Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM

BPS3202
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOPROSES

Modul Praktikum:
Difusi Fasa Gas (DFG)
Dosen : Yulisa Lestari, S.Si., M.T
Astiti Aditia, S.T., M.T
Asisten :Theodora Lumbangaol

Kelompok: LABTEK/1819/007
Ruth Ivo Tampubolon (31S16014)
Windy Astry Angelika Nainggolan (31S16015)
Monika Grace Sella Situngkir (31S16017)

Tanggal Praktikum:
26 Maret 2019

PROGRAM STUDI TEKNIK BIOPROSES


FAKULTAS BIOTEKNOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI DEL
APRIL 2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
DIFUSI FASA GAS

BPS3202 Laboratorium Teknik Bioproses


Tahun Ajaran 2018/2019

Catatan Pengampu Modul

Telah diperiksa oleh


Dosen Pengampu Modul

Yulisa Lestari, S.Si., M.T Astiti Aditia, S.T., M.T


Selasa, 09 April 2019 Selasa, 09 April 2019

Difusi Fasa Gas 1


LEMBAR PENUGASAN

Difusi Fasa Gas 2


ABSTRAK

Difusi merupakan pertistiwa perpindahan massa karena adanya perbedaan gradien


konsentrasi diantara dua titik. Peristiwa difusi akan terus berlangsung hingga tercapainya
kondisi kesetimbangan antara dua keadaan, dimana konsentrasi etanol sama dengan
konsentrasi udara di dalam pipa kapiler.
Pada praktikum ini, water bath dipersiapkan pada berbagai variasi suhu yaitu 45, 50, 55,
dan 60oC. Pengambilan data dilakukan pada interval waktu 20 menit dari t = 0 menit hingga
t = 50 menit, sehingga diperoleh 6 titik data ketinggian etanol dalam pipa kapiler tiap waktu.
Data perbedaan ketinggian cairan etanol akan diolah sehingga diperoleh nilai DAB pada
suhu penugasan tertingi yaitu 60oC sebesar 9.158 cm2/menit dan nilai NAZ pada waktu t = 0;
10; 20; 30; 40; dan 50 menit adalah 0; 0.000488; 0.000242; 0.000160; 0.000119; dan
0.000097 (mol/cm2s).
Berdasarkan hasil yang didapat dari percobaan adalah bahwa difusivitas (DAB) berbanding
lurus dengan suhu pada water bath yaitu 2.952, 4.024, 4236, dan 9.158. Pada percobaan
diperoleh juga profil konsentrasi senyawa A yang berdifusi dengan temperatur 45, 50, 55,
dan 60oC. Nilai fluks molar (NAZ) yang semakin menurun menunjukkan bahwa semakin lama
waktu difusi berlangsung, semakin sedikit senyawa etanol yang berdifusi. Titik
kesetimbangan diperoleh ketika nilai konsentrasi etanol sama dengan udara di dalam pipa
kapiler dan dalam praktikum ini dibutuhkan waktu pengamatan yang lebih lama.

Kata kunci : difusi fasa gas, difusivitas, fluks molar, etanol, udara

Difusi Fasa Gas 3


BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Tujuan Umum Percobaan


Praktikan dapat memahami proses difusi fasa gas.

I.2 Tujuan Khusus Percobaan


Adapun tujuan khusus dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan koefisien difusivitas dari etanol menurut Hukum Fick pada temperatur 45,
50, 55, dan 60oC.
2. Menentukan profil densitas fluks molar etanol terhadap waktu pada pada temperatur
45, 50, 55, dan 60oC.
3. Menentukan pengaruh temperatur terhadap difusivitas dengan variasi temperatur 45,
50, 55, dan 60oC.
4. Menggambarkan profil konsentrasi senyawa yang berdifusi dengan gas, yaitu A
sebagai etanol dan B sebagai udara.

Difusi Fasa Gas 4


BAB II
TEORI DASAR

II.1 Pendahuluan
Transfer massa atau difusi adalah pergerakan (perpindahan) suatu zat dalam
campuran dari satu lokasi ke lokasi lain karena adanya perbedaan konsentrasi. Zat dengan
konsentrasi yang lebih tinggi akan berpindah ke daerah yang konsentrasinya lebih rendah.
Dalam sistem pemisahan, transfer massa sering terjadi didaerah penghubung antar fase.

Dua mekanisme transfer massa adalah (1) difusi molekuler dengan gerakan
mikroskopis acak dan spontan dari molekul karena adanya gerakan termal; dan (2) difusi
eddy (turbulent) dengan gerakan cairan makroskopik acak. Difusi molekuler dan eddy
(turbulent) tergantung pada pergerakan zat yang berbeda, terutama arah pergerakan yang
berlawanan. Ketika aliran massa terjadi, laju total transfer massa suatu zat meningkat atau
berkurang bergantung pada aliran massa ini, yang merupakan mekanisme ketiga dari
transfer massa.

Difusi molekuler berlangsung dengan sangat lambat sementara difusi turbulent


biasanya berlangsung lebih cepat. Oleh karena itu, proses pemisahan di industri harus
dilakukan menggunakan peralatan dengan ukuran yang sesuai, fluida harus bergerak dan
area pembatas antar fase harus maksimum.

Perpindahan massa dapat terjadi dalam fasa gas maupun cair. Peristiwa difusi akan
terus berlangsung hingga tercapainya kondisi kesetimbangan antara dua keadaan dimana
sebelumnya terdapat perbedaan besarnya konsentrasi suatu komponen pada masing-masing
keadaan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa :

1. Transfer massa dengan difusi molekuler dalam campuran biner terjadi karena adanya
gradien konsentrasi; yaitu, suatu zat berdifusi ke arah zat dengan konsentrasi lebih
rendah.
2. Kecepatan transfer massa sebanding dengan luas daerah transfer dan arah perpindahan
massa.
3. Transfer massa berhenti ketika terjadi kesetimbangan.

Difusi Fasa Gas 5


II.2 Hukum Fick
Hukum pertama Fick yaitu difusi fluks dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah
berbanding lurus dengan gradien konsentrasi substansi dan difusivitas substansi pada
medium. Perpindahan massa dapat berlangsung karena ada perbedaan driving force.

Gambar II.1 Ilustrasi difusi fasa gas

Pada Gambar II.1 dapat dilihat bahwa pipa kapiler diisi dengan cairan volatil A dan B
adalah udara dalam fasa gas yang dialirkan pada permukaan pipa kapiler. Senyawa
berdifusi dari permukaan cairan di pipa kapiler ke arah atas pipa kapiler (arah positif
sumbu Z), sementara udara akan berdifusi dari permukaan pipa kapiler ke arah bawah
(arah negatif sumbu z). Pernyataan matematis dari hukum dapat dinyatakan persamaan
berikut.

𝐽𝐴 = −𝐷𝐴𝐵𝛻 𝑐𝐴

dengan JA adalah fluks komponen A, DAB adalah sebuah konstanta, dan 𝛻𝑐𝐴 menyatakan
gradien konsentrasi A.

Difusi Fasa Gas 6


Bentuk lain yang lebih umum dari persamaan ini adalah sebagai berikut.

𝑑𝐶𝐴
𝐽𝐴𝑍 = −𝐷𝐴𝐵 𝑑𝑧

Dimana 𝐽𝐴𝐵 adalah fluks molar A dengan difusi molekul biasa relatif terhadap kecepatan
rata-rata molar campuran dalam arah z, DAB adalah koefisien difusi timbal balik atau
difusivitas A dalam B, CA adalah konsentrasi molar A, dan dCA= dz gradien konsentrasi A,
yang negatif dalam arah difusi.

𝑑𝐶𝐵
𝐽𝐵𝑍 = −𝐷𝐴𝐵
𝑑𝑧

Fluks A dan B berada di arah yang berlawanan. Jika media difusi terjadi adalah isotropik,
maka nilai k dan DAB tidak tergantung arah. Persamaan dapat disederhanakan menjadi
persamaan berikut.

𝑑𝑋𝐴
𝐽𝐴𝑍 = −𝑐𝐷𝐴𝐵 𝑑𝑧

Dimana z subscript pada J telah diturunkan, c adalah konsentrasi molar total, dan x A
adalah frraksi molar A.

II.3 Difusivitas
Koefisien difusi (difusivitas) didefinisikan untuk campuran biner. Pengukuran koefisien
difusi (difusivitas) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut.
𝑛𝐴 𝑑𝑥
𝑁𝐴 = = 𝑥𝐴 𝑁 − 𝑐𝐷𝐴𝐵 ( 𝑑𝑧𝐴 )
𝐴

𝑛𝐵 𝑑𝑥
𝑁𝐴 = = 𝑥𝐵 𝑁 − 𝑐𝐷𝐴𝐵 ( 𝑑𝑧𝐵 )
𝐴

Dengan NA adalah laju aliran molar dalam mol per satuan waktu, A adalah area transfer
massa.

Difusi Fasa Gas 7


IV. Difusivitas Dalam Gas Campuran
Persamaan teoritis yang didasarkan pada teori kinetika gas Boltzmann, teorema
keadaan yang sesuai, dan fungsi energi potensial antar molekul yang sesuai, seperti yang
dikembangkan oleh Chapman dan Enskog, memprediksi DAB akan berbanding terbalik
dengan tekanan, untuk meningkatkan secara signifikan dengan suhu, dan menjadi hampir
sama dengan suhu tidak tergantung pada komposisi. Keakuratan dan cara yang lebih mudah
digunakan adalah persamaan empiris dari Fuller, Schettler, dan Giddings, yang
mempertahankan bentuk teori Chapman-Enskog .

DAB dalam cm2/s, P dalam atm dan T dalam satuan K.

Difusi Fasa Gas 8


BAB III
LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN

III.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada eksperimen ini dapat dilihat pada Tabel III.1.1 dan
Tabel III.1.2.

Tabel III.1.1 Alat yang Digunakan Untuk Eksperimen


Alat Spesifikasi
Piknometer -
Unit kelengkapan eksperimen difusi EdibonTM, kode QDTG
fasa gas dengan kelengkapan :
- Water bath
- Pompa udara
- Mikroskop monokuler
- Skaa vernier (nonius)
- Pipa kapiler vertical
- Modul pengendali
Kronometer -

Tabel III.1.2. Bahan yang digunakan


Bahan Jumlah
Air keran 10 Liter
Etanol 200 mL

Skema unit dasar perangkat eksperimen difusi fasa gas dapat dilihat pada gambar 3.1.1
berikut.

Gambar III.1.1 Skema unit dasar perangkat eksperimen difusi fasa gas EdibonTM

Difusi Fasa Gas 9


Difusi Fasa Gas 10
III.2 Tahapan-Tahapan Percobaan

Mulai

Dipasang mikroskop
monokuler

Air Diisi Water bath pada perangkat QDTG


hingga melewati level switch AN-1

Ditekan tombol power dan resistor


switch

Diatur temperatur

Etanol Diatur pipa kapiler

Dipasang pipa kapiler pada perangkat


QDTG setelah temperatur pada water bath
tercapai

Diamati ketinggian awal dengan Data ketinggian


mikroskop monokuler awal

Dihubungkan blower pada pipa


kapiler lalu ditekan tombol blower

Diamati dan dicatat ketinggian Data perubahan


cairan setiap 10 menit ketinggian tiap 10 menit

Dimatikan semua tombol, dicabut selang blower dari


pipa kapiler dan diputuskan arus listrik dari stop kontak

Selesai

Gambar 3.2 Prosedur Percobaan

Difusi Fasa Gas 10


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada percobaan ini diperoleh data berupa perubahan ketinggian cairan etanol yang
terdapat pada pipa kapiler dengan interval waktu 10 menit selama 50 menit pada variasi
temperatur 45, 50, 55, dan 60oC. Perubahan tinggi dapat diolah menjadi jumlah senyawa
etanol yang berdifusi ke udara. Data tersebut akan diolah untuk menentukan koefisien
difusivitas etanol menurut hukum Fick, pengaruh suhu terhadap difusivitas, profil densitas
fluks molar terhadap waktu, dan profil konsentrasi senyawa etanol dan udara selama proses
difusi berlangsung.

IV.1 Difusivitas Etanol Menurut Hukum Fick


Difusi atau transfer massa dapat terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi sebagai
driving force. Salah satu cara menentukan nilai koefisien difusivitas adalah dengan cara
menguapkan cairan murni dalam tabung kapiler dan di atas bibir kapiler dialirkan udara.
Koefisien difusivitas (DAB) dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu suhu dan tekanan. Suhu
berbanding lurus dengan koefisien difusivitas sedangkan tekanan berbanding terbalik dengan
nilai koefisien difusivitas. Dalam praktikum ini pengaruh tekanan tidak diperhatikan (Herti,
2017).
Pada praktikum ini molekul B tidak berdifusi ke dalam pipa kapiler melainkan hanya
mengalir di atas pipa kapiler dengan kata lain molekul B bersifat diam atau stagnant.
Molekul B yang tidak ikut berdifusi ini mengakibatkan nilai dari fluks molar udara (NB) = 0
(Bird,1924).
Koefisien difusivitas (DAB) dapat ditentukan dengan mengolah data ketinggian etanol
pada pipa kapiler dengan interval waktu 10 menit yang dilakukan selama 50 menit sehingga
didapatkan 6 titik data. Data tersebut diolah dengan cara memplot (z-z0) (cm) sebagai sumbu
t
x dengan (menit/cm) sebagai sumbu y. Grafik yang terbentuk di linierisasi sehingga
(z-z0 )

mendapatkan persamaan garis. Persamaan tersebut dapat dilihat dibawah ini:

(1)

Difusi Fasa Gas 11


IV.1.1 Difusi Fasa Gas pada saat T = 45oC
Pada praktikum difusi fasa gas ini senyawa etanol dengan T = 45oC didapatkan data
ketinggian etanol yang diamati setiap 10 menit selama 50 menit sehingga didapatkan 6 titik
yang berbeda. Data tersebut dapat dilihat pada tabel IV.1.1 berikut.

Tabel IV.1 1 Perubahan Ketinggian Etanol pada T = 45oC

t (menit) z (mm) z (cm)


0 152.2 15.22
10 151.8 15.18
20 151.2 15.12
30 150.7 15.07
40 150.3 15.03
50 149.9 14.99

t
Data pada tabel IV.1.1 diolah dan diplot hubungan antara (menit/cm) sebagai
(z-z0 )

sumbu y dengan (z-zo) (cm) sebagai sumbu x sebagai berikut.


300

250
t / (z-z0) (menit/cm)

200

150
y = 574.32x + 111.69
100
R² = 0.3189
50

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
(z-z0) (cm)

Gambar IV.1. 1 Grafik Hubungan Antara t/(z-z0) (menit/cm) dengan (z-z0) (cm) pada T =
45oC

Pada Gambar IV.1.1 diperoleh persamaan linier yaitu y = 574.31x + 111.69 dengan
nilai R2 = 0.3189. Nilai R2 < 0.95 ini menunjukkan bahwa korelasi bernilai sangat rendah.
Korelasi yang sangat rendah ini diakibatkan oleh kondisi temperatur water bath yang jauh
dari titik didih dari etanol yaitu 78oC. Dikarenakan suhu pada water bath lebih rendah dari
titik didih etanol, sehingga etanol yang berdifusi pada pipa kapiler pada t = 0 menit dan yang

Difusi Fasa Gas 12


berdifusi pada t = 10 menit memiliki perbedaan yang sangat sedikit sehingga jika data
tersebut di plot maka pernyebaran data akan memiliki nilai yang hampir sama.

Berdasarkan persamaan linier yang didapatkan, maka dapat dilakukan perhitungan


untuk mendapatkan koefisien difusivitas (DAB) dari persamaan (1). Nilai DAB yang diperoleh
adalah 2.952 cm2/menit. Dengan kata lain etanol dapat berdifusi sebesar 2.952 cm2/menit
pada suhu 45oC.

IV. 1.2 Difusi Fasa Gas pada saat T = 50oC

Pada praktikum difusi fasa gas ini senyawa etanol dengan T = 50oC didapatkan data
ketinggian etanol yang diamati setiap 10 menit selama 50 menit sehingga didapatkan 6 titik
yang berbeda. Data tersebut dapat dilihat pada tabel IV.1.2 berikut.

Tabel IV.1. 2 Perubahan Ketinggian Etanol pada T = 50oC

t (menit) z (cm) z (mm)


0 17 170
10 16.95 169.5
20 16.9 169
30 16.84 168.4
40 16.79 167.9
50 16.72 167.2

t
Data pada tabel IV.1.2. diolah dan diplot hubungan antara (menit/cm) sebagai
(z-z0 )

sumbu y dengan (z-zo) (cm) sebagai sumbu x sebagai berikut.


250
t/(z-z0) (menit / cm)

200

150

100 y = 416.45x + 103.9


R² = 0.3034
50

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
(z-z0) (cm)

Gambar IV.1.2 Grafik Hubungan Antara t/(z-z0) (menit/cm) dengan (z-z0) (cm) pada T =
50oC

Difusi Fasa Gas 13


Pada Gambar IV.1.2 diperoleh persamaan linier yaitu y = 416.45x + 103.9 dengan
nilai R2 = 0.3034. Nilai R2 < 0.95 ini menunjukkan bahwa korelasi bernilai sangat rendah.
Korelasi yang sangat rendah ini diakibatkan oleh kondisi temperatur water bath yang jauh
dari titik didih dari etanol yaitu 78oC. Dikarenakan suhu pada water bath lebih rendah dari
titik didih etanol, sehingga etanol yang berdifusi pada pipa kapiler pada t = 0 menit dan yang
berdifusi pada t = 10 menit memiliki perbedaan yang sangat sedikit sehingga jika data
tersebut di plot maka pernyebaran data akan memiliki nilai yang hampir sama.

Berdasarkan persamaan linier yang didapatkan, maka dapat dilakukan perhitungan


untuk mendapatkan koefisien difusivitas (DAB) dari persamaan (1). Nilai DAB yang diperoleh
adalah 3.962 cm2/menit. Dengan kata lain etanol dapat berdifusi sebesar 4.024 cm2/menit
pada suhu 50oC.

IV. 1.3 Difusi Fasa Gas pada saat T = 55oC

Pada praktikum difusi fasa gas ini senyawa etanol dengan T = 55oC didapatkan data
ketinggian etanol yang diamati setiap 10 menit selama 50 menit sehingga didapatkan 6 titik
yang berbeda. Data tersebut dapat dilihat pada tabel IV.1.3 berikut.

Tabel IV.1. 3 Perubahan Ketinggian Etanol pada T = 55oC

t (menit) z (cm) z (mm)


0 16.25 162.5
10 16.19 161.9
20 16.13 161.3
30 16.06 160.6
40 16 160
50 15.93 159.3

Difusi Fasa Gas 14


t
Data pada tabel IV.1.3. diolah dan diplot hubungan antara (menit/cm) sebagai sumbu y
(z-z0 )

dengan (z-zo) (cm) sebagai sumbu x sebagai berikut:


200
180
160
t/(z-z0) (menit/cm)

140
120
100
y = 327.53x + 83.266
80
R² = 0.3525
60
40
20
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
(z-z0) (cm)

Gambar IV.1.3 Grafik Hubungan Antara t/(z-z0) (menit/cm) dengan (z-z0) (cm) pada T =
55oC

Pada Gambar IV.1.3 diperoleh persamaan linier yaitu y = 327.53x + 83.266 dengan
nilai R2 = 0.3525. Nilai R2 < 0.95 ini menunjukkan bahwa korelasi bernilai sangat rendah.
Korelasi yang sangat rendah ini diakibatkan oleh kondisi temperatur water bath yang jauh
dari titik didih dari etanol yaitu 78oC. Dikarenakan suhu pada water bath lebih rendah dari
titik didih etanol, sehingga etanol yang berdifusi pada pipa kapiler pada t = 0 menit dan yang
berdifusi pada t = 10 menit memiliki perbedaan yang sangat sedikit sehingga jika data
tersebut di plot maka pernyebaran data akan memiliki nilai yang hampir sama.

Berdasarkan persamaan linier yang didapatkan, maka dapat dilakukan perhitungan


untuk mendapatkan koefisien difusivitas (DAB) dari persamaan (1). Nilai DAB yang diperoleh
adalah 4.236 cm2/menit, dengan kata lain etanol dapat berdifusi sebesar 4.107 cm2/menit
pada suhu 55oC.

Difusi Fasa Gas 15


IV. 1.4 Difusi Fasa Gas pada saat T = 60oC

Pada praktikum difusi fasa gas ini senyawa etanol dengan T = 60oC didapatkan data
ketinggian etanol yang diamati setiap 10 menit selama 50 menit sehingga didapatkan 6 titik
yang berbeda. Data tersebut dapat dilihat pada tabel IV.1.4 berikut.
Tabel IV.1. 4 Perubahan Ketinggian Etanol pada T = 60oC

t (menit) z (mm) z (cm)


0 164.9 16.49
10 163.4 16.34
20 162 16.2
30 160.7 16.07
40 159.2 15.92
50 157.7 15.77

t
Data pada tabel IV.1.4. diolah dan diplot hubungan antara (menit/cm) sebagai
(z-z0 )

sumbu y dengan (z-zo) (cm) sebagai sumbu x sebagai berikut:


90
80
70
t/(z-z0) (menit/cm)

60
50
y = 72.419x + 31.83
40 R² = 0.4645
30
20
10
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
(z-z0) (cm)

Gambar IV.1.4 Grafik Hubungan Antara t/(z-z0) (menit/cm) dengan (z-z0) (cm) pada T =
60oC

Pada Gambar IV.1.4 diperoleh persamaan linier yaitu y = 72.419x + 31.83 dengan
nilai R2 = 0.4645. Nilai R2 < 0.95 ini menunjukkan bahwa korelasi bernilai sangat rendah.
Korelasi yang sangat rendah ini diakibatkan oleh kondisi temperatur water bath yang jauh
dari titik didih dari etanol yaitu 78oC. Dikarenakan suhu pada water bath lebih rendah dari
titik didih etanol, sehingga etanol yang berdifusi pada pipa kapiler pada t = 0 menit dan yang
berdifusi pada t = 10 menit memiliki perbedaan yang sangat sedikit sehingga jika data
tersebut di plot maka pernyebaran data akan memiliki nilai yang hampir sama.

Difusi Fasa Gas 16


Berdasarkan persamaan linier yang didapatkan, maka dapat dilakukan perhitungan
untuk mendapatkan koefisien difusivitas (DAB) dari persamaan (1). Nilai DAB yang diperoleh
adalah 9.158 cm2/menit. Dengan kata lain etanol dapat berdifusi sebesar 9.158 cm2/menit
pada suhu 60oC.

Nilai R2 dari keempat suhu tersebut semuanya bernilai dibawah 0.95. Hal ini
menunjukkan bahwa data dari variasi keempat suhu tersebut memiliki nilai korelasi yang
sangat rendah, dikarenakan suhu penugasan jauh dibawah titik didih etanol yaitu 78oC. Suhu
yang jauh ini menyebabkan data ketinggian etanol yang berdifusi bernilai < 1 mm, dan
pembacaan skala yang kurang akurat yang disebabkan skala pada pipa kapiler paling kecil
adalah 1 mm. Oleh karena itu, nilai R2 yang didapatkan dari hasil regresi linier data (z-z0)
(cm) dengan t/(z-z0) (menit/cm) tidak terlalu akurat.

Berdasarkan data yang didapatkan dari keempat suhu yang berbeda diamati bahwa
semakin tinggi suhu yang diberikan kepada larutan etanol maka semakin meningkat
kemampuan etanol untuk berdifusi. Hal ini ditandai dengan semakin besar nilai D AB mulai
dari suhu 45, 50, 55, hingga 60oC. Nilai DAB yang berbanding lurus dengan kenaikan suhu ini
sesuai dengan persamaan Hirschfelder (Welty, 1984). Adapun persamaan Hirschfelder adalah
sebagai berikut:

(2)

IV.2 Profil Densitas Fluks Molar (NAZ)


Dari data praktikum yang diperoleh dapat ditentukan nilai fluks molar. Fluks molar
(NAZ) adalah jumlah mol A (etanol) yang berdifusi dalam selang waktu tertentu. Nilai N AZ
(mol/ cm2s) yang diperoleh pada berbagai variasi suhu dapat dilihat pada tabel IV.2.1.
Tabel IV.2. 1 Profil Densitas Fluks Molar Terhadap Waktu pada Suhu T = 45oC, T = 50oC,
T = 55oC dan T = 60OC

Waktu NAZ (mol/cm2s)


(menit) 45oC 50oC 55oC 60oC
0 0 0 0 0
10 0.0004916 0.0004913 0.0004910 0.000488
20 0.0002449 0.000245 0.00024464 0.000242
30 0.0001628 0.000163 0.00016242 0.000160
40 0.0001218 0.000122 0.00012138 0.000119

Difusi Fasa Gas 17


Waktu NAZ (mol/cm2s)
(menit) 45oC 50oC 55oC 60oC
50 0.0000972 0.000097 0.000097 0.000094

Dari tabel IV.2.1. dapat diamati bahwa pada saat t = 0 menit belum ada konsentrasi
etanol yang mengalami pengurangan atau belum ada etanol yang berdifusi ke udara. Hal ini
ditandai dengan nilai NAZ sama dengan 0 mol/cm2s. Pada saat t = 10 menit sampai t = 50
menit diperoleh nilai NAZ yang semakin lama semakin menurun. Hal ini sesuai dengan
persamaan berikut.
ρA .z
NAZ = (3)
M.t k
Berdasarkan persamaan (3) diperoleh bahwa semakin lama waktu berdifusi maka nilai
NAZ akan semakin rendah. Hal ini dikarenakan semakin lama waktu berdifusi maka jumlah
cairan etanol dalam pipa kapiler akan berkurang seiring berjalannya waktu, sehingga nilai
fluks molar (NAZ) akan semakin berkurang (Herti, 2017). Selain itu NAZ juga dipengaruhi
oleh ketinggian cairan dan suhu di dalam pipa kapiler (z). Semakin banyak etanol yang
berdifusi maka ketinggian cairan di dalam pipa kapiler akan semakin berkurang. Semakin
rendah suhu water bath maka semakin lambat etanol untuk berdifusi, sehingga ketinggian
cairan di dalam pipa kapiler akan mengalami pengurangan yang sangat sedikit. Pengurangan
ketinggian cairan yang sangat sedikit pada suhu yang rendah akan membuat ketinggian cairan
lebih tinggi (tersisa lebih banyak di pipa kapiler) dibandingkan dengan ketinggian cairan pada
suhu yang lebih tinggi pada waktu yang sama. Hubungan ketinggian cairan dan nilai N AZ
adalah berbanding lurus dapat dilihat dari persamaan (3), dimana semakin tinggi cairan maka
nilai NAZ juga akan semakin tinggi.

IV.3 Pengaruh Suhu Terhadap Difusifitas


Pada praktikum ini dilakukan pengukuran koefisien difusivitas dengan empat variasi
data yang berbeda adalah 45, 50, 55, dan 60oC. Percobaan dengan berbagai variasi suhu ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap koefisien difusivitas (DAZ)
senyawa etanol yang berada pada pipa kapiler. Pengambilan data dilakukan hingga
memperoleh 6 titik data mulai dari t = 0 menit hingga t = 50 menit dengan selang waktu 10
menit. Diperoleh nilai DAB yang dapat dilihat pada tabel IV.3.1 berikut.

Difusi Fasa Gas 18


Tabel IV.3. 1 Nilai Koefisien Difusivitas pada Variasi Suhu Berbeda

Suhu (oC) Koefisien difusivitas (𝑫𝑨𝑩) (cm2/menit)


45 2.952 cm2/menit
50 4.024 cm2/menit
55 4.236 cm2/menit
60 9.158 cm2/menit

10
9
8
DAB (cm2/menit)

7
6
5
4
3
2
1
0
35 40 45 50 55 60 65
Suhu (oC)

Gambar IV.3 1 Grafik Hubungan antara Suhu dan Difusifitas

Dari gambar IV.3 1 diatas dapat diamati bahwa peningkatan suhu berpengaruh pada
nilai DAB. Bila suhu semakin ditingkatkan maka kemampuan suatu zat untuk berdifusi akan
semakin besar. Hal ini disebabkan oleh senyawa etanol yang semakin cepat menguap pada
suhu yang tinggi. Hasil ini sesuai dengan pendapat dari (Bird, 1924) yang mengatakan
koefisien difusivitas pada sistem biner merupakan fungsi dari suhu, dimana suhu akan
meningkatkan laju difusi, Karena akan menambah driving force proses difusi dengan
meningkatkan laju penguapan etanol. Pada jurnal (Agustina, 2013) juga dijelaskan bahwa
suhu pemanasan cairan oleh water bath berbanding lurus dengan koefisien konduktivitas.
Pendapat lainnya yang sesuai dengan hasil praktikum ini didapatkan dari jurnal
tulisan Lapuerta (2014) yaitu temperatur yang berbanding lurus dengan nilai koefisien
difusivitas, dengan kata lain semakin dekat temperatur yang diberikan pada water bath
dengan titik didih etanol yaitu 78oC maka akan semakin besar nilai DAB. Temperatur
berbanding lurus dengan nilai DAB tetapi hal ini tidak akan berlaku jika temperatur diatas titik
didih yaitu 78,32 oC (Krik & R F, 1951) Jika variasi suhu melebihi dari suhu titik didih
etanol, maka pada saat melakukan percobaan, pengamatan difusi fasa gas dari etanol tidak

Difusi Fasa Gas 19


akan tercapai. Karena pada saat suhu 78,32⁰C, etanol akan mendidih atau mengalami
penguapan secara total, sehingga pengamatan difusi setiap interval waktu tidak dapat lagi
diamati.

IV.4. Profil Konsentrasi Etanol yang Berdifusi

Praktikum ini dilakukan untuk mengamati profil konsentrasi etanol yang berdifusi ke
dalam udara. Perubahan konsentrasi etanol akan diamati setiap 10 menit pada setiap variasi
suhu. Jumlah etanol yang menguap dapat dihitung sesuai dilampirkan pada lampiran B.3.
Dengan rumus dibawah ini:

𝑧/𝐿
1−𝑥
𝑥𝐴 = 1 − (1 − 𝑥𝐴,0 ) [1−𝑥𝐴,𝐿 ] (4)
𝐴,0

Dari persamaan (4) dapat diperoleh nilai XA, sedangkan nilai XB akan diperoleh
melalui persamaan (5).

XA + XB = 1 (5)

Dapat diperoleh nilai XA dan nilai XB dari masing-masing variasi temperatur dengan
interval waktu 10 menit selama 50 menit sehingga terdiri dari 6 titik fraksi A dan B. Kedua
fraksi tersebut akan diplot dengan tinggi cairan etanol yaitu z (cm). Grafik XA dan XB VS
ketinggian (z) dapat dilihat pada dibawah ini:

15.7

15.65

15.6
z (cm)

15.55
Fraksi etanol
15.5 Fraksi udara

15.45

15.4
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Fraksi

Gambar IV. 4.1 Profil Konsentrasi Senyawa Etanol dan Udara Disepanjang Pipa Kapiler pada
suhu T = 45oC

Difusi Fasa Gas 20


17.05

17

16.95

16.9
z (cm)

16.85 Fraksi Etanol

16.8 Fraksi Udara

16.75

16.7
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Fraksi

Gambar IV. 4.2 Profil Konsentrasi Senyawa Etanol dan Udara Disepanjang Pipa Kapiler pada
suhu T = 50oC

16.75
16.7
16.65
16.6
z (cm)

16.55
Fraksi Etanol
16.5
Fraksi Udara
16.45
16.4
16.35
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Fraksi

Gambar IV. 4.3 Profil Konsentrasi Senyawa Etanol dan Udara Disepanjang Pipa Kapiler pada
suhu T = 55oC

Difusi Fasa Gas 21


16.5
16.4
16.3
16.2
16.1
z (cm)

16 Fraksi etanol
15.9 Fraksi udara
15.8
15.7
15.6
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Fraksi

Gambar IV.4.4 Profil Konsentrasi Senyawa Etanol dan Udara Disepanjang Pipa Kapiler pada
suhu T = 60oC

Dari Gambar IV.4.1 sampai Gambar IV.4.4 dapat diamati bahwa semakin lama waktu
untuk berdifusi maka fraksi etanol akan semakin berkurang. XA pada t = 10 menit akan lebih
besar dibandingkan pada saat t = 20 menit. XA adalah fraksi konsentrasi etanol yang berdifusi
di sepanjang pipa kapiler hingga senyawa tersebut keluar dari pipa kapiler dan berdifusi
dengan udara. XA dapat dipengaruhi oleh lamanya waktu percobaan, dimana semakin lama
waktu percobaan maka semakin lama juga proses penguapan. Bila proses penguapan semakin
lama maka jumlah senyawa A pada pipa kapiler akan berkurang sehingga konsentrasi
senyawa A yang berdifusi juga mengalami penurunan. Selain itu XA dipengaruhi oleh suhu
dari water bath, dimana semakin tinggi suhu yang diterima oleh cairan di dalam pipa kapiler
maka semakin besar fraksi mol etanol yang berdifusi. Sedangkan XB adalah senyawa B
(udara) yang bersifat tetap atau stagnant dikarenakan udara hanya mengalir di atas pipa
kapiler. Oleh karena itu untuk mencapai titik kesetimbangan diperlukan waktu yang lebih
lama lagi. Hal ini sesuai dengan hukum matematis fraksi total dapat dilihat dari persamaan
(4).

Difusi Fasa Gas 22


Dapat dilihat dari lampiran B.4 tentang perhitungan untuk memperkirakan pada menit
keberapakah akan terjadi kesetimbangan antara fraksi senyawa A dan B. Cara untuk
memperkirakan ini dengan melakukan goal seek dari kedua fraksi senyawa tersebut. Waktu
yang diperlukan untuk dicapainya kesetimbangan fraksi antara kedua senyawa tersebut pada
suhu 45, 50, 55, dan 60oC adalah masing-masing 2075.41 menit, 1583.473 menit, 1413.747
menit, dan 728.59 menit. Fraksi antara etanol dan udara dari hasil perhitungan goal seek akan
sama pada saat XA dan XB adalah masing-masing 0.5 dan 0.5. Dapat disimpulkan semakin
tinggi suhu pada water bath maka semakin cepat tercapainya titik kesetimbangan antara
fraksi etanol dengan fraksi udara.

Difusi Fasa Gas 23


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan difusi fasa gas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Koefisien difusivitas yang diperoleh pada suhu 45⁰C adalah 2.952 cm2/menit.
2. Koefisien difusivitas yang diperoleh pada suhu 50⁰C adalah 4.024 cm2/menit.
3. Koefisien difusivitas yang diperoleh pada suhu 55⁰C adalah 4.236 cm2/menit.
4. Koefisien difusivitas yang diperoleh pada suhu 60⁰C adalah 9.158 cm2/menit.
5. Semakin tinggi suhu, maka proses difusi akan berlangsung semakin cepat dan
menyebabkan nilai koefisien difusivitas etanol semakin tinggi seiring
bertambahnya suhu.
6. Fluks molar yang diperoleh pada suhu penugasan tertinggi yaitu 60⁰C adalah
0; 0.000488; 0.000242; 0.000160; 0.000119; dan 0.000097 (mol/cm2s) pada
waktu t = 0; 10; 20; 30; 40; 50 menit.
7. Semakin lama waktu etanol untuk berdifusi, maka semakin kecil jumlah mol
A yang mengalami penguapan.
8. Semakin lama waktu yang diberikan untuk etanol mengalami difusi, maka
nilai xA mengalami penurunan, sedangkan nilai xB semakin lama semakin
meningkat dimana xA + xB = 1.

V.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum sifusi fasa gas adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pemanasan air pada water bath terlebih dahulu saat hendak
memulai praktikum agar tidak menghabiskan waktu dalam menunggu
pemanasan air sampai pada suhu yang diinginkan.
2. Memilih variasi suhu yang mendekati titik didih dari senyawa volatil.
3. Melakukan percobaan dengan selang waktu yang lebih lama dan senyawa
volatil yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan untuk mengetahui apakah ada
pengaruh waktu pengamatan yang lebih lama terhadap difusivitas senyawa
tersebut.
4. Melakukan percobaan dengan selang waktu yang lebih lama agar didapatkan
titik kesetimbangan antara senyawa A dengan udara.

Difusi Fasa Gas 24


DAFTAR PUSTAKA

Agustina, N. d. (2013). Pengaruh Suhu Perendaman Terhadap Koefisien Difusi dan Sifat
Fisik Kacang Merah (Phaseolus Vulgaris L). Jurnal Teknik Pertanian Lampung, Vol.2,
No 1: 3542.
Bird, R. Byron.1924. Transport Phenomena. 2nd ed. United States of America: Hamilton
Printing.
Ernest J. Henley; J.D. Seader; D. Keith Roper. 2011. Separation Process Principles :
Chemical and Biochemical Operation. 3rd edition. United states of America : John
Wiley & Sons,Inc

Geankoplis, C. J. 2003. Transport Processes and Separation Process Principles. Upper


Saddle River: Prentice Hall.
Herti, Azhar. 2017. Transfer Massa dan Panas. Bandar Lampung. Tekkim Publishing.
Krik, R. E & Othmer, R.F. (1951). Encyclopedia of Chemical Technology. Canada: John
Wiley and Sons Ltd.
Lapuerta et al. 2014. An equation for the estimation of alcohol-air diffusion coefficient for
modeling evaporation losses in fuel systems. Applied Thermal Engineering 73 (2014)
573-546.
Perry et al., 2008, “Perry’s Chemical Engineers’ Handbook”, 8th ed. McGraw-Hill
Companies, Inc, New York.
Welty, J.F., Wilson, R.F., and Wicks, C.E, 1984, Fundamental of Momentum, Heat and Mass
Transfer. John Wiley and Sons, Inc., New York

Difusi Fasa Gas 25


LAMPIRAN A
DATA LITERATUR

A.1 Sifat Fisik Etanol


Sifat fisik etanol (Perry, 2008)
Titik didih (1 atm) : 78 ⁰C
Massa relatif : 46 g/mol

A.2 Gas Law Constant (R) dan Tekanan


Konstanta R dan Tekanan (Bird, 1924)
R : 82.0578 cm3atm/mol K
1 atm : 760 mmHg

A.3 Data Dynamic Density pada Suhu 0oC - 100oC


Tabel A.1 Data densitas air pada suhu 0oC - 100oC
Suhu (ºC) Densitas (kg/m3)
0 999.87
4 1000.00
10 999.73
20 998.23
25 997.08
30 995.68
40 992.25
50 998.07
60 983.24
70 977.81
80 971.83
90 965.34
100 958.38

(Geankoplis, C. J. 2003)

Difusi Fasa Gas 26


LAMPIRAN B
CONTOH PERHITUNGAN

B.1 Difusivitas Etanol Menurut Hukum Fick


Hukum Fick adalah sebagai berikut.
𝐽𝐴 = −𝐷𝐴𝐵 ∇𝐶𝐴
Hukum Fick juga dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑁𝐴 = 𝑥𝐴 (𝑁𝐴 + 𝑁𝐵 ) − 𝑐𝐷𝐴𝐵 ∇𝑋 𝐴
𝑑𝑥𝐴
𝑁𝐴𝑍 = 𝑥𝐴 (𝑁𝐴𝑍 + 𝑁𝐵𝑍 ) − 𝑐𝐷𝐴𝐵
𝑑𝑍

Dengan 𝑁𝐴𝑍 adalah fluks massa dan 𝑁𝐵𝑍 = 0 karena tidak ada difusi B pada sumbu z,
sehingga diperoleh persamaan berikut.
𝑑𝑥𝐴
𝑁𝐴𝑍 = 𝑥𝐴 𝑁𝐴𝑍 − 𝑐𝐷𝐴𝐵
𝑑𝑍
𝑑𝑥𝐴
𝑁𝐴𝑍 − 𝑥𝐴 𝑁𝐴𝑍 = −𝑐𝐷𝐴𝐵
𝑑𝑍
𝑑𝑥𝐴
𝑁𝐴𝑍 (1 − 𝑥𝐴 ) = −𝑐𝐷𝐴𝐵
𝑑𝑍
𝑑𝑥
𝑁𝐴𝑍 𝑑𝑍 = −𝑐𝐷𝐴𝐵 (1−𝑥𝐴 ) (1)
𝐴

Hukum kekekalan massa :


𝐋𝐚𝐣𝐮 𝐦𝐚𝐬𝐬𝐚 𝐀 𝐢𝐧 − 𝐋𝐚𝐣𝐮 𝐦𝐚𝐬𝐬𝐚 𝐀 𝐨𝐮𝐭 + 𝐋𝐚𝐣𝐮 𝐩𝐫𝐨𝐝𝐮𝐤𝐬𝐢 𝐀 = 0

A dan B tidak bereaksi, jadi tidak ada produk yang dihasilkan, sehingga :
Laju massa Ain − Laju massa Aout = 0

Kesetimbangan massa keadaan steady state yang dihubungkan dengan ∆𝑍 ,


S. NAZ |Z − S. NAZ |Z+∆Z = 0
dengan S merupakan luas permukaan cairan pada tube.

Difusi Fasa Gas 27


lim S. NAZ |Z − S. NAZ |Z+∆Z
∆Z→0
𝑑𝑁𝐴𝑍
 =0
𝑑𝑧

𝑁𝐴𝑍 = 𝐶1
𝐶1 adalah hasil integral yang konstan, persamaan ini menunjukkan bahwa nilai dari 𝑁𝐴𝑍
senyawa A, akan sama sepanjang sumbu “z”.
Dari persamaan (1),
𝑑𝑥𝐴
𝑁𝐴𝑍 𝑑𝑍 = −𝑐𝐷𝐴𝐵
(1 − 𝑥𝐴 )
𝑍 𝑥𝐴
𝑑𝑥𝐴
∫ 𝑁𝐴𝑍 𝑑𝑍 = ∫ −𝑐𝐷𝐴𝐵
0 𝑥𝐴,𝑜 (1 − 𝑥𝐴 )

Diperoleh:
1−𝑥
𝑁𝐴𝑍 . 𝑧 = 𝑐𝐷𝐴𝐵 ln (1−𝑥 𝐴 ) ............................................(2)
𝐴,𝑜

Kemudian,

𝑁𝐴𝑍 . 𝑧 1 − 𝑥𝐴
= ln ( )
𝑐𝐷𝐴𝐵 1 − 𝑥𝐴,𝑜
𝑁𝐴𝑍 .𝑧
1 − 𝑥𝐴
( ) = 𝑒 𝑐𝐷𝐴𝐵
1 − 𝑥𝐴,𝑜
𝑁𝐴 .𝑧
𝑍
𝑥𝐴 = 1 − (1 − 𝑥𝐴,𝑜 )𝑒 𝑐𝐷𝐴𝐵
..………….……(3)
Tinjau kembali persamaan (1),
𝑑𝑥𝐴
𝑁𝐴𝑍 𝑑𝑍 = −𝑐𝐷𝐴𝐵
(1 − 𝑥𝐴 )
𝐿 𝑥𝐴,𝐿
𝑑𝑥𝐴
∫ 𝑁𝐴𝑍 𝑑𝑍 = ∫ −𝑐𝐷𝐴𝐵
0 𝑥𝐴,𝑜 (1 − 𝑥𝐴 )
1−𝑥𝐴,𝐿
𝑁𝐴𝑍 . 𝐿 = 𝑐𝐷𝐴𝐵 ln ( ) ....................................(4)
1−𝑥𝐴,𝑜
𝑁𝐴𝑍 .𝐿 1
𝐷𝐴𝐵 = . 1−𝑥𝐴,𝐿 .........................................(5)
𝑐 𝑙𝑛
1−𝑥𝐴,𝑜

Dengan mensubstitusi persamaan (5) ke dalam persamaan (3), diperoleh :


𝑥𝐴 = 1 − (1 − 𝑥𝐴,𝑜 )
1−𝑥𝐴,𝐿 𝑧
ln( ).
𝑥𝐴 = 1 − (1 − 𝑥𝐴,𝑜 ) 𝑒𝑥𝑝 1−𝑥𝐴,𝑜 𝐿

1−𝑥
𝑥𝐴 = 1 − (1 − 𝑥𝐴,𝑜 ). (1−𝑥𝐴,𝐿 )𝑧/𝐿 …………………... (6)
𝐴,𝑜

Difusi Fasa Gas 28


𝑥𝐴 adalah fraksi konsentrasi senyawa A.
Persamaan untuk memperoleh straigh line:
𝑛𝑒𝑣
𝑁𝐴𝑍 =
𝑡𝑘 . 𝑆
Keterangan : 𝑁𝐴𝑍 adalah jumlah mol yang menguap dalam selang waktu tertentu dibagi
dengan luas penampang.
𝑛𝑒𝑣 adalah jumlah mol senyawa A yang menguap
𝑡𝑘 adalah rentang waktu penguapan
𝑆 adalah luas penampang difusi
𝑚
dengan, 𝑛𝑒𝑣 = 𝑀 , dengan 𝑚 adalah jumlah massa yang menguap, dan 𝑀 adalah berat

molekul A, maka dapat diperoleh persamaan berikut.


𝑛𝑒𝑣 𝑚
𝑁𝐴𝑍 = =
𝑡𝑘 . 𝑆 𝑀. 𝑡𝑘 . 𝑆
Jadi, jumlah massa yang menguap dapat dihitung menjadi:
𝑚 = 𝑁𝐴𝑍 . 𝑀. 𝑡𝑘 . 𝑆
Persamaan ini diubah ke dalam bentuk diferensial menjadi:
𝜕𝑚
= 𝑁𝐴𝑍 . 𝑀. 𝑆 ..........(7)
𝜕𝑡

Dengan laju alir massa:


𝑄𝑚 = 𝜌. 𝑣. 𝑆,
dengan mengubah kecepatan aliran menjadi bentuk diferensial, sehingga diperoleh:
𝜕𝑚 𝜕𝑧
= 𝜌. 𝑆 ..................(8)
𝜕𝑡 𝜕𝑡

Substitusi persamaan (8) ke persamaan (7),


𝜕𝑧
𝑁𝐴𝑍 . 𝑀𝐴 . 𝑆 = 𝜌. 𝑆
𝜕𝑡
𝜕𝑧
𝑁𝐴𝑍 . 𝑀𝐴 = 𝜌.
𝜕𝑡
Dengan meninjau kembali persamaan (2),
1−𝑥
𝑁𝐴𝑍 . 𝑧 = 𝑐𝐷𝐴𝐵 ln (1−𝑥 𝐴 )
𝐴,𝑜

Difusi Fasa Gas 29


Jadi,
1−𝑥
𝑐𝐷𝐴𝐵 ln (1 − 𝑥 𝐴 ) 𝜕𝑧
𝐴,𝑜
. 𝑀𝐴 = 𝜌
𝑧 𝜕𝑡
1−𝑥
𝑐𝐷𝐴𝐵 ln (1 − 𝑥 𝐴 )
𝐴,𝑜
. 𝑀𝐴 𝜕𝑡 = 𝑧 . 𝜕𝑧
𝜌
Misalkan,
1−𝑥
𝑐 ln (1 − 𝑥 𝐴 )
𝐴,𝑜
𝛼= . 𝑀𝐴
𝜌
dengan menganggap bahwa senyawa A adalah gas ideal, maka:
𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇
𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇
𝑛 𝑃
=
𝑣 𝑅𝑇
𝑃
𝑐=
𝑅𝑇
Jadi,
𝑃. 𝑀𝐴 1 − 𝑥𝐴
𝛼= ln ( )
𝑅𝑇𝜌 1 − 𝑥𝐴,𝑜
Maka persaman:
1−𝑥
𝑐𝐷𝐴𝐵 ln (1 − 𝑥 𝐴 )
𝐴,𝑜
. 𝑀𝐴 𝜕𝑡 = 𝑧 . 𝜕𝑧
𝜌
Diubah menjadi:
𝛼. 𝐷𝐴𝐵 𝜕𝑡 = 𝑧 . 𝜕𝑧
𝑡 𝑧
𝛼. 𝐷𝐴𝐵 ∫ 𝜕𝑡 = ∫ 𝑧 . 𝜕𝑧
0 0

(𝑧 2 − 𝑧02 )
𝛼. 𝐷𝐴𝐵 . (𝑡 − 0) =
2
(𝑧 − 𝑧0 )(𝑧 + 𝑧0 )
𝛼. 𝐷𝐴𝐵 . 𝑡 =
2
(𝑧 − 𝑧0 )(𝑧 + 𝑧0 )
𝛼. 𝐷𝐴𝐵 . 𝑡 =
2
2𝛼. 𝐷𝐴𝐵 . 𝑡 = (𝑧 − 𝑧0 )(𝑧 + 𝑧0 )
𝑡 1
= (𝑧 + 𝑧0 )
(𝑧 − 𝑧0 ) 2𝛼. 𝐷𝐴𝐵

Difusi Fasa Gas 30


𝑡 1
= (𝑧 + 𝑧0 + 𝑧0 − 𝑧0 )
(𝑧 − 𝑧0 ) 2𝛼. 𝐷𝐴𝐵
𝑡 1
= (𝑧 − 𝑧0 + 2𝑧0 )
(𝑧 − 𝑧0 ) 2𝛼. 𝐷𝐴𝐵
𝑡 1 𝑧0
(𝑧−𝑧0 )
= 2𝛼.𝐷 (𝑧 − 𝑧0 ) + ………………… (9)
𝐴𝐵 𝛼.𝐷𝐴𝐵

Dari persamaan 9yang diperoleh, dibentuk persamaan linear dari hubungan garis dengan
𝑡
sumbu x: (𝑧 − 𝑧0 ) , dan sumbu y: (𝑧−𝑧 ), sehingga diperoleh persamaan garis y =
0
2
574.32x + 111.69, dengan R = 0,3189. Dari persamaan garis linear ini akan diperoleh
nilai dari 𝐷𝐴𝐵 (koefisien difusivitas) untuk suhu 45oC. Setelah memperoleh persamaan garis,
dengan 574.32x, dapat ditentukan nilai dari 𝐷𝐴𝐵 dengan menggunakan persamaan berikut.
1
574.32 = (𝑧 − 𝑧0 )
2𝛼. 𝐷𝐴𝐵
1
574.32 cm2 /menit =
2𝛼. 𝐷𝐴𝐵
1
𝐷𝐴𝐵 =
574.32 (2𝛼)
dengan nilai dari 𝛼 :
𝑃. 𝑀𝐴 1 − 𝑥𝐴
𝛼= ln ( )
𝑅𝑇𝜌 1 − 𝑥𝐴,𝑜
Dimana nilai dari densitas etanol diperoleh dengan percobaan menggunakan piknometer
sehingga diperoleh nilai densitas etanol sebagai berikut:
Massa Etanol = massa piknometer berisi etanol – massa piknometer kosong
= 40.8581 gram – 20.8581 gram
= 20 gram
20 gram
Densitas etanol =
25 cm3
Densitas etanol = 0.8 g/cm3
Dengan menggunakan nilai dari tekanan (P) dalam ruang Laboratorium Teknik Bioproses,
yaitu P = 72 cmHg yang diubah ke dalam bentuk atm, yaitu:
 1 atm = 760 mmHg
 P = 71.1 cmHg
= 0.9355 atm
 T = 45oC = 318.15 K

Difusi Fasa Gas 31


Maka,
0.9355 𝑎𝑡𝑚 . 46 𝑔/𝑚𝑜𝑙 1 − 0.957477
𝛼= 3 ln ( )
𝑐𝑚 𝑎𝑡𝑚 3 1 − 0.96
82.0578 . 318.15 𝐾. 0.8 𝑔/𝑐𝑚
𝑚𝑜𝑙 𝐾
𝜶 = 0.000126
Sehingga, nilai dari 𝐷𝐴𝐵 diperoleh melalui persamaan berikut.
1
𝐷𝐴𝐵 =
574.32 (2𝛼)
1
𝐷𝐴𝐵 =
574.32 (2 x 0.000126)
𝑫𝑨𝑩 = 𝟔. 𝟗𝟎𝟕𝟔𝟗 cm2/menit

B.2 Profil Densitas Fluks Molar Terhadap Waktu


Ketinggian awal cairan etanol pada waktu t = t0 = 0; z0
Ketinggian akhir cairan etanol pada waktu t = tk ; zk
Dengan:
z = zk - z0
t = tk - t0, t0 = 0
Jadi,
t = tk
Diperoleh:
𝜌𝐴 . 𝑧
𝑁𝐴𝑍 =
𝑀. 𝑡𝑘
Keterangan:
-𝑁𝐴𝑍 = densitas fluks molar (mol/cm2s)
-𝜌𝐴 = volatile liquid density (g/cm3)
-M = massa molekul relatif (g/mol)
-z = perbedaan ketinggian dari ketinggian awal hingga tk (cm)
- tk = elapsed time (s)

Difusi Fasa Gas 32


Dengan menggunakan data z = 151.8 mm = 15.18 cm; dengan t = 10 menit = 600 detik, maka
nilai dari 𝑁𝐴𝑍 saat 45oC yaitu:
𝜌𝐴 . 𝑧
𝑁𝐴𝑍 =
𝑀. 𝑡𝑘
0.8𝑔
3 ∗ 15.18𝑐𝑚
𝑁𝐴𝑍 = 𝑐𝑚 𝑔
46 ∗ 600 𝑠
𝑚𝑜𝑙
𝐦𝐨𝐥
𝑵𝑨𝒁 = 𝟎. 𝟎𝟎𝟎𝟒𝟒
𝐜𝐦𝟐 𝐬

B.3 Profil Konsentrasi Senyawa yang Berdifusi


Dengan menggunakan persamaan (6) pada lampiran B.1 sebagai berikut.
1 − 𝑥𝐴,𝐿 𝑧/𝐿
𝑥𝐴 = 1 − (1 − 𝑥𝐴,𝑜 ). ( )
1 − 𝑥𝐴,𝑜
Keterangan:
𝑥𝐴 adalah fraksi konsentrasi senyawa A
𝑥𝐴0 adalah fraksi konsentrasi senyawa A pada t = 0 menit
𝑥𝐴,𝐿 adalah fraksi konsentrasi senyawa A yang berdifusi pada waktu t (menit)
𝑥𝐴,𝐿 di peroleh dari perbandingan ketinggian etanol.
Mis ∶ Pada suhu 45𝑜 C untuk interval 10 menit

z (mm) t(min) t(sec) xA,L


156.8 0 0 0.998
156.4 10 600 xA,L

15.68 0.96
Maka dilakukan perbandingan : = xA,L
15.64

15.68 ∗ xA, L = 0.96 ∗ 15.64


(0.96∗15.64)
xA, L = 15.68

xA, L = 0.957

- 𝑧0 (cm) adalah ketinggian awal cairan senyawa A pada tube


- L (cm) adalah jarak ketinggian cairan senyawa A dengan ketinggian pipa kapiler pada
waktu t (menit)
Dengan menggunakan data z = 156.8 mm pada waktu t = 10 menit , dengan nilai 𝑥𝐴,𝐿 = 0.957
dan 𝑥𝐴0 = 0.96, maka diperoleh nilai dari 𝑥𝐴 yaitu:

Difusi Fasa Gas 33


1 − 0.989 15.68/(35−15.68)
𝑥𝐴 = 1 − (1 − 0.998). ( )
1 − 0.998
𝒙𝑨 =0.958
Untuk 𝑥𝐵 dapat diperoleh dari 𝑥𝐵 = 1 − 𝑥𝐴 , sehingga diperoleh:
𝑥𝐵 = 1 − 0.958
𝒙𝑩 =0.042

B.4 Perhitungan Perkiraan Waktu terjadi Kesetimbangan Fraksi A dan Fraksi B


Untuk memperkirakan berapa waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik kesetimbangan
fraksi maka dilakukan goal seek pada excel. Diambil contoh perhitungan pada suhu 60oC.
Pertama, cari selisih rata-rata XA pada setiap 10 menit. Dengan cara pengurangan XA1 dan
XA2.
XA1 – XA2 = 0.96 – 0.952533774
= 0.007466
Perhitungan dilakukan hingga mendapatkan selisih antara XA5 dan XA6.
Kedua, cari nilai rata-rata selisih XA.
(𝑋𝐴1 − 𝑋𝐴2 ) + (𝑋𝐴2 − 𝑋𝐴3 ) + (𝑋𝐴3 − 𝑋𝐴4 ) + (𝑋𝐴4 − 𝑋𝐴5 ) + (𝑋𝐴5 − 𝑋𝐴6 )
5
0.007466 + 0.006544 + 0.005709 + 0.006153 + 0.005695
=
6
= 0.006314
Ketiga, dilakukan goal seek antara pengurangan dari kedua rumus:
= 0.928432193 − 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢(𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 10 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) ∗ 0.006314
𝑑𝑎𝑛
= 0.071568 + 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 10 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) ∗ 0.006314
Dari kedua persamaan yang diperoleh, dilakukan goal dengan pengurangan kedua persamaan
diatas sama dengan nol dengan cell yang di set adalah cell waktu. Maka didapatkan titik
kesetimbangan dengan XA dan XB adalah masin-masing 0.5 dan 0.5 dengan lama waktu
728.59 menit.

Difusi Fasa Gas 34


LAMPIRAN C
DATA MENTAH

C.1 Tekanan dan Suhu pada Laboratorium Teknik Bioproses


Adapun temperatur yang diukur dengan termometer dan tekanan yang diukur dengan
barometer pada tanggal 26 Maret 2019 adalah sebagai berikut.
Tabel C.1 Data Tekanan dan Suhu pada Laboratorium Teknik Bioproses
Tanggal Masuk/Keluar Suhu Tekanan
Senin, 26 Maret Masuk 24 0.5 ⁰C 71.1 0.05 cmHg
2019 Keluar 26 0.5 ⁰C 71.1 0.05 cmHg

C.2 Penurunan Ketinggian Cairan Senyawa Etanol pada Temperatur 45oC


Data penurunan ketinggian cairan pada temperatur 45oC adalah sebagai berikut.
Tabel C.2 Data Penurunan Ketinggian Etanol dengan Interval Waktu 10 Menit pada
Temperatur 45oC
t (menit) z (mm) z (cm) (z-zo) (mm) (z-zo) (cm) t/(z-zo) (menit/cm)
0 152.2 15.22 0 0 0
10 151.8 15.18 0.4 0.04 250
20 151.2 15.12 1 0.1 200
30 150.7 15.07 1.5 0.15 200
40 150.3 15.03 1.9 0.19 210.526
50 149.9 14.99 2.3 0.23 217.391

C.3 Penurunan Ketinggian Cairan Senyawa Etanol pada Temperatur 50oC


Data penurunan ketinggian cairan pada temperatur 50oC adalah sebagai berikut.
Tabel C.3 Data Penurunan Ketinggian Etanol dengan Interval Waktu 10 Menit pada
Temperatur 50oC
t (menit) z (cm) z (mm) (z-zo) (cm) (z-zo)(mm) t/(z-zo) (menit/cm)
0 17 170 0 0 0
10 16.95 169.5 0.05 0.5 200
20 16.9 169 0.1 1 200
30 16.84 168.4 0.16 1.6 187.5
40 16.79 167.9 0.21 2.1 190.476
50 16.72 167.2 0.28 2.8 178.571

Difusi Fasa Gas 35


C.4 Penurunan Ketinggian Cairan Senyawa Etanol pada Temperatur 55oC
Data penurunan ketinggian cairan pada temperatur 55oC adalah sebagai berikut.
Tabel C.4 Data Penurunan Ketinggian Etanol dengan Interval Waktu 10 Menit pada
Temperatur 55oC
t (menit) z (cm) z (mm) (z-zo) (cm) (z-zo)(mm) t/(z-zo)(menit/mm)
0 16.25 162.5 0 0 0
10 16.19 161.9 0.06 0.6 166.667
20 16.13 161.3 0.12 1.2 166.667
30 16.06 160.6 0.19 1.9 157.895
40 16 160 0.25 2.5 160
50 15.93 159.3 0.32 3.2 156.25

C.5 Penurunan Ketinggian Cairan Senyawa Etanol pada Temperatur 60oC


Data penurunan ketinggian cairan pada temperatur 60oC adalah sebagai berikut.
Tabel C.5 Data Penurunan Ketinggian Etanol dengan Interval Waktu 10 Menit pada
Temperatur 60oC
t (menit) z(mm) z(cm) (z-zo) (mm) (z-zo) (cm) t/(z-zo)(menit/cm)
0 164.9 16.49 0 0 0
10 163.4 16.34 1.5 0.15 66.667
20 162 16.2 2.9 0.29 68.966
30 160.7 16.07 4.2 0.42 71.429
40 159.2 15.92 5.7 0.57 70.175
50 157.7 15.77 7.2 0.72 69.444

C.6 Data Pengukuran Piknometer


Adapun data berat kosong dan berisi etanol dari piknometer adalah sebagai berikut.
Berat kosong piknometer = 20.8581 gram
Berat piknometer berisi etanol = 40.8581 gram

Difusi Fasa Gas 36

Anda mungkin juga menyukai