Anda di halaman 1dari 4

Materialitas dan risiko audit

Materialitas merupakan pertimbangan utama dalam penetapan laporan auditor yang layak.
FASB No. 2 mendefinisikan materialitas sebagai: jumlah atau besarnya kekeliruan salah saji
dalam informasi akuntansi yang mungkin akan membuat pertimbangan pengambilan
keputusan pihak yang berkepentingan berubah atau terpengaruh oleh salah saji tersebut.
Tujuan Penetapan Materialitas : Untuk membantu auditor merencanakan pengumpulan bahan
bukti yang cukup.

Faktor Yang Mempengaruhi Pertimbangan Awal Jumlah Materialitas:


1. Materialitas sebagai konsep yang relatif dan bukan absolut salah saji dalam jumlah:
salah saji dalam jumlah tertentu dianggap material oleh perusahaan kecil tapi tidak
material bagi perusahaan besar.
2. Beberapa dasar yang dibutuhkan untuk menetapkan materialitas, misal laba sebelum
pajak.
3. Faktor-faktor kualitatif yang mempengaruhi materialitas: beberapa salah saji tertentu
akan lebih penting daripada yang lain, walaupun jumlahnya sama. Misal: salah saji
yang disengaja dalam persediaan akan dianggap lebih penting dari kekeliruan klerikal
walaupun jumlahnya sama.

Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan materialitas pada dua tingkat
berikut ini :
a.  Tingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor atas kewajaran mencakup laporan
keuangan sebagai keseluruhan.
b.  Tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam mencapai
kesimpulan menyeluruh atas kewajaran laporan keuangan. 

Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam
saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada timgkat
saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material.

Langkah-langkah Penetapan Materialitas


1. Tentukan pertimbangan awal mengenai materialitas, yaitu jumlah maksimum suatu
salah saji dalam laporan keuangan yang dianggap tidak mempengaruhi pengambilan
keputusan dari pemakai.
2. Alokasikan pertimbangan awal mengenai materialitas ke dalam segmen
3. estimasikan total salah saji dalam segmen
4. estimasikan salah saji gabungan
5. bandingkan estimasi gabungan dengan pertimbangan awal mengenai materialitas

Pengertian Risiko adalah suatu tingkat ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan audit.
Model Risiko Audit digunakan terutama untuk tahap perencanaan dalam menentukan berapa
besar bahan bukti yang harus dikumpulkan dalam tiap siklus.
Model risiko audit dapat dinyatakan secara kuantitatif sebagai berikut :
AR = IR × CR × DR
Di mana :
AR = Risiko audit (Audit Risk)
IR = Risiko bawaan (Inherent Risk)
CR = Risiko pengendalian (Control Risk)
DR = Risko deteksi (Detection Risk)

Atau bisa menggunakan Rumus:


PDR = AAR
IR x CR
12
Resume Auditing
PDR = Risiko penemuan yang direncanakan (Planned Detection Risk), adalah risiko bahwa
bahan bukti yang dikumpulkan dalam segmen gagal menemukan salah saji yang melewati
jumlah yang dapat ditoleransi, apabila salah saji semacam itu timbul.
AAR = Risiko audit yang dapat diterima (Acceptable Audit Risk), adalah ukuran
ketersediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan salah saji secara material
walaupun audit telah selesai dan pendapat wajar tanpa pengecualian telah diberikan.
IR = Risiko bawaan (Inherent Risk), adalah penetapan auditor akan kemungkinan adanya
salah saji alam segmen audit yang melewati batas toleransi, sebelum memperhitungkan faktor
efektifitas pengendalian intern. Risiko bawaan merupakan faktor kerentanan laporan
keuangan terhadap salah saji yang material, dengan asumsi tidak ada pengendalian intern.
CR = Risiko pengendalian (Control Risk), adalah ukuran penetapan auditor akan
kemungkinan adanya kekeliruan (salah saji) dalam segmen audit yang melewati batas
toleransi,yang tidak terdeteksi atau tercegah oleh struktur pengendalian intern klien.
Risiko usaha adalah tingkat risiko bahwa KAP akan menderita kerugian yang diakibatkan
oleh hubungannya dengan klien, walaupun laporan keuangan yang diberikan suah pantas.
Apabila pemakai memiliki ketergantungan yang besar pada laporan keuangan, risiko audit
perlu diperkecil.

Faktor yang dapat dijadikan petunjuk tingkat ketergantungan pemakai pada suatu laporan
keuangan:
1. ukuran perusahaan klien
2. distribusi kepemilikan
3. jamlah dan sifat kewajiban perusahaan

Risiko Bawaan adalah perkiraan salah saji sebelum mempertimbangkan pengaruh


pengendalian intern. Risiko bawaan berbanding terbalik dengan risiko penemuan, berbanding
lurus dengan bahan bukti.
Faktor-faktor yang harus ditelaah dalam menetapkan risiko bawaan:
1. sifat bidang usaha klien
2. integritas manajemen
3. motivasi klien
4. hasil audit sebelumnya
5. penugasan pertama atau penugasan ulang
6. hubungan istimewa
7. transaksi tidak rutin
8. pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi secara benar
9. kerentanan terhadap kecurangan
10. unsur-unsur populasi

Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak
dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern entitas.

Risiko deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mandeteksi salah saji material
yang terdapat dalam suatu asersi.
Sumber :
1. Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasley., Auditing dan Jasa Assurance :
Pendekatan Terintegrasi Jilid 1.Penerbit Erlangga, Jakarta. 2008
2. Puradireja, Kanaka dan Mulyadi. Auditing, Edisi 5, Cetakan ke 1. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat, 1997.
3. Halim, Abdul MBA. Akuntansi, Edisi 2. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2001.

Oleh : Siti Nurjanah


Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Anda mungkin juga menyukai