Anda di halaman 1dari 53

MODUL I

PRAKTIKUM FENOMENA DASAR MESIN

KELOMPOK :

NAMA :
NIM :

LABORATORIUM THERMOFLUIDA
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2024
TIM PENYUSUN

ANGGOTA LAB. PIC


- Dr. techn. Khoiri Rozi : Dosen, Koordinator Lab
- Prof. Dr. Berkah Fajar TK : Dosen
- Eflita Yohana, PhD : Dosen
- MSK. Tony Suryo U, PhD : Dosen
- Syaiful, PhD : Dosen
- Dr. Muchammad : Dosen

ASISTEN LAB. PIC


- Adi Candra Utama : Asisten prakt. ducting
- Ahnaf Ariq Wibowo : Asisten prakt. ducting
- Fakhriansyah : Asisten prakt. konveksi paksa
- Crysmas Labuan Rezeki S. : Asisten prakt. konveksi paksa
- Iqbal Nur Arif : Asisten prakt. konduksi panas
- Muhamad Bilal : Asisten prakt. impact of jet

TEKNISI LAB. PIC


- Subroto, Amd., ST : Teknisi; memastikan fungsi alat-alat lab

Mengetahui,
Kepala Laboratorium Thermofluida

Dr. techn. Khoiri Rozi


NIP. 197602162009121001
MODUL 1
PENGUJIAN KONDUKTIVITAS TERMAL

1.1 Pendahuluan
Konduksi adalah salah satu bentuk perpindahan panas melalui media padat
akibat adanya perbedaan temperatur antara dua permukaan benda. Panas berpindah
secara kontinu karena hubungan antara partikel dalam medium tersebut. Salah satu
parameter yang mempengaruhi laju perpindahan panas adalah konduktivitas termal.
Properties ini penting untuk mengetahui laju perpindahan panas yang melewati
media padat. Sifat ini berguna antara lain untuk rekayasa teknik, seperti dalam
perencanaan, perhitungan beban pendinginan pada sistem refrigerasi dan tata udara,
perencanaan alat penukar kalor, menentukan apakah sifat suatu bahan itu konduktor
atau isolator listrik dan sebagainya.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum konduktivitas termal ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk memahami peristiwa perpindahan panas secara konduksi serta
parameter-parameter yang mempengaruhinya.
2. Mengambil dan mengolah hasil data pengukuran dari eksperimen konduksi
3. Untuk menentukan nilai konduktivitas termal material, thermalresistance,
dan efisiensi termal.
4. Untuk mengetahui dan memahami cara kerja alat uji konduktivitas thermal
WL420.

1.3 Dasar Teori


1.3.1 Perpindahan Panas Konduksi
Konduksi merupakan perpindahan panas dimana panas mengalir dalam suatu
benda padat yang saling bersinggungan langsung dari permukaan yang bersuhu
tinggi ke permukaan yang bersuhu lebih rendah. Laju perpindahan panas tidak dapat
diukur secara langsung tetapi menggunakan pengukuran temperatur kedua
permukaan media yang dilalui.

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2023 1


Perpindahan panas konduksi dapat terjadi dalam satu, dua dan tiga dimensi
bergantung pada sistem koordinat yang dipakai. Konduksi satu dimensi terjadi jika
suatu sistem dimana suhu dan aliran panas hanya fungsi dari satu koordinat saja.
Perpindahan panas yang terjadi pada dua titik di ujung batang logam merupakan
contoh perpindahan satu koordinat. Sedangkan untuk konduksi dua dan tiga
dimensi, suhu merupakan fungsi dari dua dan tiga koordinat. Perpindahan antara
dua permukaan luas plat logam merupakan contoh perpindahan dua koordinat.
Perpindahan tiga koordinat terjadi pada perpindahan panas yang dialami antara dua
balok logam yang melibatkan perpindahan panas pada tiga sumbunya. Jika ditinjau
sebagai fungsi waktu, perpindahan panas terbagi menjadi dua yaitu kondisi steady
dan kondisi transient. Kondisi steady jika laju perubahan aliran panas dalam suatu
sistem tidak berubah menurut. Aliran panas dalam suatu sistem disebut transien jika
suhu diberbagai titik dari suatu sistem tersebut berubah dengan waktu. Perpindahan
panas konduksi secara umum dirumuskan sebagai,
𝜕𝑇
𝑄̇ = −𝐾𝐴
𝜕𝑥

dimana:
𝑄̇ = laju perpindahan kalor (W)
𝐴 = luas penampang perpindahan kalor (m²)
𝜕𝑇 = gradien suhu pada arah perpindahan kalor (℃/m)
𝜕𝑥
𝑘 = konduktivitas termal (W/m°C)

Tanda negatif menunjukkan bahwa panas berpindah dari suhu tinggi ke suhu
rendah. Perpindahan panas hanya bergantung pada gradien temperatur.

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2023 2


1.3.2 Konduktivitas Termal
Konduktivitas termal adalah variabel karakteristik dari suatu material yang
menyatakan kemampuan material tersebut untuk mengalami konduksi maupun
insulasi. Semakin tinggi konduktivitas termalnya, maka semakin rendah perbedaan
temperaturnya pada heat flux yang sama.
𝛥𝑇
𝑄̇ = −𝜆𝐴
𝐿
Dimana
L = panjang (m)
T1 – T2 = ∆𝑇 = selisih temperatur (°C)

Konduktivitas termal yang dinyatakan sebagai nilai lambda, adalah jumlah


panas yang berpindah pada selang waktu tertentu sepanjang jarak L pada arah
normal terhadap permukaan seluas A akibat dari adanya perbedaan temperatur
sebesar ΔT.

1.3.3 Resistensi Termal


Resistensi termal merupakan rasio perbedaan suhu antara due permukaan
material dengan laju aliran panas per satuan luas. Resistensi termal menyatakan
sifat insulasi suatu material. Sifat insulasi yang dimaksud adalah kemampuan
material dalam menghambat panas. Semakin tinggi resistensi termal maka semakin
rendah kehilangan panas yang terjadi. Untuk resistensi termal yang dihasilkan dari
fenomena konduksi. Nilai resistensi panasnya dapat dinyatakan:
𝛥𝑇 𝐿
𝑅= =
𝑄̇ 𝜆∙𝐴

dimana,
R = Resistensi termal (°C/W)
𝑄̇ = Laju perpindahan kalor (W)
ΔT = Perbedaan temperatur (°C)
𝜆 = Konduktivitas termal (W/m°C)
A = Luas Penampang (m²)
L = Panjang (m)
Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2023 3
Pada aplikasinya konduksi yang terjadi pada benda dapat terjadi pada kasus khusus
yang melibatkan kombinasi variabel berbeda. Kombinasi yang dimaksud adalah
konduksi yang terjadi pada kontak dua benda yang memiliki material dan luas
permukaan yang berbeda. Untuk memahami bagaimana variasi tersebut dapat
berpengaruh pada variabel konduksi benda formula dibawah ini dapat digunakan.
Formula konduksi untuk dua benda dengan material berbeda yang mengalami
kontak,
𝑄̇ 𝐿1 𝐿2
ΔT = ( + )
𝐴 λ1 λ2
Formula untuk konduksi yang terjadi pada benda dengan dua luas permukaan
berbeda,
𝑄̇ 𝐿1 𝐿2
ΔT = ( + )
𝜆 A1 A2

dimana,
R = Resistensi termal (°C/W)
𝑄̇ = Laju perpindahan kalor (W)
ΔT = Perbedaan temperatur (°C)
𝜆1 , 𝜆2 = Konduktivitas termal (W/m°C)
A1 , A2 = Luas Penampang (m²)
L1 , L2 = Panjang (m)

1.4 Unit Eksperimen


1.4.1 Gunt Humberg WL 420
Untuk mengamati fenomena perpindahan panas konduksi, alat uji yang
digunakan untuk praktikum kali ini adalah WL 420. Alat uji ini merupakan contoh
dari hardware-software integration karena WL 420 ini datang dengan alat uji yang
variabel ujinya dapat diatur menggunakan software komputer. Hasil pengukuran
dapat ditampilkan secara grafis sedangkan karakteristik dapat direkam
menggunakan measurement data acquisition yang disediakan oleh software.

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2023 4


1.4.2 Bagian Bagian Alat Uji
WL 420 dilengkapi dengan sensor elektronik, spesimen uji yang beragam,
pemanas dan pendingin yang dapat diautur set up ini memungkinkan praktikan
untuk melakukan eksperimen yang variatif. Gambar 1.1 merupakan bagian bagian
dari set up hardware alat uji WL 420.

Gambar 1.1 Set Up Hardware WL 420

No. Penamaan No. Penamaan


1 Basic housing 6 Daya elektrik pemanas
2 Tempat menyimpan sampel 7 Sampel
3 Titik pengukuran temperature 8 Guide bars
4 Unit pemanas 9 Ventilasi
5 Pegas tekanan

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2023 5


Gambar 1.2 Hardware WL 420
1. Guide
Guide berfungsi untuk memastikan bahwa sampel diposisikan secara
konsentris ke pemanas dan pendingin sehingga fluks panas dapat diarahkan
secara optimal ke specimen uji. Kedua guide bars digunakan sebagai dudukan
termokopel. Pemanas, pendingin, dan sampel ditekan bersama secukupnya
oleh pegas.
2. Heater Unit (Heat Source)
Pemanas terletak di bagian atas set up. Panas disuplai dari daya listrik melalui
kawat. Daya tersebut diubah menjadi panas dan panas diberlakukan ke
specimen uji. Titik pengukuran suhu internal mengukur suhu pemanas. Teflon
cap menahan pemanas yang sebenarnya dan melindungi dari suhu permukaan
yang berlebihan selama operasi.
3. Cooler Unit (Heat Sink)
Dari seluruh bagian unit pendingin, hanya receiving cone yang secara visual
dapat terlihat seperti pada gambar 1.3. Sampel didudukan pada receiving cone
dan panas yang diberlakukan akan keluar dari sampel. Elemen Peltier
pendingin dipasang sebagai unit mandiri di dalam basic housing sehingga
tidak visible. receiving cone yang didinginkan menghantarkan panas keluar

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2023 6


dari sampel. Teflon centring ring memungkinkan sampel ditempatkan secara
konsentris pada kerucut penerima. Cincin sentring dapat dilepas untuk
membersihkan termal paste.

Gambar 1.3 Receiving Cone


4. Spesimen Uji
Spesimen Uji adalah silinder logam yang dilubangi di beberapa titik untuk
kontak dengan termokopel. Lubang-lubang berada pada jarak yang diketahui
sehingga konduktivitas termal dapat ditentukan menggunakan dimensi
struktural serta daya dan suhu yang terukur.

Gambar 1.4 Gambar Teknik Specimen Uji


1.4.3 Prinsip Kerja Alat Uji
Alat uji ini mengubah daya listrik (𝑃𝑒𝑙) menjadi panas oleh heater. Dari sana
sebagian kecil panas dihamburkan ke lingkungan. Sebagian besar panas mengalir
melalui specimen uji (𝑄̇𝑐𝑜𝑛𝑑). Elemen Peltier pada basic housing menyerap panas,
dan kemudian membuangnya ke lingkungan melalui sirip pendingin yang
didinginkan secara aktif. Aliran energi tersebut dapat dijelaskan pada Gambar 1.5.

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2023 7


Daya listrik diukur secara langsung. Panas yang hilang sebagai konsekuensi dari
perbedaan suhu yang umumnya disebut sebagai heat loss (𝑄̇𝑙𝑜𝑠𝑠), dapat ditentukan
dalam percobaan kalibrasi. Energi listrik harus disuplai ke peltier elemen untuk
mendinginkan specimen uji hingga nilainya di bawah suhu ambient. Daya listrik
yang digunakan akan langsung terukur, sedangkan daya yang terbuang akibat dari
adanya perbedaan temperatur dapat dihitung pada proses kalibrasi dengan
persamaan seperti berikut
𝑄̇𝑐𝑜𝑛𝑑 = 𝑃𝑒𝑙 − 𝑄̇𝑙𝑜𝑠𝑠 (1.4)

𝑄̇𝑐𝑜𝑛𝑑 = Laju perpindahan kalor pada spesimen uji (heat flux)

𝑄̇𝑙𝑜𝑠𝑠 = Heat loss pada heater


𝑃𝑒𝑙 = Daya Listrik

Gambar 1.5 Heat Flux pada WL 420

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2023 8


1.5 Prosedur Pengujian
Pada pengujian konduktivitas termal ini, terdapat enam macam pengujian dan
satu proses kalibrasi yang dilakukan. Dimana masing-masing pengujian memiliki
learning objective yang berbeda dengan langkah pengerjaan yang secara umum
sama.
1.5.1 Proses Kalibrasi
1. Biarkan alat uji tanpa terpasang spesimen uji
2. Buka screen pada aplikasi seperti pada gambar 1.6
3. Pasang fixing pin pada bore atas guide bar seperti pada gambar 1.7
4. Tekan tombol “Tare” untuk melakukan setting nol pada alat.
5. Lakukan pengaturan pada screen dengan memasukkan variabel menurut salah
satu pengujian yang akan dilakukan
6. Amati nilai Th pada screen hingga mencapai keadaan steady state
7. Ketika keadaan steady state tercapai maka alat telah terkalibrasi dan dapat
dilakukan pengujian selanjutnya.

Gambar 1.6 Calibration Screen

Gambar 1.7 Set Up Saat Proses Kalibrasi


Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2023 9
1.5.2 Pengujian 1: Pengaruh Temperatur Heater pada Satu Sampel
1. Hidupkan PC, sambungkan kabel USB Hardware ke PC.
2. Buka software aplikasi WL240 pada PC
3. Hidupkan set up hardware dengan menekan tombol switch pada bagian
belakang set up. Switch ini menghidupkan power supply
4. Ambil specimen uji dari kontainernya dan oleskan thermal paste agar kontak
antar permukaan semakin baik. Hal ini mencegah lompatan suhu pada
permukaan kontak.
5. Pasang specimen uji pada centring ring dan receiving cone. Sambungkan
termokopel pada lubang specimen uji.
6. Isi variabel yang diketahui pada kolom isian pada aplikasi yaitu panjang
specimen uji (L)
7. Hidupkan heater dengan memanipulasi variabel daya w(P) sebesar 10 W
8. Hidupkan pendingin dengan memanipulasi variabel peltier element Y sebesar
80%
9. Amati fenomena konduksi tersebut dan tunggu hingga aliran berubah dari
transient menjadi steady.
10. Setelah steady tercapai, naikan daya heater secara berkala dan catat hasilnya
setelah steady. Lakukan variasi pada heater dengan total tiga pengujian.
11. Amati pada grafik perubahan apa yang terjadi ketika daya heater mengalami
kenaikan berkala.
1.5.3 Pengujian 2: Pengaruh Level Temperature pada Akurasi Pengujian
Perbedaan temperatur serta faktor lingkungan dapat mempengaruhi akurasi
pengujian. Pengaruh ini terjadi pada saat pengujian, seperti terjadinya heat loss
sebagai akibat dari fenomena konveksi yang juga terjadi pada pengujian ini.
1. Siapkan alat uji seperti pada pengujian sebelumnya
2. Atur variabel- variabel berikut:
Spesimen : Aluminium 40 mm
Heat Flux : 4-5 Watt
Cooling Power : 30%
3. Setelah steady state tercapai, simpan variabel-variabel yang diukur
4. Atur cooling power menjadi 65% dan 100%

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2023 10


1.5.4 Pengujian 3: Pengaruh Variasi Panjang L Spesimen Terhadap Nilai
Konduktivitas Termal dan Resistensi Termalnya
1. Siapkan alat uji seperti pada pengujian sebelumnya
2. Atur variabel- variabel berikut:
Spesimen uji : Aluminium 40 mm
Heat Flux : 24 Watt
Cooling Power : 100%
3. Setelah steady state tercapai, simpan variabel-variabel yang diukur
4. Tukar spesimen uji dan atur kembali variabelnya seperti berikut
Spesimen uji : Aluminium 20 mm
Heat Flux : 22 Watt
Cooling Power : 100%
1.5.5 Pengujian 4: Pengaruh Variasi Jenis Material Spesimen Terhadap
Nilai Konduktivitas Termal dan Resistensi Termalnya.
1. Siapkan Alat Uji seperti pada pengujian sebelumnya
2. Lakukan pengujian untuk setiap variasi jenis material spesimen. Lakukan
langkah langkah pengujian seperti pada pengujian sebelumnya
3. Atur variabel- variabel maniplasinya berdasarkan pembagian kelompok.
1.5.6 Pengujian 5: Pengujian untuk Dua Spesimen Uji Disusun Bertumpuk
1. Siapkan Alat Uji seperti pada pengujian sebelumnya
2. Lakukan pengujian untuk kedua spesimen berbeda jenis yang disusun
bertumpuk. langkah langkah pengujian seperti pada pengujian 2 dan 3.
3. Atur variabel-variabel maniplasinya berdasarkan pembagian kelompok.
1.5.7 Pengujian 6: Pengujian untuk Spesimen Uji Recess
1. Siapkan Alat Uji seperti pada pengujian sebelumnya
2. Lakukan pengujian untuk spesimen recess. Lakukan langkah langkah
pengujian seperti pada pengujian 2 dan 3 dengan memasukan variabel seperti
berikut:
3. Atur variabel- variabel berikut:
Spesimen uji : Aluminium Sample with recess
Heat Flux : 12 Watt
Cooling Power : 100%

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2023 11


1.6 Data dan Analisis
Buatlah analisa hasil pengujian konduktivitas termal menggunakan data hasil
pengujian yang telah dilakukan.

Tabel 1.1 Data Hasil Pengujian 1


Pel 𝑸̇𝒄𝒐𝒏𝒅 T1 T2 TC Tamb L 𝝀
Material 𝑾 𝚫𝑻
(W) (W) (℃) (℃) (℃) (℃) (mm) ( )
𝒎𝑲

Al 20
Al 20
Al 20

Tabel 1.2 Data Hasil Pengujian 2


Pel 𝑸̇𝒄𝒐𝒏𝒅 T1 T2 TC Tamb L 𝝀
Material 𝑾 𝚫𝑻
(W) (W) (℃) (℃) (℃) (℃) (mm) (𝒎𝑲)

Stainless
40
Steel
Stainless
40
Steel
Stainless
40
Steel

Tabel 1.3 Data Hasil Pengujian 3


Pel 𝑸̇𝒄𝒐𝒏𝒅 T1 T2 TC Tamb L 𝝀
Material 𝑾 𝚫𝑻
(W) (W) (℃) (℃) (℃) (℃) (mm) (𝒎𝑲)

Stainless
20
Steel
Stainless
40
Steel

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2023 12


Tabel 1.4 Data Hasil Pengujian 4
Pel 𝑸̇𝒄𝒐𝒏𝒅 T1 T2 TC Tamb L 𝝀
Material 𝑾 𝚫𝑻
(W) (W) (℃) (℃) (℃) (℃) (mm) (𝒎𝑲)

Al 40
Stainless
40
Steel

Tabel 1.5 Data Hasil Pengujian 5


Pel 𝑸̇𝒄𝒐𝒏𝒅 T1 T2 TC Tamb L 𝝀
Material 𝑾 𝚫𝑻
(W) (W) (℃) (℃) (℃) (℃) (mm) (𝒎𝑲)

Stacked
40
Cu &Br

Tabel 1.6 Data Hasil Pengujian 6


Pel 𝑸̇𝒄𝒐𝒏𝒅 T1 T2 TC Tamb L 𝝀
Material 𝑾 𝚫𝑻
(W) (W) (℃) (℃) (℃) (℃) (mm) ( )
𝒎𝑲

Al recess 40

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2023 13


MODUL 2
PENGUJIAN KONVEKSI PAKSA (FORCED CONVECTION)

2.1 PENDAHULUAN
Konveksi merupakan perpindahan panas antara permukaan dengan fluida
(gas maupun cairan), dimana fluida memindahkan panas melalui pergerakan
partikel. Perpindahan itu sendiri terjadi dari suhu yang lebih tinggi menuju ke suhu
yang lebih rendah. Dasar pemikiran dari percobaan ini adalah untuk mengetahui
apa yang terjadi jika fluida udara itu bergerak secara alami dan dipaksakan dengan
fan, bagaimana dengan perubahan temperaturnya dan juga laju perpindahan aliran
massanya.

2.2 TUJUAN PRAKTIKUM


Tujuan dalam praktikum fenomena perpindahan panas dengan konveksipaksa
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mencari nilai koefisien perpindahan panas pengujian pada konveksi
paksa dengan variasi laju alir
2. Untuk mencari nilai resistensi termal perpindahan panas pada konveksi paksa
dengan variasi laju alir
3. Mengetahui perkembangan perpindahan panas dari waktu ke waktu hingga
keadaan tunak tercapai
4. Praktikan mengetahui hubungan antara bilangan Reynolds untuk menentukan
kecepatan laju alir dan bilangan Nusselt untuk menentukan temperatur
dinding m2

2.3 DASAR TEORI


Perpindahan panas akan terjadi apabila ada perbedaan temperatur antara 2
bagian benda. Panas akan berpindah dari temperatur tinggi ke temperatur yang lebih
rendah. Panas dapat berpindah dengan 3 cara, yaitu konduksi, konveksi dan radiasi.
Konveksi merupakan perpindahan panas antara permukaan dengan fluida, dimana
fluida memindahkan panas melalui pergerakan.

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2023 14


2.3.1 Konveksi Bebas
Pada konveksi bebas, pergerakan fluida disebabkan oleh perbedaan densitas
akibat pemanasan. Fluida yang panas menghasilkan fluida yang bergerak ke atas
karena memiliki densitas yang lebih kecil dibandingkan fluida yang lebih dingin.
2.3.2 Konveksi Paksa
Pada konveksi paksa, terdapat aliran yang diberi perlakuan pada permukaan
panas. Perlakuan terhadap aliran dapat disebabkan oleh kipas contohnya. Konveksi
paksa menyebabkan peningkatan konveksi jika dibandingkan dengan konveksi
bebas. Pengangkutan fluida panas yang lebih cepat menyebabkan gradien suhu
yang lebih tinggi dari permukaan yang hangat ke fluida, dan dengan demikian
perpindahan panas lebih baik.
2.3.3 Perpindahan Panas – Aliran Laminar
Aliran ini terjadi ketika kecepatan aliran relative rendah, pergerakan pada
lapisan parallel terhadap permukaan. Kecepatan pada daerah dekat dinding yaitu
nol karena adanya kondisi no-slip, kemudian kecepatan akan meningkat dimana
kecepatan max ada di bagian tengah. Dalam jenis aliran ini, lapisan fluida mengalir
dari satu sama lain. Aliran teratur, vektor kecepatan selalu sejajar dalam arah aksial.
Panas menembus ke lapisan yang lebih dihilangkan karena konduksi.

Gambar 2.1 Aliran Laminar Pada Pipa

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2023 15


2.3.4 Perpindahan Panas – Aliran Turbulen
Jika kecepatan aliran meningkat, maka profil kecepatan yang terbentuk juga
berbeda. Pada kasus ini, bentuk alirannya turbulen. Karena aliran elemen acak,
terdapat gerakan yang melintang ke permukaan. Turbulensi pada sublayer laminar
yang tipis menyebabkan lapisan bercampur satu sama lain. Panas ditransfer dari
permukaan melalui gerakan partikel fluida, dimana terdapat peningkatan heat
transfer dari dinding ke fluida.

Gambar 2.2 Aliran Turbulen Pada Pipa


2.3.5 Proses Pada Konveksi Bebas
Karena konduksi pada fluida, suhu dari fluida turun jauh dari permukaan.
Pada konveksi bebas, selain terdapat lapisan batas termal, ada juga lapisan batas
kecepatan yang disebabkan oleh gaya apung. Gaya apung hanya mempengaruhi
lapisa fluida yang dipanaskan Karena kondisi no slip, lapisan fluida terpanas ada
pada permukaan yang diam. Kemudian kecepatan akan meningkat pada lapisan
setelahnya. Viskositas pada fluida mempengaruhi ketebalan lapisan batas
kecepatan. Lapisan batas termal dan kecepatan memiliki pengaruh yang signifikan.

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2023 16


Gambar 2.3 Lapisan Batas Pada Konveksi Bebas Pada Pelat Datar Vertikal

2.3.6 Proses Pada Konveksi Paksa


Fluida panas bergerak lebih cepat diatas permukaan eksotermik. laju aliran
massa penyerapan panas akan lebih tinggi daripada konveksi bebas. Selisih
temperature ke lingkungan turun karena untuk meningkatkan disipasi panas.

Gambar 2.3 Lapisan Batas Pada Paksa Pada Pelat Datar Vertikal

2.3.7 Teori similaritas


Teori keserupaan digunakan di banyak bidang fisika dan merupakan landasan
yang sangat penting dalam perpindahan panas. Kesamaan fisik berarti bahwa model

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2023 17


tersebut mirip dengan aslinya dalam properti tertentu. Konsep ini dapat digunakan
pada materi konveksi menggunakan bilangan Nusselt.
a) Bilangan Nusselt merupakan pengembangan dari perpindahan panas
konveksi dibandingkan dengan konduksi. Semakin tinggi bilangan Nusselt,
maka panas yang dipindahkan dengan konveksi lebih banyak. Nilai Nusselt
terkecil didapatkan ketika udara dalam keadaan diam.
𝛼. 𝐿
𝑁𝑢 =
𝜆
L = Characteristic Length
Nu = Nusselt number
𝛼 = Koefisien Perpindahan Panas
𝜆 = Konduktivitas Termal
Panjang yang disapu oleh fluida disebut Panjang karakteristik (characteristic
length). Seperti yang dicontohkan gambar 2.4.

Gambar 2.4 Panjang Karakteristik Pemanas


b) Bilangan Reynolds menggambarkan karakteristik aliran fluida apakah
bersifat laminar atau turbulen. Bilangan Reynolds merupakan bilangan tak
dimensional yang didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya inersia
terhadap gaya viscous.
𝑉. 𝐿
𝑅𝑒 = 𝜌
𝜇
𝜌 = Massa Jenis Udara
𝑉 = Kecepatan Aliran
L = Panjang Karakteristik
𝜇 = Viskositas Kinematic.

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2023 18


2.4 Perhitungan konveksi
2.4.1 Jumlah Panas
Ketika suatu bidang dipanaskan, dibutuhkan sejumlah energi.
𝑄̇ = 𝑚 · 𝑐 · (𝑇𝑡2 − 𝑇𝑡1 )

Q = Energi Panas (𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒)


𝑚̇ = Mass Flow (kg/s)
𝑐 = Kalor Jenis (J/kg°C)
𝑇𝑡2 = Suhu pada body pada waktu t2 (°C)
𝑇𝑡1 = Suhu pada body pada waktu t1 (°C)
2.4.2 Heat flux: Kenaikan temperature dari aliran massa
Heat flux dari pemanas meningkatkan suhu fluida. Daya konveksi dapat
dihitung dari laju aliran massa dari fluida dan selisih temperatur.
𝑄̇ = 𝑚̇ · 𝑐 · (𝑇2 − 𝑇1 )

𝑄̇ = Heat Flux (W)


𝑚̇ = Mass Flow (kg/s)
𝑐 = Kalor Jenis (J/kg°C)
𝑇1 = Suhu input Fluida pada Saluran inlet (°C)
𝑇2 = Suhu output Fluida (°C)
2.4.3 Heat flux: Selisih temperature antara pemanas dan fluida
Perbedaan temperature antara permukaan dan fluida dapat dihitung dengan
rumus. Koefisien heat transfer dapat diambil dari tabel (dibutuhkan untuk estimasi
awal).
𝑄̇ = 𝐴𝑠 · 𝛼 · (𝑇4 − 𝑇1 )

𝑄̇ = Heat Flux (W)


𝐴𝑠 = Permukaan pembuangan panas (𝑚2 )
𝛼 = Koefisien Perpindahan Panas (W/𝑚2 𝐾)
𝑇1 = Suhu input Fluida pada Saluran inlet (°C)
𝑇4 = Suhu heater (°C)

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2023 19


2.4.4 Beban Pemanasan Permukaan
Dari beban pemanasan permukaan q, didapatkan rumus
𝑄̇
𝑞= = 𝛼 · (𝑇4 − 𝑇1 )
𝐴𝑠
𝑞 = Beban Pemanasan Permukaan (W/𝑚2 )
𝑄̇ = Heat Flux (W)
𝐴𝑠 = Permukaan pembuangan panas (𝑚2 )
𝛼 = Koefisien Perpindahan Panas (W/𝑚2 𝐾)
𝑇1 = Suhu input Fluida pada Saluran inlet (°C)
𝑇4 = Suhu heater (°C)
2.4.5 Resistansi Termal
Resistansi (hambatan) termal dapat dihitung menggunakan rumus
𝑇4 − 𝑇1 1
𝑅= =
𝑄̇ 𝐴𝑠 · 𝛼

𝑅 = Resistansi Termal (𝐾/W)


𝑄̇ = Heat Flux (W)
𝐴𝑠 = Permukaan pembuangan panas (𝑚2 )
𝛼 = Koefisien Perpindahan Panas (W/𝑚2 𝐾)
𝑇1 = Suhu input Fluida pada Saluran inlet (°C)
𝑇4 = Suhu heater (°C)

2.5 Unit Eksperimen


2.5.1 Gunt Humberg WL 420
Perangkan WL 440 merupakan alat yang digunakan untuk melakukan
eksperimen perpindahan panas secara konveksi untuk menyelidiki koefisien
konveksi termal. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan program akuisisi
data pengukuran yang diinstal pada PC.

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2023 20


2.5.2 Bagian-bagian Alat Uji

Gambar 2.5 Set Up Hardware WL 440

No Penamaan No Penamaan
1. Basic housing 5. Sight glasses
2. Handheld temperature sensor 6. Turbulence generator
3. Heating element (flat plate) 7. Air inlet
4. Fan

Gambar 2.5 Poin Pengukuran Temperatur WL 440

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2023 21


Saluran udara
Berfungsi untuk menuntun udara yang masuk. Juga berfungsi untuk
menopang semua komponen penting seperti titik pengukuran, pemanas, dan
kipas
Titik pengukuran temperature
Terdapat 4 titik pengukuran. Temperatur T1 dan T2 merupakan temperature
udara pada inlet dan outlet saluran. Titik T3 merupakan sersor suhu genggam
yang mengukur perbedaan suhu permukaan dan udara. T4 merupakan suhu
permukaan relative terhadap pemanas. Disk plexiglass mempunyai lubang
yang berfungsi untuk mengukur suhu lapangan.
Wadah peralatan
Berfungsi untuk menahan saluran udara dan mengandung intrumen
pengukuran termasuk juga perangkat keras untuk komunikasi dengan PC.

No Penamaan No Penamaan
1. Area pengukuran T2 4. Koneksi ke perangkat housing
2. Area pengukuran T4 5. Area pengukuran T1
3. Area pengukuran T3 6. Measuring temperature fields

Gambar 2.6 Sensor Kecepatan dan Turbulen Generator

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2023 22


No Penamaan Fungsi
Terdapat di ujung saluran udara dan mengukur

1. Sensor Kecepatan kecepatan udara dengan menggunakan hot-wire


anemometer.
Berfungsi untuk mengilutrasikan efek dari perbedaan
2. Turbulen Generator
aliran pada eksperimen.

Gambar 2.7 Kipas

Penamaan Fungsi
Berfungsi untuk memastikan sliran udara di saluran,
Kipas
dan mempercepat aliran udara.

Gambar 2.7 Kisi Vorteks

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2023 23


Penamaan Fungsi
Berfungsi untuk mencampurkan udara sehingga
Kisi Vorteks temperature dapat terdistribusikan sepanjang
penampang

Bentuk pemanas yang tersedia dalam modul Gunt Humberg WL 420 yaitu
flat plate, cylinder, cylinder dengan pengukuran keliling, bundel tabung.

Gambar 2.8 Heater

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2023 24


Gambar 2.8 User Interface Gunt WL440

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2023 25


2.6 Prosedur Pengujian
2.6.1 Persiapan Eksperimen
1) Penempatan dan Koneksi
2 hal penting untuk mencegah mendapatkan nilai yang konstan yaitu: Cegah
peningkatan pergerakan udara dan temperatur yang seragam pada lingkungan
2) Mengubah Pemanas
Caranya yaitu:
a. Cabut kabel masukan daya dan pendeteksi temperature
b. Mengendurkan mur
c. Ganti masukan pemanas
d. Sambungkan kembali kabel
2.6.2 Kalibrasi
Kalibrasi dilakukan ketika pemanas dimatikan dan setelah ventilasi berjalan
dalam beberapa menit. Setelah nilai yang terukur telah diatur, tekan tombol
“Tare”. Pengkalibrasian mengatur suhu T2 ke T4 ke nilai suhu ambien yaitu
T1.

Gambar 2.9 Proses Kalibrasi


2.6.3 Memulai titik pengukuran
Sebelum memulai pengukuran, perangkat harus dioperasikan terlebih dahulu
hingga mencapai keadaan steady. Fluktuasi kecil akibat lingkungan tidak dapat
diabaikan.

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2023 26


2.6.4 Eksperimen: Konveksi paksa, Pengaruh Kecepatan Aliran
a. Mulai perangkat dan software.
b. Pasangkan pelat pemanas pada alat
c. Tarik generator turbulen keluar dari aliran
d. Jika diperlukan, lakukan “tare” terhadap pengukuran
e. Atur daya kipas yang rendah, 10%
f. Pada menu “Modules”, buka “Chart recorder”
g. Masukan daya 15 W ke pemanas
h. Ketika nilai yang terukur pada grafik sudar berhenti berfluktuasi, mulai rekam
titik pengukuran
i. Naikkan daya kipas dengan rentang 10%
j. Ulangi langkah ke 8 dan 9. Ukur sebanyak 6 titik pengukuran.
k. Simpan nilai yang terukur (save/print)

2.7 Diagram Dan Analisa


Buat grafik dengan menggunakan fasilitas komputer, kemudian menganalisa
dengan menggunakan rumus-rumus dasar teori.

Tabel 1. Tabel Data Pengujian dengan Heating power 15 W

Heating Power α V % R (𝐾/


T1 T2 T4 Re Nu
(W) (W/m2K) (m/s) Fan W)

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2023 27


Tabel 2. Tabel Data Pengujian Temperatur Dengan Kecepatan Fan 25 %

Heating
Time T1 T2 T4 α (W/m2K) V (m/s) Re
Power (W)

Tabel 3. Tabel Data Pengujian Temperatur Dengan Kecepatan Fan 50 %

Heating
Time T1 T2 T4 α (W/m2K) V (m/s) Re
Power (W)

Tabel 4. Tabel Data Pengujian Temperatur Dengan Kecepatan Fan 75%

Heating
Time T1 T2 T4 α (W/m2K) V (m/s) Re
Power (W)

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2023 28


MODUL 3
PENGUJIAN DUCTING
3.1 Pendahuluan
Pada dunia industri sering kita jumpai peralatan yang menggunakan medium
udara dalam suatu saluran atau ducting. Perancangan sistem ducting yang baik
harus dapat mengalirkan jumlah udara yang telah ditentukan ke suatu tempat
dengan menggunakan daya pengoperasian kipas atau blower yang minimal. Salah
satu persyarataan penting sistem ducting adalah pressure balancing. Tekanan
sistem akan balance ketika tekanan fan lebih dari kehilangan tekanan total akibat
viskositas fluida maupun kehilangan tekanan akibat elbow dan lainnya. Jika
penjumlahan penurunan tekanan tidak samadengan tekanan fan, sistem ducting
akan mendistribusikan udara secara otomatis, yang berakibat aliran udara tidak
sesuai dengan rancangan. Dengan memahami ducting secara menyeluruh,
diharapkan para pembelajar dapat mengoptimalkan kinerja sistem ducting serta
meningkatkan efisiensi energi.
Pada eksperimen ini aliran udara didistribusikan oleh blower melalui sebuah
ducting yang kemudian dilakukan pengamatan tekanan yang terjadi dalam sistem
tersebut dan distribusi kecepatannya serta laju aliran udara pada saluran.

3.2 Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum ducting ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui prinsip kerja ducting sebagai tempat pendistribusian udara.
2. Mengukur besarnya tekanan total, tekanan statik, dan tekanan dinamik.
3. Mengetahui besarnya kecepatan dan laju aliran volume udara pada saluran.
4. Mengetahui pressure losses aliran melewati duct.

3.3 Dasar Teori


3.3.1 Prinsip Aliran Udara
Udara mengalir terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua titik.
Aliran akan dimulai dari area yang memiliki energi lebih tinggi (atau tekanan)
menuju area yang memiliki energi lebih rendah. Udara bergerak berdasarkan tiga
hukum dasar fisika: konservasi massa, konservasi energi, dan konservasi

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2024 29


momentum.
1. Konservasi massa: Dari prinsip ini dapat disimpulkan bahwa jumlah massa
udara yang masuk pada suatu sambungan sistem ducting sama dengan jumlah
massa udara yang keluar dari sambungan. Pada sistem ducting, hukum
konservasi massa mengartikan bahwa ukuran duct dapat dikalkulasikan
kembali untuk kecepatan yang berbeda menggunakan persamaan sederhana,

𝑉2 = (𝑉1 ∗ 𝐴1) ∕ 𝐴2 (3.1)

dimana 𝑉 merupakan kecepatan dan 𝐴 adalah luas area.


2. Konservasi energi: Prinsip ini menjadi dasar persamaan Bernoulli, dimana
untuk suatu aliran, perbedaan tekanan total dari dua titik pada duct sama
dengan kerugian tekanan diantara dua titik tersebut.

(𝑃𝑟𝑒𝑠𝑠𝑢𝑟𝑒 𝑙𝑜𝑠𝑠)1−2 = (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑢𝑟𝑒)1 − (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑢𝑟𝑒)2 (3.2)

3. Konservasi momentum: Hal ini didasarkan pada hukum Newton bahwa benda
akan mempertahankan keadaan diam atau gerak seragamnya kecuali dipaksa
oleh gaya lain untuk mengubah keadaan tersebut. Hukum ini berguna untuk
menjelaskan perilaku aliran dalam pemasangan sistem saluran.
3.3.2 Tekanan Total, Tekanan Statis, dan Tekanan Dinamis
Udara yang mengalir melalui sistem ducting menghasilkan tiga tipe tekanan:
tekanan statik, dinamik, dan total.

Gambar 3.4 Tekanan statik, dinamik dan total

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2024 30


1. Tekanan statis: Tekanan statis adalah dorongan udara ke luar terhadap
permukaan saluran dan merupakan ukuran resistansi ketika udara bergerak
melalui objek seperti sistem ducting. Tekanan ini merupakan tekanan yang
diukur saat kecepatan relatif alat ukur dan fluida sama dengan nol. Tekanan
statis bernilai sama pada semua arah.
2. Tekanan dinamis: Tekanan dinamik atau tekanan kecepatan merupakan
tekanan yang disebabkan oleh pergerakan udara. Tekanan kecepatan tidak
dapat diukur secara langsung tetapi harus diperoleh dari pengukuran tekanan
total dan statik yang masing-masing dapat diukur secara langsung dengan
menggunakan tabung pitot. Tekanan dinamik hanya akan dihasilkan pada
suatu aliran udara dan selalu bernilai positif.
3. Tekanan total: Tekanan total didefinisikan sebagai tekanan saat fluida
bergerak secara isentropik. Tekanan total merupakan penjumlahan dari
tekanan statik dan dinamik.
3.3.3 Kerugian Tekanan
Tekanan total pada umumnya akan turun sepanjang aliran. Hal tersebut
dikarenakan kerugian yang ditimbulkan dari gesekan akibat viskositas fluida dan
turbulensi yang terjadi. Kerugian yang terjadi pada sistem ducting harus dibuat
seminimal mungkin sehingga daya yang dibutuhkan fan untuk mendistribusikan
udara tidak terlalu besar.
3.3.4 Profil Kecepatan
Dalam saluran lurus dan tanpa penghalang, kecepatan aliran udara yang telah
berkembang secara keseluruhan (fully developed) terjadi pada tengah saluran.
Sebaliknya pada dinding saluran kecepatan aliran udara relatif kecil karena adanya
pengaruh gesekan antara fluida dengan dinding duct. Untuk memperoleh kecepatan
yang akurat harus dilakukan pengukuran pada beberapa lokasi penampang saluran.
Pada praktikum ini dilakukan pengambilan data profil kecepatan dari arah vertikal
sepanjang penampang ducting.

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2024 31


Gambar 3.5 Profil kecepatan
3.4 Perhitungan

Data standar pengujian yang dilakukan pada perhitungan ducting adalah


sebagai berikut:

Massa jenis udara () = 1,29 kg/m3


Viskositas udara (𝜇) = 1,48 x 10-5 m2/s
Tinggi penampang ducting = 150 mm
Lebar penampang ducting = 150 mm
Luas penampang ducting = 0,0225 m2
Percepatan gravitasi (g) = 9,8 m/s2
Rumus perhitungan yang digunakan pada pengujian ducting adalah sebagai
berikut:

1. Tekanan dinamik
𝑃𝑣 = 𝑃𝑡 − 𝑃𝑠 (3.3)

2. Kecepatan aliran udara


𝑃𝑣
𝑉 = √2 (3.4)
𝜌

3. Laju volume aliran udara


𝑄 = 𝑉. 𝐴 (3.5)
4. Kerugian tekanan
∆𝑃𝑙𝑜𝑠𝑠 = 𝑃2 − 𝑃1 (3.6)
5. Koefisien kerugian duct

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2024 32


∆𝑃𝑙𝑜𝑠𝑠∙2
𝜁 = 2 (3.7)
𝜌∙𝑉𝑛𝑜𝑧𝑧𝑙𝑒

Dimana

𝑃𝑡 = Tekanan total (Pa)

𝑃𝑠 = Tekanan statis (Pa)

𝑃𝑣 = Tekanan dinamik (Pa)

𝑉 = Kecepatan aliran fluida (m/s)

𝜌 = Densitas fluida (kg/m3)

𝐴 = Luas penampang ducting (m2)

𝑄 = Laju aliran volume fluida (m3/s)

∆𝑃𝑙𝑜𝑠𝑠 = Kerugian tekanan (Pa)

𝑃1 = Tekanan sebelum bundel pipa/jendela depan (Pa)

𝑃2 = Tekanan setelah bundel pipa/jendela belakang (Pa)

𝜁 = Koefisian kerugian gesekan

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2024 33


3.5 Unit Eksperimen
3.5.3 Susunan Unit

Gambar 3.6 Unit eksperimen

Gambar 3.7 Switch cabinet

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2024 34


No. Penamaan No. Penamaan
Titik pengukuran tekanan untuk Titik pengukuran pstat untuk
1 15
menentukan kecepatan aliran tabung Pitot
Saluran udara dengan nosel
2 16 Pemanas daya tampilan digital
aliran
3 Jendela 17 Pemanas daya tampilan digital
WL 314.03 Tubular Forced
4 Convection Heat Exchanger 18 Tampilan suhu udara digital
(opsional)
5 Tabung Pitot 19 Pemanas suhu tampilan digital
6 Kabinet saklar 20 Tombol penyetel kecepatan kipas
Titik ukur untuk termometer atau
7 21 Kipas tombol tekan ganda
anemometer tambahan
8 Wadah untuk elemen pemanas 22 Pemanas soket termokopel
9 Tutup yang dapat disesuaikan 23 Pemanas saklar utama
10 Kipas 24 Sambungan listrik pemanas
11 Roda Trolley 25 Menyetel daya pemanas kenop
12 Manometer Digital 26 Sakelar utama
Daftar pemanas (wadah untuk Sambungan listrik untuk WL
13 27
elemen pemanas) 314.0
14 Elemen pemanas

3.5.4 Titik Pengukuran

Gambar 3.8 Titik pengukuran

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2024 35


No. Penamaan
P1 Laju aliran volumetrik melalui tekanan
P2, P3 Tekanan statis
P4 Tekanan total
E1 Heater
T1 Temperatur udara
T2 Temperatur heater
Titik pengukuran untuk termometer tambahan atau T/F6 alat
T/F3-T/F7
pengukur jurusan angin

3.6 Prosedur Pengujian


Sebelum melakukan eksperimen, harus terlebih dahulu dilakukan penyetelan
alat atau komisioning. Langkah-langkah dalam melakukan komisioning alat ialah
sebagai berikut:
8. Hidupkan saklar utama (26).
9. Hidupkan kipas menggunakan tombol tekan (21). Laju aliran dapat diatur
menggunakan tutup penyetel (9).
10. Periksa tampilan tekanan untuk pengukuran kecepatan.
11. Tampilan (18, 19) pada kabinet sakelar harus menunjukkan suhu saat ini.
12. Unit sekarang siap untuk digunakan.
3.6.2 Pengujian 1: Pengukuran Tekanan Statik
10. Hubungkan sambungan tekanan manometer (-) dengan sambungan pengukur
pada saluran (15).
11. Mulai pengamatan manometer pada setiap variasi bukaan fan (25%, 50%,
75%, 100%) dan catat hasil yang terbaca.
12. Catat nilai rata-rata yang terbaca pada manometer selama 30 detik.
13. Ulangi langkah 2 dan 3 sebanyak 5 kali.
14. Turunkan kecepatan kipas sampai berhenti.
15. Analisa hasil pengamatan.

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2024 36


Gambar 3.9 Titik pengukuran pengujian tekanan aliran
3.6.3 Pengujian 2: Pengukuran Tekanan Total
1. Hubungkan sambungan tekanan manometer (-) dengan sambungan pengukur
pada pitot tube (5).
2. Mulai pengamatan manometer pada setiap variasi bukaan fan (25%, 50%,
75%, 100%) dan catat hasil yang terbaca.
3. Catat nilai rata-rata yang terbaca pada manometer selama 30 detik.
4. Ulangi langkah 2 dan 3 sebanyak 5 kali.
5. Turunkan kecepatan kipas sampai berhenti.
6. Analisa hasil pengamatan.
3.6.4 Pengujian 3: Pengukuran Tekanan Dinamik
1. Hubungkan sambungan tekanan manometer (-) dengan sambungan pengukur
pada saluran (15) dan sambungan tekanan manometer (+) dengan sambungan
pengukur pada Pitot tube (5).
2. Mulai pengamatan manometer pada setiap variasi bukaan fan (25%, 50%,
75%, 100%) dan catat hasil yang terbaca.
3. Catat nilai rata-rata yang terbaca pada manometer selama 30 detik.
4. Ulangi langkah 2 dan 3 sebanyak 5 kali.
5. Turunkan kecepatan kipas sampai berhenti.
6. Analisa hasil pengamatan.
3.6.5 Pengujian 4: Pengukuran Profil Kecepatan
1. Hubungkan sambungan tekanan manometer (-) dengan sambungan pengukur

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2024 37


pada saluran (15) dan sambungan tekanan manometer (+) dengan sambungan
pengukur pada Pitot tube (5).
2. Atur kecepatan kipas sesuai dengan ketentuan.
3. Atur ketinggian tabung Pitot dimulai dari ketinggian 0 mm.
4. Catat nilai rata-rata yang terbaca pada manometer selama 30 detik.
5. Naikkan ketinggian tabung Pitot sejauh 5 mm, dan kembali ulang langkah 4.
6. Ulangi langkah 4 dan 5 sampai ketinggian tabung Pitot 150 mm.
7. Ulangi pencatatan hasil sebanyak 5 kali pada setiap bukaan fan.
8. Turunkan kecepatan kipas sampai berhenti.
9. Analisa hasil pengamatan.
3.6.6 Pengujian 5: Pengukuran Kerugian Tekanan

Gambar 3.10 Titik pengukuran pengujian kerugian tekanan


1. Hubungkan sambungan tekanan manometer (-) dengan sambungan pengukur
pada saluran (15) dan sambungan tekanan manometer (+) dengan sambungan
pengukur pada Pitot tube (5).
2. Mulai pengamatan manometer pada setiap variasi bukaan fan (25%, 50%,
75%, 100%) dan catat hasil yang terbaca.
3. Catat nilai rata-rata yang terbaca pada manometer selama 30 detik.
4. Ulangi langkah 2 dan 3 sebanyak 5 kali.
5. Turunkan kecepatan kipas sampai berhenti.
6. Analisa hasil pengamatan.

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2024 38


3.7 Analisa
Buatlah grafik hasil praktikum kemudian analisa dengan menggunakan
rumus-rumus di dasar teori tentang grafik hubungan antara kecepatan fan dan
tekanan absolut, grafik hubungan antara kecepatan fan dan kecepatan aliran udara,
buatlah skematik profil kecepatan (hubungan antara dua bilangan tak berdimensi),
dan grafik hubungan antara koefisien kerugian tekanan dengan bilangan Reynolds.
Tabel 3.1 Data Hasil Pengujian Tekanan Total
Kecepatan Fan
Pengujian 25% 50% 75%
𝑷𝒕 (mbar)
1
2
3
4*
5*
Rata-rata

Tabel 3.2 Data Hasil Pengujian Tekanan Statis


Kecepatan Fan
Pengujian 25% 50% 75%
𝑷s (mbar)
1
2
3
4*
5*
Rata-rata

Tabel 3.3 Data Hasil Pengujian Tekanan Dinamis


Kecepatan Fan
Pengujian 25% 50% 75%
𝑷d (mbar)
1
2
3
4*
5*
Rata-rata

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2024 39


Tabel 3.4 Data Hasil Pengujian Profil Tekanan

Kecepatan Fan
Ketinggian 25% 50% 75%
𝑷d (mbar)
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
105
110
115
120
125
130
135
140
145
150

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2024 40


Tabel 3.5 Tabel Data Pengujian Kerugian Tekanan

Kecepatan Fan
Pengujian 25% 50% 75%
∆𝑷𝒍𝒐𝒔𝒔 (mbar)
1
2
3
4*
5*
Rata-rata

Catatan:
*Jika pengujian 1-3 sudah menunjukan perubahan angka yang tidak signifikan, dapat
diabaikan/tidak dilakukan pengujian 4-5.

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2024 41


MODUL 4
PENGUJIAN IMPACT OF JET
4.1 Pendahuluan

Impact of jet merupakan suatu percobaan yang menyelidiki tentang pengaruh


momentum tumbukan suatu fluida terhadap suatu permukaan (vane). Fluida yang
mengalir melalui nozzle akan mempunyai kecepatan yang lebih tinggi dibanding
sebelum melalui nozzle. Perubahan kecepatan ini akan menimbulkan perubahan
momentum karena kecepatan berbanding lurus terhadap momentum( P=m.v).
Momentum yang besar ketika menumbuk suatu bidang akan menimbulkan gaya
yang besar pula. Gaya yang timbul berupa gaya tolak yang dialami bidang yang
ditumbuk dalam percobaan ini fluida menumbuk pada (vane).
Dalam mekanika fluida kita sangat erat hubungannya dengan tekanan
dankecepatan. Karena dua fungsi tersebut adalah pokok mengapa bisa terjadi
prosesmekanik. Tekanan dan kecepatan pada dasarnya memiliki nilai yang
berbalik.Artinya jika suatu substansi memiliki kecepatan yang tinggi maka
substansitersebut akan memiliki tekanan yang rendah, begitu juga sebaliknya.

4.2 Tujuan Praktikum


Tujuan praktikum impact of jet ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui prinsip kerja nosel yaitu mengubah tekanan menjadi kecepatan.
2. Mengukur besarnya gaya tolak yang diakibatkan oleh semburan air yang
keluar dari nosel.
3. Mengetahui pengaruh bentuk permukaan vane terhadap besarnya gaya yang
ditimbulkan oleh semburan air melalui nosel.

4.3 Dasar Teori


Impact of jet ini didesain untuk digunakan dengan hydraulic bench untuk
membaca laju aliran air. Gambar 4.3 menunjukkan semburan nosel dengan laju
aliran massa 𝑚̇ sepanjang sumbu-x dengan kecepatan 𝑢0 kemudian kecepatan fluida
keluar setelah didefleksikan dengan sudut 𝛽 adalah 𝑢1. Pada gambar 4.4 merupakan
formula dalam menentukan gaya vane. Gamabar 4.5 merupakan gambaran arah
aliran fluida yang terjadi pada kedua vane yang dipakai dalam

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2024 42


praktikum.

Gambar 4.1 Semburan aliran air dari nosel mengenai vane


Laju momentum masuk sistem dalam sumbu-x adalah:
𝑗̇ = 𝑚̇ 𝑢0 (4.1)
Laju momentum meninggalkan sistem adalah:
𝑗̇′ = 𝑚̇ 𝑢1 cos 𝛽 (4.2)
Gaya vane pada arah x sama dengan perubahan laju momentum:
𝐹 = 𝑚̇ (𝑢0 − 𝑢1) cos 𝛽 (4.3)
Dalam keadaan ideal, nosel diasumsikan isotachatic atau kecepatan konstan 𝑢0 =
𝑢1
𝐹 = 𝑚̇ 𝑢0(1 − cos 𝛽) (4.4)

Gambar 4.1 Formula gaya pada vane

𝐹 × 0,15 = 𝑀𝑔𝑦
𝑀𝑔𝑦
𝐹= (4.5)
0,15

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2024 43


Gambar 4.3 Gaya terhadap vane flat dan conical cup
Keterangan:
𝑗̇ = Laju momentum (kg m/s2)
𝐹 = Gaya fluida yang keluar dari nosel (N)
𝛽 = Sudut defleksi
𝑢0 = Kecepatan fluida sebelum terdefleksi (m/s)
𝑢1 = Kecepatan fluida setelah terdefleksi (m/s)

Tabel 4.1 Pengaruh bentuk vane terhadap gaya vane

Bentuk vane 𝖰 𝑭
→ 90° 𝑚̇ 𝑢0
→ 120° 1,5 𝑚̇ 𝑢0
→) 180° 2 𝑚̇ 𝑢0
→\ 30° 0,87 𝑚̇ 𝑢0

4.4 Perhitungan
Data standar pengujian yang dilakukan pada perhitungan impact of jet adalah
sebagai berikut:
Massa jenis air () = 103 kg/m3
Diameter nosel (d) = 10 mm
Luas penampang nosel (A) = 78, 5 mm2
Massa dari jockey weight (m) = 0,6 kg
Jarak antara pusat vane dengan daerah batas = 0,15 m

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2024 44


Tinggi vane diatas nosel (s) = 35 mm
Rumus perhitungan yang digunakan pada pengujian impact of jet adalah
sebagai berikut:
1. Debit (𝑄)
∆𝑉
𝑄= (𝑚̇3/𝑠) (4.6)
∆𝑡
2. Laju aliran massa (𝑚̇ )

𝜌×𝑉 103×𝑉
𝑚̇ = = (𝑘𝑔/𝑠) (4.7)
𝑡 𝑡

3. Kecepatan fluida keluar dari nosel(𝑢)


𝑚̇ 103×𝑉
𝑢= = (𝑚̇/𝑠) (4.8)
𝜌𝐴 103×78,5×10−6

4. Kecepatan fluida sebelum terdefleksi(𝑢0)

𝑢0 = √𝑢2 − 2𝑔𝑠 = √𝑢2 − 2 × 9,81 × 0,035 = √𝑢2 − 0,687 (𝑚̇/𝑠) (4.9)


5. Momentum masuk system(𝑗̇)
𝑗̇ = 𝑚̇ 𝑢0 (𝑘𝑔 𝑚̇/𝑠2) (4.10)
6. Momentum meninggalkan system(𝑗̇′)
𝑗̇′ = 𝑚̇ 𝑢0𝑐𝑜𝑠𝛽 (𝑘𝑔 𝑚̇/𝑠2) (4.11)
7. Gaya pada vane (𝐹)
𝐹 = 4𝑔𝑦 (𝑁) (4.12)

Dimana:
𝑚̇ = laju aliran massa (kg/s)
𝑢 = kecepatan fluida keluar dari nosel (m/s)
𝑢0 = kecepatan fluida sebelum terdefleksi (m/s)
V = volume bench (m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
y = posisi jockey weight dari titik 0 (m)

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2023 45


4.5 Unit Eksperimen
4.5.1 Modul Dasar

Gambar 4.4 Hydraulic Bench

Pos. Penamaan Pos. Penamaan


1 Tangki bah 9 Flow control valve
2 Katup geser 10 Katup pengatur aliran
3 Vulumeter 11 Pipa luapan
Tangki pengukur volumetrik Sambungan pasokan air untuk
4 12
dengan saluran aksesori dengan pompa
Sambungan suplai air untuk
5 13 Drain cock
aksesori tanpa pompa
6 Penutup pengalihan
Bagian penghubung untuk
7
pompa

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2023 46


4.5.2 Alat Pengujian

Gambar 4.2 Impact Of jet Apparatus

No. Penamaan
1 Weight beam pivot
2 Adjusting nut
3 Retaining screw
4 Jockey weight
5 Cover plate
6 Weight beam
7 Top plate
8 Tally
9 Vane
10 Nozzle
11 Drain-pipe
12 Supply hose
13 Adjustable feet

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2023 47


4.6 Prosedur Pengujian
Langkah-langkah percobaan yang dilakukan dalam praktikum ini adalah
sebagai berikut:
1. Meletakkan impact of jet di atas modular hydraulic bench.
2. Menyambung pipa air ke supply hose dan meletakkan jockey weight pada
posisi nol (setimbang).
3. Memutar pengatur pegas sehingga weight beam dalam kondisi
kesetimbangan.
4. Memasang vane datar.
5. Mengatur variasi jarak penempatan jockey weight pada posisi 10 mm – 120
mm dengan kelipatan 10 mm.
6. Mengatur jockey weight sehingga posisi weight beam kondisinya setimbang
dan mencatat skala angka yang terbaca pada weight beam dari posisi nol.
7. Mencatat selang waktu yang dibutuhkan hingga perubahan volume pada pipa
ukur volumetric di hydraulic bench mencapai 5 liter dicatat sampai 5 kali
pengambilan data.
8. Ulangi kembali langkah nomor 4 sampai 7 dengan menggunakan vane
cekung.
9. Matikan motor dan memasukkan data hasil pengujian ke tabel.
10. Buat plot grafik hubungan gaya dengan debit nozzle, grafik hubungan
momentum linear dengan debit nozzle, grafik hubungan gaya dengan momen,
buat grafik perbandinagn untuk kedua vane datar dan cekung.

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2023 48


4.7 Analisa
Buatlah analisa hasil pengujian impact of jet dengan menggunakan rumus-
rumus di dasar teori lalu plotkan grafik tentang hubungan antara gaya dengan debit,
gaya dengan momentum, dan bandingkan dalam satu grafik gaya dengan
momentum pada kedua vane yang terjadi pada sistem.
Tabel 4.2 Data hasil pengujian

y
pengulangan ∆𝑽 ∆𝒕 𝑸
(mm)
1
2
10 3
4
5
𝑄̅
1
2
20 3
4
5
𝑄̅
1
2
120 3
4
5
𝑄̅

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2023 49


Tabel 4.3 Data hasil analisis

Laju Aliran Laju


Massa Jarak Kecepatan Kecepatan momentum Gaya
Debit (m) (m/s) (m/s) (N)
No. (kg/s) (kg m/s2)
(𝑸)
𝒎̇ 𝒚 𝒖 𝒖𝟎 𝒎̇ 𝒖𝟎 𝑭
1
2
3
4
5

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2023 50

Anda mungkin juga menyukai