diperoleh dengan percobaan menggunakan piknometer
sehingga diperoleh nilai densitas kloroform sebagai berikut:
Massa kloroform = massa piknometer berisi kloroform – massa piknometer kosong
=59.9880 gram – 20.0931 gram
= 39.895 gram

39.895 gram
Densitas kloroform =
25 cm3
Densitas kloroform = 1.5958 g/cm3

Dengan menggunakan nilai dari tekanan (P) dalam ruang Laboratorium Teknik Bioproses,
yaitu P = 71.1 cmHg yang diubah ke dalam bentuk atm, yaitu:
1 atm = 760 mmHg
P = 71.1 cmHg
= 0.9355 atm
T = 25.5 ⁰ C
= 298.65 K

Maka,
0.9355 𝑎𝑡𝑚 . 119.38 𝑔/𝑚𝑜𝑙 0.6498
𝛼= 3 ln ( )
𝑐𝑚 𝑎𝑡𝑚 3 0.0020
82.0578 . 308.15 𝐾. 1.5968𝑔/𝑐𝑚
𝑚𝑜𝑙 𝐾
𝜶 = 0.0165

Sehingga, nilai dari 𝐷𝐴𝐵 adalah:


1
𝐷𝐴𝐵 =
0.2873 (2𝛼)
1
𝐷𝐴𝐵 =
0.2873 (2 x 0.0165)
𝑫𝑨𝑩 = 𝟏𝟏𝟑. 𝟑𝟐𝟑𝟐 mm2/menit

B.2 Profil Densitas Fluks Molar Terhadap Waktu


Ketinggian awal cairan kloroform pada waktu t = t0 = 0; z0
Ketinggian akhir cairan kloroform pada waktu t = tk ; zk
Dengan:
z = zk - z0
t = tk - t0, t0 = 0
Jadi,
t = tk
Diperoleh:
𝜌𝐴 . 𝑧
𝑁𝐴𝑍 =
𝑀. 𝑡𝑘

Keterangan: -𝑁𝐴𝑍 = densitas fluks molar (mol/cm2s)


-𝜌𝐴 = volatile liquid density (g/cm3)
-M = massa molekul relatif (g/mol)
-z = perbedaan ketinggian dari ketinggian awal hingga tk (cm)
- tk = elapsed time (s)
Dengan menggunakan data z = 70 mm = 7 cm; dengan t = 10 menit = 600 detik, maka nilai
dari 𝑁𝐴𝑍 saat 350C yaitu:
𝜌𝐴 . 𝑧
𝑁𝐴𝑍 =
𝑀. 𝑡𝑘
1.5968𝑔
∗ 7 𝑐𝑚
𝑁𝐴𝑍 = 𝑐𝑚3
𝑔
119.38 ∗ 600 𝑠
𝑚𝑜𝑙
𝐦𝐨𝐥
𝑵𝑨𝒁 =0.000320442 𝐜𝐦𝟐 𝐬

B.3 Profil Konsentrasi Senyawa yang Berdifusi


Dengan menggunakan persamaan (6) pada lampiran B.1, yaitu:
1 − 𝑥𝐴,𝐿 𝑧/𝐿
𝑥𝐴 = 1 − (1 − 𝑥𝐴,𝑜 ). ( )
1 − 𝑥𝐴,𝑜
Keterangan: - 𝑥𝐴 adalah fraksi konsentrasi senyawa A
- 𝑥𝐴0 adalah fraksi konsentrasi senyawa A pada t = 0 menit
- 𝑥𝐴,𝐿 adalah fraksi konsentrasi senyawa A yang berdifusi pada waktu t (menit)
- L atau 𝑧0 (mm) adalah ketinggian awal cairan senyawa A pada tube
- z (mm) adalah penurunan ketinggian cairan senyawa A pada waktu t (menit)

Dengan menggunakan data z = 74 mm pada waktu t = 10 menit , dengan nilai 𝑥𝐴, = 0.953 dan
𝑥𝐴0 = 0.998, maka diperoleh nilai dari 𝑥𝐴 yaitu:

1 − 0.002 74/70
𝑥𝐴 = 1 − (1 − 0.998). ( )
1 − 0.998
𝒙𝑨 = 𝟎. 𝟗𝟓𝟑𝟐𝟕𝟑

Untuk 𝑥𝐵 dapat diperoleh dari 𝑥𝐵 = 1 − 𝑥𝐴 , sehingga diperoleh:


𝑥𝐵 = 1 − 0.858316
𝒙𝑩 =0.0467
LAMPIRAN D
DATA MENTAH

D. 1 Tekanan dan Suhu pada Laboratorium Teknik Bioproses


Tabel D.1 Data Tekanan dan Suhu pada Laboratorium Teknik Bioproses
Tanggal Masuk/Keluar Suhu (⁰ C) Tekanan (mmHg)
Selasa, 03 Maret Masuk 25.5 0.5 71.1 0.05
2020
Keluar 29 0.5 71.1 0.05

D.2 Penurunan Ketinggian Cairan Senyawa Kloroform pada Temperatur 350C

Tabel D.2 Data Penurunan Ketinggian Kloroform dengan Interval Waktu 10 Menit pada
Temperatur 350C

t/(z-zo)
t(menit) z(mm) z-zo (mm) (menit/mm)
0 0 0
74
10 70 4 2.5

20 67 7 2.8571

30 64.5 9.5 3.1579

40 63 11 3.6363

50 61.5 12.5 4

D.3 Penurunan Ketinggian Cairan Senyawa Kloroform pada Temperatur 400C

Tabel D.3 Data Penurunan Ketinggian Kloroform dengan Interval Waktu 10 Menit pada
Temperatur 400C

t(menit) z(mm) z-zo(mm) t/(z-zo) (menit/mm)


0 60 0 0

10 59 1 10

20 57.5 2.5 8

30 56.5 3.5 8.5714

40 54 6 6.6667

50 52 8 6.25
D.4 Penurunan Ketinggian Cairan Senyawa Kloroform pada Temperatur 450C

Tabel D.4 Data Penurunan Ketinggian Kloroform dengan Interval Waktu 10 Menit pada
Temperatur 450C
t(menit) z(mm) z-zo (mm) t/(z-zo) (menit/m)
0 112 0 0
10 109 3 3.3333
20 107 5 4
30 105.5 6.5 4.6154
40 102 10 4
50 99 13 3.8461

D.5 Data Pengukuran Piknometer


Berat kosong piknometer = 20.0931 gram
Berat piknometer berisi kloroform = 50.9880 gram
Volume piknometer = 25 ml

Anda mungkin juga menyukai