KELOMPOK :
NAMA :
NIM :
LABORATORIUM THERMOFLUIDA
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2024
TIM PENYUSUN
Mengetahui,
Kepala Laboratorium Thermofluida
1.1 Pendahuluan
Konduksi adalah salah satu bentuk perpindahan panas melalui media padat
akibat adanya perbedaan temperatur antara dua permukaan benda. Panas berpindah
secara kontinu karena hubungan antara partikel dalam medium tersebut. Salah satu
parameter yang mempengaruhi laju perpindahan panas adalah konduktivitas termal.
Properties ini penting untuk mengetahui laju perpindahan panas yang melewati
media padat. Sifat ini berguna antara lain untuk rekayasa teknik, seperti dalam
perencanaan, perhitungan beban pendinginan pada sistem refrigerasi dan tata udara,
perencanaan alat penukar kalor, menentukan apakah sifat suatu bahan itu konduktor
atau isolator listrik dan sebagainya.
dimana:
𝑄̇ = laju perpindahan kalor (W)
𝐴 = luas penampang perpindahan kalor (m²)
𝜕𝑇 = gradien suhu pada arah perpindahan kalor (℃/m)
𝜕𝑥
𝑘 = konduktivitas termal (W/m°C)
Tanda negatif menunjukkan bahwa panas berpindah dari suhu tinggi ke suhu
rendah. Perpindahan panas hanya bergantung pada gradien temperatur.
dimana,
R = Resistensi termal (°C/W)
𝑄̇ = Laju perpindahan kalor (W)
ΔT = Perbedaan temperatur (°C)
𝜆 = Konduktivitas termal (W/m°C)
A = Luas Penampang (m²)
L = Panjang (m)
Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2023 3
Pada aplikasinya konduksi yang terjadi pada benda dapat terjadi pada kasus khusus
yang melibatkan kombinasi variabel berbeda. Kombinasi yang dimaksud adalah
konduksi yang terjadi pada kontak dua benda yang memiliki material dan luas
permukaan yang berbeda. Untuk memahami bagaimana variasi tersebut dapat
berpengaruh pada variabel konduksi benda formula dibawah ini dapat digunakan.
Formula konduksi untuk dua benda dengan material berbeda yang mengalami
kontak,
𝑄̇ 𝐿1 𝐿2
ΔT = ( + )
𝐴 λ1 λ2
Formula untuk konduksi yang terjadi pada benda dengan dua luas permukaan
berbeda,
𝑄̇ 𝐿1 𝐿2
ΔT = ( + )
𝜆 A1 A2
dimana,
R = Resistensi termal (°C/W)
𝑄̇ = Laju perpindahan kalor (W)
ΔT = Perbedaan temperatur (°C)
𝜆1 , 𝜆2 = Konduktivitas termal (W/m°C)
A1 , A2 = Luas Penampang (m²)
L1 , L2 = Panjang (m)
Al 20
Al 20
Al 20
Stainless
40
Steel
Stainless
40
Steel
Stainless
40
Steel
Stainless
20
Steel
Stainless
40
Steel
Al 40
Stainless
40
Steel
Stacked
40
Cu &Br
Al recess 40
2.1 PENDAHULUAN
Konveksi merupakan perpindahan panas antara permukaan dengan fluida
(gas maupun cairan), dimana fluida memindahkan panas melalui pergerakan
partikel. Perpindahan itu sendiri terjadi dari suhu yang lebih tinggi menuju ke suhu
yang lebih rendah. Dasar pemikiran dari percobaan ini adalah untuk mengetahui
apa yang terjadi jika fluida udara itu bergerak secara alami dan dipaksakan dengan
fan, bagaimana dengan perubahan temperaturnya dan juga laju perpindahan aliran
massanya.
Gambar 2.3 Lapisan Batas Pada Paksa Pada Pelat Datar Vertikal
No Penamaan No Penamaan
1. Basic housing 5. Sight glasses
2. Handheld temperature sensor 6. Turbulence generator
3. Heating element (flat plate) 7. Air inlet
4. Fan
No Penamaan No Penamaan
1. Area pengukuran T2 4. Koneksi ke perangkat housing
2. Area pengukuran T4 5. Area pengukuran T1
3. Area pengukuran T3 6. Measuring temperature fields
Penamaan Fungsi
Berfungsi untuk memastikan sliran udara di saluran,
Kipas
dan mempercepat aliran udara.
Bentuk pemanas yang tersedia dalam modul Gunt Humberg WL 420 yaitu
flat plate, cylinder, cylinder dengan pengukuran keliling, bundel tabung.
Heating
Time T1 T2 T4 α (W/m2K) V (m/s) Re
Power (W)
Heating
Time T1 T2 T4 α (W/m2K) V (m/s) Re
Power (W)
Heating
Time T1 T2 T4 α (W/m2K) V (m/s) Re
Power (W)
Tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum ducting ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui prinsip kerja ducting sebagai tempat pendistribusian udara.
2. Mengukur besarnya tekanan total, tekanan statik, dan tekanan dinamik.
3. Mengetahui besarnya kecepatan dan laju aliran volume udara pada saluran.
4. Mengetahui pressure losses aliran melewati duct.
3. Konservasi momentum: Hal ini didasarkan pada hukum Newton bahwa benda
akan mempertahankan keadaan diam atau gerak seragamnya kecuali dipaksa
oleh gaya lain untuk mengubah keadaan tersebut. Hukum ini berguna untuk
menjelaskan perilaku aliran dalam pemasangan sistem saluran.
3.3.2 Tekanan Total, Tekanan Statis, dan Tekanan Dinamis
Udara yang mengalir melalui sistem ducting menghasilkan tiga tipe tekanan:
tekanan statik, dinamik, dan total.
1. Tekanan dinamik
𝑃𝑣 = 𝑃𝑡 − 𝑃𝑠 (3.3)
Dimana
Kecepatan Fan
Ketinggian 25% 50% 75%
𝑷d (mbar)
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
105
110
115
120
125
130
135
140
145
150
Kecepatan Fan
Pengujian 25% 50% 75%
∆𝑷𝒍𝒐𝒔𝒔 (mbar)
1
2
3
4*
5*
Rata-rata
Catatan:
*Jika pengujian 1-3 sudah menunjukan perubahan angka yang tidak signifikan, dapat
diabaikan/tidak dilakukan pengujian 4-5.
𝐹 × 0,15 = 𝑀𝑔𝑦
𝑀𝑔𝑦
𝐹= (4.5)
0,15
Bentuk vane 𝖰 𝑭
→ 90° 𝑚̇ 𝑢0
→ 120° 1,5 𝑚̇ 𝑢0
→) 180° 2 𝑚̇ 𝑢0
→\ 30° 0,87 𝑚̇ 𝑢0
4.4 Perhitungan
Data standar pengujian yang dilakukan pada perhitungan impact of jet adalah
sebagai berikut:
Massa jenis air () = 103 kg/m3
Diameter nosel (d) = 10 mm
Luas penampang nosel (A) = 78, 5 mm2
Massa dari jockey weight (m) = 0,6 kg
Jarak antara pusat vane dengan daerah batas = 0,15 m
𝜌×𝑉 103×𝑉
𝑚̇ = = (𝑘𝑔/𝑠) (4.7)
𝑡 𝑡
Dimana:
𝑚̇ = laju aliran massa (kg/s)
𝑢 = kecepatan fluida keluar dari nosel (m/s)
𝑢0 = kecepatan fluida sebelum terdefleksi (m/s)
V = volume bench (m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
y = posisi jockey weight dari titik 0 (m)
No. Penamaan
1 Weight beam pivot
2 Adjusting nut
3 Retaining screw
4 Jockey weight
5 Cover plate
6 Weight beam
7 Top plate
8 Tally
9 Vane
10 Nozzle
11 Drain-pipe
12 Supply hose
13 Adjustable feet
y
pengulangan ∆𝑽 ∆𝒕 𝑸
(mm)
1
2
10 3
4
5
𝑄̅
1
2
20 3
4
5
𝑄̅
1
2
120 3
4
5
𝑄̅