Anda di halaman 1dari 11

JURNAL

PENCEGAHAN DAN TERAPI OTITIS MEDIA TERBARU


Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kudus

Periode 26 Maret 2018 – 21 April 2018

Pembimbing :
dr. Agus Sudarwi, Sp. THT-KL
dr. Afif Zjauhari, Sp. THT-KL

Disusun oleh :
Alnia Rindang K (30101306863)
Fania Apriska (30101206627)
Tunjung Prasetyo K ( 012116544 )

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SULTAN AGUNG
SEMARANG
2018
JOURNAL READING

UPDATE ON OTITIS MEDIA-PREVENTION AND TREATMENT


Department of Ear, Nose, and Throat

dr. Loekmono Hadi Hospital - Kudus

Period March, 26th 2018 – April, 21th 2018

Advisor :

dr. Agus Sudarwi, Sp. THT-KL


dr. Afif Zjauhari, Sp. THT-KL

Created by :

Alnia Rindang K (30101306863)


Fania Apriska (30101206627)
Tunjung Prasetyo K ( 012116544 )

FACULTY OF MEDICINE

ISLAMIC UNIVERSITY OF SULTAN AGUNG

SEMARANG

2018
LEMBAR PENGESAHAN

Journal Reading

UPDATE ON OTITIS MEDIA – PREVENTION AND TREATMENT

Telah didiskusikan :
April 2018

Pembimbing :

dr. Agus Sudarwi, Sp. THT-KL

dr. Afif Zjauhari, Sp. THT-KL

Mengetahui :

dr. Agus Sudarwi, Sp. THT-KL dr. Afif Zjauhari, Sp.THT-KL

BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL


RSUD dr. LOEKMONO HADI
KUDUS
Update on Otitis Media – Prevention and Treatment
Co Author
Ali Qureishi, Yan Lee, Katherine Belfield, John P Birchall
Otolaryngology Head and Neck Surgery, Northampton General Hospital,
Northampton, UK

ABSTRAK
Otitis media akut (OMA) dan otitis media efusi (OME) merupakan penyakit yang
sering dijumpai pada anak dan merupakan penyakit dengan morbiditas tinggi, serta
tingginya pemberian antibiotika. Meskipun tatalaksana yang efektif sudah tersedia,
masih terdapat beberapa kekurangan, oleh karena itu tatalaksana yang lebih baik
sangat diharapkan. Penemuan baru perihal patogenesis berujung pada investigasi
lanjutan untuk penemuan tatalaksana baru. Artikel berikut memaparkan penemuan
terakhir mengenai pemahaman terakhir tentang OME dan OMA, tatalaksana yang
saat ini dipakai dan batasannya, area penelitian baru, dan strategi baru untuk
tatalaksana.

KATAKUNCI
Otitis media, telinga, pendengaran, infeksi, biofilm, antibiotik

PENGANTAR
Otitis media (OM) adalah sekumpulan kondisi infeksius dan inflamatorik
yang mengenai telinga tengah, dengan variasi yang berbeda-beda dalam hal gambaran
klinisnya, komplikasi, dan pengobatannya.
OM merupakan penyakit pada telinga tengah, mukosanya, dan membran
timpani. Pada rongga telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran, tuba
eustachius di depannya, rongga mastoid di belakangnya, membran timpani pada sisi
lateralnya, dan telinga tengah di sisi medial. Telinga tengah dilindungi oleh sel epitel
pernapasan, meliputi epitel silindris bersilia dan sel goblet. Mukus yang dihasilkan
oleh sel tersebut akan dibawa turun melalui tuba eustachius.
Masing-masing tipe OM berbeda pada gambarannya. OMA biasanya terjadi
pada anak dibawah 2 tahun dan umumnya dengan onset akut dan otalgia serta
demam. Terdapat subtipe OMA yaitu OMA supuratif ditandai dengan adanya pus
pada telinga tengah. Apabila terdapat perforasi membran, akan tampak cairan yang
keluar dari telinga.
Komplikasi yang sering pada OMA ialah mastoiditis, didefinisikan sebagai
suatu penyakit akut pada periosteum dan rongga mastoid. Insiden dari mastoid ialah 6
per 100.000 dan umumnya terjadi pada anak dibawah 2 tahun. Gejala umum
mastoiditis biasanya sama seperti OMA tetapi terdapat nyeri dan pembengkakan post-
aurikula.
OME merupakan suatu kondisi inflamasi kronik. Umumnya menjangkit anak-
anak umur 3-7 tahun. OME ditandai dengan adanya efusi, membran timpani intak,
adanya cairan seperti lem, dan tanpa adanya tanda-tanda inflamasi akut.
Penurunan pendengaran pada OME umumnya hilang timbul dan akan sembuh secara
spontan. Apabila OME persisten, bilateral, dan terjadi pada pasien yang masih sangat
muda, OME dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan pada anak tersebut
seperti keterlambatan berbicara, edukasi, dan lain-lain.
Prevalensi OME lebih rendah pada dewasa dan umumnya disebabkan oleh
penyakit lain seperti penyakit sinus paranasal, hiperplasia nasofaring, dan hipertrofi
adenoid. Oleh karena alasan diatas, kasus OME pada dewasa haruslah dicurigai
adanya penyakit lain.
Dua penyakit inflamatorik tambahan lainnya pada telinga tengah adalah
kolesteatoma dan otitis media kronik supuratif (OMSK). Kolesteatoma umumnya
ditandai dengan adanya sekret berbau busuk yang kronis pada telinga dan adanya sel
epitel gepeng dan lapisan keratin pada telinga tengah. OMSK ditandai dengan
perforasi persisten dari membran timpani.
Meskipun berbagai macam OM dapat dibedakan berdasarkan karakteriskin
gejala dan tandanya, pada kenyataanyanberbagai macam tipe OM saling tumpang
tindih.

EPIDEMIOLOGI
Sekitar 50-80% anak sebelum umur 3 tahun akan setidaknya mengalami
penyakit OMA dengan insiden terbanyak pada usia 6-15 bulan. OME merupakan
penyakit tersering pada anak yang dapat menyebabkan penurunan pendengaran.
Diperkirakan bahwa sekitar 2,2 juta kasus OME baru tiap tahun di Amerika Serikat.
Anak kecil lebih rentan pada OMA dan OME karena tuba eustachius anak
kecil lebih pendek dan lebih horizontal sehingga kuman pada nasofaring akan lebih
mudah masuk ke telinga tengah. Tuba eustachius akan matang pada usia 7 tahun, oleh
karena itu ada penurunan pada insiden OM setelah umur 7 tahun. Sistem imun yang
tidak matang juga dapat berkontribusi menjadi faktor terjadinya OMA.
Populasi yang mempunyai insidensi OM tinggi meliputi anak-anak pada suku
Aborigin Australia, dan anak-anak Greenland. Faktor resiko OM meliputi: umur < 5
tahun, pria, BBLR, lahir prematur, pemakaian dot, kurangnya pemberian ASI, dan
kondisi ekonomi rendah. Faktor genetik yang mempengaruhi meliputi ada tidaknya
atopi dan kelainan genetik (TLR4 dan FBX011).

ETIOLOGI
Infeksi virus pada saluran napas atas umumnya diikuti oleh OMA, contohnya
ialah infeksi RSV, adenovirus, dan CMV. Infeksi virus diperkirakan dapat membuat
lingkungan yang mendorong bakteri untuk lebih mudah mengkolonisasi, adhesi, dan
invasi telinga tengah.
Bakteri yang umumnya sering menginfeksi saluran napas atas sering
ditemukan pada OM, yaitu Pneumococcus, H. Influenza, M. Catarrhalis, dan S.
aureus. ISPA dapat menyebabkan edema mukosa tuba eustachius dan menyebabkan
terganggunya fungsi tuba sebagai penyeimbang tekanan telinga tengah dan tekanan
udara sekitar. Reflux patogen nasofaring ke telinga tengah akan membuat pathogen
tersebut menginfeksi telinga tengah dan menyebabkan reaksi inflamasi pada telinga
tengah dan terbentuknya pus.
Secara histologis, OME merupakan inflamasi kronik yang menyebabkan
produksi mukus berlebihan dan disertai tidak sempurnanya pembersihan mukus oleh
disfungsi tuba dan disfungsi sili epithelium. Akhir-akhir ini ditemukan bahwa biofilm
bakteri berperan penting dalam patogenesis penyakit ini. Biofilm bakteri akan
menempel pada sel epithel telinga tengah dan menyebabkan gejala yang umumnya
terjadi pada OME. Kolonisasi bakteri kronik pada kelenjar adenoid dapat menjadi
tempat reservoir bakteri yang menginfeksi celah telinga tengah. Merokok dapat
memperburuk OME karena dapat mengganggu gen yang meregulasi produksi mukus
dan merusak sel epitel bersilia. OME dapat terjadi karena OMA yang tidak sembuh
dengan cepat.
OMSK umumnya terjadi pada perforasi membran timpani yang tidak kunjung
sembuh. Kolesteatoma dapat terjadi karena infeksi dan inflamasi telinga tengah
kronik tetapi etiologinya lebih rumit.
PENATALAKSANAAN SAAT INI

Ada terapi yang telah terbukti ampuh untuk manajemen medis dan pembedahan dari
berbagai tipe OM

Secara umum, OMA mengikuti alur perawatan tanpa pemberian antibiotik,


yang terpenting adalah pemberian analgesik dan antipiretik. Studi meta-analisis telah
menunjukkan bahwa kira-kira 80% anak-anak memiliki kekambuhan OMA dalam 2-
14 hari. Pada anak-anak berusia <2 tahun hasilnya kurang jelas dan resolusi mungkin
serendah 30% dalam beberapa hari. Tingkat resolusi tinggi secara keseluruhan dapat
diartikan bahwa tindakan observasi pada anak-anak yang didiagnosis dengan OMA
harus dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat komplikasi.

USA guideline saat ini untuk pengobatan OMA menganjurkan agar antibiotik
harus digunakan pada anak-anak berusia di atas 6 bulan ketika telah terjadi OMA
unilateral atau bilateral berat (otalgia sedang sampai berat, otalgia berlangsung paling
tidak 48 jam, suhu 39 ° C) . Antibiotik juga harus diresepkan jika OMA meski non-
severe tetapi bilateral pada anak usia 6-23 bulan. Dalam kasus OMA unilateral yang
non-severe pada anak berusia 6-23 bulan, atau OMA unilateral non-severe / bilateral
pada anak berusia 24 bulan atau lebih, antibiotik dapat diberikan atau dilakukan
pengamatan; Jika observasi yang dipilih, antibiotik harus diberikan jika gejala tidak
membaik dalam 48-72 jam. Selain penilaian kondisi anak, orang tua harus diberi
edukasi dan diajak untuk berunding untuk membuat keputusan bersamaan. Penilaian
dan pengelolaan rasa sakit merupakan aspek penting dalam merawat OMA. Perlu
diingat bahwa, periode pengamatan yang lebih awal tidak berhubungan dengan risiko
komplikasi yang lebih besar bila dibandingkan dengan mereka yang mendapat
perawatan segera.

Resep antibiotik untuk OMA berkisar antara 31% di Belanda sampai 98% di
Amerika Serikat dan Australia. Antibiotik yan digunakan adalah amoksisilin kecuali
jika anak tersebut telah meminumnya dalam 30 hari terakhir atau sedang menderita
konjungtivitis purulen. Antibiotik dengan tambahan beta-laktamase harus digunakan
dalam kasus ini atau bila ada RAOM atau riwayat OMA yang tidak responsif
terhadap amoksisilin. Alergi pasien juga harus dipertimbangkan dan obat alternatif
digunakan dalam situasi di mana alergi penisilin ada.

Untuk RAOM, ventilation tube yang dimasukkan dengan pembedahan harus


dipertimbangkan jika RAOM dan terdapat efusi tengah medial yang persisten selama
serangan OMA. Antibiotik profilaksis pada umumnya tidak disarankan untuk
RAOM, walaupun tinjauan mencatat bahwa mereka efektif; terdapat kekhawatiran
tentang lama durasi paparan antibiotik dan efek samping yang dapat terjadi,
ventilation tube umumnyamenjadi pilihan utama. Ventilation tube dan antibiotik
profilaksis hanya efektif untuk durasi tertenu (sebagian besar ventilation tube
diekstrusi 6-9 bulan setelah pemasangan) atau selama antibiotik digunakan.

Seperti halnya OMA, banyak anak dengan OME tidak memerlukan perawatan
karena tingginya tingkat resolusi spontan. Namun, ketika OME bilateral dan persisten
selama lebih dari 3 bulan, kemungkinan resolusi alami jauh lebih rendah dan
pengobatan mungkin bermanfaat. Pedoman UK dan USA saat ini merekomendasikan
periode observasi 3 bulan

Dengan audiometri bertahap dan penilaian tingkat kehilangan pendengaran


dan dampaknya terhadap perkembangan anak sebelum menentukan pengobatan,
walaupun pedoman tidak selalu diikuti. Panduan merekomendasikan pembedahan
dalam bentuk ventilation tube atau alat bantu dengar. Pemasanan ventilation tube
dikaitkan dengan sejumlah risiko, termasuk otorrhea purulen (10% -26%),
myringosclerosis (39% -65%), retraction pockets (21%), dan perforasi membran
timpani yang persisten (3%, meski pada T-tubes yg lama dapat hingga 24%). Sebagai
tambahan, jika OME sudah dikeluarkan dan terjadi kembali, dengan satu percobaan
tabung jangka pendek yang mencatat bahwa 20% -25% anak memerlukan set kedua
tabung ventilasi dalam waktu 2 tahun. Adenoidektomi juga dianggap berperan dalam
mencegah OME yang berulang, namun karena risiko yang terkait, biasanya tidak
disarankan sebagai pengobatan utama OME, kecuali jika ada infeksi saluran
pernapasan atas yang sering atau persisten. Sejumlah pengobatan lain untuk OME
telah diuji coba, termasuk antibiotik, antihistamin, dan steroid, namun saat ini tidak
direkomendasikan.

Tidak seperti OMA dan OME, manajemen definitif untuk CSOM biasanya
bersifat operasi,menggunakan berbagai teknik yang dijelaskan untuk memperbaiki
membran timpani dan menghilangkan infeksi. Manajemen konservatif sesuai pada
kelompok pasien tertentu, dengan tujuan untuk mengurangi serangan berulang dan
infark dan sehingga menyebabkan gangguan pendengaran. Pengobatan konservatif
yang paling umum adalah regular aural toilet yang diikuti dengan penggunaan
antibiotik, antiseptik, dan steroid topikal. Quinollon topikal (misalnya ciprofloksasin)
telah dinyatakan sebagai pengobatan yang paling efektif dalam tinjauan Cochrane
baru-baru ini, namun meskipun obat ini di sahkan di AS, mereka saat ini tidak
memiliki izin sebagai tetes telinga di Inggris. Banyak tetes telinga yang sering
digunakan berbahan dasar aminoglikosida, dan walaupun ada kekhawatiran tentang
potensiotoksisitas potensial bila digunakan dengan adanya perforasi membran
timpani, konsensus saat ini adalah bahwa penggunaannya aman dalam kursus singkat
yang diawasi dan kurang ototoxic daripada infeksi itu sendiri. Manajemen konservatif
sendiri biasanya dipilih berdasarkan pilihan pasien, tidak adanya pilihan pembedahan,
bila sisi yang terkena adalah satu-satunya telinga pendengaran, atau bila risiko
pembedahan lebih besar daripada manfaatnya.

DIAGNOSIS
OMA merupakan inflamasi purulent telinga tengah, oleh karena itu gejalanya
yang tampak merupakan gejala inflamasi akut seperti demam, otalgia, otorrhea,
lethargi, anorexia, dan demam. Diagnosis OMA dapat ditegakkan dengan adanya
penonjolan membran timpani ringan dengan otalgia atau eritema pada membran
timpani. Apabila seorang anak mengalami OMA lebih dari tiga kali dalam periode 6
bulan, maka kondisi itu disebut OMA rekuren (OMAR).
OME dapat mengakibatkan penurunan pendengaran, penurunan perhatian,
gangguan tingkah laku, keterlambatan berbicara, dan gangguan keseimbangan.
Temuan otoskop pada OME merupakan perubahan warna pada membran timpani,
membran timpani mencekung, dan air-fluid level.
OMSK dapat didiagnosis apabila perforasi membran timpani permanen,
peradangan mukosa, dan atau tanpa otorrhea persisten. Sekret yang keluar minimal
terjadi lebih dari 2 minggu.

STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENATALAKSANAAN BARU


 Genetika
Penelitian baru menunjukan bahwa hipoxia berperan penting dalam
patogenenis dari OM, oleh karena itu tuba ventilasi sangatlah efektif untuk
mengobati OM. Penelitian pada tikus menunjukan bahwa Hypoxia-induced
factor dan vascular endothelial growth factor berperan dalam patogenensis
OME.
 Vaksin Pneumococcus
Pencegahan OM sangatlah penting dalam mengurangi insidensi OM dan
mengurangi pemberian antibiotik. Baru-baru ini telah beredar vaksin
pneumokokus dengan efikasi yang memuaskan yaitu 7-valent pneumococcal
conjugate vaccine. Insidensi OMA di Kanada dan Amerika juga menurun
sebanyak 43% semenjak vaksin ini beredar.

 Metode Pemberian Obat di Telinga Tengah


Pemberian obat secara topikal merupakan cara yang lebih efisien daripada
pemberian secara sistemik dan juga lebih aman. Terdapat beberapa cara yang
sedang diteliti untuk pemberian obat OM seperti pellet antibiotik, gel,
pemberian intratimpanik, dan pemberian transtimpanik.

KESIMPULAN
OMA dan OME merupakan penyebab morbiditas pasien yang signifikan dan
juga membebani secara finansial. Guideline saat ini sudah efektif dalam mengatasi
OM tetapi masih terdapat beberapa kekurangan. Penelitian baru dalam bidang
mikrobiologi, vaksin, genetika, dan cara pemberian obat mempunya potensi yang
besar untuk penatalaksanaan OM di masa mendatang.

Anda mungkin juga menyukai