Anda di halaman 1dari 15

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kerangka Teoritis

1. Hakikat Matematika

Matematika (dalam bahasa inggris mathematics) berasal dari perkataan latin

mathematica, yang mulanya diambil dari perkataan Yunani, matematike, yang

berarti “relating to learning”. Perkataan ini mempunyai akar kata mathema yang

berarti knowledge,science (pengetahuan,ilmu). Matematika adalah ilmu tentang

berbagai bilangan yang memiliki pola tertentu, penggunaan dan beberapa

pembuktian yang logis (Pratiwi dkk, 2015:321).

Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran

dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dalam jumlah

yang banyak yang terbagi kedalam berbagai bidang, yaitu : aljabar, analisa dan

geometri.

Beberapa definisi atau pengertian tentang matematika adalah sebagai berikut :

a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara

sistematik.

b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulus.

c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan berhubungan

dengan bilangan. Berdasarkan beberapa definisi, diperoleh sedikit gambaran

pengertian tentang matematika, akan tetapi walaupun dijelaskan dengan

panjang lebar baik secara tertulis maupun secara lisan tidak akan memberikan

penjelasan secara utuh yang dapat dipahami secara menyeluruh tentang apa
8

matematika itu. Setidaknya bisa menjadi landasan awal untuk belajar dan

mengajar dalam proses pembelajaran matematika.

Menurut Russefendi dalam Heruman (2013:1) matematika adalah bahasa

simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu

tentang pola keteraturan dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang

tidak didefiniskan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma sampai ke dalil.

Matematika berarti ilmu pengetahuan yang di dapat dengan berpikir atau

bernalar. Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia penalaran, serta

objeknya meliputi fakta, konsep, keterampilan dan aturan matematika yang

melatih kemampuan berpipkir logis, analitis, ketelitian, ketekunan dan

memecahkan masalah yang saling berhubungan satu sama lain serta bermanfaat

dalam memahami ilmu-ilmu lain.

Dari pengertian dan karakteristik matematika diatas, dapat disimpulkan

bahwa matematika merupakan ilmu yang bersifat abstrak yang terstruktur, jelas

dan akurat, serta mempunyai pola dan simbol serta memiliki konsep-konsep yang

berhubungan satu dengan yang lainnya. Dan juga lebih menekankan penggunaan

penalaran dan logika sebagai sarana pemecahan masalah.

2. Belajar

a. Pengertian Belajar

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar didefinisikan sebagai :

1. Berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu

2. Berlatih
9

3. Berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

Depdikbud (1995: 9).

Menurut Slameto (2013: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat

orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak

belajar maka responnya menurun (Dimyati & Mudjiono, 2013: 9).

Teori psikologi Gestalt tentang belajar, menyatakan bahwa dalam belajar

yang penting adalah adanya penyesuaian pertama yaitu memperoleh respon yang

tepat untuk memecahkan problem yang dihadapi. Belajar yang penting bukan

mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh

insight (pemahaman) (Slameto, 2013: 9).

Hamalik, Oemar (2008: 27) menyatakan belajar adalah modifikasi atau

mempengaruhi seluruh kelakuan melalui pengalaman. Jadi belajar merupakan

suatu proses suatu kegiatan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya

sekedar mengingat namun memahami juga mengalami.

Belajar adalah dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar

manusia dapat melakukan perubahan-perubahan pada dirinya dan terhadap

lingkungannya. Perubahan itu dapat berupa perkembangan pengetahuan, sikap,

keterampilan yang nantinya diharapkan mampu memecahkan berbagai masalah

dalam hidupnya. Oleh karena itu, seseorang dikatakan belajar bila diasumsikan
10

dalam diri orang tersebut mengalami suatu proses yang mengakibatkan perubahan

tingkah laku. Kegiatan dan usaha mencapai perubahan tingkah laku tersebut

merupakan proses belajar, sedangkan perubahan tingkah laku adalah hasil belajar.

Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

perubahan yang dialami oleh seseorang baik itu perubahan tingkah laku maupun

pengetahuan. Seseorang dikatakan belajar apabila ia telah memiliki pembaharuan

pengetahuan yang baru sehinga ia mengalami perubahan tingkah laku yang baru.

3. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap

kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar

terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan

siswa.

Menurut Saiful Sagala (2009 : 61) pembelajaran ialah membelajarkan siswa

menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama

keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah,

mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik,sedangkan belajar dilakukan oleh

peserta didik atau murid.

Pembelajaran merupakan suatu proses belajar dan mengajar dengan segala

interaksi di dalamnya. Erman Suherman (2003 : 8) menyatakan bahwa

pembelajaran adalah upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar

program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Sehingga kemampuan


11

yang dimiliki guru untuk mengorganisir komponen di dalamnya sangat diperlukan

agar tujuan pembelajaran tercapai.

Menurut Uno Hazah (Rahma Fitri, dkk: 2014) pembelajaran matematika

adalah suatu aktivitas mental untuk memahami arti dan hubungan-hubungan serta

simbol-simbol kemudian diterapkan pada situasi nyata. Belajar matematika

berkaitan dengan apa dan bagaimana menggunakannya dalam membuat

keputusan dalam menyelesaikan masalah.

Menurut Erman Suherman (Rama Fitri, dkk; 2014), pembelajaran matematika

merupakan proses dimana siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan

matematika. Mengkonstruksi pengetahuan yang berarti membangun informasi

yang telah dimiliki siswa. Untuk itu, keterlibatan siswa secara aktif sangat penting

dalam kegiatan pembelajaran.

Pada proses pembelajaran matematika, biasanya sistem yang diterapkan guru

berupa mencatat kemudian menjelaskan materi dan yang terakhir memberikan

latihan. Hal yang perlu disadari sistem seperti itu bisa-bisa saja diterapkan pada

sekolah-sekolah yang sebagian siswanya mempunyai minat belajar serta

intelektual yang tinggi sedangkan bagaimana sistem itu bisa kita terapkan pada

sekolah yang siswanya sebagian besar mempunyai minat belajar serta intelektual

yang cukup rendah. Jika terus-menerus dilakukan, hal ini secara langsung

membuat siswa menjadi bosan dan berpengaruh pada pemahaman konsep yang

cukup rendah.

Agar tujuan pengajaran dapat tercapai, guru harus mampu mengorganisir

semua komponen sedemikian rupa sehingga antara komponen yang satu dengan
12

yang lainnya dapat berinteraksi secara harmonis. Salah satu komponen dalam

pembelajaran adalah pemanfaatan berbagai macam strategi dan metode

pembelajaran secara dinamis dan fleksibel sesuai dengan materi, siswa, dan

konteks pembelajaran. Sehingga dituntut kemampuan guru untuk dapat memilih

model pembelajaran serta media yang cocok dengan materi atau bahan ajaran.

Dalam pembelajaran matematika salah satu upaya yang dapat dilakukan guru

adalah dengan menggunakan model pembelajaran visualization, auditory,

kinesthetic (VAK). Penggunaan model pembelajaran ini menggunakan 3 sensori

utama sebagai modalitas dalam pelaksanaannya yang akan membantu siswa

melatih dan mengembangkan potensi mereka masing-masing dengan memberikan

pengalaman langsung di dalam pembelajaran dengan menggunakan 3 sensori

mereka ( penglihatan, pendengaran, dan gerak ).

4. Pemahaman Konsep

Konsep adalah suatu ide absrtak yang memungkinkan kita

mengklasifikasikan objek-objek dan peristiwa-peristiwa itu termasuk atau tidak ke

dalam ide abstrak tersebut (Herman Hudojo, 2003 : 124). Sedangkan konsep

menurut Winkel (2004 : 92) adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek

yang memiliki ciri-ciri yang sama.

Pemahaman menurut Bloom (Winkel, 2004 : 274) mencakup kemampuan

untuk menangkap makna dalam arti yang dipelajari. Kemampuan memahami

dapat juga disebut dengan istilah “mengerti”. Seorang siswa dikatakan telah

mempunyai kemampuan mengerti atau memahami apabila siswa tersebut dapat


13

menjelaskan suatu konsep tertentu dengan kata-kata sendiri, dapat

membandingkan, dapat membedakan, dan dapat mempertentangkan konsep

tersebut dengan konsep lain.

Kemampuan tersebut mencakup tiga hal yaitu, translasi yang mencakup

penerjemahan pengetahuan atau gagasan dari bentuk abstrak ke bentuk konkret

atau sebelumnya, interpretasi yang mencakup kemampuan untuk mencirikan

merangkum pikiran utama dari suatu gagasan, serta ektrapolasi yang mencakup

kemampuan untuk menterjemahkan, mengartikan serta menyelesaikan masalah.

Menurut sanjaya (2009 : 34) mengemukakan “Pemahaman konsep adalah

kemampuan siswa yang berupa penguasaaan sejumlah materi pelajaran, tetapi

mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti,

memberikan interpretasi data dan mampu mengaplikasi konsep yang sesuai

dengan struktur kognitif yang dimilikinya”. Menurut Sanjaya (2009 : 36)

indikator pemahaman konsep diantaranya ; (1) mampu menerangkan secara verbal

mengenai apa yang telah dicapainya; (2) mampu menyajikan situasi matematika

kedalam berbagai cara serta mengetahui perbedaan; (3) mampu

mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan

yang membentuk konsep tersebut; (4) mampu menerapkan hubungan antara

konsep dan prosedur; (5) mampu memberikan contoh dan kontra dari konsep yang

dipelajari; (6) mampu menerapkan konsep secara algoritma; (7) mampu

mengembangkan konsep yang telah dipelajari.

Indikator di atas tersebut sejalan dengan peraturan dirjen Dikdasmen Nomor

506/C/Kep/PP/2004, indikator siswa memahami konsep matematika adalah


14

mampu; (1) menyatakan ulang sebuah konsep; (2) mengklasifikasikamn objek

menurut tertentu sesuai dengan konsepnya; (3) memberikan contoh dan bukan

contoh dari suatu konsep ; (4) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk

representasi; (5) mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu

konsep; (6) menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi

tertentu; (7) mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah.

Pemahaman konsep merupakan salah satu aspek dari tiga aspek penilaian

matematika. Penilaian pada aspek pemahaman konsep ini bertujuan mengetahui

sejauh mana siswa mampu menerima dan memahami konsep dasar

matematikayang telah diterima siswa.

Dari uraian diatas pemahaman konsep adalah mampu menguasai materi serta

mampu mengaitkan antara materi yang baru dengan materi sebelumnya, mampu

menyelesaikan masalah dengan berbagai variasi soal yang diberikan.

5. Model Pembelajaran Visualization, Auditory, Kinesthetic (VAK)

a. Pengertian VAK

VAK merupakan model pembelajaran yang menggunakan 3 sensori utama

secara bersamaan dalam proses pembelajaran. 3 sensori tersebut iyalah :

Penglihatan (Visual), Pendengaran (Auditory) dan alat gerak (Kinestik). Konsep

VAK pertama kali mulai dikembangkan pada tahun 1920-an oleh psikolog dan

spesialis dalam mengajar anak seperti Fernald, Keller, Orton, Gilingham, Stilman,

dan Montessori (Gholami & Bagheri, 2013)


15

Menurut beberapa ahli, model pembelajaran Visualization, Auditory, Kinesthetic

(VAK) adalah :

1) Sitorus (2013) mengungkapkan model pembelajaran VAK (Visual,

Auditori, Kinestetik) merupakan pengembangan dari pendekatan Quantum

Learning. Model pembelajaran VAK (Visual, Auditori, Kinestetik)

merupakan bagian model pembelajaran yang bertujuan untuk

mengembangkan kreativitas siswa berdasarkan gaya belajar yang dimiliki

siswa. Pembelajaran dengan model VAK (Visual Auditory Kinesthetic)

menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan

gaya belajar dan memanfaatkan potensi yang telah siswa miliki dengan

melatih dan mengembangkannya (Suhara, 2013).

2) Menurut DePorter & Hernacki (2008) bahwa pada pembelajaran VAK,

pembelajaran difokuskan pada pemberian pengalaman belajar secara

langsung (direct experience) dan menyenangkan. Pengalaman belajar

secara langsung dengan cara belajar dengan melihat (visual), belajar

dengan mendengar (auditory) dan belajar dengan gerak dan emosi

(kinesthetic). Lebih lanjut Deporter mengungkapkan bahwa visual,

auditory, kinesthetic merupakan tiga modalitas yang dimiliki oleh

manusia. Ketiga modalitas tersebut kemudian dikenal dengan gaya belajar.

Adapun gaya belajar tersebut, yaitu:

a) Gaya visual (belajar dengan cara melihat)

Gaya belajar ini mengakses citra visual yang diciptakan maupun diingat,

seperti warna, hubungan ruang, potret mental, dan gambar. Seorang siswa
16

yang visual sangat mungkin memiliki ciri-ciri berikut ini:1) teratur,

memperhatikan segala sesuatu dan menjaga penampilan; 2) mengingat

dengan gambar, lebih suka membaca daripada dibacakan; dan 3)

membutuhkan gambaran dan tujuan menyeluruh untuk bisa menangkap

detail atau mengingat apa yang dilihat.

b) Gaya auditori (belajar dengan cara mendengar)

Gaya belajar ini mengakses segala jenis bunyi dan kata yang diciptakan

maupun diingat, seperti musik, nada, irama, rima, dialog internal, dan

suara. Seorang siswa yang sangat auditoris dapat dicirikan sebagai

berikut: 1) perhatiannya mudah terpecah; 2) berbicara dengan pola

berirama; 3) belajar dengan cara mendengarkan; dan 4) berdialog secara

internal dan eksternal.

c) Gaya kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh)

Gaya belajar ini mengakses segala jenis gerak dan emosi yang

diciptakan maupun diingat, seperti gerakan, koordinasi, irama,

tanggapan emosional, dan kenyamanan fisik. Seorang siswa yang

cenderung kinestetik dapat dicirikan sebagai berikut: 1) menyentuh

orang dan berdekatan, banyak gerak, 2) belajar sambil bekerja,

menunjuk tulisan saat membaca, menanggapi secara fisik; 3)mengingat

sambil berjalan dan melihat. (Huda, 2013).


17

b. Prinsip Model Pembelajaran VAK

Dikarenakan model pembelajaran VAK sejalan dengan gerakan Accelerated

Learning, maka prinsipya juga sejala, yaitu:

1. Pembelajaran melibatkan seluruh fikiran dan tubuh

2. Pembelajaran berarti berkreasi bukan mengkonsumsi

3. Kerjasma membantu proses pembelajaran

4. Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan

5. Belajar berasal dari mengerjaan pekerjaan itu sendiri dengan umpan balik

6. Emosi positif sangat membantu pembelajaran

7. Otak citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.

c. Langkah–langkah model pembelajaran VAK

Langkah-langkah model pembelajaran VAK menurut Russel (2011:45) yaitu

sebagai berikut:

1. Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)

Pada kegiatan pendahuluan, guru memberikan motivasi untuk

membangkitkan minat peserta didik dalam belajar, dan meningkatkan motivasi

peserta didik.

2. Tahap penyampaian dan tahap pelatihan (kegiatan inti pada eksplorasi dan

elaborasi)

Pada kegiatan inti, guru mengarahkan peserta didik untuk ikut aktif dalam

pembelajaran yang baru secara mandiri, menyenangkan, relevan, melibatkan

panca indera yang sesuai dengan gaya belajar VAK, misalnya:


18

Visual:

 Guru menggunakan materi visual.

 Guru menggunakan aneka warna agar lebih menarik.

 Peserta didik melihat gambar yang ditampilkan guru.

 Guru menugaskan kepada peserta didik untuk mengilustrasikan ide-

idenya ke dalam gambar.

Auditory:

 Guru menggunakan variasi vokal dalam mengajar.

 Guru menyanyikan lagu yang berhubungan dengan materi.

 Guru dan peserta didik bersama-sama menyanyikan lagu tersebut.

 Guru menjelaskan arti dan makna yang ada pada lagu tersebut.

Kinesthetic:

 Guru menggunakan alat bantu mengajar untuk menumbuhkan rasa ingin

tahu peserta didik.

 Guru memperagakan materi, kemudian peserta didik menebak gerakan

yang dilakukan oleh guru.

 Peserta didik secara berkelompok menampilkan gerakan yang

berhubungan dengan materi pembelajaran, kemudian meminta kelompok

lain untuk menebak gerakan tersebut.


19

 Guru memberikan kebebasan pada peserta didik untuk belajar sambil

berjalan-jalan. Peserta didik bekerja didik bekerja dalam kelompok

diskusi

3. Tahap Akhir

Pada tahap akhir, memberikan penguatan kesimpulan tentang materi

pembelajaran, guru memberikan informasi tentang materi yang akan datang

kemudian guru mengakhiri pembelajaran dengan berdoa.

d. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran VAK

1. Kelebihan model pembelajaran VAK

a. Pembelajaran lebih efektif karena mengkombinasikan ketiga gaya belajar.

b. Mampu melatih dan mengembangkan potensi siswa yang telah dimiliki

oleh pribadi masing-masing.

c. Memberikan pengalaman langsung kepada siswa.

d. Mampu melibatkan siswa secara maksimal dalam menemukan dan

memahami suatu konsep melalui kegiatan fisik seperti demonstrasi,

percobaan, observasi dan diskusi aktif

e. Mampu menjangkau setiap gaya pembelajaran siswa

2. Kekurangan model pembelajaran VAK

Tidak banyak orang yang mampu mengkombinasikan ketiga gaya belajar

tersebut, sehingga orang yang hanya mampu menggunakan satu gaya belajar
20

hanya akan mampu menangkap materi jika menggunakan metode yang lebih

memfokuskan kepada salah satu gaya yang didominasi.

B. Kerangka Berfikir

Dalam mempelajari matematika, pemahaman konsep matematika sangat

penting untuk siswa. Karena konsep matematika yang satu dengan yang lain

berkaitan sehingga untuk mempelajarinya harus runtut dan berkesinambungan.

Jika siswa telah memahami konsep-konsep matematika maka akan memudahkan

siswa dalam mempelajari konsep-konsep matematika berikutnya yang lebih

kompleks.

Namun hampir sebagian besar siswa justru mengaku bahwa mereka seringkali

masih mengalami kesulitan untuk memahami pokok bahasan matematika yang

dijelaskan oleh guru. Terlebih lagi jika mereka diberikan soal dengan sedikit

variasi yang membutuhkan penalaran yang lebih. Hanya beberapa siswa yang

mampu menjawab dengan benar, itupun siswa-siswi yang memang tergolong

lebih pandai dari siswa-siswi yang lain dikelasnya.

Maka dari itu diperlukan suatu upaya guna meningkatkan pemahaman konsep

matematika siswa. Salah satu upaya yang dilakukan yakni dengan penerapan

model pembelajaran VAK (Visualization, Auditory, kinestethic) dalam proses

pembelajaran matematika di kelas.

Model pembelajaran VAK (Visualization, Auditory, kinestethic) adalah model

yang mengoptimalkan ketiga modalitas belajar yaitu modalitas belajar visual,

modalitas belajar audio dan modalitas kinestetik untuk menjadikan pelajar merasa
21

nyaman. Model pembelajaran ini merupakan anak dari model pembelajaran

Quantum yang berprinsip untuk menjadikan situasi belajar menjadi lebih nyaman

dan menjanjikan kesuksesan bagi pelajar di masa depan.

Pada pembelajaran VAK, pembelajaran difokuskan pada pemberian

pengalaman belajar secara langsung (direct experience) dan menyenangkan.

Pengalaman belajar secara langsung dengan cara mengingat (Visual), belajar

dengan mendengar (Auditory) dan belajar dengan gerak dan emosi (Kinestetic).

C. Hipotesis Tindakan

Dengan diterapkan model pembelajaran Visualization, Auditory, Kinesthetic

(VAK) dapat meningkatkan pemahaman konsep dalam mata pelajaran matematika

di SMPN 02 Stabat.

Anda mungkin juga menyukai