Anda di halaman 1dari 14

Percobaan Ke III

Kenaikan Titik Didih

I. Tujuan Praktikum
Menentukan berat molekul suatu senyawa dengan memanfaatkan kenaikan
titik didih larutan

II. Landasan Teori


Sifat koligatif larutan adalah sifat yang disebabkan hanya oleh
kebersamaan ( jumlah partikel) dan bukan oleh ukurannya. Zat terlarut
mempengaruhi sifat larutan, dan besarnya pengaruh bergantung pada jumlah
partikel tersebut. Besarnya kenaikan titik didih dan penurunan titik beku
bergantung pada konsentrasi zat terlarut (Syukri, S. 1999).
Suhu dimana cairan mendidih dinamakan titik didih. Jadi, titik didih
adalah temperature dimana tekanan uap sama dengan tekanan atmosfer.
Selama gelembung terbentuk dalam cairan berarti selama cairan mendidih,
tekanan uap sama dengan tekanan atmosfer, karena tekanan uap adalah
konstan maka suhu dan cairan yang mendidih akan tetap sama. Penambahan
kecepatan panas yang diberikan pada cairan yang mendidih hanya
menyebabkan terbentuknya gelembung air lebih cepat. Cairan akan lebih
cepat mendidih, tapi suhu didih tidak naik. Jelas bahwa titik didih cairan
bergantung dari besarnya tekanan atmosfer. (Harnanto, Fitri. 2009).
Pendidihan merupakan hal yang sangat khusus dari penguapan.
Pendidihan adalah pelepasan cairan dari tempat terbuka ke fasa uap. Suatu
cairan dikatakan mendidih pada titik didihnya, yaitu bila suhu dimana tekanan
uap cairan sama dengan tekanan uap atmosfer sekitarnya. Pada titik didih,
tenakan uap cairan cukup besar sehingga atmosfer dapat daiatasi hingga
gelembung uap dapat terbentuk di permukaan cairan yang diikuti penguapan
yang terjadi disetiap titikdalam cairan. Pada umumnya, molekul dapat
menguap bila dua persyaratan dipenuhi, yaitu molekul harus cukup tenaga
kinetik dan harus cukup dekat dengan batas antara cairan-uap.
Bila dalam larutan biner, komponen suatu larutan mudah menguap
(volatile) dan komponen lain sukar menguap (non-volatil), makin rendah.
Dengan adanya zat terlarut, tekana uap pelarut akan berkurang dan ini
mengakibatkan kenaikan titik didih, penurunan titik beku dan tekanan uap
osmosis. Keempat sifat ini hanya ditentukan oleh jenis zat terlarut. Seperti
telah disebutkan, sifat-sifat ini disebut sifat koligatif larutan. Adanya zat
terlarut (solute) yang sukar menguap (non- volatil), tekanan uap dari larutan
turun dan ini akan menyebabkan titik didih larutan lebih tinggi daripada titik
didih pelarutnya. Hal ini disebabkan karena untuk mendidih, tekananuap
larutan sama dengan tekanan uap udara dan untuk temperature harus lebih
tinggi. (Petrucci, 1987).
∆Tb = kb.m
Keterangan :
∆Tb = Kenaikan titik didih larutan
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal pelarut
m= molalitas larutan ( mol/100 gram pelarut )

Untuk zat terlarut yang bersifat elektrolit, persamaan untuk kenaikan


titik didih harus dikalikan dengan faktor ionisasi larutan, sehingga
persamaannya menjadi :
∆Tb = Kb x m (1+(n-1)α)
Dimana :
n = jumlah ion-ion dalam larutan
α = derajat ionisasi

banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan


dan sift larutan itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non-elektrolit tidak
sama dengan jumlah partikel dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi
keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-
ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion.
(Chang, 2003).
III. Alat dan Bahan

No Alat Bahan
1 Termometer 1 L Aquades
2 Gelas kimia 100 ml 10 gram NaCl
3 Hot Plate 10 gram KCl
4 Pengaduk Gelas 3 Zat belum diketahui
5 Timbangan Analitik

IV. Prosedur Percobaan


IV.1. Titik Didih Air
 30 ml air aquades (zat pelarut) dimasukkan kedalam gelas kimia 100 ml
dengan mempergunakan gelas ukur
 Dipanaskan dengan hotplate hingga mendidih
 Dihitung titik didih aquades (zat pelarut) dengan thermometer

IV.2. Titik Didih NaCl


 10 gram NaCl dilarutkan dalam 30 ml air destilat (30 gram) pada gelas kimia
100 ml dan dipanaskan
 Diukur titik didih larutan dengan thermometer

4.3.Titik Didih KCl


 10 gram KCl dilarutkan dalam 30 ml air destilat pada gelas kimia 100 ml dan
dipanaskan
 Diukur titik didih larutan denagn thermometer

4.4.Titik Didih Zat Asing


 10 gram setiap zat asing (B) dipanaskan dengan hotplate
 Diukur titik didih larutan dengan thermometer

V. Hasil Pengamatan
No. Nama Sampel Suhu akhir (℃ ¿ ∆ Tb
1. H 2O 85℃ 60℃
2. NaCl 97℃ 12℃
3. KCl 99℃ 14℃
4. A - -
5. B 95℃ 10℃
6. C - -

VI. Perhitungan

6.1. Menentukan titik didih NaCl

m NaCl = 10 gram

V air = 30 ml

∆ Tb = Tb larutan – Tb pelarut (air)

= 97℃ - 85℃

= 12℃

Mr = 58,5 gram/mol

m pelarut = ρ ×V

= 1 gram/cm3 ×30 ml

= 30 gram

∆ Tb = Kb × m

mlarutan 1000
m = ×
Mr m pelarut
10 gram 1000
= ×
58,5 gram/mol 30 gram

= 5,6 molal

∆ Tb 12 ℃
Kb = = =2,106℃ /molal
m 5,6 molal

6.2 Titik didih KCl

m KCl = 10 gram

V air = 30 ml = 30 gram

∆ Tb = Tb larutan – Tb pelarut

= 99 ℃−85℃

= 14℃

mlarutan 1000
m = ×
Mr m pelarut

10 gram 1000 gram


×
= gram 30 gram
74,5
mol

= 4,47 molal

∆ Tb = Kb× m

∆ Tb
Kb =
m

14 ℃
=
4,47 molal


= 3,129
molal
6.3 Menentukan berat molekul sampel B

mB = 10 gram

V air = 30 gram

∆ Tb = Tb larutan – Tb pelarut

= 95 ℃−85℃

= 10℃

 Menggunakan Kb NaCl

mlarutan 1000
∆ Tb = Kb × ×
Mr m pelarut

mlarutan 1000
Mr = Kb × ×
∆Tb m pelarut

2,106℃ /molal ×10 gram× 1000 gram


= = 70,2 gram/mol
10 ℃ ×30 gram

 Menggunakan Kb KCl

mlarutan 1000
∆ Tb = Kb × ×
Mr m pelarut

mlarutan 1000
Mr = Kb × ×
∆Tb m pelarut

3,129℃ /molal ×10 gram×1000 gram


=
10℃ ×30 gram

= 104,3 gram/mol
6.4. Menggunakan Kb Literatur

Kb = 0,52 ℃ /molal, maka :

mlarutan 1000
∆ Tb = Kb × ×
Mr m pelarut

mlarutan 1000
Mr = Kb × ×
∆Tb m pelarut

0,52℃ /molal ×10 gram×1000 gram


=
10℃ ×30 gram

= 52 gram/mol
Pertanyaan Praktikum

1. Berapa berat molekul senyawaa B?


 Berat molekul senyawa B adalah 70,2 gram
2. Perkiraan rumus molekul dari senyawa B yang memiliki komposisi persen
berat 42,45% kalium, 34,38% fosfat, 23,16% oksigen?
 mK = 42,45 gram
mP = 34,38 gram
mO = 23,16 gram
mol K = massa / Ar
42,45 gram
= = 1,08 mol
39 gram/mol
34,38 gram
mol P = = 1,10 mol
31 gram/mol
23,16 gram
mol O = = 1,44 mol
16 gram/mol
1,08 mol 1,10 mol 1,44 mol
mol K : mol P : mol O = ÷ ÷
1,08 mol 1,08 mol 1,08mol
= 1 : 1,01 : 1,33
maka rumus molekul : KPO

3. Aplikasi tekanan osmosis


 Pengawetan makanan
Sebelum teknik pendinginan untuk mengawetkan makanan
ditemukan, garam dapur digunakan untuk mengawetkan makanan.
Garam dapat membunuh mikroba penyebab makanan busuk yang
berada di permukaan makanan
 Mesin cuci darah
Pasien penderita gagal ginjal harus menjalani terapi cuci darah.
Terapi ini menggunakan metode dialisis, yaitu proses perpindahan
molekul kecil-kecil seperti urea melalui membrane semipermeable
dan masuk ke cairan lain, kemudian dibuang. Membran tak dapat
ditembus oleh molekul-molekul besar seperti protein sehingga
akan tetap di dalam darah

 Penyerapan air oleh akar tanaman


Tanaman membutuhkan air dari dalam tanah. Air tersebut diserap
oleh tanaman melalui akar. Tanaman mengandung zat-zat terlarut
sehingga konsentrasinya lebih tinggi daripada air di sekitaran
tanaman sehingga air dalam tanah dapat diserap oleh tanaman
 Mengontrol bentuk sel
Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis disebut
isotonic, larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih
rendah daripada larutan lain disebut hipotonik. Sementara itu,
larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih tinggi
daripada larutan lainnya disebut hipertonik. Contoh larutan
isotonic adalah cairan infuse yang dimasukkan ke dalam darah.
Cairan infuse harus isotonic dengan cairan intrasel agar tidak
terjadi osmosis, naik ke dalam maupun ke luar sel darah. Dengan
demikian, sel-sel darah tidak akan mengalami kerusakan
 Desalinasi air laut menjadi air murni
Air bersih dapat diperoleh dengan lebih ekonomis dengan
desalinasi air laut, melalui proses yang disebut osmosis balik. Bila
larutan ionic air laut B yang bersentuhan dengan membrane
semipermeable diberi tekanan yang menjauhi tekanan osmosis, air
yang sangat murni akan melewati membrane menuju bagian A.
Reverse osmosis juga dipergunakan untuk mengendalikan
pencemaran air
VII. Pembahasan
Sifat koligatif larutan adalah sifat suatu larutan encer yang hanya
bergantung pada jumlah partikel zat terlarut dan tidak bergantung pada jenis
zat terlarut. Jenis-jenis dari sifat koligattif zat terlarut dibagi menjadi empat
yaitu, kenaikan titik didih larutan, penurunan titik beku larutan, tekanan
osmotic dan penurunan tekanan uap. Kenaikan titik didih yaitu suhu diaman
teknan uap suatu cairan sama dengan tekanan udara diluar. Penurunan tekanan
uap larutan menyebabkan titik didih larutan lebih tinggi dari titik didih
pelarut.
Pada praktikum ini pengaruh zat terlarut terhadap titik didih pelarut
adalah adanya zat terlarut mengakibatkan adanya gaya tarik menarik antar
molekul yang semakin sulit untuk diputuskan. Akibatnya titik didih larutan
lebih tinggi daripada titik didih pelarut.
Dari perhitungan dan data yang telah didapat titik didih NaCl yaitu
91°C, KCl yaitu 99°C, air 85°C, dan senyawa B yaitu 95°C.
NaCl₍s₎ + H₂O₍l₎ NaCl₍₎
Dengan Kb NaCl = 2,106°C / molal, Mr NaCl = 58,5 gram/mol.
∆Tb = 12°C

KCl₍₎ + H₂O₍₎ KCl ₍₎


Dengan Kb KCl = 3,043°C / molal, Mr KCl = 74,5 gram/mol.

Untuk menentukan berat molekul dari zat asing B diperoleh Mr = 70,2


gram/mol menggunakan Kb dari NaCl dan penentuan berat molekul dari zat B
diperoleh Mr = 104,3 gram/mol menggunakan Kb dari KCl.
Maka dapat disimpulkan bahwa zat asing B menyerupai NaCl karena
memiliki Mr yang tidak jauh berbeda yaitu 52 gram/mol dengan 70,2
gram/mol.
VII. Kesimpulan
1. Kenaikan titik didih dipengaruhi oleh jenis zat terlarut (volatile
atau non vilatil). Jenis zat yang volatile menyebabkan kenaikan
titik didih, sedangkan pada zat terlarut yang volatile tidak
terjadi kenaikan titik didih
2. Kenaikan titik didih dipengaruhi oleh konsentrasi larutan.
Semakin besar konsentrasi larutan (molalitas), maka semakin
besar pula kenaikan titik didih larutan.
3. Kenaikan titik didih dipengaruhi oleh jenis zat terlarut
(elektrolit dan non elektrolit). Kenaikan titik didih larutan
elektrolit lebih besar dari kenaikan titik didih larutan non
elektrolit
4. Titik didih senyawa B yaitu 95°C dan berat molekulnya yaitu
70,2 gram/mol
VIII. Daftar Pustaka
Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Harnanto, Ari. 2009. Kimia 3 : Untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta :
Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Petrucci. 1987. Kimia Dasar 1. Jakarta : Erlangga
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar. Bandung : ITB

Anda mungkin juga menyukai